• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuklahan Struktural

N/A
N/A
syamil qistan

Academic year: 2024

Membagikan "Bentuklahan Struktural"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUKLAHAN

1. Bentuklahan struktural

Struktur geologi yang ada dapat menghasilkan bentuklahan yang berbeda-beda.

Menurut Thonbury (1954), struktur geologi adalah faktor dominan yang mengontrol atau mengendalikan evolusi (ubahan angsur) bentuk-bentuk permukaan bumi dan struktur geologi tersbut tercermin dalam bentuklahannya.

Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan struktural adalah adalah bentuk lahan yang terbentuk karena adanya proses tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang sering disebut proses tektonik atau diatropisme.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bentuklahan struktural adalah bentuklahan yang bentuklahan yang terbentuk hasil dari tenaga endogen dan setiap struktur geologi dapat menghasilkan bentuklahan yang berbeda-beda.

Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal structural adalah sebagai berikut

Kode Warna Unit

S1

UNGU

Blok Sesar

S2 Gawir Sesar

S3 Gawir Garis Sesar

S4 Pegunungan Antiklin

S5 Perbukitan Antiklin

S6 Pegunungan Sinklinal

S7 Perbukitan Sinklinal

S8 Pegunungan Monoklinal

S9 Perbukitan Monoklinal

S10 Pegunungan Dome atau Kubah

S11 Perbukitan Dome atau kubah

S12 Dataran Tinggi Plato

S13

Cuesta

S14

Hogback

S15 Bentuk seterika Flatiron

(2)

S16 Lembah Antiklin

S17 Lembah Sinklin

S18 Lembah Subsekuen

S19 Tanah Sembul

S20 Tanah Terban

S21 Perbukitan lipatan kompleks

 Menurut Van Zuidam (1983):

Kode Warna Unit Karakteristik Umum

S1

UNGU Topografi bergelombang sedang hingga bergelombang

kuat dengan pola aliran berhubungan dengan kekar,

dan patahan

Rendah sampai cukup miring. Tersayat menengah.

S2

Topografi bergelombang sedang hingga bergelombang

kuat dengan pola aliran berkaitan dengan singkapan

batuan berlapis

Rendah sampai topografi tebing yang cukup miring dengan berbentuk linear.

Tersayat menengah – kuat.

S3

Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan dengan pola

aliran berkaitan dengan kekar dan patahan

Sedang sampai topografi tebing yang cukup miring. Tersayat kuat.

S4

Topografi perbukitan hingga pegunungan dengan pola aliran

berkaitan dengan singkapan batuan berlapis

Cukup curam sampai topografi tebing yang sangat miring curam dengan berbentuk linear. Tersayat menengah sampai kuat.

S5 Mesas / Dataran Tinggi yang

Dikontrol Struktur

Topografi datar hingga bergelombang lemah di atas plateau dan perbukitan di bagian tebing.

S6 Cuestas Bergelombang lemah di bagian lereng

belakang dan perbukitan pada lereng depan. Tersayat lemah.

S7 Hogbacks & Flatirons Tinggian berupa topografi perbukitan tersayat.

S8 Teras Denudasional Struktural Topografi bergelombang lemah hingga perbukitan. Tersayat menengah.

S9 Perbukitan Antiklin & Sinklin Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan.

S10 Depresi Sinklin & Combes

Lereng yang cukup curam hingga rendah / topografi landai sampai bergelombang. Tersayat lemah – menengah.

S11 Kubah / Perbukitan Sisa Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan.

S12 Dykes Topografi bergelombang kuat hingga

(3)

perbukitan. Tersayat menengah.

S13 Gawir Sesar &

Gawir Garis Sesar (Tebing yang Curam)

Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan. Tersayat menengah sampai kuat.

S14 Depresi Graben Topografi bergelombang lemah hingga

kuat.

S15 Tinggian Horst Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan.

2. Bentuklahan Fluvial

Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan fluvial adalah bentuk lahan yang terjadi akibat adanya proses aliran baik yang berupa sungai maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut, makan akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi, dan sedimentasi.

Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal fluvial adalah sebagai berikut

Kode Warna Unit

F1

HIJAU

Dataran Aluvial

F2 Dasar Sungai

F3 Danau

F4 Rawa

F5 Rawa Belakang

F6 Saluran Sungai Mati

F7 Dataran Banjir

F8 Tanggul Alam

F9 Ledok Fluvial

F10 Bekas Dasar Danau

F11 Hamparan celah atau tonjolan fluvial (crevasse splays)

F12 Gosong Lengkung Dalam

F13 Gosong Sungai

F14 Teras Fluvial

F15 Kipas Aluvial Aktif

F16 Kipas Alluvial Tidak Aktif

(4)

F17 Delta

F18 Igir Delta

F19 Ledok Delta

F20 Pantai Delta

F21 Rataan Delta

3. Bentuklahan Vulkanik

Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan vulkanik adalah bentuk lahan hasil kegiatan gunung berapi baik yang tersusun dari bahan gunung api yang sudah keluar ke permukaan bumi (ekstrusi) maupun yang membeku dalam permukaan bumi (intrusi).

Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal vulkanik adalah sebagai berikut

Kode Warna Unit

V1 Kepundan

V2 Kerucut Vulkanik

V3 Lereng Vulkanik Atas

V4 Lereng Vulkanik Tengah

V5 Lereng Vulkanik Bawah

V6 Kaki Vulkanik

V7 Dataran Kaki Vulkanik

V8 Dataran Fluvial Vulkanik

V9 Padang Lava

V10 Padang Lahar

V11 Lelehan Lava

V12 Aliran Lahar

V13 Dataran Antara Vulkanik

V14 Dataran Tinggi Lava

V15

Planezee

V16 Padang Abu, Tuff, Lapilli

V17

Solfatara
(5)

V18

Fumaroles

V19 Bukit Vulkanik Terdenudasi

V20 Leher Vulkanik

V21 Sumbat Vulkanik

V22 Kerucut Parasiter

V23

Boca

Menurut Van Zuidam (1983), klasifikasi bentuklahan vulkanik yaitu :

Kode Warna Unit Karakteristik

V1 Kawah gunungapi

Dasar depresi cekung datar hingga curam dengan dinding yang curam hingga sangat curam. Tersayat menengah.

V2 Kerucut gunungapi (abu, atau

kerucut berhamburan)

Perbukitan tebing yang sangat curam hingga curam. Sangat curam, lereng atas gunung api dan curam, tengah dan lereng bawah gunung api. Tersayat lemah hingga menengah.

V3 Lereng gunungapi

Perbukitan tebing yang sangat curam hingga curam. Lereng atas gunung api sangat curam dan tengah curam dan lereng bawah gunung api. Tersayat kuat.

V4

Kerucut strato-vulkano / kemiringan lereng atas dan tengan gunungapi

Perbukitan tebing yang sangat curam hingga curam. Tersayat lemah hingga menengah.

V5

Kerucut strato-vulkano / kemiringan lereng atas dan tengan gunungapi

Perbukitan tebing yang sangat curam hingga curam. Tersayat kuat.

V6

Kaki Lereng Fluvial Gunung Api Atas / Lereng Bawah Gunung Api tersayat lemah hingga menengah

Lereng curam menengah hingga lemah. Tersayat lemah hingga menengah.

V7

Kaki Lereng Fluvial Gunung Api Atas / Lereng Bawah Gunung Api tersayat kuat

Lereng curam menengah hingga lemah. Tersayat kuat. (Bagian Teras &

Non-Teras) V8 Dataran & Kaki Lereng Fluvial

Gunung Api Atas

Lereng landai-curam. Tersayat lemah, Biasanya terbentuk oleh lahar dan

(6)

deposit tuff. Agak miring, topografi perbukitan hingga landai. Tidak atau tersayat lemah.

V9

Kaki Lereng Fluvial Gunung Api Bawah, Dataran Antara Gunung Api & Dataran Fluvial Gunung Api

Biasanya terbentuk oleh banjir dan deposit tuff. Agak miring, topografi bergelombang. Tidak atau tersayat lemah; jika masih aktif, tergenang hingga banjir.

V10 Padang Furmarol

& atau Solfatara

Lereng curam, topografi bergelombang sampai berputar

V11 Padang Lava / Aliran / Dataran Tinggi / Titik Letusan Lava

Lereng curam menengah hingga lemah. Topografi landai hingga bergelombang.

V12 Debu, Tuff & atau Dataran / Padang Lapilli

Lereng curam menengah hingga lemah. Topografi landai hingga bergelombang. Tersayat menengah.

V13 Panezes

Lereng curam-sangat cuuram mirip dengan flat-irons, tersayat sangat kuat oleh jurang atau barrancos

V14

Pebukitan Denudasional Gunung Api (Gunung Berapi Terkikis & Kaldera)

Tebing landai-curam, tersayat kuat

V15 Leher gunungapi Lereng landai-sangat curam, bukit terisolasi, tersayat kuat

4. Bentuklahan Glasial

Menurut Suhendra (2009), bentuklahan glasial adalah bentuklahan dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.

Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal glasial adalah sebagai berikut

Kode Warna Unit

G1 Perbukitan / Dataran Morena

G2 Dataran Teras Glasial

G3 Lembah Cirques

G4 Lembah Aliran Glasial

G5 Pegunungan Glasial

(7)

Menurut Van Zuidam (19830, bentuklahan glasial, yaitu :

Kode Warna Unit Karakteristik

G1 Salju abadi dan es gletser salju atau es tertutup permukaan

G2 Nivation dan glacial cirques

Lereng landau-curam dengan depresi melingkar, sebagian berbatasan curam-dinding sangat curam

G3 Es dan tersebar lereng bukit

Lereng sangat curam, bukit dan gunung dengan sharply crested water devides (acretes and horns), tersayat kuat

G4

Lereng bermotif garis-garis dan gelifluction stripes, lobes dan teras

Lereng landai-curam, permukaan halus-tidak teratur, tersayat kuat

G5 Ereng scree dan bidaang blok Lereng cukup curam-sangat curam, permukaan kasar

G6 Glasial melalui lembah / lembah menggantung

Lereng curam-ekstim dengan sisi lembah relative landau dan bawah lembah

G7

Zona dengan tanah, lateral menengah / bawah moraine terminal

Lereng landau-curam, topografi bergelombang-melingkar, kadang- kadang bentuk memanjang

G8 Outwash dataran / bawah

lembah fluvio-glasial Lereng cukup curam, tersayat kuat

5. Bentuklahan Marine

Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan marine adalah bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai yang dihasilkan oleh aktivitas/gerakan air laut, baik pada tebing, pantai berpasir, pantai berkarang, maupun pantai berlumpur. Sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin dangkal laut, maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai.

Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal

marine adalah sebagai berikut

(8)

Kode Warna Unit

M1

BIRU

Pelataran Pengikisan Gelombang

M2 Tebing Terjal & Tarik Pantai

M3 Gesik

M4 Beting Gesik Bura

M5

Tombolo

M6 Depresi Antar Beting

M7 Gumuk Pantai Aktif

M8 Gumuk Pantai Tidak Aktif

M9 Rataan Pasang Surut Bervegetasi

M10 Rataan Pasang Surut Tidak Bervegetasi

Menurut Van Zuidam (1983), bentuklahan Marine, yaitu :

Kode Warna Unit Karakteristik

M1 Marine wave cut platforms

Hamper datar, lereng landai, banjir saat air pasang, sering terlihat

morfologi tidak teratur

M2 Tebing dan zona kedudukan

laut

Lereng curam-sangat curam, topografi tidak teratur

M3 beaches

Hampir datar, lereng landau, terkena banjir saat pasang, topografi tidak

teratur karena garis pantai, bars, swales and sand deposits reworked by

wind. Pasir, shingle, kerikil, brangkal, dan batuan pantai

M4 Pematang pantai, spits and

tombolo bars, possibly slightly reworked by wind

Topografi landi-cukup curam, bentuk memanjang dengan cekungan deflasi

dan bukit pasir

M5 swales

Depresi memanjang amper rata antara pematang pantai, yang sekarang sering banjir dan yang lampau jarang

banjir M6 Active coastal dunes (bukit

pasir pesisir aktif)

Lereng landau-curam dengan topografi memanjang (fore dunes), seperti bulan sabi (barchans dunes

(9)

dan parabolic dunes), non-vegetasi

M7 Inactive or dormant coastal dunes (bukit pasir pesisir tidak

aktif)

Lereng landau-curam dengan topografi memanjang (fore dunes), seperti bulan sabit (parabolic dunes),

sering padat vegetasi

M8 Non-vegetated tidal flats / mud flats

Topografi hamper datar tersyat oleh pasang surut air laut yang berbatasan

dengan tanggul kecil dan cekungan dangkal, secara teratur banjir

M9 vegetated tidal flats

Topografi hamper datar tersyat oleh pasang surut air laut yang berbatasan

dengan tanggul dengan baik dan cekungan dangkal, secara teratur

banjir

(swampy tidal flats : mangroves, marshy tidal flats : grasses and

shrubs) M10 Marine flood plains (dataran

banjir laut)

Topografi Lereng datar-landai, tersayat lemah

M11 Marine terraces

Topografi lereng hamper datar-landai, tersayat lemah oleh aktivitas fluvial, pada dasarnya tidak dibanjiri lagi oleh

air laut

M12 Lithothamnium ridges/reef

rings/atolls

Tempat hiduo koral disekitar zona pantai dengan topografi tidak teratur,

permanen ttertutup oleh air laut M13 Coral reefs (batu karang) Tempat hidup koral di zona pasang

surut dengan topografi tidak teratur

V14 Reef flats

Datar, topografi yang tidak teratur karang terutama mati, pada dasarnya

di atas zona pasang surut

M15 Reef caps/uplifted reefs

Datar, berteras, topografi sedikit miring atau bergelombang dimana tempat karang mati, biasanya terkena

banjir

M16 Ramparts and cays Hamper datar, topografi

bergelombang, dengan endapan linear

M17 lagoons Water filled depression

(10)

6. Bentuklahan Denudasional

Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan denudasional adalah bentuklahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak massa batuan, dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi.

Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal denudasional adalah sebagai berikut

Kode Warna Unit

D1

Cokelat

Perbukitan Terkikis

D2 Pegunungan Terkikis

D3 Bukit Sisa

D4 Bukit Terisoloasi

D5 Dataran Nyaris

D6 Dataran Nyaris Terangkat

D7 Lereng Kaki

D8 Pediment

D9 Piedmen

D10 Lereng Terjal

D11 Kipas Rombakan Lereng

D12 Daerah dengan Gerakan Massa Kuat

D13 Lahan Rusak

Menurut Van Zuidam (1983) Bentuklahan asal Denudasional, yaitu:

Kode Warna Unit Karakteristik Umum

D1

Cokelat

Perbukitan & Lereng Denudasional dengan erosi

kecil

Lereng landai – curam menengah (topografi bergelombang kuat),

tersayat lemah – menengah.

D2

Perbukitan & Lereng Denudasional dengan erosi

sedang sampai parah

Lereng curam menengah - curam (topografi bergelombang kuat – berbukit), tersayat menengah tajam.

(11)

D3 Pegunungan & Perbukitan Denudasional

Lereng berbukit curam – sangat curam hingga topografi pegunungan, tersayat

menengah tajam.

D4 Bukit Sisa Terisolasi

Lereng yang berbukit curam – sangat curam, tersayat menengah.

(Borhardts: membundar, curam, halus;

Monadnocks: memanjang, curam;

Bentuk yang tidak rata dengan atau tanpa blok penutup.)

D5 Dataran (Peneplains) Hampir datar, topografi landai sampai bergelombang. Elevasi rendah.

D6 Dataran yang Terangkat /

Dataran Tinggi (Raized Peneplains / Plateaus)

Hampir datar, topografi landai sampai bergelombang. Elevasi tinggi.

D7 Kaki Lereng

Relatif rendah, lereng hampir horizontal sampai rendah. Hampir datar, topografi bergelombang dalam

tahap aktif.

D8 Piedmonts

Tebing yang rendah sampai cukup bergelombang ke topografi landai di

kaki bukit dan dataran tinggi pegunungan.

D9 Gawir (Scarp) Lereng yang curam sampai sangat

curam.

D10 Kipas Rombakan Lereng Lereng agak curam sampai rendah.

D11 Daerah dengan Gerakan

Massa Batuan yang Kuat

Tidak rata, tebing landai sampai sedang ke topografi perbukitan.

(Slides, Slumps, dan Flows)

D12 Lahan Rusak / Daerah dengan

erosi parit aktif dan parah

Curam hingga topografi miring yang sangat curam. (Ujung runcing, puncak

membulat dan tipe castellite)

7. Bentuklahan Aeolin

Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan aeolin merupakan bentukan

lahan oleh proses eksogenik dengan angin sebagai agen pembentuk utamanya,

yakni dengan membentuk endapan oleh adanya pengikisan, pengangkutan dan

pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin.

(12)

Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal aeolin adalah sebagai berikut

Kode Warna Unit

A1 Bukit Gumuk Pasir memanjang longitudinal

A2 Dataran Gurun

Menurut Van Zuidam (1983), Bentuklahan asal Aeolian, yaitu :

Kode Warna Unit Karakteristik

A1 Sateurated dune fields

Topografi bergelombang-melingkar dengan bukit- berbukit rendah berbagai bentuk, berkembang dicover

pasir kontinyu

A2 Non-satureted dune fields

Topografi bergelombang-melingkar dengan bukit rendah- berbukit rendah

dari berbagai bentuk, berkembang dicover pasir non-kontinyu

A3

Terpencil, bukit pasir minor kompleks gundukan kecil atau

bukit besar terisolasi

Relative kecil,daerah terisolasi dengan topografi bergelombang-melingkar, bukir rendah ke bukit rendah berbagai

bentuk atau besar, gumuk terisolasi

A4 Lembar pasir

Topografi hampir datar-bergelombang dengan benjolan rendah berbentuk

kubah dan depresi dangkal

A5 Reg/serir

Hampir datar untuk topografi bergelombang ditutupi oleh trotoar

gurun

8. Bentuklahan Karst

Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal aeolin adalah sebagai berikut :

Kode Warna Unit

K1 COKELAT Dataran Tinggi Karst

K2 Lereng & Perbukitan Karst Terkikis

(13)

K3 Kubah Karst

K4 Bukit Sisa Karst

K5 Dataran Alluvial Karst

K6 Uvala, Doline

K7 Polje

K8 Lembah Karst

K9 Ngarai

Menurut Van Zuidam (1983), klasifikasi unti geomorfologi bentuklahan asal karst adalah sebgai berikut :

Kode Warna Unit Karakteristik

K1

COKELAT

Karst Plateaus (Dataran Tinggi Kar)st

Topografi bergelombang –

bergelombang kuat dengan sedikit depresi hasil pelarutan dan lembah mengikuti kekar.

K2

Karst/Denudation Slope and Hills

(Lereng Karst Denudasional , lereng kastified pada batugamping yang relatif keras )

Topografi dengan lereng menengah – curam, bergelombang kuat – berbukit, permukaan tak teratur dengan kemungkinan dijumpai lapis, depresi hasil pelarutan dan sedikit lembah kering.

K3

Karstic/Denudational Hills and Mountains

(Perbukitan & Lereng Karst Denudasional)

Topografi dengan lereng menengah sangat curam, berbukit, pegunungan, lapis, depresi hasil pelarutan,cliff, permukaan berbatu.

K4 Labyrint or Starkarst Zone (Labirin atau star kars)

Topografi dengan lereng curam – sangat curam, permukaan sangat kasar dan tajam dan depresi hasil pelarutan yang tak teratur.

K5 Conical Karst Zone

Topografi dengan lereng menengah – sangat curam, bergelombang kuat – berbukit, perbukitan membundar bentuk conic & pepino & depresi polygonal (cockpits & glades).

K6

Tower Karst Hills or Hills Zone/Isolated Limestone Remnant

Perbukitan terisolir dengan lereng sangat curam – amat sangat curam (towers, hums, mogots atau haystacks).

K7 Karst Aluvium Plains Topografi datar – hampir datar mengelilingi sisa batugamping terisolasi / zona perbukitan menara

(14)

karst atau perbukitan normal atau terajam lemah.

K8 Karst Border/Marginal Plain (Tepian Kars)

Lereng hampir datar – landai, terajam dan jarang atau sangat jarang banjir.

K9 Major Uvala/Glades

Sering ditamukan depresi polygonal atau hasil pelarutan dengan tepi lereng curam menengah – curam, jarang banjir.

K10 Poljes

Bentuk depresi memanjang dan luas, sering berkembang pada sesar dan kontak litologi, sering banjir oleh air sungai, air hujan & mata air karst.

K11 Dry Valleys (Major)

Lembah dengan lereng landai curam – menengah, sering dijumpai sisi lembah yang curam – sangat curam, depresi hasil pelarutan (ponors) dapat muncul.

K12 Karst Canyons/Collapsed

Valleys

Lembah berlereng landai curam – menengah dengan sisi lembah sangat curam – teramat curam, dasar lembah tak teratur dan jembatan dapat terbentuk.

9. Bentuklahan Organik

Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan organik adalah bentuk lahan atau landform yang secara alamiah terbentuk dari proses kegiatan makhluk hidup serta bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas organisme, contohnya adalah bentuk lahan terumbu karang dan pantai bakau/mangrove

DAFTAR PUSTAKA

Treman, I Wayan. 2014. Geomorfologi. Singaraja: Graha Ilmu

Thornbury, W.D., 1958, Principles of Geomorphology, New York: John Wiley Sons Inc

Van Zuidam, R. A. 1983. Guide to Geomorphologic - aerial photographic

(15)

interpretation and mapping. Enschede: Section of Geology and Geomorphology, ITC, hal. 325

Verstappen, H.Th., 1983. Applied Geomorphology.Geomorphological Surveys for

Environmental Management. Amsterdam: Elsevier.

.

Referensi

Dokumen terkait

yang tejadi di dalam bumi. Kekar ini dapat terbentuk akibat gejala tektonik maupun non tektonik. Sistematik : Joint set, Joint system.. Kekar sistematik biasanya dijumpai

Dataran fluvio vulkanik, dataran struktural berombak dan perbukitan struktural merupakan bentuklahan dengan kategori mudah terkonversi (MK) yang lebih besar dari

Gempa bumi (earthquake) adalah getaran yang berasal dari dalam bumi yang merambat sampai ke permukaan bumi yang disebabkan oleh tenaga endogen. Ilmu yang secara

Pada awalnya sesar hanyalah sebuah perlapisan yang terbentuk dalam kurun waktu tertentu, lalu dengan adanya gaya endogen dari dalam bumi yang menekan mereka dari

Patahan bumi adalah perubahan bentuk bumi akibat adanya tekanan tenaga endogen yang cepat, sehingga permukaan bumi tidak sempat melipat... Hal

Peta tematik yang menggambarkan permukaan bumi dalam satuan-satuan bentuklahan dengan selalu mempertimbangkan faktor jenis litologi, proses.. endogen dan eksogen dalam

Pada awalnya sesar hanyalah sebuah perlapisan yang terbentuk dalam kurun waktu tertentu, lalu dengan adanya gaya endogen dari dalam bumi yang menekan mereka

Kemudian pada pola pengaliran didapatkan kategori pola pararel, dimana pada pola ini mencirikan suatu system aliran yang terbentuk oleh lereng yang curam, karena morfologi lereng yang