• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA PSIKOLOGIS INTERAKSI KONSEP DIRI dan IDENTITAS ONLINE

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "DINAMIKA PSIKOLOGIS INTERAKSI KONSEP DIRI dan IDENTITAS ONLINE "

Copied!
1313
0
0

Teks penuh

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman tentang dinamika psikologi interaksi konsep diri dan identitas online pengguna internet di Indonesia. Penggunaan Internet di Indonesia, khususnya jejaring sosial, yang meningkat pesat pada awal tahun 2010-an, telah menimbulkan kekuatan dan kelemahan di masyarakat.

Gambar 1.1. Mata rantai jaringan interaksi six degrees of separation  Sumber: Sciencebase, “six degrees of separation”, 2010
Gambar 1.1. Mata rantai jaringan interaksi six degrees of separation Sumber: Sciencebase, “six degrees of separation”, 2010

Rumusan Penelitian

Faktor psikologis apa yang ada dalam interaksi antara konsep diri dan identitas online. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dinamika psikologis interaksi antara konsep diri dan identitas online.

Gambar 1.7. Pembentukan Pertanyaan Penelitian   C.  Tujuan Penelitian
Gambar 1.7. Pembentukan Pertanyaan Penelitian C. Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Keaslian Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika interaksi citra diri dan identitas online dengan mengambil setting pengguna internet di Indonesia. menghasilkan teori interaksi diri dan identitas online yang dinamis. Hal lain yang coba diungkap penelitian ini adalah apakah ada pengelompokan jenis pengguna internet di Indonesia berdasarkan tahapan perkembangannya.

Identitas Online

Pengertian Identitas Online

Dilihat dari asal bahasanya, kata identitas online terdiri dari dua kata, yaitu identitas dan web. Kombinasi detail apa pun yang memungkinkan untuk membedakan pengguna jaringan dapat dikenali sebagai identitas online individu.

Efek-efek Identitas Online

Hal yang menentukan di dunia maya adalah kemampuan untuk mengkomunikasikan pemikiran, ketekunan, kualitas ide dan terkadang. Sebagian besar aktivitas, korespondensi, atau sesi obrolan terekam di dunia maya atau setidaknya meninggalkan jejak tertentu. Dampak lain yang ditimbulkan oleh dunia maya adalah disconnected self-presentation (DSP) yang didefinisikan sebagai perpecahan kognitif konsep diri yang disebabkan oleh perbedaan antara diri offline aktual dan diri yang disajikan online, yaitu perpecahan kognitif konsep diri sebagai hasilnya. perbedaan antara diri offline pada satu waktu dan diri online yang diwakili (Zaarghoni, 2007).

Keragaman di dunia maya mengacu pada fakta bahwa seseorang dapat membuat dan membuat banyak identitas pada saat yang bersamaan.

Gambar 2.1. Taksonomi Perkembangan Teknologi Internet  Sumber : Wallace, 1999
Gambar 2.1. Taksonomi Perkembangan Teknologi Internet Sumber : Wallace, 1999

Perspektif Teoritis Pembentukan Identitas dalam Konteks Perkembangan

Penelitian tentang proses pembuatan identitas online masih dalam tahap awal karena kehadiran Internet yang relatif muda. Pada fase ini, bahkan hampir keseluruhan fase, Lacan berpendapat bahwa bahasa mendominasi pembentukan identitas. Erikson membagi perkembangan manusia menjadi delapan tahap dan remaja berada pada tahap perkembangan pembentukan identitas dan kebingungan identitas.

Masa remaja memasuki tahap identitas versus kebingungan identitas yang dijelaskan sebelumnya, diikuti oleh tahap keintiman versus isolasi di masa dewasa awal.

Konsep Diri

Pengertian Konsep Diri

Rogers (1951) berpendapat bahwa citra diri merupakan rangkaian unsur-unsur persepsi tentang karakteristik dan kemampuan seseorang. Pandangan interaksionis Mead berpandangan bahwa citra diri adalah objek yang muncul dari interaksi sosial, produk perhatian. Skala konsep diri ini disebut Multidimensional Self-Concept Scala (MSCS) yang digunakan dalam penelitian ini.

Beberapa menolak diri sebagai kerangka acuan dan berpendapat bahwa tidak ada bukti empiris untuk konsep diri.

Gambar 2.3. Diri yang selaras dan tidak selaras
Gambar 2.3. Diri yang selaras dan tidak selaras

Dimensi-Dimensi Konsep Diri

Diri yang memadai menunjukkan keharmonisan antara identitas diri dan pelaku diri, sehingga ia mengakui dan menerima dirinya sebagai identitas dan dirinya sebagai aktor. Kepuasan diri yang rendah menyebabkan harga diri rendah dan mengembangkan ketidakpercayaan diri dasar. Dimensi kedua adalah dimensi eksternal yang terdiri dari diri fisik (physical self) mengenai persepsi individu terhadap kondisi fisiknya, moral-etis diri (moral-ethical self), mengenai persepsi individu terhadap dirinya dengan memperhatikan nilai-nilai moral dan etika. .

Individu yang terintegrasi dengan baik akan menunjukkan tingkat konsistensi interaksional yang tinggi, baik di dalam dirinya (komunikasi intrapersonal) maupun dengan individu lain (komunikasi interpersonal).

Dinamika Konsep Diri

Konsep diri ini bermula dari refleksi diri terhadap hubungannya dengan lingkungannya yaitu keluarga, teman dan masyarakat. Penggunaan kata diri, konsep diri dan identitas sering dikacaukan, namun berdasarkan kajian yang telah dilakukan, penulis dapat menyimpulkan adanya pemisahan. Konsep diri merupakan suatu kontinum di mana berbagai unsur diri manusia berada, sedangkan identitas merupakan produk konsep diri pada waktu dan tempat tertentu yang dapat dirasakan oleh orang lain.

Identitas adalah produk dari konsep diri dalam ruang dan waktu di luar dirinya, baik itu dalam bentuk kekuasaan, bahasa, atau sesuatu yang lain di luar dirinya.

Gambar 2.4.  Sintesis Teoritik Konsep Diri
Gambar 2.4. Sintesis Teoritik Konsep Diri

Perspektif Teoritis Dinamika Diri dan Identitas

Tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh simbol-simbol yang dikeluarkan oleh orang lain, begitu juga dengan tingkah laku orang lain tersebut. Dia menunjuk pada pentingnya umpan balik yang ditafsirkan secara subyektif dari orang lain sebagai sumber penting data konsep diri. Cooley memperkenalkan teori looking-glass self, gagasan bahwa konsep diri seseorang dipengaruhi oleh apa yang diyakini individu sebagai pendapat orang lain tentang mereka.

Mead berpendapat bahwa konsep diri sebagai objek muncul dalam interaksi sosial sebagai hasil dari perkembangan kepedulian individu terhadap bagaimana orang lain bereaksi terhadapnya.

Faktor-Faktor Psikologis dalam Interaksi Diri dan Identitas Online Seorang anak memainkan peran yang beganti-ganti; kadang ia Seorang anak memainkan peran yang beganti-ganti; kadang ia

Matheson dan Zanna berpendapat bahwa dalam kaitannya dengan komunikasi, penggunaan komunikasi yang dimediasi komputer (computer-mediated communication, atau CMC singkatnya) dapat meningkatkan kesadaran diri pribadi dan menurunkan kesadaran diri publik. Sementara paparan diri terkait dengan kesadaran diri pribadi (Franzoi dan Davis, 1985), tampak bahwa pengguna komputer mengalami peningkatan kesadaran diri pribadi seiring dengan paparan diri, yang diterjemahkan menjadi penurunan kesadaran publik (Joinson, 2007 ). Mereka menemukan bahwa pengguna CMC memiliki kesadaran diri pribadi yang lebih tinggi dan kesadaran diri publik yang lebih rendah daripada komunikasi tatap muka.

Kedua penelitian ini mendukung peran kesadaran diri dalam pengaruh media terhadap perubahan sikap dan perilaku.

Gambar 2.6.  JoHarry Windows   Sumber: Clark, “JoHarry Windows”, 2011
Gambar 2.6. JoHarry Windows Sumber: Clark, “JoHarry Windows”, 2011

Sintesis Teoritis

Sebaliknya, ketika individu online, individu diminta untuk merefleksikan dan melukiskan gambaran kontinum konsep diri dalam bentuk identitas online. Setelah topeng identitas online dibuat; seseorang akan mendapat penilaian dari lingkungannya apakah topeng tersebut layak atau tidak sesuai dengan khalayak di lingkungan sosial tersebut. Setelah merumuskan masalah dan meninjau literatur pada Bab I dan Bab II, penting untuk merumuskan desain penelitian.

Rancangan penelitian pada dasarnya meliputi metode penelitian yang akan digunakan, subjek penelitian yang akan dilibatkan, variabel penelitian yang akan diteliti serta instrumen pengumpulan data dan desain analisis data yang akan digunakan.

Rancangan Penelitian

Peneliti harus mempertimbangkan faktor waktu yang digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif; apakah dilakukan secara terpisah atau bersamaan. Bobot data kualitatif dan kuantitatif yang digunakan mungkin seimbang atau lebih dominan dalam satu jenis data. Data kualitatif dan kuantitatif yang digunakan secara bersamaan sebaiknya dilakukan dalam kombinasi yang mampu menjelaskan jawaban atas pertanyaan penelitian secara lebih komprehensif.

Strategi yang digunakan peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian adalah strategi ketiga yaitu strategi simultan transformatif.

Gambar 3.1. Strategi-Strategi Konkuren  Sumber: Creswell, 2009 hlm. 315
Gambar 3.1. Strategi-Strategi Konkuren Sumber: Creswell, 2009 hlm. 315

Subjek Penelitian

Data jumlah pengguna internet di Indonesia menurut berbagai sumber sangat bervariasi dari 50 juta hingga 88 juta. Dalam kasus penelitian ini, pemilihan subjek akhirnya diambil dari tiga kota besar yang termasuk kota dengan pengguna internet terbesar. Kota-kota dengan pengguna internet terbesar di Indonesia adalah Jakarta, Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Bandung, Semarang, Medan, Denpasar, Surabaya, Makassar, dan Yogyakarta (Waizly, 2011).

Jumlah partisipan dalam penelitian kualitatif adalah 9 pengguna internet intensitas tinggi dari tiga kelompok pengembangan yang berbeda;

Tabel 3.1. Gambaran Responden Penelitian untuk Data Kuantitatif  Kode  Jumlah Responden
Tabel 3.1. Gambaran Responden Penelitian untuk Data Kuantitatif Kode Jumlah Responden

Variabel Penelitian

Dampak internet Dampak yang dirasakan individu pengguna internet pada berbagai aspek dirinya, yaitu pada harga diri dan pengakuan diri, keterbukaan, kepercayaan diri, pengetahuan diri individu. Untuk menjawab pertanyaan penelitian terakhir, penulis membangun model yang terdiri dari variabel harga diri, keterikatan pada teman sebaya, pengaruh sosial, nilai internet yang dirasakan, dampak internet yang dirasakan, dampak internet pada diri, dan kesejahteraan psikologis. Persepsi seseorang tentang nilai-nilai keunggulan Internet dari sudut pandang etika, praktis, nyaman, dan ekonomis.

Persepsi seseorang tentang kegunaan internet untuk meningkatkan aspek self-esteem, self-recognition, self-exposure.

Tabel 3.4. Variabel-variabel dalam Bangunan Model Penelitian
Tabel 3.4. Variabel-variabel dalam Bangunan Model Penelitian

Pengumpulan Data

Pengumpulan data kualitatif dilakukan secara natural, baik di rumah subjek maupun di lokasi yang disepakati. Pengumpulan data kualitatif juga menjalani tahap orientasi lapangan, uji coba dari Juli hingga Desember 2010. Alat pendukung pengumpulan data kualitatif berupa pedoman wawancara dan FGD yang digunakan penulis selama alur penelitian terlampir pada lampiran B.

Pengumpulan data secara keseluruhan dengan menggunakan pendekatan metode campuran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.6 di bawah ini.

Tabel 3.5. Skoring Aitem
Tabel 3.5. Skoring Aitem

Instrumen Pengumpul Data

Kuesioner Pertama (n=203)

Sedangkan item identitas terbagi menjadi dua yaitu pengguna internet dengan identitas yang sama dan berbeda. Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh gambaran deskriptif pengguna dalam hal jenis kelamin, jenis penggunaan internet, intensitas penggunaan internet, dan identitas yang digunakan. Pendekatan survei pada tahap awal penelitian ini berupaya menjaring sebanyak mungkin responden pengguna internet untuk memperoleh ragam tanggapan, kekayaan topik, dan kejenuhan data.

Penulis juga mencoba untuk meningkatkan keragaman data dengan memodifikasi pertanyaan dan mendistribusikannya pada bulan Desember 2010 kepada pengguna internet yang diketahui peneliti menggunakannya untuk tujuan instrumental.

Kuesioner Kedua (n=115)

11 “Saya akan menciptakan identitas pribadi yang berbeda ketika berkomunikasi dengan teman-teman saya di dunia maya”. 15 "Saya lebih suka mengungkapkan rahasia pribadi kepada teman-teman saya di dunia maya dibandingkan dengan teman-teman saya di dunia nyata." 22 "Saya menyembunyikan informasi pribadi saya sehingga tampak misterius bagi teman-teman saya di dunia maya."

23 "Saya menjadi pusat perhatian orang lain ketika saya menggunakan identitas online saya di dunia nyata".

Tabel 3.9. Faktor-Faktor Psikologis dari kajian pustaka dan kata-kata yang  didapatkan dari pengumpulan data kualitatif
Tabel 3.9. Faktor-Faktor Psikologis dari kajian pustaka dan kata-kata yang didapatkan dari pengumpulan data kualitatif

Kuesioner Ketiga

24 Saya akan terus menggunakan Internet ketika teman saya memuji komentar yang saya posting di Internet. 30 Saya menggunakan Internet karena teman saya juga menggunakannya 31 Internet membuat saya menjadi orang yang lebih buruk. 34 Saya menggunakan Internet karena saya sangat membutuhkannya 35 Menggunakan Internet membuat saya menjadi orang yang lebih baik 36 Internet memiliki pengaruh yang besar bagi saya.

91 Saya hanya menggunakan Internet untuk mengikuti perkembangan zaman 92 Pendapat orang lain di Internet sangat penting bagi saya.

Tabel 3.11. Aitem Pertanyaan Kuesioner 3
Tabel 3.11. Aitem Pertanyaan Kuesioner 3

Skala Kesejahteraan Psikologi

Saya menghargai diri sendiri berdasarkan apa yang menurut saya penting, bukan berdasarkan apa yang orang lain hargai. Skor yang tinggi pada dimensi kedua, hubungan yang positif dengan orang lain, menandakan bahwa orang yang bersangkutan memiliki sikap yang hangat; Skor rendah pada dimensi ini menunjukkan bahwa orang yang bersangkutan memiliki hubungan yang tertutup; sulit untuk menjadi hangat dan terbuka; kurangnya sikap peduli terhadap orang lain; terisolasi dan frustrasi dalam hubungan interpersonal; tidak mau berkomitmen untuk menciptakan hubungan dengan orang lain.

Individu yang mendapat skor rendah menunjukkan bahwa mereka disibukkan dengan berfokus pada penilaian dan harapan orang lain.

Tabel 3.12. Aitem-aitem Skala Kesejahteraan Psikologi Dimensi  No.
Tabel 3.12. Aitem-aitem Skala Kesejahteraan Psikologi Dimensi No.

Skala Kelekatan dengan Teman Sebaya

Saya dapat mengandalkan teman-teman saya ketika saya perlu mengeluarkan tenaga. Jika teman saya tahu ada sesuatu yang mengganggu saya, mereka akan bertanya kepada saya tentang hal itu.

Tabel 3.14. Koefisien Reliabilitas Skala Peer Attachment Dimensi
Tabel 3.14. Koefisien Reliabilitas Skala Peer Attachment Dimensi

Skala Konsep Diri (MSCS)

Penskoran dilakukan dengan menjumlahkan skor subjek, yang dikonversi menggunakan skor norma z, ke skor standar untuk setiap dimensi. Uji utilitas dan adaptasi bahasa Indonesia oleh Perdana (2011) menghasilkan 90 item yang valid dan reliabel di Indonesia dengan perbandingan distribusi item sebagai berikut. Skala MSCS yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala MSCS adaptasi Indonesia yang memiliki 90 item valid dan reliabel (Lampiran A.4).

Tabel 3.17. Perubahan Urutan Aitem pada Kuesioner MSCS
Tabel 3.17. Perubahan Urutan Aitem pada Kuesioner MSCS

Skala-Skala Yang Dikembangkan Dari Temuan Kualitatif

Saya menggunakan internet karena keluarga saya melakukannya. Saya menggunakan internet karena tuntutan pendidikan atau nilai akademik internet. Berinternet itu menyenangkan Menggunakan internet itu merepotkan Menggunakan internet itu sangat praktis. Menggunakan Internet menawarkan banyak peluang. Penggunaan Internet memfasilitasi komunikasi Penggunaan Internet menciptakan Internet kolaboratif.

Menggunakan Internet membuat saya menjadi orang yang lebih terbuka Menggunakan Internet membuat saya lebih percaya diri.

Tabel 3.19. Aitem – aitem dari Temuan Kualitatif
Tabel 3.19. Aitem – aitem dari Temuan Kualitatif

Pelaksanaan Penelitian

  • Analisis Deskriptif dan Tabulasi Silang
  • Analisis Faktor Eksploratori
  • Analisis Diskriminan
  • Analisis Tema dan Komparasi

Sementara itu, FGD untuk dewasa muda tahap ini di Yogyakarta dilakukan bersama mahasiswa pascasarjana di salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Pada tahap ketiga, yaitu Januari hingga Juni 2011, penulis mulai melakukan wawancara dengan partisipan dan menganalisis data yang diperoleh dari putaran sebelumnya. Pengembangan model didasarkan pada teori atau berdasarkan temuan pada tahap konseptualisasi model; dalam penelitian ini pengembangan model menggunakan temuan pendekatan kualitatif.

Penyusunan flowchart merupakan tahap visualisasi hipotesis yang disusun dari model konseptual yang dibuat pada tahap konseptualisasi model.

Gambar 3.2. Iterasi dalam Penelitian yang Mewakili Pencarian Jawaban  Pertanyaan Penelitian
Gambar 3.2. Iterasi dalam Penelitian yang Mewakili Pencarian Jawaban Pertanyaan Penelitian

Gambar

Gambar 1.1. Mata rantai jaringan interaksi six degrees of separation  Sumber: Sciencebase, “six degrees of separation”, 2010
Gambar 1.3. Dunia Nyata dan Maya yang Beririsan  Sumber : Indrajit, 2009, hlm. 5.
Tabel 1.2. Remaja Berprestasi Melalui Dunia Maya  No  Nama dan Usia  Kreativitas
Tabel 1.3. Data Statistik Pengguna Internet Sedunia  STATISTIK PENGGUNA INTERNET  Benua
+7

Referensi

Dokumen terkait

65 The results of research conducted by Bhardwaj & Punia [22], Khoshouei, Oreyzi, & Noori [23], Savaneviciene, Ciutiene, & Rutelione [24], Ali & Mortazvi [25] can be concluded that