BENTUKLAHAN
1. Bentuklahan struktural
Struktur geologi yang ada dapat menghasilkan bentuklahan yang berbeda-beda.
Menurut Thonbury (1954), struktur geologi adalah faktor dominan yang mengontrol atau mengendalikan evolusi (ubahan angsur) bentuk-bentuk permukaan bumi dan struktur geologi tersbut tercermin dalam bentuklahannya.
Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan struktural adalah adalah bentuk lahan yang terbentuk karena adanya proses tenaga endogen yaitu tenaga yang berasal dari dalam bumi yang sering disebut proses tektonik atau diatropisme.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bentuklahan struktural adalah bentuklahan yang bentuklahan yang terbentuk hasil dari tenaga endogen dan setiap struktur geologi dapat menghasilkan bentuklahan yang berbeda-beda.
Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal structural adalah sebagai berikut
Kode Warna Unit
S1
UNGUBlok Sesar
S2 Gawir Sesar
S3 Gawir Garis Sesar
S4 Pegunungan Antiklin
S5 Perbukitan Antiklin
S6 Pegunungan Sinklinal
S7 Perbukitan Sinklinal
S8 Pegunungan Monoklinal
S9 Perbukitan Monoklinal
S10 Pegunungan Dome atau Kubah
S11 Perbukitan Dome atau kubah
S12 Dataran Tinggi Plato
S13
CuestaS14
HogbackS15 Bentuk seterika Flatiron
S16 Lembah Antiklin
S17 Lembah Sinklin
S18 Lembah Subsekuen
S19 Tanah Sembul
S20 Tanah Terban
S21 Perbukitan lipatan kompleks
Menurut Van Zuidam (1983):
Kode Warna Unit Karakteristik Umum
S1
UNGU Topografi bergelombang sedang hingga bergelombang
kuat dengan pola aliran berhubungan dengan kekar,
dan patahan
Rendah sampai cukup miring. Tersayat menengah.
S2
Topografi bergelombang sedang hingga bergelombang
kuat dengan pola aliran berkaitan dengan singkapan
batuan berlapis
Rendah sampai topografi tebing yang cukup miring dengan berbentuk linear.
Tersayat menengah – kuat.
S3
Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan dengan pola
aliran berkaitan dengan kekar dan patahan
Sedang sampai topografi tebing yang cukup miring. Tersayat kuat.
S4
Topografi perbukitan hingga pegunungan dengan pola aliran
berkaitan dengan singkapan batuan berlapis
Cukup curam sampai topografi tebing yang sangat miring curam dengan berbentuk linear. Tersayat menengah sampai kuat.
S5 Mesas / Dataran Tinggi yang
Dikontrol Struktur
Topografi datar hingga bergelombang lemah di atas plateau dan perbukitan di bagian tebing.
S6 Cuestas Bergelombang lemah di bagian lereng
belakang dan perbukitan pada lereng depan. Tersayat lemah.
S7 Hogbacks & Flatirons Tinggian berupa topografi perbukitan tersayat.
S8 Teras Denudasional Struktural Topografi bergelombang lemah hingga perbukitan. Tersayat menengah.
S9 Perbukitan Antiklin & Sinklin Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan.
S10 Depresi Sinklin & Combes
Lereng yang cukup curam hingga rendah / topografi landai sampai bergelombang. Tersayat lemah – menengah.
S11 Kubah / Perbukitan Sisa Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan.
S12 Dykes Topografi bergelombang kuat hingga
perbukitan. Tersayat menengah.
S13 Gawir Sesar &
Gawir Garis Sesar (Tebing yang Curam)
Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan. Tersayat menengah sampai kuat.
S14 Depresi Graben Topografi bergelombang lemah hingga
kuat.
S15 Tinggian Horst Topografi bergelombang kuat hingga perbukitan.
2. Bentuklahan Fluvial
Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan fluvial adalah bentuk lahan yang terjadi akibat adanya proses aliran baik yang berupa sungai maupun yang tidak terkonsentrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut, makan akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi, dan sedimentasi.
Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal fluvial adalah sebagai berikut
Kode Warna Unit
F1
HIJAUDataran Aluvial
F2 Dasar Sungai
F3 Danau
F4 Rawa
F5 Rawa Belakang
F6 Saluran Sungai Mati
F7 Dataran Banjir
F8 Tanggul Alam
F9 Ledok Fluvial
F10 Bekas Dasar Danau
F11 Hamparan celah atau tonjolan fluvial (crevasse splays)
F12 Gosong Lengkung Dalam
F13 Gosong Sungai
F14 Teras Fluvial
F15 Kipas Aluvial Aktif
F16 Kipas Alluvial Tidak Aktif
F17 Delta
F18 Igir Delta
F19 Ledok Delta
F20 Pantai Delta
F21 Rataan Delta
3. Bentuklahan Vulkanik
Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan vulkanik adalah bentuk lahan hasil kegiatan gunung berapi baik yang tersusun dari bahan gunung api yang sudah keluar ke permukaan bumi (ekstrusi) maupun yang membeku dalam permukaan bumi (intrusi).
Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal vulkanik adalah sebagai berikut
Kode Warna Unit
V1 Kepundan
V2 Kerucut Vulkanik
V3 Lereng Vulkanik Atas
V4 Lereng Vulkanik Tengah
V5 Lereng Vulkanik Bawah
V6 Kaki Vulkanik
V7 Dataran Kaki Vulkanik
V8 Dataran Fluvial Vulkanik
V9 Padang Lava
V10 Padang Lahar
V11 Lelehan Lava
V12 Aliran Lahar
V13 Dataran Antara Vulkanik
V14 Dataran Tinggi Lava
V15
PlanezeeV16 Padang Abu, Tuff, Lapilli
V17
SolfataraV18
FumarolesV19 Bukit Vulkanik Terdenudasi
V20 Leher Vulkanik
V21 Sumbat Vulkanik
V22 Kerucut Parasiter
V23
Boca
Menurut Van Zuidam (1983), klasifikasi bentuklahan vulkanik yaitu :
Kode Warna Unit Karakteristik
V1 Kawah gunungapi
Dasar depresi cekung datar hingga curam dengan dinding yang curam hingga sangat curam. Tersayat menengah.
V2 Kerucut gunungapi (abu, atau
kerucut berhamburan)
Perbukitan tebing yang sangat curam hingga curam. Sangat curam, lereng atas gunung api dan curam, tengah dan lereng bawah gunung api. Tersayat lemah hingga menengah.
V3 Lereng gunungapi
Perbukitan tebing yang sangat curam hingga curam. Lereng atas gunung api sangat curam dan tengah curam dan lereng bawah gunung api. Tersayat kuat.
V4
Kerucut strato-vulkano / kemiringan lereng atas dan tengan gunungapi
Perbukitan tebing yang sangat curam hingga curam. Tersayat lemah hingga menengah.
V5
Kerucut strato-vulkano / kemiringan lereng atas dan tengan gunungapi
Perbukitan tebing yang sangat curam hingga curam. Tersayat kuat.
V6
Kaki Lereng Fluvial Gunung Api Atas / Lereng Bawah Gunung Api tersayat lemah hingga menengah
Lereng curam menengah hingga lemah. Tersayat lemah hingga menengah.
V7
Kaki Lereng Fluvial Gunung Api Atas / Lereng Bawah Gunung Api tersayat kuat
Lereng curam menengah hingga lemah. Tersayat kuat. (Bagian Teras &
Non-Teras) V8 Dataran & Kaki Lereng Fluvial
Gunung Api Atas
Lereng landai-curam. Tersayat lemah, Biasanya terbentuk oleh lahar dan
deposit tuff. Agak miring, topografi perbukitan hingga landai. Tidak atau tersayat lemah.
V9
Kaki Lereng Fluvial Gunung Api Bawah, Dataran Antara Gunung Api & Dataran Fluvial Gunung Api
Biasanya terbentuk oleh banjir dan deposit tuff. Agak miring, topografi bergelombang. Tidak atau tersayat lemah; jika masih aktif, tergenang hingga banjir.
V10 Padang Furmarol
& atau Solfatara
Lereng curam, topografi bergelombang sampai berputar
V11 Padang Lava / Aliran / Dataran Tinggi / Titik Letusan Lava
Lereng curam menengah hingga lemah. Topografi landai hingga bergelombang.
V12 Debu, Tuff & atau Dataran / Padang Lapilli
Lereng curam menengah hingga lemah. Topografi landai hingga bergelombang. Tersayat menengah.
V13 Panezes
Lereng curam-sangat cuuram mirip dengan flat-irons, tersayat sangat kuat oleh jurang atau barrancos
V14
Pebukitan Denudasional Gunung Api (Gunung Berapi Terkikis & Kaldera)
Tebing landai-curam, tersayat kuat
V15 Leher gunungapi Lereng landai-sangat curam, bukit terisolasi, tersayat kuat
4. Bentuklahan Glasial
Menurut Suhendra (2009), bentuklahan glasial adalah bentuklahan dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang menghasilkan suatu bentang alam.
Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal glasial adalah sebagai berikut
Kode Warna Unit
G1 Perbukitan / Dataran Morena
G2 Dataran Teras Glasial
G3 Lembah Cirques
G4 Lembah Aliran Glasial
G5 Pegunungan Glasial
Menurut Van Zuidam (19830, bentuklahan glasial, yaitu :
Kode Warna Unit Karakteristik
G1 Salju abadi dan es gletser salju atau es tertutup permukaan
G2 Nivation dan glacial cirques
Lereng landau-curam dengan depresi melingkar, sebagian berbatasan curam-dinding sangat curam
G3 Es dan tersebar lereng bukit
Lereng sangat curam, bukit dan gunung dengan sharply crested water devides (acretes and horns), tersayat kuat
G4
Lereng bermotif garis-garis dan gelifluction stripes, lobes dan teras
Lereng landai-curam, permukaan halus-tidak teratur, tersayat kuat
G5 Ereng scree dan bidaang blok Lereng cukup curam-sangat curam, permukaan kasar
G6 Glasial melalui lembah / lembah menggantung
Lereng curam-ekstim dengan sisi lembah relative landau dan bawah lembah
G7
Zona dengan tanah, lateral menengah / bawah moraine terminal
Lereng landau-curam, topografi bergelombang-melingkar, kadang- kadang bentuk memanjang
G8 Outwash dataran / bawah
lembah fluvio-glasial Lereng cukup curam, tersayat kuat
5. Bentuklahan Marine
Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan marine adalah bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai yang dihasilkan oleh aktivitas/gerakan air laut, baik pada tebing, pantai berpasir, pantai berkarang, maupun pantai berlumpur. Sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin dangkal laut, maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai.
Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal
marine adalah sebagai berikut
Kode Warna Unit
M1
BIRU
Pelataran Pengikisan Gelombang
M2 Tebing Terjal & Tarik Pantai
M3 Gesik
M4 Beting Gesik Bura
M5
TomboloM6 Depresi Antar Beting
M7 Gumuk Pantai Aktif
M8 Gumuk Pantai Tidak Aktif
M9 Rataan Pasang Surut Bervegetasi
M10 Rataan Pasang Surut Tidak Bervegetasi
Menurut Van Zuidam (1983), bentuklahan Marine, yaitu :
Kode Warna Unit Karakteristik
M1 Marine wave cut platforms
Hamper datar, lereng landai, banjir saat air pasang, sering terlihat
morfologi tidak teratur
M2 Tebing dan zona kedudukan
laut
Lereng curam-sangat curam, topografi tidak teratur
M3 beaches
Hampir datar, lereng landau, terkena banjir saat pasang, topografi tidak
teratur karena garis pantai, bars, swales and sand deposits reworked by
wind. Pasir, shingle, kerikil, brangkal, dan batuan pantai
M4 Pematang pantai, spits and
tombolo bars, possibly slightly reworked by wind
Topografi landi-cukup curam, bentuk memanjang dengan cekungan deflasi
dan bukit pasir
M5 swales
Depresi memanjang amper rata antara pematang pantai, yang sekarang sering banjir dan yang lampau jarang
banjir M6 Active coastal dunes (bukit
pasir pesisir aktif)
Lereng landau-curam dengan topografi memanjang (fore dunes), seperti bulan sabi (barchans dunes
dan parabolic dunes), non-vegetasi
M7 Inactive or dormant coastal dunes (bukit pasir pesisir tidak
aktif)
Lereng landau-curam dengan topografi memanjang (fore dunes), seperti bulan sabit (parabolic dunes),
sering padat vegetasi
M8 Non-vegetated tidal flats / mud flats
Topografi hamper datar tersyat oleh pasang surut air laut yang berbatasan
dengan tanggul kecil dan cekungan dangkal, secara teratur banjir
M9 vegetated tidal flats
Topografi hamper datar tersyat oleh pasang surut air laut yang berbatasan
dengan tanggul dengan baik dan cekungan dangkal, secara teratur
banjir
(swampy tidal flats : mangroves, marshy tidal flats : grasses and
shrubs) M10 Marine flood plains (dataran
banjir laut)
Topografi Lereng datar-landai, tersayat lemah
M11 Marine terraces
Topografi lereng hamper datar-landai, tersayat lemah oleh aktivitas fluvial, pada dasarnya tidak dibanjiri lagi oleh
air laut
M12 Lithothamnium ridges/reef
rings/atolls
Tempat hiduo koral disekitar zona pantai dengan topografi tidak teratur,
permanen ttertutup oleh air laut M13 Coral reefs (batu karang) Tempat hidup koral di zona pasang
surut dengan topografi tidak teratur
V14 Reef flats
Datar, topografi yang tidak teratur karang terutama mati, pada dasarnya
di atas zona pasang surut
M15 Reef caps/uplifted reefs
Datar, berteras, topografi sedikit miring atau bergelombang dimana tempat karang mati, biasanya terkena
banjir
M16 Ramparts and cays Hamper datar, topografi
bergelombang, dengan endapan linear
M17 lagoons Water filled depression
6. Bentuklahan Denudasional
Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan denudasional adalah bentuklahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak massa batuan, dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi.
Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal denudasional adalah sebagai berikut
Kode Warna Unit
D1
Cokelat
Perbukitan Terkikis
D2 Pegunungan Terkikis
D3 Bukit Sisa
D4 Bukit Terisoloasi
D5 Dataran Nyaris
D6 Dataran Nyaris Terangkat
D7 Lereng Kaki
D8 Pediment
D9 Piedmen
D10 Lereng Terjal
D11 Kipas Rombakan Lereng
D12 Daerah dengan Gerakan Massa Kuat
D13 Lahan Rusak
Menurut Van Zuidam (1983) Bentuklahan asal Denudasional, yaitu:
Kode Warna Unit Karakteristik Umum
D1
Cokelat
Perbukitan & Lereng Denudasional dengan erosi
kecil
Lereng landai – curam menengah (topografi bergelombang kuat),
tersayat lemah – menengah.
D2
Perbukitan & Lereng Denudasional dengan erosi
sedang sampai parah
Lereng curam menengah - curam (topografi bergelombang kuat – berbukit), tersayat menengah tajam.
D3 Pegunungan & Perbukitan Denudasional
Lereng berbukit curam – sangat curam hingga topografi pegunungan, tersayat
menengah tajam.
D4 Bukit Sisa Terisolasi
Lereng yang berbukit curam – sangat curam, tersayat menengah.
(Borhardts: membundar, curam, halus;
Monadnocks: memanjang, curam;
Bentuk yang tidak rata dengan atau tanpa blok penutup.)
D5 Dataran (Peneplains) Hampir datar, topografi landai sampai bergelombang. Elevasi rendah.
D6 Dataran yang Terangkat /
Dataran Tinggi (Raized Peneplains / Plateaus)
Hampir datar, topografi landai sampai bergelombang. Elevasi tinggi.
D7 Kaki Lereng
Relatif rendah, lereng hampir horizontal sampai rendah. Hampir datar, topografi bergelombang dalam
tahap aktif.
D8 Piedmonts
Tebing yang rendah sampai cukup bergelombang ke topografi landai di
kaki bukit dan dataran tinggi pegunungan.
D9 Gawir (Scarp) Lereng yang curam sampai sangat
curam.
D10 Kipas Rombakan Lereng Lereng agak curam sampai rendah.
D11 Daerah dengan Gerakan
Massa Batuan yang Kuat
Tidak rata, tebing landai sampai sedang ke topografi perbukitan.
(Slides, Slumps, dan Flows)
D12 Lahan Rusak / Daerah dengan
erosi parit aktif dan parah
Curam hingga topografi miring yang sangat curam. (Ujung runcing, puncak
membulat dan tipe castellite)
7. Bentuklahan Aeolin
Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan aeolin merupakan bentukan
lahan oleh proses eksogenik dengan angin sebagai agen pembentuk utamanya,
yakni dengan membentuk endapan oleh adanya pengikisan, pengangkutan dan
pengendapan bahan-bahan tidak kompak oleh angin.
Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal aeolin adalah sebagai berikut
Kode Warna Unit
A1 Bukit Gumuk Pasir memanjang longitudinal
A2 Dataran Gurun
Menurut Van Zuidam (1983), Bentuklahan asal Aeolian, yaitu :
Kode Warna Unit Karakteristik
A1 Sateurated dune fields
Topografi bergelombang-melingkar dengan bukit- berbukit rendah berbagai bentuk, berkembang dicover
pasir kontinyu
A2 Non-satureted dune fields
Topografi bergelombang-melingkar dengan bukit rendah- berbukit rendah
dari berbagai bentuk, berkembang dicover pasir non-kontinyu
A3
Terpencil, bukit pasir minor kompleks gundukan kecil atau
bukit besar terisolasi
Relative kecil,daerah terisolasi dengan topografi bergelombang-melingkar, bukir rendah ke bukit rendah berbagai
bentuk atau besar, gumuk terisolasi
A4 Lembar pasir
Topografi hampir datar-bergelombang dengan benjolan rendah berbentuk
kubah dan depresi dangkal
A5 Reg/serir
Hampir datar untuk topografi bergelombang ditutupi oleh trotoar
gurun
8. Bentuklahan Karst
Menurut Verstappen (1985), klasifikasi unit geomorfologi bentuklahan asal aeolin adalah sebagai berikut :
Kode Warna Unit
K1 COKELAT Dataran Tinggi Karst
K2 Lereng & Perbukitan Karst Terkikis
K3 Kubah Karst
K4 Bukit Sisa Karst
K5 Dataran Alluvial Karst
K6 Uvala, Doline
K7 Polje
K8 Lembah Karst
K9 Ngarai
Menurut Van Zuidam (1983), klasifikasi unti geomorfologi bentuklahan asal karst adalah sebgai berikut :
Kode Warna Unit Karakteristik
K1
COKELAT
Karst Plateaus (Dataran Tinggi Kar)st
Topografi bergelombang –
bergelombang kuat dengan sedikit depresi hasil pelarutan dan lembah mengikuti kekar.
K2
Karst/Denudation Slope and Hills
(Lereng Karst Denudasional , lereng kastified pada batugamping yang relatif keras )
Topografi dengan lereng menengah – curam, bergelombang kuat – berbukit, permukaan tak teratur dengan kemungkinan dijumpai lapis, depresi hasil pelarutan dan sedikit lembah kering.
K3
Karstic/Denudational Hills and Mountains
(Perbukitan & Lereng Karst Denudasional)
Topografi dengan lereng menengah sangat curam, berbukit, pegunungan, lapis, depresi hasil pelarutan,cliff, permukaan berbatu.
K4 Labyrint or Starkarst Zone (Labirin atau star kars)
Topografi dengan lereng curam – sangat curam, permukaan sangat kasar dan tajam dan depresi hasil pelarutan yang tak teratur.
K5 Conical Karst Zone
Topografi dengan lereng menengah – sangat curam, bergelombang kuat – berbukit, perbukitan membundar bentuk conic & pepino & depresi polygonal (cockpits & glades).
K6
Tower Karst Hills or Hills Zone/Isolated Limestone Remnant
Perbukitan terisolir dengan lereng sangat curam – amat sangat curam (towers, hums, mogots atau haystacks).
K7 Karst Aluvium Plains Topografi datar – hampir datar mengelilingi sisa batugamping terisolasi / zona perbukitan menara
karst atau perbukitan normal atau terajam lemah.
K8 Karst Border/Marginal Plain (Tepian Kars)
Lereng hampir datar – landai, terajam dan jarang atau sangat jarang banjir.
K9 Major Uvala/Glades
Sering ditamukan depresi polygonal atau hasil pelarutan dengan tepi lereng curam menengah – curam, jarang banjir.
K10 Poljes
Bentuk depresi memanjang dan luas, sering berkembang pada sesar dan kontak litologi, sering banjir oleh air sungai, air hujan & mata air karst.
K11 Dry Valleys (Major)
Lembah dengan lereng landai curam – menengah, sering dijumpai sisi lembah yang curam – sangat curam, depresi hasil pelarutan (ponors) dapat muncul.
K12 Karst Canyons/Collapsed
Valleys
Lembah berlereng landai curam – menengah dengan sisi lembah sangat curam – teramat curam, dasar lembah tak teratur dan jembatan dapat terbentuk.
9. Bentuklahan Organik
Menurut I Wayan Treman (2014), bentuklahan organik adalah bentuk lahan atau landform yang secara alamiah terbentuk dari proses kegiatan makhluk hidup serta bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas organisme, contohnya adalah bentuk lahan terumbu karang dan pantai bakau/mangrove
DAFTAR PUSTAKA
Treman, I Wayan. 2014. Geomorfologi. Singaraja: Graha Ilmu
Thornbury, W.D., 1958, Principles of Geomorphology, New York: John Wiley Sons Inc
Van Zuidam, R. A. 1983. Guide to Geomorphologic - aerial photographic
interpretation and mapping. Enschede: Section of Geology and Geomorphology, ITC, hal. 325
Verstappen, H.Th., 1983. Applied Geomorphology.Geomorphological Surveys for
Environmental Management. Amsterdam: Elsevier.
.