• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Epidemiologi

N/A
N/A
Hamdan Alwi Tahir

Academic year: 2024

Membagikan "Modul Epidemiologi"

Copied!
219
0
0

Teks penuh

(1)

Cecep Heriana, SKM, MPH Hamdan, SKM, MKM Indrayani, SKM, MKM

Lalu Jupriadi, M.Si., Apt.

L. Hersika Asmawariza, M.Tr.Kep.

Dita Marina Lupitaningrum, M.Farm., Apt.

(2)

EPIDEMIOLOGI

Karya:

Cecep Heriana, SKM, MPH; Hamdan, SKM, MKM; Indrayani, SKM, MKM; Lalu Jupriadi, M.Si., Apt.; L. Hersika Asmawariza, M.Tr.Kep.; Dita Marina Lupitaningrum, M.Farm., Apt.

Editor:

Dr. Lalu Sulaiman, S.K.M., M.Kes.

Diterbitkan oleh: PENERBIT PUSTAKA LOMBOK

Jalan TGH. Yakub 01 Batu Kuta Narmada Lombok Barat NTB 83371 HP 0817265590/08175789844

220 hlm. 21 x 29.7 cm ISBN 978-602-5423-34-5

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT. Tidak hent-hentinya kita memujinya atas semua nikmat yang diberikan kepada kita semua, dengan terbitnya modul epidemiologi ini. Untuk mahasiswa kesehatan harapan kami dapat bermafaat untuk semua kalangan baik pada kalangan mahasiswa kesehatan masyarakat, farmasi, kebidanan keperawatan serta kedokteran

Yang kedua dengan diterbitkan modul epidemiologi adalah sebagai wujud kerjasama kami antar program studi dan lintas institusi pendidikan. Yaitu Stikes Kuningan dan Universitas Qomarul huda lombok serta program studi yaitu program studi S1 Keperawatan, S1 Farmasi dan D3 Kebidanan. Semoga dengan adanya kerjasama ini dapat meningkatkan sistem pendidikan di indonesia dan khususnya dapat membantu perguruan tinggi mitra dalam meningkatkan kapasitas pendidikannya serta dapat membatu mahasiswa dalam memahami sisitem pendidikan dalam masa pandemi Covid 19 serta dapat mengikuti perkembangan dalam bidang IT dan kerjasama.

Akhir kata kami mengucapakan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan modul epidemiologi kesehatan ini yang dalam hal ini tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.

Tim Penyusun

(4)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

RPS ... vii

BAB I PENGANTAR EPIDEMIOLOGI A. Definisi Epidemiologi... 1

B. Sejarah Perkembangan Epidemiologi ... 5

C. Tujuan ... 10

D. Manfaat Epidemiologi ... 11

E. Ruang Lingkup Epidemiologi ... 13

F. Metode Pendekatan Epidemiologi ... 13

G. Latihan ... 14

BAB II KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT A. Konsep Segitiga Epidemiologi ... 17

B. Faktor-faktor yang Menentukan Terjadinya Penyakit ... 18

C. Konsep Sehat-Sakit... 19

D. Inferens Kausal Penyakit ... 19

E. Riwayat Alamiah Penyakit ... 34

F. Latihan ... 38

BAB III UKURAN KESEHATAN DALAM POPULASI A. Pengantar ... 41

B. Frekuensi ... 41

C. Pengukuran Kesakitan ... 44

D. Pengukuran Kematian... 48

E. Latihan ... 58

BAB IV EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF A. Definisi ... 60

B. Lingkup Kajian Epidemiologi Deskriptif ... 60

C. Latihan ... 71

(5)

iv

BAB V RANCANGAN PENELITIAN CROSS SECTIONAL

A. Pengertian Cross Sectional ... 75

B. Tujuan Penelitian Cross Sectional ... 79

C. Ciri-ciri Penelitian Cross Sectional ... 80

D. Keuntungan dan Kerugian Penelitian Cross Sectional ... 80

E. Langkah-langkah Penelitian Cross Sectional ... 81

F. Latihan ... 86

BAB VI PENELITIAN KASUS-KONTROL (KASUS KONTROL) A. Gambaran Umum ... 87

B. Perbandingan Kasus control Study dengan Studi Lain ... 90

C. Kelebihan dan Kelemahan Kasus kontrol ... 90

D. Pengukuran dalam kasus kontrol ... 91

E. Pemilihan Kasus dan Kontrol ... 92

F. Bias ... 95

G. Latihan ... 100

BAB VII PENELITIAN KOHORT A. Pengertian Penelitian Kohort ... 102

B. Bentuk-bentuk Penelitian Kohort ... 103

C. Langkah-langkah Penelitian Kohort ... 106

D. Kelebihan dan Kekurangan ... 114

E. Latihan ... 115

BAB VIII RANCANGAN PENELITIAN EKSPERIMENTAL A. Pengertian Penelitian Eksperimental ... 117

B. Macam - macam Penelitian Eksperimental ... 118

C. Tujuan Penelitian Eksperimental ... 118

D. Modus Kontrol Situasi Lingkungan Penelitian ... 118

E. Elemen Rancangan Penelitian Eksperimental ... 120

F. Masalah-masalah dalam Penelitian Eksperimental ... 120

G. Kriteria Seleksi ... 121

H. Eksperimen Semu (Quasi/Kuasi)... 122

I. Jenis Rancangan Eksperimen Semu ... 122

(6)

v

J. Rancangan Penelitian Eksperimental dalam Uji Klinik ... 125

K. Prinsip Pengukuran Eksperimen ... 131

L. Latihan ... 136

BAB IX SURVEILANS DAN RESPON A. Pengertian ... 138

B. Fungsi ... 139

C. Visi Misi dan Stretegi Surveilans ... 140

D. Tujuan ... 140

E. Ruang Lingkup ... 141

F. Kegunaan ... 142

G. Indikator Surveilans ... 143

H. Definisi Kasus... 144

I. Sumber Data ... 144

J. Ananlisis dan Interpretasi Data... 146

K. Mekanisme Umpan Balik ... 147

L. Penyebarluasan Informasi... 147

M. Atribut Surveilans ... 148

N. Evaluasi Surveilans... 150

O. Konsep Sistem Surveilans dan Respon ... 152

P. Latihan ... 154

BAB X SURVEILANS DAN RESPON BERBASIS MASYARAKAT (SRBM) A. Konsep SRBM ... 156

B. Langkah-langkah Pengembangan SRBM ... 158

C. Model Pelaksanaan SRBM pada penyakit DBD ... 164

D. Latihan ... 165

BAB XI SKRINING MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT A. Pengertian ... 166

B. Tujuan Skrining ... 167

C. Jenis Skrining ... 168

D. Cara Melakukan ... 168

E. Uji Diagnostik... 170

(7)

vi

F. Latihan Skrining ... 176

G. Latihan ... 177

BAB XII INVESTIGASI KEJADIAN LUAR BIASA A. Pengertian ... 178

B. Tujuan ... 179

C. Langkah-langkah ... 180

D. Persiapan Penelitian Lapangan ... 180

E. Pemastian Diagnosis Penyakit dan Penetapan KLB... 181

F. Identifikasi Kasus atau Paparan ... 183

G. Deskripsi KLB ... 183

H. Penanggulangan Sementara ... 187

I. Identifikasi Sumber dan Keadaan Penyebab KLB ... 188

J. Penyusunan Laporan KLB... 189

K. Latihan ... 206

(8)

vii

Capaian Pembelajaran (CP)

Adapun capain pembelajaran di mata kuliah epidemiologi ini terdiri dari CPL Prodi (capaian lulusan prodi), Pengetahuan, Keterampilan umum, Keterampilan khusus. Selain itu juga dalam capaian pembelajaran terdiri dari CP-MK dengan di beri kode M dan sub CPMK yang diberi kode L, dilanjut dengan diskripsi MK Epidemiologi secara rinci, serta matri yang akan dipelajari selama 14 pertemuan kedepan dan dilanjut dengan metode dan proses pembelajarannya.

A. CPL-PRODI :

1. Sikap : S1, S3, S7, S8,

a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religious dalam pengembangan bidang kesehatan masyarakat di wilayah perdesaan , terpencil dan berpenghasilan rendah

b. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban berdasarkan Pancasila dibidang kesehatan masyarakat khususnya wilayah perdesaan, terpencil dan berpenghasilan rendah.

c. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dalam pengembangan bidang kesehatan masyarakat di wilayah perdesaan, terpencil, dan berpenghasilan rendah.

d. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik dalam pembelajaran di bidang kesehatan masyarakat dan menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang kesehatan masyarakat secara mandiri;

2. Pengetahuan (P2)

a. Menguasai konsep teoritis dan analisis mendalam untuk bidang pengetahuan epidemiologi, biostatistik, kesehatan lingkungan/ kesehatan kerja, gizi dan kespro/

KIA untuk penyelesaian masalah kesehatan.

3. Keterampilan Umum (KU1, KU2, KU5)

a. Mampu mengembangkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif melalui penelitian ilmiah, penciptaan desain atau karya seni dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan bidang kesehatan masyarakat, menyusun konsepsi ilmiah dan hasil kajian

(9)

viii

berdasarkan kaidah, tata cara, dan etika ilmiah dalam bentuk skripsi, dan diunggah dalam laman perguruan tinggi,

b. Mampu melakukan bidang kajian kesehatan masyarakat, dalam menyelesaikan masalah di masyarakat atau industry yang relevan melalui pengembangan pengetahuan dan keahliannya dalam bidang kesehatan masyarakat

c. Mampu mengambil keputusan dalam konteks menyelesaikan masalah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

4. Keterampilan Khusus (KK2,KK8)

a. Mampu melakukan penelitian masalah kesehatan yang terdapat dalam masyarakat, terampil dalam mendiagnosis masalah kesehatan masyarakat berbasis surveilans, terampil dalam menganalisis data faktor resiko penyakit di masyarakat berbasis survailans, mampu mengembangkan program perencanaan kesehatan dan memberikan alternatif pemecahan masalah kesehatan, serta mampu menelaah artikel ilmiah dalam bidang epidemiologi

b. Menguasai konsep teoritis untuk bidang pengetahuan epidemiologi, biostatistik, kesehatan lingkungan/kesehatan kerja, gizi dan KIA-kespro untuk penyelesaiian masalah kesehatan

B. CP-MK : (kodenya M)

1. MI: Mahasiwa mampu memahami prinsip dasar epidemiologi 2. M2: Mahasiswa mampu memahami riwayat alamiah penyakit

3. M3: Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan epidemi menurut cara transmisi 4. M4: Mahasiswa mampu memahami pengukuran risiko penyakit menggunakan data

epidemiologi

5. M5: Mahasiswa mampu memahami perkembangan konsep penyakit 6. M6: Mahasiswa mampu memahami metode epidemiologi

7. M7: Mahasiswa mampu memahami inferensi kausal dan model kausalitas 8. M8: Mahasiswa mampu memahami sumber-sumber infeksi

9. M9: Mahasiswa mampu memahami ukuran frekuensi penyakit yang digunakan dalam epidemiologi

10. M10: Mahasiswa mampu memahami Skrining

11. M11: Mahasiswa mampu memahami investigasi wabah

(10)

ix

12. M12: Mahasiswa mampu memahami surveylans dasar epidemiologi 13. M13: Mahasiswa mampu memahami penelitian epidemiologi

14. M14: Mahasiswa mampu memahami penyusunan data epidemiologis dan pelaporan C. SUB-CPMK: (kodenya L)

1. L 1: Mahasiswa mampu memahami sejarah perkembangan epidemiologi, tujuan dan manfaat epidemiologi, transisi epidemiologi.

2. L 2: Mahasiswa mampu memahami definisi, manfaat dan tahapan riwayat alamiah penyakit

3. L 3: Mahasiswa mampu memahami epidemi vs endemi, epidemi menurut cara transmisi, perbedaan antara epidemi sumber umum benda bersama dengan epidemi progresif, penelitian dan pengendalian epidemi

4. L 4: Mahasiswa mampu memahami pengukuran risiko penyakit menggunakan data epidemiologi

5. L 5: Mahasiswa mampu memahami perkembangan konsep penyakit 6. L 6: Mahasiswa mampu memahami metode epidemiologi

7. L 7: Mahasiswa mampu memahami inferensi kausal dan model kausalitas

8. L 8: Mahasiswa mampu memahami grafik penyebaran infeksi dan grafik letupan/wabah

9. L 9: Mahasiswa mampu memahami ukuran frekuensi penyakit yang digunakan dalam epidemiologi

10. L 10:Mahasiswa mampu memahami skrining

11. L 11:Mahasiswa mampu memahami investigasi wabah

12. L 12: Mahasiswa mampu memahami surveylans dasar epidemiologi 13. L 13: Mahasiswa mampu memahami penelitian epidemiologi

14. L 14: Mahasiswa mampu memahami penyusunan data epidemiologis dan pelaporan D. Deskripsi Mata Kuliah

Matakuliah dasar epidemiologi menjelaskan mengenai konsep dasar epidemiologi, penyebab penyakit dalam epidemiologi, riwayat alamiah dan cara transmisi penyakit, pengukuran risiko penyakit menggunakan data epidemiologi, perkembangan konsep penyakit,

(11)

x

metode epidemiologi, inferensi kausal dan model kausalitas, sumber-sumber infeksi, ukuran frekuensi penyakit yang digunakan dalam epidemiologi, skrining, investigasi wabah, surveylans dasar epidemiologi, penelitian epidemiologi, penyusunan data epidemiologis dan pelaporan

E. Materi Pembelajaran/Pokok Pembahasan 1. Sejarah Epidemiologi

2. Prinsip dasar epidemiologi

3. Riwayat alamiah penyakit, Epidemi menurut cara transmisi, Inferensi kausal dan model kausalitas, Sumber-sumber infeksi

4. Pengukuran risiko penyakit menggunakan data epidemiologi 5. Ukuran frekuensi penyakit yang digunakan dalam epidemiologi 6. Perkembangan konsep penyakit

7. Metode epidemiologi 8. Skrining

9. Investigasi wabah

10. Surveylans dasar epidemiologi 11. Penelitian epidemiologi

12. Penyusunan data epidemiologis dan pelaporan F. Metode Pembelajaran/Media Pembelajaran

Diskusi, E-learning STIKku, ceramah, Aplikasi Wa Grup, aplikasi zoom meeting, Google meet, telegram, classroom, blog. Youtobe dll

G. Team Teaching/Koordinator Mata Kuliah Koordinator: Cecep Heriana, SKM., MPH Team Teaching: 1. Hamdan, SKM.,MKM

2. Indriyani, SKM., MKM H. Pertemuan setiap 1 kali tatap muka 2x50 menit

I. Metode dalam Pembelajaran

(12)

xi 1. Off Class

- Setiap mahasiswa diwajibkan untuk membaca materi yg telah tersedia di e-learning sebelum perkuliahan dimulai.

- Setiap mahasiswa diwajibkan untuk membaca materi yg telah tersedia di e-learning sebelum perkuliahan dimulai.yaitu membaca bahan ajar, menyimak video yang sudah diberikan linknya oleh dosen masing- masing

2. In Class

- absensi kehadiran - pengantar perkuliahan - penjelas RPS

- diskusi dan curah pendapat dari materi dan kasus yang sudah diakses di e-learning 3. After class

- Penugasan

- Tugas setelah pertemuan di in Class - Membuat resume, dll

(13)

1 BAB I

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI Deskripsi :

Pada bab ini dibahas materi tentang definisi epidemiologi, sejarah perkembangan, tujuan, manfaat ruang lingkup dan metode pendekatan dalam epidemiologi serta materi tambahan dari link yang sudah disediakan didalam pembahasan ini bisa melalui youtobe maupun melalui wabsite.

Tujuan Intruksional Umum:

Mahasiswa mampu memahami dasar epidemiologi secara menyeluruh dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

Tujuan Intruksional Khusus:

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian epidemiologi;

2. Mahasiswa dapat memahami sejarah dan perkembangan epidemiologi;

3. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan epidemiologi;

4. Mahasiswa dapat menjelaskan manfaat epidemiologi;

5. Mahasiswa dapat menjelaskan ruang lingkup epidemiologi;

6. Mahasiswa dapat menjelaskan metode pendekatan epidmeiologi;

A. Definisi Epidemiologi

Epidemiologi berasal dari bahasa yunani; Epi : tentang, Demos: masyarakat/rakyat dan Logos: ilmu pengetahuan. Dengan demikian epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari, menganalisis dan berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan dan masalah berhubungan dengan kesehatan pada suatu kelompok penduduk tertentu. Namun dalam perkembangannya, para ahli mendefinisikan sebagai berikut :

No Nama Tahun Sebelum Masehi Nama Tahun Setelah Masehi 1

Macmahon 1970 Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit dan determinannya pada manusia, disteribusi

penyakit dapat

Noor 2

2000

Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sidat dan penyebaran

(14)

No Nama Tahun Sebelum Masehi Nama Tahun Setelah Masehi dideskripsikan menurut

orang (usia, jenis kelamin, ras) Tempat (penyebaran Geografis), dan waktu. sedangkan pengkajian determinan penyakit mencakup penjelasan pola distribusi penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebabnya.

berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan

maupun

penaggulangannya.

2 Mausner dan Kramer

1985 Epidemiologi

adalah studi tentang distribusi dan determinan dari penyakit dan kecelakaan dari populasi manusia. (the study of the distribution and determinant of deasease injuries of human population).

Last 2

2000

Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan tentang keadaan atau kejadian yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi tertentu dan aplikasi studi untuk

menaggulangi masalah kesehatan.

(15)

3 No Nama Tahun Sebelum Masehi Nama Tahun Setelah Masehi

3

OMRAN 1979 Epidemiologi adalah suatu studi mengenai terjadinya distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada penduduk begitu juga determinannya dan akibat-akibat yang terjadi

pada kelompok

penduduk.

W.H.Frost dalam Noor

2 2000

Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari timbulnya,

distribusi, dan jenis penyakit pada manusia menurut waktu dan tempat.

4

AZWAR 1999 Epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang

frekwensi dan

penyebaran masalah

kesehatan pada

sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Bonita et al. 2 2006

Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan.

Frekuensi

penyakit dan status kesehatan pada populasi manusia.

Selanjutnya, hubungan faktor- faktor dan penyakit

dipelajari dalam konteks kausatif atau sebab-akibat, dengan logika deduktif dan inferensi induktif.

(16)

Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, terkandung tiga komponen penting dalam epidemiologi yaitu Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi kasus kesakitan maupun kematian dan distribusi (penyebaran) masalah kesehatan pada sekelompok orang/masyarakat dengan karakteristik dan ciri tertentu serta determinannya (faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi kasus dalam kelompok-kelompok di masyarakat). Penjabarannya adalah sebagai berikut :

1. Studi

Sebagai sebuah studi maka di dalamnya termasuk surveilans, obeservasi, uji hipotesa, penelitian analitik dan eksperimen (Bonita, et al, 2016).

2. Frekuensi

Frekuensi merupakan upaya melakukan kuantifikasi atau proses patologis atas kejadian untuk mengukur besarnya kejadian atau masalah serta untuk melakukan perbandingan.

Frekuensi ini menunjuk kepada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia. Untuk menentukan besarnya masalah kesehatan dengan tepat, perlu dilakukan 2 (dua) langkah sebagai berikut yaitu menemukan masalah kesehatan yang dimaksud yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut.

3. Distribusi

Distribusi menunjukkan bahwa dalam epidemiologi memahami kejadian yang berkaitan dengan penyakit atau masalah kesehatan, distribusi ini merupakan penyebaran dari masalah kesehatan yang ditemukan menurut suatu keadaan tertentu. Distribusi epidemiologi menggambarkan kejadian tersebut menurut karakter atau variabel waktu (time), tempat (place) dan orang (man). Artinya dalam penyelidikannya selalu menjawab pertanyaan siapa yang terkena penyakit di dalam populasi (karakteristik/ciri-ciri populasi) serta kapan dan di mana penyakit tersebut terjadi.

Guna menjawab pertanyaan tersebut, mungkin diperlukan perbandingan antara populasi yang berbeda dalam waktu yang sama, antara subgrup di dalam suatu populasi, atau antara berbagai periode observasi. Pengetahuan tentang distribusi penyakit diperlukan untuk menjelaskan pola penyakit serta merumuskan hipotesis tentang kemungkinan faktor penyebab.

4. Determinan

Determinan adalah faktor yang mempengaruhi, berhubungan atau memberi risiko terhadap terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. Faktor ini dapat mencakup faktor biologis,

(17)

5 kimiawi, fisik, sosial, budaya, ekonomi, genetik dan perilaku (Bonita et.al, 2006). Merupakan kelanjutan dua komponen terdahulu, karena pengetahuan tentang frekuensi dan distribusi penyakit diperlukan untuk menguji hipotesis epidemiologi. Jadi determinan menunjukkan faktor penyebab dari suatu masalah kesehatan, baik yang menerangkan frekuensi, penyebaran dan penyebab munculnya masalah kesehatan. Perumusan hipotesis yang telah dilakukan tentang penyebab masalah kesehatan yang ditemukan kemudian dilanjutkan dengan melakukan pengujian dari rumusan hipotesis yang telah disusun dan setelah itu melakukan penarikan kesimpulan terhadap hipotesis tersebut. Ketiga langkah tersebut merupakan hal yang perlu dilakukan pada saat menentukan determinan dari masalah kesehatan yang ditemukan.

4. Berhubungan dengan kejadian dan status kesehatan

Artinya adalah penyakit, penyebab kematian, perilaku seperti konsumsi rokok, status kesehatan, program Keluarga Berencana, program perbaikan lingkungan pemukiman, program pengadaan tenaga kesehatan dan penggunaan pelayanan kesehatan (Bonita et.al, 2006).

5. Populasi yang spesifik

Populasi yang spesifik ini artinya adalah populasi yang termasuk kedalam populasi risiko tinggi, termasuk diantaranya dengan identifikasi karakteristik, seperti pada kelompok ibu hamil, kelompok bayi baru lahir, kelompok balita dan kelompok lanjut usia.

6. Pelaksanaan untuk pencegahan dan pengendalian

Tujuannya adalah untuk kesehatan masyarakat yaitu untuk promosi kesehatan, pencegahan atau perlindungan dan pengembalian kondisi kesehatan (rehabilitasi) (Bonita et.al, 2006).

B. Sejarah Perkembangan Epidemiologi

Menurut sejarah perkembangan epidemiologi dibedakan atas:

1. Epidemiologi klasik, yang lebih memfokuskan pada mempelajari penyakit menular wabah serta terjadinya penyakit.

2. Epidemiologi modern, yang merupakan sekumpulan konsep yang digunakan dalam studi epidemiologi yang bersifat analitik. Epidemiologi modern tidak hanya digunakan untuk penyakit menular wabah, tapi juga diterapkan pada penyakit menular bukan wabah, penyakit tidak menular, serta masalah-masalah kesehatan lainnya.

(18)

Sejarah perkembangan epidemiologi diketahui sudah dimulai sejak masa Hipocrates yang menyatakan bahwa faktor lingkungan dapat mempengaruhi kejadian penyakit. Kemudian pada awal perkembangannya epidemiologi ditujukan untuk menanggulangi masalah-masalah penyakit infeksi. Keuntungan epidemiologi bagi penanggulangan penyakit infeksi adalah dipahaminya faktor-faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang menderita infeksi.

Selanjutnya epidemiologi ditujukan pada akibat-akibat malnutrisi, seperti penemuan scorbut dan pellagra, dimana orang menemukan bahwa scorbut bisa disembuhkan dengan memberikan sari jeruk limau kepada awak kapal yang berlayar berbulan-bulan di lautan. Akibat berlayar berbulan-bulan maka awak kapal tidak mendapatkan makanan segar dalam waktu yang lama. Setelah sekian lama barulah orang menemukan bahwa penyebab scorbut adalah karena defisiensi vitamin C sedangkan sari jeruk limau mengandung vitamin C. Epidemiologi ini merupakan epidemiologi dalam penanggulangan akibat malnutrisi yang berusaha mengenali penyebaran kejadian kasus malnutrisi dalam populasi dan mengenali faktor yang menghambat terjadinya malnutrisi.

Perkembangan epidemiologi pada era berikutnya adalah epidemiologi digunakan sebagai sarana pendekatan penanggulangan penyakit-penyakit degeneratif seperti keganasan dan penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung dan pembuluh darah). Para ahli epidemiologi melakukan penelitian tentang kejadian kanker paru diantara populasi dan menemukan hasil bahwa merokok merupakan salah satu penyebab terjadinya keganasan pada paru-paru.

Sementara hasil penelitian-penelitian epidemiologi di bidang penyakit kardiovaskuler mengarahkan pada peran perilaku dalam kejadian penyakit kardiovaskuler. Sebagai dampak penelitian tersebut maka dikembangkan kampanye perilaku hidup sehat di negara-negara maju untuk mengurangi kejadian penyakit kardiovaskuler. Meski telah banyak penemuan di bidang penyakit kardiovaskuler maupun penyakit degeneratif tetapi tetap saja banyak faktor yang masih belum jelas peranannya dalam menimbulkan penyakit tersebut. Keadaan ini relatif disebabkan karena lamanya tenggang waktu antara paparan faktor risiko dengan terjadinya penyakit.

Epidemiologi berkembang selanjutnya pada penelitian-penelitian di bidang penyakit kronis. Penyakit kronis dipandang penting ditangani karena penyakit ini menimbulkan beban yang sangat berat pada penanganan masalah kesehatan. sifat penyakit kronis yang berjalan

(19)

7 dalam waktu yang sangat lama membutuhkan biaya pengobatan dan perawatan yang relatif mahal, kemampuan untuk menimbulkan kecacatan dan kematian yang tinggi. Salah satu contoh epidemiologi penyakit kronis adalah penemuan karater-karakter individu yang cenderung terkena penyakit TBC untuk dilakukan upaya tindakan preventif. Tindakan yang dilakukan sebagai upaya pencegahan untuk penanggulangan suatu penyakit biasanya diterapkan tidak pada seluruh populasi, karena keterbatasan sumber daya yang ada tetapi ditujukan pada kelompok tertentu. Pemilihan kelompok tertentu ini sangat terkait dengan faktor risiko penyakit yang didapat dari hasil penelitian epidemiologi yang dilakukan terkait dengan hal tersebut.

Lebih lanjut tindakan intervensi pada populasi untuk penanggulangan penyakit tertetntu merupakan peluang untuk dilakukan penelitian epidemiologi selanjutnya.

Sejarah perkembangan epidemiologi tidak terlepas dari sejarah perkembangan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang dikenal, berliku-liku dan penuh tantangan. Secara sederhana sejarah perkembangan ini dapat dibedakan atas empat tahap yakni:

1. Tahap pengamatan.

Kehendak unutk mengetahui frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan serta fakor-faktor yang mempengaruhinya, sebenernya bukan merupakan hal baru. Hanya saja karena ilmu pengetahuan belum berkembang, maka kehendak ini belum terpenuhi secara sempurna.

Cara awal untuk mengetahui frekuensi dan penyebaran satu salah kesehatan serta faktor- faktor yang memengaruhi ini dilakukan dengan pengamatan (observasi). Dari hasil pengamatan tersebut Hippocrates lebih kurang 2.400 tahun yang lalu berhasil menyimpulkan adanya hubungan antara timbul atau tidaknya penyakit dengan lingkungan. Pendapat ini dituliskannya dalam bukunya yang terkenal yakni: udara, air, dan tempat.

Sekalipun Hippocrates tidak berhasil membutikan pendapatnya tersebut, karena memang pengetahuan untuk itu belum bekembang, tetapi dari apa yang dikemukakan oleh bapak ilmu kedokteran ini dipandang telah merupakan landasan perkembangan selanjutnya dari epidemiologi. Tahap perkembangan awal epidemiologi yang seperti ini dikenal pula dengan nama tahap penyakit dan lingkungan.

2. Tahap perhitungan.

Tahap perkembangan selanjutnya dari epidemiologi disebut dengan tahap perhitungan.

Pada tahap ini upaya untuk mengukur frekuensi dan penyebaran suatu masalah kesehatan dilakukan dengan bantuan ilmu hitung. Masuknya ilmu hitung dalam epidemiologi adalah

(20)

berkat jasa Jonh Graunt yang pada tahun 1662 yang melakukan pencatatan dan perhitungan terhadap angka kematian yang terjadi di kota London. Hasil perhitungannya menyimpulkan bahwa frekuensi dan penyebaran angka kematian ternyata lebih tinggi pada bayi serta berbeda antara penduduk pria dengan penduduk wanita.

Sekalipun kajian lebih lanjut tidak dilakukannya, tetapi rintisan John Graunt ini telah membuka tabir bagi perkembangan epidemiologi. Sayangnya John Graunt tidak melanjutkan pekerjaannya dalam epidemiologi, tetapi beralih kepada peristiwa-peristiwa kehidupan yang kemudian berhasil memperkenalkan life tabel. Inilah sebabnya John Graunt tidak dikenal sebagai bapak epidemiologi, tetapi lebih dikenal sebagai bapak statistik kehidupan. Tahap kedua perkembangan epidemiologi yang seperti ini dikenal pula dengan nama tahap menghidup dan mengukur.

3. Tahap pengkajian.

Perhitungan data sebagaimana yang dilakukan oleh John Graunt memang berhasil memberikan gambaran tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan, tetapi belum untuk faktor-faktor yang mempengaruhnnyai. Karena ketidakpuasan terhadap hasil yang diperoleh, dikembangkan teknik lain yang dikenal sebagai teknik pengkajian.

Teknik ini pertama kali diperkenalkan oleh William Farr pada tahun 1839 yang melakukan pengkajian terhadap data yang ada dan dari pengkajian ini behasil dibuktikan adanya hubungan antara angka kematian dengan status perkawinan serta adanya hubungan antara tingkat sosial ekonomi dengan tingkat kematian penduduk. Konsep yang dikembangkan oleh Willian Farr akhirnya dinobatkan sebagai bapak epidmiologi.

Cara kerja yang sama juga dilakukan secara terpisah oleh John Snow yang pada tahn 1849 berhasil membuktikan adanya hubungan antara timbulnya penyakit kolera dengan sumber air minum penduduk. John Snow menganalisa pengguna air minum yang dikelola oleh dua perusahan air minum di kota London yakni Lambeth Company dan Southwark & Vauxhall Company. Kedua perusahaan air minum ini mempergunakan sumber air minum ini mempergunaan sumber air yang sama yakni sungai Thames, tetapi derajat penceramanya oleh tinja manusia agak berbeda. Perusahaan Lambeth mempergunakan sumber air yang kurang tercemar dari pada perusahaan Southwark dan Vauxhal. Hasil kajian John Snow terlihat sebagai berikut:

Tabel 1. Kematian Kolera berdasarkan Sumber Air Minum di London 1848

(21)

9 No perusahaan air minum Jumlah langganan Jumlah kasus

1. Lambeth 19.133 18

2. southwark 167.654 844

Jumlah 186.787 862

Hasil perhitungan John Snow membuktikan bahwa jumlah kasus yang ditemukan berbeda secara bermakna. Dari hasil perhitungan ini dkemukakan kesimpulan bahwa air minum yang tercemar dengan tinja manusia adalah penyebab timbulnya penyekit kolera. Kesmpulan ini diambil tanpa mengetahui adanya kuman kolera, karena pengetahuan tentang kuman ini baru kemudian muncul.

Pekerjaan yang dilakukan oleh William Farr dan John Snow ini hanya melakukan pengkajian data yang telah ada, dalam arti yang terjadi secara alamiah, bukan data dari hasil percobaan. Karena pengkajian data alamiah inilah, maka ahap perkembangan epidemiologi pda waktu itu dikenal dengan nama TAHAP EKSPERIMEN ALAMIAH.

4. Tahap uji coba.

Sekalipun teknik pengkajian berhasil menjawab berbagai hal yang dibutuhkan oleh epidemiologi, namun karena tidak semua data penyakit yang terjadi secara alamiah mudah didapatkan serta yang terpenting lagi untuk membuktikan kebenaran dari hasil pengkajian terhadap data alamiah, maka ditemukan pula rasa ketidakpuasan terhadap teknik pengkajian tersebut. Rasa tidak puas yang seperti ini akhirnya melahirkan suatu teknik lain yang lebih maju yang tidak sekedar mengkaji data yang diperoleh dari suatu uji coba yang dengan segaja dilakukan.

Sebenarnya cara kerja uji coba ini telah lama dikenal di kalangan kedokteran, misalnya yang dilakukan oleh Lind pada tahun 1774 yang melakukan pengobatan kekurangan vitamin C dengan pemberian jeruk dan ataupun yang dilakukan oleh Jenner pada tahun 1796 yang melakukan uji coba klinis terhadap vaksin cacar pada manusia. Penggunanya dalam

Box. 1

Mahasiswa dapat melengkapi sejarah epidemiologi tentang kolera bisa melihat link berikut https://www.youtube.com/watch?v=u3om9GVeWEg

(22)

epidemiologi memang baru menyusul kemudian, yakni setelah dilakukan penyempuranaan terhadap metode yang dipergunakan berupa menerapkan prinsip double blind conrolled trial serta pengembangan aspek etis penelitian dengan objek manusia seperti misalnya yang tercantum dalam Kode Etik Kedokteran, Deklarasi Helzinki dan ataupun yang tercantum dalam deklarasi Hak Asasi Manusia. Pada saat ini uji coba banyak dilakukan ini klinik (clinical trial) dan ataupun di lapangan (invention study). Tahap perkembangan epidemiologi yang seperti ini dikenal pula dengan nama TAHAP EKSPERIMEN atau TAHAP STUDI INTERVENSI.

Pada uji coba yang dilakukan oleh Lind dan Jenner ini,vitamin C dan vaksin cacar dengan sengaja diberikan. Pada uji coba ini dipilih dua kelompok. Satu kelompok dilakukan sesuatu, sedangkan kelompok lainnya tidak dilakukan sesusatu. Kesimpulan ditarik dari perbedaan hasil yang di peroleh.

Menurut bidang penerapannya, epidemiologi modern dibedakan atas:

1. Epidemiologi lapangan;

2. Epidemiologi komunitas;

3. Epidemiologi klinik.

Menurut metode investigasi yang digunakan, epidemiologi dibedakan atas:

1. Epidemiologi Deskriptif yang mempelajari peristiwa dan distribusi penyakit; serta,

2. Epidemiologi Analitik yang mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi penyakit (aspek determinannya).

C. Tujuan

Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi, distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, misalnya:

1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat keracunan makanan dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang tercemar dan menemukan penyebabnya.

2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara karsinoma paru- paru dengan asbes, rokok dengan penyakit jantung dan hubungan-hubungan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.

(23)

11 3. Menentukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaan hewan konsisten dengan data

epidemiologi.

4. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, penanggualangan masalah kesehatan, serta menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat.

Sedangkan tujuan epidemiologi menurut Gordis (2000) yaitu :

1. Mendiskripsikan distribusi, kecenderungan, dan riwayat alamiah penyakit atau keadaan kesehatan populasi

2. Menjelaskan etiologi penyakit 3. Meramalkan kejadian penyakit

4. Mengendalikan distribusi penyakit dan masalah kesehatan populasi D. Manfaat Epidemiologi

Apabila epidemiologi dapat dipahami dan diterapkan dengan baik, akan diperoleh berbagai manfaat yang jika disederhanakan adalah sebagai berikut :

1. Membantu Pekerjaan Administrasi Kesehatan

Yaitu membantu pekerjaan dalam perencanaan (Planning) dari pelayanan kesehatan, pemantauan (Monitoring), penilaian (evaluation) dan pengendalian (Controling) suatu upaya kesehatan.Data yangdiperolehdari pekerjaan epidemiologi akan dapat dimanfaatkan untuk melihat apakah upaya yang dilakukan telah sesuai dengan rencana atau tidak (pemantauan) dan ataukah tujuan yang ditetapkan telah tercapai atau tidak (penilaian).

2. Dapat Menerangkan Penyebab Suatu Masalah Kesehatan

Dengan diketahuinya penyebab suatu masalah kesehatan, maka dapat disusun langkah–

langkah penanggulangan selanjutnya, baik yang bersifat pencegahan ataupun yang bersifat pengobatan.

3. Dapat Menerangkan Perkembangan Alamiah Suatu Penyakit

Salah satu masalah kesehatan yang sangat penting adalah tentang penyakit. Dengan menggunakan metode epidemiologi dapatlah diterangkan riwayat alamiah perkembangan suatu penyakit (Natural History of Disease). Pengetahuan tentang perkembangan alamiah ini amat penting dalam menggambarkan perjalanan suatu penyakit. Dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan berbagai upaya untuk menghentikan perjalanan penyakit sedemikian rupa sehingga

(24)

penyakit tidak sampai berkelanjutan. Manfaat atau peranan epidemiologi dalam menerangkan perkembangan alamiah suatu penyakit adalah melalui pemanfaatan keterangan tentang frekuensi dan penyebaran penyakit terutama penyebaran penyakit menurut waktu. Dengan diketahuinya waktu muncul dan berakhirnya suatu penyakit, maka dapatlah diperkirakan perkembangan penyakit tersebut.

4. Dapat Menerangkan Keadaan Suatu Masalah Kesehatan

Karena epidemiologi mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan, maka akan diperoleh keterangan tentang keadaan masalah kesehatan tersebut. Keadaan yang dimaksud di sini merupakan perpaduan dari keterangan menurut ciri–ciri manusia, tempat dan waktu.

Perpaduan ciri ini pada akhirnya menghasilkan 4 (empat) keadaan masalah kesehatan yaitu :

a. Epidemi

Epidemi adalah keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang meningkat.

b. Pandemi

Pademi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat luas.

c. Endemi

Endemi adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.

d. Sporadik

Sporadik adalah suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah–ubah menurut perubahan waktu.

(25)

13 E. Ruang Lingkup Epidemiologi

1. Epidemiologi penyakit menular, dimana sebagai bentuk upaya manusia untuk mengatasi gangguan penyakit menular yang saat ini hasilnya sudah tampak sekali.

2. Epidemiologi penyakit tidak menular, merupakan upaya untuk mencegah penyakit yang tidak menular seperti kecelakaan lalu lintas, penyalahgunaan obat dan lain-lain.

3. Epidemiologi klinik, saat ini banyak yang sedang dikembangkan para klinisi yang bertujuan untuk membekali para klinisi atau para dokter dan tenaga medis tentang cara pendekatan masalah melalui disiplin ilmu epidemiologi.

4. Epidemiologi kependudukan, cabang epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan epidemiologi dalam menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan bidang demografi serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan demografi yang terjadi dalam masyarakat.

5. Epidemiologi gizi, banyak digunakan dalam menganalisis masalah gizi masyarakat, dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup masyarakat.

6. Epidemiologi kesehatan jiwa, salah satu pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam masyarakat baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun analisis berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam masyarakat.

7. Epidemiologi pengelolaan pelayanan kesehatan, salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah, mencari faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana pemecahan masalah tersebut secara menyeluruh dan terpadu.

8. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja, merupakan bagian dan cabang dari epidemiologi yang mempelajari dan menganalisis keadaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada lingkungan kerja baik yang bersifat fisik, kimia, biologi, sosial budaya serta kebiasaan hidup para pekerja.

F. Metode Pendekatan Epidemiologi

1. Epidemiologi Deskriptif, merupakan pendekatan dalam epidemiologi yang mempelajari frekuensi, distribusi dan perkembangan masalah kesehatan pada populasi.

(26)

2. Epidemiologi Analitik, mempelajari faktor-faktor yang menentukan distribusi hubungan sebab akibat masalah kesehatan pada populasi. Tujuan epidemiologi analitik untuk menjelaskan faktor-faktor risiko dan kausa penyakit, memprediksikan kejadian penyakit, memeberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian penyakit.

Berdasarkan peran epidemiologi analitik dibagi dua yaitu :

a. Studi Observasional, meliputi studi kasus-kontrol (kasus kontrol), studi potong lintang (cross sectional) dan studi kohort.

b. Studi Intervensi atau Experimental

Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok subjek kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenakan percobaan). Eksperimen dengan kontrol random (Randomized Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi).

G. Latihan

1. Epidemiologi adalah:

a. Ilmu yang mempelajari epidemi.

b. Ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit.

c. Ilmu yang mempelajari tentang determinan penyakit.

d. Ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan penyakit.

2. Distribusi penyakit dalam epidemiologi umumnya dideskripsikan menurut:

a. Faktor usia, jenis kelamin, dan ras.

b. Faktor orang, tempat, dan waktu.

c. Faktor pekerjaan, status perkawinan, dan status sosial ekonomi.

d. Salah semua.

3. Penyakit tidak menular merupakan salah satu topik kajian dalam:

a. Epidemiologi klasik b. Epidemiologi modern Box. 2

Untuk mendapatkan penjelasan mengenai sejarah epidemiologi mahasiswa dapat melihat tautan link berikut ini https://www.youtube.com/watch?v=J_Adr3_YgPc&t=3043s

Atau https://www.youtube.com/watch?v=QI1iQ1A0XGw

(27)

15 c. (a) dan (b) benar

d. (a) dan (b) salah.

4. Ruang lingkup kajian epidemiologi pada saat ini mencakup hal-hal berikut:

a. Penyakit menular bukan wabah b. Penyakit tidak menular

c. Masalah kesehatan bukan penyakit d. Semuanya benar.

5. Cabang epidemiologi yang terutama mempelajari faktor-faktor yang mempelajari distribusi penyakit adalah:

a. Epidemiologi klasik.

b. Epidemiologi deskriptif.

c. Epidemiologi analitik.

d. Semuanya benar.

6. Keunikan epidemiologi dibandingkan dengan cabang Ilmu Kesehatan lainnya adalah:

a. Epidemiologi mempelajari kelompok manusia.

b. Epidemiologi mengkaji perbandingan antar kelompok dalam masyarakat.

c. Epidemiologi memperbandingkan kondisi kelompok berisiko tinggi dengan kelompok berisiko rendah.

d. Semuanya benar.

7. Tujuan studi epidemiologi adalah sebagai berikut, kecuali:

a. Mendiagnosis masalah kesehatan masyarakat.

b. Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit.

c. Menilai dan merencanakan kesehatan.

d. Semuanya benar.

(28)

Kepustakaan ;

Azwar, A.1988: Pengantar Epidemiologi edisi pertama. Binarupa Aksara.Jakarta Bonita, R., Beaglehole, R. & Kjellström, T. (2006) Basic epidemiology:WHO.

Gordis, L. (2000) Epidemiology. WB Saunders, Philadelphia.

Gregg, M. (2008) Field epidemiology:Oxford University Press, USA.

Last, J. M. (2000) A dictionary of epidemiology:Oxford University Press, USA.

MacMahon, B. & Pugh, T. F. (1970) Epidemiology: principles and methods. Epidemiology:

principles and methods.

Mausner JS., Kramer,S. 1985. Epidemiology : An Introductory Test. WB Saunders Co., Philadelphia

Noor, N.N. 2000. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Omran, AR. Masri Singarimbun. 1988. Transisi Epidemiologi, dalam: Kelangsungan Hidup Anak, Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press.

Rothman, K. J., Greenland, S. & Lash, T. L. (2008) Modern epidemiology: Lippincott Williams

& Wilkins

(29)

17

BAB II

KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT

Dekripsi :

Pada bab ini dibahas mengenai konsep segitiga epidemiologi, faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit, inferens kausal penyakit,konsep sehat dan sakit, riwayat alamiah penyakit.

Tujuan Intruksional Umum :

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar timbulnya penyakit Tujuan Intruksional Khusus :

1. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep segitiga epidemiologi;

2. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor yang menentukan terjadinya penyakit;

3. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep sehat sakit;

4. Mahasiswa dapat menjelaskan inferens kausal penyakit;

5. Mahasiswa dapat menjelaskan riwayat alamiah penyakit;

A. Konsep Segitiga Epidemiologi

Dalam pandangan Epidemiologi Klasik dikenal ‘segitiga epidemiologi’ (epidemiologic triangle) yang sangat umum digunakan oleh para ahli dalam menjelasakan konsep berbagai permasalahan kesehatan termasuk salah satunya adalah terjadinya penyakit. Hal ini sangat komprehensif dalam memprediksi suatu penyakit. Terjadinya suatu penyakit sangat tergantung dari keseimbangan dan interaksi ketiganya. Proses terjadinya penyakit merupakan hasil interaksi antara berbagai komponen yaitu : Agent merupakan faktor penyebab penyakit), manusia sebagai penjamu atau host dan faktor lingkungan (Environtment) yang mendukung.

Ketiganya disebut trias penyebab penyakit atau Segitiga Epidemiologi.

Gambar 1. Hubungan Interaksi Trias Penyebab Penyakit Host

Agent Environment

(30)

Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses timbulnya penyakit tidak menular, dengan memperluas pengertian ‘agen’.

Penyakit disebabkan adanya interaksi antara agen penyebab penyakit dengan manusia yang rentan dan didukung oleh keadaan lingkungan yang sesuai.

B. Faktor-faktor yang Menentukan Terjadinya Penyakit 1. Trias 1 – Faktor Agent

Agen sebagai penyebab penyakit dapat berupa unsur hidup atau mati, terdiri atas 5 kelompok:

a. Agen biologis, seperti virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing, dan insekta.

b. Agen kimiawi, seperti dari luar tubuh (zat racun, obat, senyawa kimia) dan dari dalam tubuh (ureum, kolesterol).

c. Agen fisika, seperti panas (luka bakar), irisan, tikaman, pukulan, radiasi, dan lain-lain.

d. Agen nutrisi, seperti kekurangan atau kelebihan nutrisi seperti : protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air.

e. Agen psikis, penyebab penyakit jiwa dan gangguan tingkah laku.

2. Trias 2 – Faktor Host (penjamu)

Faktor intrinsik yang mempengaruhi individu untuk terpapar, kepekaan (susceptibility), atau berespon terhadap agen penyebab penyakit. Contoh : umur, jenis kelamin, suku bangsa, dan perilaku adalah beberapa faktor yang menentukan risiko seseorang untuk terpapar terhadap agen. Umur, komposisi gen, nutrisi, dan status imun adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan dan respon individu terhadap agen.

3. Trias 3 – Faktor Lingkungan

Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi agen dan peluang untuk terpapar. Meliputi faktor fisika seperti : iklim, karakteristik geologis, faktor biologis seperti vektor–serangga yang menyebarkan agen dan faktor struktural seperti kepadatan rumah, dan akses terhadap pelayanan kesehatan dan sanitasi. Pekerjaan (paparan terhadap zat kimia), urbanisasi dan perkembangan ekonomi (kehidupan perkotaan), bencana dan musibah (banjir)

(31)

19 C. Konsep Sehat-Sakit

Sehat menurut WHO adalah kesempurnaan fisik, mental, dan sosial bukan hanya bebas dari penyakit atau kelainan/cacat. Selain itu juga sakit merupakan penyimpangan dari keadaan yang optimal. Sedangkan penyakit itu mempunyai arti atau merupakan suatu proses gangguan fisologis (faal) tubuh, dan atau gangguan psikologis (mental) maupun gangguan tingkah laku (behaviour).

Seseorang dapat menjadi sakit apabila mengalami keterpaparan (paparand) terhadap agen (faktor penyebab) penyakit tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Orang tersebut berada pada tingkat kerentanan tertentu. Keterpaparan dipengaruhi pula oleh unsur lingkungan dan unsur penjamu.

Tabel 2 Konsep Sehat Sakit

Kerentanan (kekebalan)

Rentan Kebal

Kondisi keterpaparan

Positif Sakit Tidak Sakit

Negatif Tidak Sakit Tidak Sakit

Peranan Faktor keterpaparan dan Kerentanan sangat penting dalam epidemiologi, karena :

a. Keduanya sangat erat hubungannya dengan faktor risiko terjadinya penyakit. Mereka yg memiliki keterpaparan dan kerentanan yang tinggi akan berisiko tinggi (high risk) untuk sakit.

b. Sangat penting untuk menghitung angka insidensi dan angka prevalensi.

c. Untuk menilai hasil akhir penyakit dalam masyarakat, contoh : angka kematian, tingkat kesembuhan, dan lain-lain.

d. Dalam penelitian epidemiologi, faktor kerentanan selalu diperhitungkan.

D. Inferens Kausal Penyakit 1. Pengantar

Deteksi asosiasi kausal (sebab akibat) menjadi indikasi awal dalam mempengaruhi rantai kemunculan suatu penyakit. Di sisi lain, penting untuk tidak menetapkan asosiasi yang salah dari sebuah hubungan kausal jika hal itu tidak terjadi, karena akan menyebabkan

(32)

munculnya upaya kontrol yang sia-sia dan membelokkan perhatian dari pendekatan pencegahan yang lebih tepat. Oleh karena itu, sebelum sebuah asosiasi diterima sebagai hubungan kausal semua alternatif penjelasan sebaiknya dilakukan. Bagaimana memutuskan sebuah faktor memiliki hubungan kausal dengan suatu penyakit? Bentuk hubungan (rantai) yang logis seperti apa yang bisa menjelaskan apa sebuah paparan terkait dengan penyakit tertentu?

Pertanyaan pertama yang harus dijawab adalah, perbedaan frekuensi penyakit diantara kelompok-kelompok, signifikan secara statistik? Jika tidak permasalahan tersebut bisa ditutup atau bisa dilakukan suatu kajian studi dengan sampel yang lebih besar. Perbedaan signifikan jika memiliki asosiasi secara statistik, baik yang positif maupun negatif. Positif jika proporsi individu dengan faktor dan penyakit lebih tinggi dari yang diperkirakan, negatif jika proporsinya lebih rendah.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah sub-sub kelompok menurut tinggi rendahnya angka penyakit, memiliki karakteristik lain (misal distribusi umur) yang berkemungkinan mempengaruhi angka tersebut. Jika ada bukti yang berkemungkinan akan mengganggu sistem, prosedur analitik dapat diterapkan untuk menjelaskan efek faktor-faktor tersebut dan menetralisir. Tentu saja tidak bisa dijamin bahwa semua variabel yang relevan bisa dicakup, hanya yang penting dengan mendasarkan kepada pengetahuan yang ada.

Asosiasi melalui pendekatan statistik mengasumsikan bahwa sebuah asosiasi diantara sebuah faktor dengan sesuatu penyakit diperlihatkan dalam kelompok yang serupa atau perbedaannya telah disesuaikan. Beberapa asosiasi yang mungkin muncul terdiri dari tiga macam yaitu : 1) Palsu; 2) Tidak langsung atau; 3) Sebab akibat atau kausal.

Asosiasi palsu bisa saja dihasilkan karena adanya faktor kebetulan atau disebabkan oleh bias (dalam penggunaan metode dalam studi). Bahwa seolah-olah bahwa outcome hasil studi memperlihatkan hasil yang signifikan secara statistik, meskipun hasil yang sesungguhnya disebabkan oleh fluktuasi random (error). Supaya tidak terjebak dalam penerimaan yang terlalu dini, sebaiknya sebuah penemuan dikonfirmasikan terlebih dahulu melalui replikasi. Adanya faktor bias juga dapat memberikan asosiasi palsu karena kekeliruan dalam memilih desain studi, metode pengumpulan data, atau dalam proses studi. Bias yang disebabkan oleh disain studi yang tidak adekuat sulit untuk dapat mendeteksi dan mengntrol analisis. Kondisi seharusnya sudah diantisipasi dengan tepat pada tahap perencanaan studi. Bias juga sangat mengkin dihasilkan dari kegagalan untuk mengontrol variabel pengganggu. Sumber bisa lain adalah pemilihan

(33)

21 kelompok studi yang dipilih untuk perbandingan (kelompok kasus dan kelompok kontrol).

Aspek ini dengan dapat mudah menghasilkan bias.

Asosiasi tidak langsung artinya bahwa suatu faktor dan suatu penyakit hanya akan berasosisasi ketika keduanya berhubungan dalam kondisi tertentu yang mendasarinya.

Hubungan fakot-faktor tidak akan menghasilkan perubahan dalam frekuensi penyakit kecuali jika perubahan yang dihasilkan berada dalam kondisi umum yang mendasarinya. Banyak asosiasi yang pada awalnya terlihat bersifat sebagai hubungan kausal yang kemudian berubah ketika studi selanjutnya memperlihatkannya sebagai asosiasi tdak langsung.

2. Pendekatan Studi Etiologi Penyakit a. Diskripsi

Jika kita tertarik terhadap faktor-faktor yang menyebabkan sesuatu terjadinya kanker pada manusia, pertama yang harus dilihat adalah faktor paparan yang dilakukan terhadap hewan terkait dengan faktor-faktor yang menjadi kanker pada hewan tersebut melalui kontrol di lingkungan labratorium. Kemudian setelah studi pada hewan dalam kondisi kontrol kondisi lingkungan secara tepat ditemukan paparan, langkah selajutnya adalah menentukan kemungkinan tidak lanjut yang bisa dilakukan.

Bagaimana akan menerapkan hasil studi pada hewan tersebut ke populasi manusia.

Tentunya penyakit yang terlihat pada hewan tersebut memiliki ukuran yang kain dan berbeda dengan manusia. Disini kita akan tetap menemukan adanya kesulitan dalam meramalkan apa yang sudah dibuktikan pada hewan jika diterapkan pada manusia karena maka berbeda dalam sistem responnya. Hal lain yang bisa digunakan adalah melakukan studi toksiologi, namun apakah yang nantinya akan ditemukan pada hewan dapat di generalisasikan pada kehidupan manusia? Kita juga dapat menggunakan sistem invivo seperti kultur sel atau kultur orgnisme.

Meskipun demikian seperti sistem artificial (imitasi/palsu), sekali lagi akan mengalami kesulitan untuk dapat meramalkan apakah sistem artificial (imitasi) dapat diterapkan pada organisme manusia?

Dalam pandangan yang terbatas, jika kita ingin menarik suatu kesimpula apakah suatu subtansi menjadi penyebab penyakit pada manusia, apakah kita harus membuat observasi pada populasi manusia? Sebab kita tidak dapat secara etika atau implikasi randomisasi untuk melihat paparan tentang faktor-faktor penyebab non random dalam kehidupan manusia seperti pada studi kasus kontrol dan studi kohort.

(34)

Dalam pendekatan epidomiologi kapitalis kita dapat mengatakannya sebagai eksperimen tidak terencana atau secara alami (beberapa pemikir memiliki pemikiran istilah yang kontradiktif pada kalimat ini, kata “eksperimen” diimplikasiakan sebagai paparan yang terencana). Istilah yang dimaksud dengan tidak terencana atau penelitian alamiah adalah, karena kita memperoleh keuntungan dari kelompok telah terpapar untuk tujuan studi. Sepeti dalam contoh kohort riwayat pekerjaan pada suatu industri, kelompok berasal dari pekerja yang terpapar (exposed) oleh racun kimia atau subjek yang terkena racun lainnya. Setiap group yang terpapar dapat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, kemudian faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya risiko terkena toxin diperbandingkan.

Secara skematik dapat digambarkan bahwa seorang/group yang diamati dalam lingkungan klinik, kemudian diambil data dasarnya. Setelah diperoleh data maka dibuatlah kelompok studi dengan bentuk kelompok kasus dan kelompok kontrol, dilihat perkembangannya secara kohort, kemudian diuji coba secara random. Konsistensi dibutuhkan pada setiap tahapan, tahap pertama dengan melihat hubungan sebab akibatnya. Kedua uji coba untuk memperoleh atau identifikasi data secara terus-menerus, analisis dan akhirnya diperoleh faktor penyebab terjadinya suatu penyakit. Secara konseptual, dua tahap proses tersebut diikuti kemudian dievaluasi untuk mencari bukti-bukti empirik.

1. Mengkaji hubungan antara paparan (atau suatu karakteristik) dan risiko suatu penyakit.

a. Studi pada karakteristik group : studi ekologi

b. Studi pada karakteristik individu : kasus kontrol atau studi kohort

2. Jika hubungan bisa terlihat atau bisa dibuktikan, maka selanjutnya akan dikaji apakah hubungan tersebut merupakan hubungan sebab akibat.

b. Studi Terhadap Karakteristik Group (Ekologi)

Pendekatan studi yang ditujukan untuk menentukan adanya hubungan suatu penyakit dengan karakteristik kelompok atau group disebut studi ekologi. Contohnya adalah hubungan antara laju insidensi kanker payudara dengan pola makanan atau diet kegemukan?

Proposisi kita awal bahwa peningkatan diet kegemukan, meningkatkan kanker payudara. Kita harus menarik kesimpulan bahwa diet kegemukan dapat sebagai sebab atau faktor terjadinya kanker payudara. Apakah masalah tersebut terkait dengan studi ini? Sebagai perbandingan di Switzerland, tingginya laju insiden kanker payudara sebanding dengan tingginya pola diet kegemukan. Secara individual atau dilihat dari kasus paparannya, kita tidak

(35)

23 mengetahui apakah orang yang melakukan diet kegemukan benar-benar terkena kanker, masalahnya kita hanya melihatnya dalam tataran populasi, bahwa semakin banyak yang melakukan diet kegemukan semakin banyak pula orang yang ditemukan terkena kanker payudara.

Walaupun ditemukan contoh kasus di banyak negara namun pada prinsipnya studi ekologi tidak mampu memberikan gambaran secara jelas terhadap kasus individu, studi ini bukanlah merupakan disain rancangan yang kuat untuk menganalisis hubungan sebab akibat, karena beberapa alasan. Pertama ketidakmampuan menjembatani kesenjangan antara status paparan dan status penyakit pada tingkat populasi dan tingkat individu. Dengan kata lain apakah seseorang yang terpapar adalah beberapa juga berpenyakit? Jika populasi digunakan sebagai unit analisis untuk membuat inferensi kasual pada individu maka pada hal tersebut merupakan suatu kekeliruan ekologi (ecologic fallacy). Kedua, ketidakmampuan untuk mengontrol pengaruh faktor perancu potensial. Faktor-faktor perancu tersebut bersama-sama faktor penelitian berkorelasi dengan penyakit, menciptakan keadaan yang dapat disebut problem multi-kolinieritas.

3. Studi Terhadap Karakteristik Individu (Kasus Kontrol dan Kohort) a. Studi Kasus Kontrol

Merupakan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasakan status paparannya. Ciri-ciri kasus kontrol adalah pemilihan subjek berdasarkan status penyakit, untuk kemudian dilakukan pengamatan apakah subjek mempunyai riwayat terpapar faktor penelitian atau tidak. Subjek di diagnosis menderita penyakit disebut kasus, berupa insidensi (kasus baru) yang muncul dari suatu populasi. Sedangkan subjek yang tidak menderita penyakit disebut kontrol yang dicuplik secara acak dari populasi yang berbeda dengan populasi asal kasus. Tetapi untuk keperluan inferensi kasual kedua populasi tersebut harus dipastikan setara. Dalam mengamati dan mencatat riwayat paparan faktor penelitian pada kasus maupun pada kontrol, peneliti harus menjaga untuk tidak terpengaruh status penyakit subjek.

Secara tradisional studi kasus kontrol disebut juga retrospektif (Kleimbun et al., 1982;

Mausner and Kramer, 1985; Sackett et al. , 1991). Alasan mereka menyebut retrospektif adalah arah pengusutan (direction of inquiry) rancangan tersebut bergerak dari akibat (yaitu, penyakit)

(36)

ke sebab (yaitu, paparan). Dengan kata lain disebut retrospektif karena subjek dipilih berdasarkan telaah bahwa subjek sudah mempuyai outcome tertentu, selanjutnya dilihat ke belakang tentang status suatu paparan penelitian tertentu yang dialami subjek. Dengan batasan tersebut maka studi kasus kontrol dapat diartikan sebagai studi retrospektif dan studi kohort akan selalu prospektif sebab arahya selalu bergerak maju (forward) dar sebab (yaitu paparan) ke akibat (yaitu penyakit)

Menurut Hennekens dan Buring (1987) bahwa studi kasus kontrol tetap dapat bersifat retrospektif maupun prospektif, tergantung kepada kapan peneliti membuat klasifikasi status penyakit subjek untuk dipilih dalam penelitian. Apabila klasifikasi status penyakit pada saat penelitian telah dimulai maka studi kasus kontrol bersifat retrospektif. Sebaliknya apabila klasifikasi status penyakit masih akan dilakukan pada waktu yang akan datang, maka studi kasus kontrol dapat bersifat prospektif.

Menurut Feinstein (1988) berusaha menghindari penggunaan istilah retrospektif prospektif dengan mengusulkan nama prolektif, yaitu apabila merencanakan dengan proaktif pengumpulan data yang belum ada dan retrospektif bila kita menggunakan data yang sudah ada.

Pandangan dari pendapat yang berbeda ini disampaikan agar kita lebih menekankan pentingnya pluralitas kebenaran, sebab pengetahuan bukan merupakan suatu hal yang dogmatik dan monopolistik. Kemudian juga tetap terus menambah wawasan agar menemukan kasus kontrol prospektif seperti yang dilakukan oleh oleh Klesey et al. (1986)

Kekuatan studi kasus Kontrol : studi ini cukup populer bahkan sejak tahun 1950-an rancangan ini telah berhasil memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang etiologi penyakit- penyakit menahun, seperti kanker paru, kanker leher rahim, kanker vagina, payudara dll (Sartwell, 1974). Alasan mengapa populer, karena sifatnya yang relatif murah dan mudah untuk dilakukan ketimbang rancangan studi analitik lainnya. Kedua cocok untuk meneliti penyakit dengan periode laten yang panjang. Peneliti tidak perlu mengikuti perkembangan penyakit pada subjek selama bertahun-tahun, melainkan cukup mengidentifikasikan subjek yang telah mengalami penyakit dan tidak mengalami penyakit, lalu mencatat paparan mereka. Ketiga karena subjek penelitian dipilih berdasarkan status penyakit, maka peneliti memiliki keleluasaan menentukan rasio ukuran sampel kasus dan kontrol yang optimal. Keempat dapat meneliti pengaruh sejumlah paparan terhadap sebuah penyakit. Karakter ini menyebabkan studi kasus kontrol tidak saja cocok untuk menguji hipotesis hubungan paparan dan penyakit tetapi

(37)

25 juga tepat untuk mengeksplorasi kemungkinan hubungan sejumlah paparan dan penyakit yang masih belum jelas.

Kelemahan studi kasus kontrol : pertama rawat terhadap bias baik bias seleksi maupun bias informasi. Bias seleksi terjadi tatkala pemilihan subjek berdasarkan status penyakit dipengaruhi oleh status paparannya. Bias informasi terjadi akibat ketidak akuratan dan tidak lengkap data tentang paparan dan pencatatan informasi tentang status paparan dipengaruhi oleh status subjek.

Kedua : secara umum kurang efisien untuk mempelajari paparan-paparan yang langka, karena diperlukan bias risiko yang cukup tinggi antara populasi yang berpenyakit dengan populasi yang tidak berpenyakit, sehingga membutuhkan sampel yang banyak. Ketiga : peneliti tidak dapat menghitung laju insidensi (yaitu kecepatan kejadian penyakit) karena subjek dipilih berdasarkan status penyakit baik pada populasi yang terpapar maupun tidak terpapar. Untuk itu digunakan ukuran odds ratio (OR). Keempat : pada beberapa situasi mengalami kesulitan memastikan hubungan temporal antara paparan dan penyakit. Oleh karena dalam riset etiologi paparan mendahului penyakit, maka peneliti dianjurkan menggunakan insidensi ketimbang prevalensi. Kelima : kelompok kasus dan kelimpok kontrol dipilih dari dua populasi yang terpisah sehingga sulit dipastikan apakah kasus dan kontrol pada populasi studi benar-benar setara dalam hal faktor luar dan sumber distorsi lainnya.

Pemilihan subjek dari kelompok kasus. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kasus, yaitu : a) Kriteria diagnosis ; b) Populasi sumber kasus dan ; c) Jenis data penyakit. Kriteria diagnosis sebaiknya harus didefinisikan secara operasional dengan sejelas jelasnya. Populasi sumber kasus dapat berasal dari rumah sakit, masyarakat atau komunitas.

Masing-masing ada keuntungannya dan kelemahannya jenis data penyakit. Kasus itu sendiri dapat merupakan insidensi (kasus baru) atau prevalensi (semua kasus yang ada pada suatu saat).

Untuk penggunaan prevalensi harus hati-hati karena prevalensi mencerminkan tidak hanya peran paparan terhadap timbulnya penyakit tetapi peran paparan terhadap durasi penyakit sebelum sampai fase terminasi.

Pemilihan subjek dari kelompok kontrol. Ada beberapa hal penting yang harus pula diperhatikan dalam memilih kontrol yakni : a). Karakteristik populasi sumber kasus; b).

Keserupaan antara kontrol dan kasus, c). Pertimbangan praktis dan ekonomis. Untuk kontrol yang penting dipilih dari populasi individu yang memiliki karakteristik serupa dengan asal

(38)

kasus, tetapi tidak memiliki penyakit yang sedang diteliti. Yang penting bukan keterwakilannya namun kesebandingannya antara kasus dan kontrol. beberapa sumber populasi yang dipilih sebagai kontrol yaitu ; rumah sakit, populasi umum, tetangga, teman atau kerabat keluarga.

b. Studi Kohort

Merupakan rancangan yang ditujukan untuk mempelajari paparan dengan penyakit dengan cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian dan kelompok tak terpapar berdasarkan status penyakit. Ciri dari studi ini adalah adanya pemilihan subjek berdasarkan status paparannya yang dilanjutkan dengan pengamatan dan pencatatan perkembangan subjek apakah mengalami penyakit yang sedang diamati atau tidak. Pada saat mengidentifikasikan status paparan, semua subjek harus bebas dari penyakit yang diteliti. Jadi kelompok terpapar maupun kelompok tak terpapar berasal dari satu populasi atau dua populasi yang bebas dari penyakit yang diteliti. Peneliti hanya mengamati dan mencatat paparan dan penyakit yang tidak dengan sengaja mengalokasikan paparan. Studi kohort dinamakan sebagai studi follow-up (Klenbaum et al., 1982; Rothman, 1986) atau studi prospektif, sebab kegiatan studi yang dilakukan adalah dengan mengikuti perkembangan penyakit pada subjek penelitian dalam satu periode. Rancangan studi kohort dapat bersifat retrospektif dan prospektif.

Kekuatan studi kohort : Memiliki kesesuaian dengan logika studi eksperimen dalam membuat inferensi kausal, yaitu dimulai dengan menentukan faktor penyebab (antesenden) diikuti dengan akibat (konsekuen). Peneliti dapat menghitung laju insidensi dan dapat pula dilakukan dengan Odds ratio (OR) dan Rasio Laju Insidensi. Studi ini cocok untuk memaparkan penyakit langka. Keunggulan lain studi kohort, peneliti mampu mempelajari efek secara serempak dari sebuah paparan. Bias seleksi dapat ditekan dan tidak ada subjek yang dirugikan karena tidak mendapat terapi yang bermanfaat atau merugikan kesehatan (Blind)

Kelemahan studi kohort : Sangat mahal, membutuhkan waktu lama. Kemungkinan hilangnya subjek (drop out) cukup terbuka dan tidak cocok dengan rumusan hipotesis.

4. Tipe Hubungan Sebab Akibat

Hubungan kausal dalam epidemiologi memiliki pengertian yang lebih mendasar dari pada yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya gaya gravitasi selalu akan menyebabkan benda-benda yang dilepaskan jatuh ke tanah, namun hanya sebagian kecil diantara mereka yang merokok seumur hidupnya akan menderita kanker paru, walaupun dikatakan bahwa merokok menyebabkan kanker paru.

(39)

27 Pada prinsipnya terdapat 2 (dua) pendekatan dalam mendefinisikan kausa penyakit yaitu :

1. Pendekatan Determinan menganggap antara variabel dependent (penyakit) dan variabel independent (faktor penelitian) berjalan sempurna, persis yang digambarkan dalam model matematika.

2. Pendekatan Probabilitas merupakan pemberian ruang terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan baik kesalahan random maupun kesalahan sistematis yang dapat mempengaruhi hasil kausalitas dari faktor kausal. Dalam pendekatan probabilitas digunakan pendekatan statistik untuk meyakinkan apakah terdapat hubungan yang valid antara faktor penelitian dengan penyakit.

Sebuah paparan harus memenuhi berbagai persyaratan untuk dapat dinyatakan sebagai faktor kausal bagi suatu penyakit, diantaranya yang terpenting adalah asosiasi temporal, yaitu paparan harus ada mendahului penyakit.

Berdasarkan definisi kausalitas epidemiologi membedakan lima definisi kausa (Weed, 2001) yaitu :

1. Produksi

Sesuatu yang menciptakan atau menghasilkan akibat. Kausa dipandang sesuatu yang memproduksi hasil.

2. Necessary causa (kausa diperlukan) dan sufficient component causa (kausa mencukupi) Menurut Rothman et al. (2008) necessary causa (kausa diperlukan) dan sufficient component causa (kausa mencukupi) merupakan keadaaan yang mutlak diperlukan untuk terjadinya suatu akibat (penyakit), namun jika kausa perlu adapun penyakit tidak selalu timbul.

Tanpa keadaan tersebut tidak dapat dihasilkan suatu akibat. Namun jika kausa cukup ada maka penyakit akan timbul. Kausa komponen mencukupi terdiri dari sejumlah komponen, tak satupun di antaranya secara dini mencukupi terjadinya suatu penyakit, tetapi ketika semua komponen hadir maka berbentuklah suatu mekanisme kausal yang mencukupi. Kausa cukup tidak selalu harus ada untuk menimbulkan penyakit.

Agar dapat dinyatakan sebagai faktor kausal sebuah penyakit, sebuah paparan harus merupakan kausa cukup maupun kausa perlu bagi masyarakat.

X diperlukan dan mencukupi untuk mengakibatkan Y : X diperlukan tetapi tidak mencukupi untuk mengakibatkan Y

Gambar

Tabel 2 Konsep Sehat Sakit
Gambar 2 Kausa Cukup dan kausa perlu
Gambar 6. Skema perjalanan riwayat alamiah penyakit
Gambar 17. populasi berisiko dalam pada studi karsinoma dalam serviks  Sumber : Bonita et al
+7

Referensi

Dokumen terkait

Surveilans Epidemiologi Kesehatan (Depkes RI) adalah Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah- masalah kesehatan

Pada awalnya Epidemiologi mempunyai pengertian yang sempit yaitu hanya mempelajari penyakit – penyakit infeksi yang banyak menimpa penduduk sampai akhir abad 19, dalam

Untuk mendapatkan informasi yang dapat menggambarkan distribusi, frekwensi penyakit yang mewakili populasi diperlukan penelitian epidemiologi deskriptif lain, dimana

Epidemiologi analitik lebih menekankan pada dasar hubungan antara paparan atau karakteristik dengan penyebab dari penyakit itu sendiri. Keadaan ini memerlukan

Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit tersebut dengan

 Adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit & paparan dengan cara mengamati status paparan & penyakit secara serentak.  Data yang

- Prevalensi adalah jumlah orang yang terkena dampak dalam suatu populasi dari kasus baru suatu penyakit dalam satu periode waktu dibandingkan dengan unit populasi tertentu dalam

Makalah Epidemiologi Penyakit