1. Ananda riska rusadi (2001011154) 2. Martha laora fransisca (2001011176) 3. Riska fadilla (2001011189)
4. Siti aminah hasibuan (2001011194) 5. Ulfatul chaira (2001011197)
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARENTERAL
Dosen pengampu : Apt.Ella Fransisca S.farm.,M.farm
Pengertian sediaan parenteral
Sediaan parenteral merupakan sediaan yang diberikan tidak melalui jalur enteral (saluran cerna). Istilah parenteral berasal dari kata Yunani para dan enteron yang berarti disamping atau lain dari usus. Sediaan ini diberikan dengan cara menyuntikkan obat di bawah atau melalui satu atau lebih lapisan kulit atau membran mukosa. Karena rute ini disekitar daerah pertahanan yang sangat tinggi dari tubuh, yaitu kulit dan selaput/membran mukosa, maka sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba, dari komponen toksis, dan tingkat kemurniaan yang sangat tinggi. Yang dimaksud dengan kemurnian yang tinggi itu antara lain harus steril.
Sediaan parenteral merupakan sediaan steril yang diberikan melalui beberapa rute pemberian yaitu intravena, intraspinal, intramuskuler, subkutan dan intradermal. Apabila injeksi diberikan melalui rute intramuskular, seluruh obat akan berada di tempat itu. Dari tempat suntikan itu obat akan masuk ke pembuluh darah disekitarnya secara difusi pasif, baru masuk ke dalam sirkulasi
.
Cara inisesuai untuk bahan obat, baik yang bersifat lipofilik maupun yang hidrofilik. Kedua bahan obat itu dapat diterima dalam jaringan otot baik secara fisis maupun secara kimia. Bentuk sediaan larutan, suspensi, atau emulsi juga dapat diterima lewat intramukuler, begitu juga pembawanya bukan air, seperti pelarut campur atau minyak.
Produk parenteral, selain diusahakan harus steril juga tidak boleh mengandung partikel yang memberikan reaksi pada pemberian juga diusahakan tidak mengandung bahan
pirogenik. Bebas dari mikroba (steril) dapat dilakukan dengan cara sterilisasi dengan pemanasan pada wadah akhir, namun harus diingat bahwa ada bahan yang tidak tahan terhadap pemanasan. Untuk itu dapat dilakukan teknik aseptik. Larutan yang mengandung bakteri gram positif-negatif dapat saja memberikan reaksi demam atau pirogenik walaupun larutan injeksi tersebut steril. Reaksi demam atau pirogen ini disebabkan oleh adanya fragmen dinding sel bakteri yang disebut endotoksin. Adanya endotoksin yang ditandai dengan reaksi demam itu merupakan pertanda bahwa selama proses produksi terjadi kontaminasi mikroba pada produk.
A. Keuntungan
1. Obat mencapai onset (mula kerja) dan efek terapi yang cepat
2. Efek obat dan kadar obat dalam darah lebih mudah diramalkan dengan pasti.
3. Biovaibilitas sempurna atau hampir sempurna
4. Kerusakan obat dalam saluran pencernaan dapat dihindarkan, serta tidak melalui first pass effect
5. Dapat untuk obat yang rusak /tidak diabsobsi dalam sistem saluran cerna, contoh: insulin (protein drug)
6. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang sedang dalam keadaan koma
B. Kerugian
1. Dapat menimbulkan rasa nyeri/sakit pada saat disuntik, apalagi bila pemberiannya berulang.
2. Memberikan efek psikologis pada pasien yang takut disuntik
3. Bila terjadi kekeliruan pada saat pemberian, maka hampir tidak dapat diperbaiki terutama setelah pemberian intravena.
4. Bila obat sudah masuk ke dalam tubuh pasien, maka sulit untuk ditarik kembali atau dikeluarkan.
5. Obat hanya dapat diberikan kepada pasien di rumah sakit, atau di
tempat praktek dokter dan hanya dilakukan oleh perawat yang
berpengalaman
JENIS-JENIS SEDIAAN PARENTERAL
Sediaan steril untuk kegunaan parenteral menurut Depkes R.I (1995) dan Rahman & Djide (2009) digolongkan menjadi 5 jenis yang berbeda yaitu:
1. Obat atau larutan atau emulsi yang digunakan untuk injeksi, di tandai dengan nama Injeksi...
. Contoh : Injeksi Vitamin C
2. Sediaan padat kering atau cairan pekat tidak mengandung dapar, pengencer atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut yang sesuai memenuhi persyaratan injeksi, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya steril.
Contoh : Injeksi Dehidrostreptomisin Sulfat Steril.
3. Sediaan seperti tertera pada poin 2 tetapi mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan tambahan lain, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya,untuk Injeksi.
Contoh: Injeksi Penicillin Oil untuk Injeksi
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak
disuntikan secara intravena atau ke dalam saluran spinal, dan dapat dibedakan dari nama bentuknya, Suspensi steril.
Contoh : injeksi Suspensi Hidrokortison Asetat Steril.
5. Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan
bahan pembawa yang sesuai dan dapat dibedakan dari nama bentuknya steril untuk Suspensi.
Contoh : injeksi Prokain Penisilin G steril untuk suspensi
Sedangkan secara umum sediaan parental dibagi menjadi 2 macam yaitu : 1. Sediaan Parenteral Volume Kecil
Sediaan parenteral volume kecil diartikan sebagai obat steril yang dikemas dalam wadah di bawah 100 ml
Kategori sediaan parenteral volume kecil :
a. Produk Farmaseutikal yang terdiri dari bahan kimia organik dan anorganik dalam larutan, suspensi, emulsi, produk freezedried atau sebagai serbuk steril.
b. Produk Biologi yang disiapkan dari sumber biologi meliputi vaksin, toksoid, ekstrak biologi.
c. Zat pendiagnosa seperti media kontras sinar x.
d. Produk radiofarmasi untuk deteksi dan diagnosis.
e. Produk gigi seperti anestetik lokal.
f. Produk bioteknologi.
g. Produk liposom dan lipid
2. Sediaan Parenteral Volume Besar
Sediaan cair steril yang mengandung obat yang dikemas dalam wadah 100 ml atau lebih dan ditujukan untuk manusia. Umumnya dengan tujuan penggunaan sebagai berikut:
a. Bila tubuh kekurangan air, elektrolit dan karbohidrat maka kebutuhan tersebut harus cepat diganti.
b. Pemberian infus memiliki keuntungan karena tidak harus menyuntik pasien berulangkali.
c. Mudah mengatur keseimbangan keasam dan kebasaan obat dalam darah.
d. Sebagai penambah nutrisi bagi pasien yang tidak dapat makan secara oral.
e. Berfungsi sebagai dialisa pada pasien gagal ginjal
o Syarat-syarat parenteral volume besar adalah:
a. Steril
b. Bebas Pirogen Sediaan Parenteral Volume Besar harus steril dan bebas pirogen karena
- Sediaan diinjeksikan langsung kedalam aliran darah
- Sediaan ditumpahkan pada tubuh dan daerah gigi (larutan penguras).
- Sediaan langsung berhubungan dengan darah (hemofiltrasi).
- Sediaan langsung ke dalam tubuh (dialisa peritoneal).
c. Bebas dari bahan pertikulat jernih, karena dapat menyebabkan emboli.
d. Dikemas dalam wadah dosis tunggal
e. Tidak mengadung bahan baktersid karena volume cairan terlalu besar.
f. Isotonis dan isohidris
JALUR PEMBERIAN SEDIAAN PARENTERAL
Rute yang saat ini luas digunakan dalam terapi parenteral meliputi intradermal, subkutan, intramuskular, intravena , intraarterial, dan lain-lain dapat dilihat pada gambar berikut
A. Rute Intravena
Pada rute ini obat diinjeksikan langsung ke dalam pembuluh vena (venous vascular) dan masuk ke aliran darah. Penyuntikan dilakukan dengan menusukkan syringe pada posisi sudut 45˚ dari permukaan kulit. Pemberian obat secara intravena menghasilkan kerja obat yang cepat (aksi segera), tepat, dan akurat dibandingkan dengan cara-cara pemberian lain.
Dikarenakan absorpsi obat tidak menjadi masalah, maka kadar darah optimal dapat dicapai dengan kecepatan dan kesegeraan yang tidak mungkin didapat dengan cara-cara lain. Pada kondisi gawat atau darurat, pemberian obat lewat intravena dapat menjadi cara yang
menyelamatkan hidup karena penempatan obat langsung ke sirkulasi darah dan kerja obat yang cepat terjadi, yakni berkisar antara 30-60 detik saja.
Rute intravena dapat diberikan dengan cara sebagai berikut :
a. Secara bolus, injeksi diberikan secara langsung dengan kadar tinggi dan pada waktu yang pendek.
b. Secara intermitant infus, injeksi i.v diberikan melalui infus dengan periode pemberian 20 menit sampai 4 jam dalam sehari.
c. Secara continous infus, injeksi i.v melalui infus dengan waktu pemberian lebih dari 6 jam sampai 24 jam.
B. Rute Intramuskular
Injeksi secara intramuskular dilakukan dengan memasukkan obat ke dalam jaringan otot rangka, pada posisi tegak lurus (sudut 90˚) dari permukaan kulit. Pemberian obat lewat
intramuskular menghasilkan efek obat yang lebih lama dari yang dihasilkan oleh pemberian lewat intravena, biasanya sekitar 10-20 menit. Besarnya volume yang diberikan berkisar antara 2-5 mL. Rute ini biasanya memiliki vaskularitas yang lebih baik, sehingga obat yang masuk akan berdifusi secara pasif menuju aliran darah. Larutan air atau minyak atau suspensi bahan obat dapat diberikan lewat intramuskular. Biasanya obat suntik dalam bentuk larutan air lebih cepat diabsorpsi daripada dalam bentuk suspensi, larutan minyak, dan emulsi.
Tempat suntikan sebaiknya sejauh mungkin dari saraf-saraf utama atau pembuluh-
pembuluh darah utama. Kerusakan akibat suntikan intramuskular biasanya berkaitan dengan titik tempat jarum ditusukkan dan di mana obat ditempatkan. Kerusakan itu meliputi paralisis akibat rusaknya saraf, abses, kista, emboli, hematon, terkelupasnya kulit, dan pembentukkan parut. Pada orang dewasa, tempat yang paling sering digunakan untuk suntikan intramuskular adalah ¼ bagian atas luar otot gluteus maksimus (di bokong). Pada bayi daerah gluteal
(bokong) sempit dan komponen utamanya adalah lemak bukan otot. Otot di daerah tersebut tidak berkembang dengan baik. Penyuntikan di daerah ini berbahaya sekali karena dekat dengan saraf sciatic, terutama bila anak itu menolak disuntik dan menggeliat-geliat atau meronta-ronta
C. Rute subkutan
Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area di bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada penyakit gula.
Pemberian rute subkutan digunakan untuk menyuntikan sejumlah kecil obat. Obat disuntikkan di bawah permukaan kulit yang umumnya dilakukan di jaringan interstitial longgar di bagian lengan, lengan bawah, bagian anterior paha, bagian lower abdomen atau bokong.
D.Rute Intraarteri
Injeksi intrartrial disuntikkan kedalam pembuluh darah arteri/perufer/tepi, dalam volume antara 1-10 ml, dan tidak boleh mengandung bakterisida. Rute intraarteri tidak sering digunakan. Injeksi obat pada terminal arteri merupakan 13 sasaran yang dapat merupakan suatu organ
E. Rute Intradermal
Istilah intradermal (ID) berasal dari kata "intra" yang berarti lipis dan "dermis" yang berarti sensitif, lapisan pembuluh darah dalam kulit. Ketika sisi anatominya mempunyai derajat
pembuluh darah tinggi, pembuluh darah betulbetul kecil. Makanya penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik yang dapat dibandingkan karena absorpsinya terbatas, maka penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang sensitif atau untuk menentukan sensitivitas terhadap mikroorganisme. Injeksi intradermal diberikan ke
dalam dermis, tepat di bawah epidermis. Jalur intradermal memiliki waktu absorpsi terlama dari semua pareteral. Keuntungan jalur intradermal untuk tes – tes ini adalah reaksi tubuh terhadap substansi tersebut mudah diamati, dan derajat reaksi dapat dibedakan melalui studi
perbandingan F. Rute Lain
Rute lain yang tidak banyak digunakan meliputi intrakardiak (penyuntikan ke dalam bilik jantung), intraartikular (penyuntikkan ke dalam persendian), hipodermoklisis (injeksi volume besar larutan ke dalam jaringan subkutan), intraspinal (penyuntikkan ke dalam kolon spinal), intrasinovial (penyuntikkan ke daerah cairan persendian), dan intratekal (penyuntikkan ke dalam cairan spinal obat parenteral yang diberikan dalam bentuk larutan). Emulsi parenteral, seperti emulsi lemak (minyak) nutrisional, dapat diberikan secara intravena. Obat yang
diberikan secara injeksi subkutan, intramuskular, atau intradermal dapat berbentuk larutan, suspensi atau emulsi.
FORMULASI DAN TEKNOLOGI PEMBUATAN
Formulasi suatu produk sediaan parenteral meliputi kombinasi dari satu atau lebih bahan dengan zat obat untuk menambahkan kenyamanan, kemampuan penerimaan, atau kefektifan produk tersebut. Zat terapetis suatu senyawa kimia yang mudah mengalami karakteristik
reaksi kimia dan fisika dari golongan senyawa dimana zat tersebut termasuk didalamnya. Oleh karena itu harus dibuat penilaian hati-hati untuk setiap kombinasi dua bahan atau lebih untuk memastikan apakah terjadi interaksi merugikan atau tidak dan jika terjadi, cara untuk
memodifikasi formulasi sehingga reaksi dapat dihilangkan atau dikurangi. Jumlah keterangan yang tersedia untuk pembuat formulasi sehubungan dengan sifat fisika dan kimia dari suatu zat terapetis, keterangan sehubungan dengan sifat dasar harus diperoleh, termasuk bobot molekul, kelarutan, kemurnian, sifat koligatif dan reaktifitas kimia. Jadi dalam formulasi sediaan injeksi dapat dirinci sebagi berikut:
A. Zat aktif
Zat aktif merupakan bahan yang diharapkan memberikan efek terapetik atau efek lain yang diharapkan. Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan injeksi bersifat larut air atau dipilih bentuk garamnya yang larut air.
B. Bahan pelarut dan pembawa
Sebagian besar produk parenteral menggunakan pembawa air. Hal tersebut dikarenakan kompabilitas air dengan jaringan tubuh, dapat digunakan untuk berbagai rute pemberian, air mempunyai konsta dielektrik tinggi sehingga lebih mudah untuk melarutkan elektrolit yang terionisasi dan ikatan hidrogen yang terjadi akan memfalitasi pelrut dari alkohol, aldehid, keton dan amin. Syarat air untuk injeksi menurut USP, yaitu: Harus dibuat segar dan bebas pirogen.
Tidak mengandung lebih dari 10 ppm dari total zat padat. pH antara 5-7. Tidak mengandung ion-ion klorida, sulfat, kalsium dan amonium, karbondioksida dan kandungan logm berat serta meterial organik (tanin, lignin).
C.Zat tambahan
Zat tambahan pada sediaan steril digunakan untuk : a) Meningkatkan kelarutan zat aktif
b) Menjaga stabilitas zat aktif
c) Menjaga sterilitas untuk sediaan multiple dose d) Mempermudah dan menjaga keamanan pemberian
PENGARUH BENTUK SEDIAAN TERHADAP KETERSEDIAAN HAYATI SEDIAAN PARENTERAL INJEKSI
Urutan sediaan yang paling cepat tersedia dalam sirkulasi darah hingga yang paling lambat, dapat dituliskan mulai dari
- Larutan dalam air - suspensi dalam air - larutan dalam minyak - emulsi minyak dalam air
- emulsi air dalam minyak dan terakhir - suspensi dalam minyak