• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chasing you 7: Kayla

N/A
N/A
Erika Tri Yeni 31

Academic year: 2023

Membagikan "Chasing you 7: Kayla"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

“Kayla.”

Kayla yang tengah membuat susu di dapurnya pun mengalihkan tatapannya ke arah sumber suara yang memanggil namanya. “Iya, mas.” Sahut Kayla sembari kembali membuat susu.

Dio menatap Kayla dengan kernyitan halus di dahinya, “kamu tahu kalau mas Arsen sakit?”

tanya Dio terlihat meminta penjelasan kepada adiknya. Kayla seketika menghentikan aktivitas membuat susunya itu, ia kini benar-benar mengalihkan perhatiannya kepada Dio.

“Nggak tahu. Soalnya di sekolah tadi masih sehat-sehat aja perasaan. Mana sempat main basket pula,” jawab Kayla dengan sedikit bingung juga, karna Arsen tiba-tiba sakit.

Dio menganggukkan kepalanya,”yaudah kalau gitu,mas minta tolong Kayla ke rumah mas Arsen deh. Bawain makanan sama obat herbal kita ke sana. Kasihan, mas Arsen sendiri di rumahnya, nggak ada yang ngerawat juga.” Ucap Dio sembari mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa Kayla.

“Mas Dio aja deh, Kayla mau tidur soalnya. Lagian, kan mas Arsen teman mas Dio,”tolak Kayla dengan cepat. “Atau suruh pacarnya mas Arsen, kak Sheila. Pasti mau—” Kayla menghentikan ucapannya saat melihat Dio menatapnya dengan tajam.

“Mas gak bisa minta tolong sama kamu? Sejak kapan Kayla suka ngebantah gini sama mas?”

tegur Dio dengan tatapan tajamnya ke arah Kayla.

Jika Dio sudah seperti itu, Kayla sudah tidak bisa lagi membantah. Dio dan tatapannya membuat siapapun akan terdiam.

“Coba mas Dio di posisi mas Arsen, nggak ada Kayla, nggak ada papa sama mama, sakit sendirian. Tega Kayla lihat mas kesakitan sendiri?” Nah, sudah dikatakan bahwa Kayla tidak dapat lagi membantah.

Kayla menggelengkan kepalanya pelan, Dio pun menghela napasnya. “Yaudah, mas siapkan dulu apa yang perlu dibawa. Kayla sampai di sana, harus buat mas Arsen minum obat herbalnya dan terpenting makan. Tunggu sebentar.”

Dan Kayla melihat Dio yang mulai ke sana- kemari untuk mempersiapkan apa yang akan dibawanya.

“Iya, mas.”

**

Rumah Kayla dan rumah Arsen tidak terlalu jauh, hanya melewati 5 rumah saja, karna rumah Arsen masih satu perumahan dengan Kayla. Jadi, berjalan kaki saja sudah bisa sampai.

Kayla melihat rumah mewah itu sepi, lampu taman depan tidak dihidupkan, pencahayaan rumah mewah ini sangat kurang. Apa sesakit itu? Sampai menyalakan lampu saja tidak sanggup?

Kayla memasuki halaman rumah Arsen dengan pagar rumah itu sudah terbuka otomatis, Kayla dan Dio sudah terbiasa untuk masuk ke dalam rumah Arsen tanpa perlu pemberitahuan pemilik.

(2)

Sebelum memasuki rumah itu, Kayla berinisiatif untuk menghidupkan lampu taman itu.

Setelah itu, ia pun memasuki rumah Arsen dengan kunci yang ia punya. Sudah dikatakan bahwa Kayla bisa masuk ke rumah Arsen tanpa pemiliknya sedang tidak di dalam rumah.

“Mas Arsen,” panggil Kayla sembari menutup pintu rumah itu. Untung saja lampu di dalam rumah dihidupkan.

“Kata mas Dio, mas Arsen sakit, ya? Kayla bawa makanan sama obat nih, mas.” Lanjut Kayla sembari berjalan menuju kamar Arsen.

Arsen adalah seorang anak tunggal, kedua orang tuanya lebih sering keluar negeri untuk bisnis mereka. Itu sebabnya juga, Arsen lebih sering mendatangi rumah Kayla dan Dio agar tidak kesepian. Arsen sangat tercukupi dalam segala hal, hanya saja ia kurang dalam kasih sayang dari orang tuanya.

“Mas Arsen tidur, ya?” tanya Kayla dengan suaranya yang terdengar bergema, ia membuka pintu kamar Arsen. Kayla melihat Arsen tidur dengan salah satu lengannya di dahinya, bahkan seragam sekolahnya tidak diganti.

Kayla pun mulai khawatir melihat keadaan Arsen. “Mas,” panggil Kayla dengan lembut. Ia pun mendekat ke arah Arsen yang tampaknya sedang tertidur. Kayla meletakkan semua bawaannya ke lantai kamar tidur Arsen, lalu menatap kasihan kepada Arsen.

“Mas Arsen, Kayla datang,” ucap Kayla dengan lembut. Kayla melihat Arsen akhirnya bangun, laki-laki itu mengerjapkan matanya sembari menatap Kayla ada di rumahnya.

“Mas kok tiba-tiba sakit? Mas apanya yang sakit?” tanya Kayla yang kini menatap Arsen dengan khawatir.

Arsen sedikit menyipitkan matanya saat melihat jam di pergelangan tangannya. “Kayla ke sini tadi sama siapa?” tanya Arsen dengan suaranya yang serak itu.

Kayla pun mulai menyentuh dahi Arsen, mengukur suhu badan laki-laki itu. “Mas Arsen panas. Mau ke rumah sakit, nggak?” Kayla tidak menjawab pertanyaan Arsen tadi. Arsen menggelengkan kepalanya, ia kini melihat gadis itu mulai mengernyitkan dahinya. Arsen menyunggingkan senyuman kecilnya.

“Yaudah, kalau nggak mau ke rumah sakit, mas makan dulu. Tadi mas Dio udah titip makanan sama obat herbal. Kayla harus lihat mas Arsen minum obat.” Kayla mulai mempersiapkan makanan dan obat untuk Arsen.

Sejak semalam, hati dan pikirannya membuat dirinya emosional. Hingga tadi puncak

amarahnya akibat kedekatan Kayla dan Gio. Amarahnya tidak terbendung lagi, membuatnya lupa untuk makan dan beristirahat. Mungkin ini efeknya yang ia terima sekarang.

“Kayla mau ambil piring dulu, ya. Sebentar,” ucap Kayla yang membuat Arsen segera menarik lengan gadis itu dengan lembut.

“Kenapa, mas? Ada yang sakit?” tanya Kayla yang kini mengikuti tarikan Arsen. Arsen melihat wajah gadis cantik itu dengan tatapan sendunya.

“Kayla di sini aja, mas lagi nggak selera makan. Kayla temani mas di sini aja, ya,” rayu Arsen dengan suara beratnya yang sedikit serak itu.

(3)

“Mas harus makan, nanti makin parah sakitnya. Mas Dio juga nggak bakalan izini Kayla pulang kalau mas nggak makan. Beberapa suap aja, habis itu langsung minum obat. Mau ya, mas,” sahut Kayla sembari menatap Arsen dengan nada suara lembutnya.

Arsen menatap Kayla dengan tatapan yang sulit diartikan, ia masih menggenggam tangan Kayla dengan lembut. “Jangan buat mas terpaksa untuk menahan emosi lagi. Bisa?” ucap Arsen dengan nada suaranya yang terdengar serius.

Kayla menatap Arsen dengan kernyitan di dahinya, “siapa yang suruh mas buat nahan emosi?”

“Kalau mas nggak nahan emosi, sudah sejak pagi tadi mas patahkan tangan Gio.”

“Patahkan.” Kayla menjawabnya dengan lantang, ia bahkan sudah melepaskan genggaman Arsen di lengannya. Arsen terdiam saat Kayla menjawabnya.

“Tapi, sekali mas patahkan tangan Gio, jangan pernah berharap kita bisa ketemu lagi. Kayla datang ke sini karna disuruh mas Dio, tapi jika mas Arsen memperlakukan Kayla dengan ancaman-ancaman nggak jelas, mending Kayla pulang.” Dan gadis itu pun mulai mengambil tas selempangnya untuk pergi dari rumah ini.

Langkah Kayla terhenti saat pintu kamar tidur itu tertutup dengan cepat, Arsen sudah berada di belakang punggung Kayla dengan jaraknya yang dekat.

Aroma sisa parfum Arsen sangat tercium dengan jelas. Kayla merasakan sentuhan hangat di salah satu lengannya.

“Jangan pergi,” bisik Arsen dengan suara beratnya yang terdengar lirih. Kayla merasakan tatapan Arsen mengarah penuh ke arahnya. Ia masih membelakangi Arsen.

“Buat apa lagi Kayla di sini? Mas udah kekang kehidupan Kayla, Kayla nggak suka!” balas Kayla sembari mengubah posisinya kini menatap Arsen. Jarak mereka sangat dekat, ia mendongakan sedikit kepalanya ke arah Arsen yang lebih tinggi darinya.

Arsen menatap gadis di dekatnya ini dengan tatapan yang sulit diartikan, tatapan gadis itu menentang dirinya.

“Mas sayang sama Kayla, mas nggak mau Kayla disakitin sama siapapun. Mas mau lindungi Kayla—”

“Dengan mas jauhi Kayla, mas sudah lindungi Kayla. Kita bicara seperlunya, kita

berinteraksi seperlunya. Mas Arsen harus lebih prioritaskan kak Sheila dengan semestinya.

Itu saja udah cukup buat Kayla.” Potong Kayla dengan penuh penekanan disetiap perkataan yang ia lontarkan kepada Arsen.

Arsen membasahi bibir bawahnya, salah satu tangannya ia buat untuk mengusap pipi berona gadis itu. Usapan itu beralih ke dagu Kayla, ia mengangkat dagu itu dengan perlahan-lahan untuk menghadap penuh kepadanya.

“Kenapa harus seperti itu Kayla? Mas nggak bisa untuk mengabaikan kamu. Kenapa harus sejahat itu sama mas? Kayla nggak kasihan lihat mas harus dipaksakan seperti itu? Apa mas pernah buat Kayla sakit hati? Tolong, jangan buat permintaan yang buat mas semakin sulit,”

ucap Arsen dengan suaranya yang sedikit serak.

(4)

Kayla melihat tatapan sedih Arsen kepadanya. Untuk pertama kali selama ia mengenal Arsen, tatapan sedih ini hanya dua penyebabnya; pertama, saat dirinya sakit dan dirawat di rumah sakit, yang kedua adalah saat dirinya menangis karna disakitin seseorang. Tapi, kenapa tatapan sedih itu kembali muncul? Kriteria di dalam itu tidak sama sekali ada.

“Yaudah, kalau gitu jangan ganggu Gio lagi.”

Arsen menatap Kayla dengan tatapan dalamnya, “mas nggak akan ganggu Gio. Selama dia nggak dekat sama Kayla secara berlebihan,” sahut Arsen dengan suaranya yang berat itu.

“Seberlebihan apapun Gio dekatin Kayla, itu hak Kayla. Sekalipun dia cium Kayla.”

“Kayla..” Arsen memejamkan kedua matanya dengan lelah, ia bahkan sedikit menundukkan kepalanya lalu membuka matanya untuk menatap Kayla dengan serius. “Jangan pancing mas untuk membuat mas semakin gila.”

Kayla menyunggingkan senyuman smirk-nya. “Kenapa? Di umur Kayla sekarang, teman- teman Kayla sudah ciuman. Kayla juga mau,” pancing Kayla dengan raut wajahnya yang terlihat melawan Arsen.

“Kalau Kayla mau ciuman, mas akan cium kamu sekarang juga. Mau?”

Kayla membolakan kedua matanya. Arsen menatap Kayla dengan rahangnya yang mengeras.

**

Bersambung

Jangan lupa Komen dan vote. Terima kasih

p.s: Akun minrik yang di sebelah sama sekali tidak bisa diakses masuk.

Referensi

Dokumen terkait

Erosional surfaces - saline and non-saline interfluves and plains below low hills and stripped margins; - low hills, stony rises and stripped surfaces marginal to other units, short

DOI Prefix 10.17509/ijposs by Crossref p-ISSN : 2550-0600 e-ISSN 2549-6530 Challenges against Implementation of Social Studies Curriculum for Moral Development in Nigerian Junior