• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Konsep Diri

3. Dinamika Konsep Diri

dijalankannya. Diri sosial (social self) merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya.

Hubungan antar dimensi ini adalah utuh; tak dapat dipilah-pilah dan berfungsi secara kait mengait sebagai suatu keutuhan. Seorang individu yang terintegrasi dengan baik, akan menunjukkan derajat konsistensi interaksi yang tinggi, baik di dalam bagian-bagian dari dirinya sendiri (intrapersonal communication) maupun dengan individu-individu lain (interpersonal communication).

anak-anak, yang sejak kecil menirukan apa yang menjadi pembelajaran dari sikap orangtuanya. Orangtua merupakan sumber konsep diri melalui peran mereka sebagai orang lain yang dihormati. Di usia remaja, umpan balik dari teman sebaya menjadi umpan balik utama. Pengaruh teman sebaya pada masa ini semakin menguat dan sangat berpengaruh pada peningkatan atau penurunan perasaan harga diri.

Strang (dalam Rice, 1990; Burns, 1993) mengatakan bahwa konsep diri dalam dinamikanya dapat mengambil bentuk salah satu dari empat konsep diri di bawah ini, yaitu :

Basic Self Concept

Adalah persepsi individu mengenai kepribadiannya dan persepsi mengenai penampilan, kemampuan, peran, nilai-nilai dan keyakinannya.

Temporary atau Transitory Self Concept

Adalah diri yang dipegang oleh individu pada saat tertentu yang dipengaruhi oleh situasi dan mood pada saat itu. Konsep diri ini bersifat sementara dan tidak stabil.

Social Self Concept

Adalah diri sebagaimana diyakini individu itu dilihat dan dievaluasi oleh orang lain

Ideal Self

Adalah diri yang diharapkan individu tersebut, termasuk aspirasi, moral idealisme dan nilai (Duffy & Atwater, 2005).

Dari berbagai kajian pustaka yang dilakukan di atas, penulis menyimpulkan bahwa konsep diri adalah gambaran diri individu yang luas, yang meliputi bagaimana seseorang memandang, memikirkan dan

menilai dirinya. Gambaran ini meliputi gambaran individu akan diri aktualnya seperti fisik dan hubungan sosial (termasuk keluarga) maupun gambaran potensi diri baik kompetensi secara umum maupun spesifik mencakup penilaian individu terhadap segala kemampuan dan yang dapat dilakukannya serta harapannya akan dirinya sendiri. Konsep diri ini bersumber dari refleksi diri terhadap hubungannya dengan lingkungannya yaitu keluarga, teman dan masyarakat. Konsep diri aktual selalu berusaha menyesuaikan dirinya ke konsep diri ideal, bersifat dinamis, transitory dan bergerak. Dinamika ini terjadi karena adanya proses evaluasi diri terus menerus terhadap bagaimana ia memandang, merasa dan berkehendak terhadap dirinya, yang kemudian menghasilkan pengetahuan diri, kesadaran diri dan harga diri. Kerangka konsep diri dapat digambarkan dalam Gambar 2.4. di bawah ini.

Gambar 2.4. Sintesis Teoritik Konsep Diri

C. Interaksi Diri dan Identitas Online 1. Dinamika Diri dan Identitas

Identitas manusia terus berubah. Aku adalah aku tetapi juga belum aku, demikian Sartre mengatakan dalam kalimatnya yang terkenal “man is what he is not”. Manusia adalah fakta tetapi juga proses menjadi, manusia adalah identitas dan non identitas (Snijders, 2004). Manusia adalah makhluk paradoksial di mana di dalamnya terdapat berbagai kebenaran yang bertentangan. Paradoksial berarti adanya dua kebenaran yang bertentangan dan kebenaran itu baru menjadi benar saat kedua kutub kebenaran itu diakui. Hal ini berbeda dengan kata “kontradiksi” yang menyangkut implikasi kalau yang satu benar maka yang lain salah.

Kebenaran terletak dalam suatu kontinum kedua kutub kebenaran yang bertentangan. Syarat dari suatu kenyataan disebut individu yaitu apabila kenyataan itu mempunyai suatu identitas, “indivisum in se” artinya tidak terbagi dalam diri sendiri, sehingga dengan jelas dapat dibedakan dengan individu lain “divisum a quolibet alio” artinya terpisah dari yang lain.

Diri bergerak dalam suatu kontinum di mana segala kemungkinan identitas dapat berada. Roges mengatakan bahwa diri adalah konfigurasi atau kontinum dari organisme yang selalu aktif mencapai tujuan aktualisasinya. Konsep diri menjadi penggerak utama organisme yang mencari aktualisasi melalui aktivitas dinamis konstannya. Tingkah laku adalah tujuan dari organisme untuk memuaskan kebutuhannya sebagaimana dialami dalam lapangan yang dipersepsikannya (Burns,1979). Terdapat ketegangan di antara kutub-kutub diri dalam perjalalanan menuju diri sejati di mana diri sejati menjadi penggerak dan norma. Manusia selalu dalam perjalanan “menjadi aku”, mencari

identitas; karena pada intinya manusia adalah makhluk pencari keserupaan (Snijders, 2004).

Penggunaan kata diri, konsep diri dan identitas seringkali dipertukarkan, tetapi berdasarkan kajian yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan adanya pemisahan. Konsep diri adalah kontinum tempat berbagai diri elementer manusia sedangkan identitas adalah produk dari konsep diri pada suatu irisan waktu dan tempat tertentu yang dapat diindera oleh orang lain. Konsep diri dapat bergerak dalam kontinum yang positif hingga yang negatif, lebih menyerupai bagian “sang pengenal” dari diri; sedangkan identitas mengacu pada “yang dikenal” atau yang dilihat.

Identitas hadir karena keterbatasan manusia dalam ruang dan waktu sehingga tak dapat melihat kontinum diri yang begitu luas. Identitas menjadi penanda unik individualitas karena ini adalah pilihan responsnya yang khas pada situasi dan waktu tertentu walaupun pada saat yang sama identitas mewakili kesamaannya dengan diri (Hadi, 1996).

Ibarat buih, identitas muncul sebagai ombak yang tampak sesaat tetapi kemudian hilang bila laut menjadi tenang. Buih ombak pada detik yang berbeda memiliki bentuk yang berbeda. Identitas adalah produk dari konsep diri dalam setting tempat dan waktu di luarnya baik itu dalam bentuk kekuasaan, produk bahasa ataupun sesuatu yang lain di luar dirinya sendiri. “Aku yang dikenal” baik itu bahasa maupun cermin ataupun masyarakat yang menjadi cermin kita. Diri dan identitas terus bergerak dan berinteraksi melalui evaluasi diri. Ia terus mencari bentuknya dan meningkatkan diri untuk membuat gambaran yang koheren tentang dirinya.

Kekhasan individu adalah memiliki keunikan identitas yang dilihatnya dalam cermin dan juga pada saat yang sama menyadari dirinya adalah diri yang total dalam kontinum. Konsep diri terdiri dari pluralisme identitas. Identitas hanya menandakan hadirnya diri; tapi tak cukup mewakili ombak secara keseluruhan. Berdasarkan kajian di atas, peneliti menggambarkan identitas sebagai irisan diri yang terperangkap oleh cermin ruang dan waktu tertentu. Dinamika diri dan identitas dicoba digambarkan peneliti dalam Gambar 2.5 berikut ini.

Gambar 2.5. Sintesis Teoritik Dinamika Diri dan Identitas

Identitas manusia mengambil bentuk bintang-bintang yang nampak berbeda-beda dalam pergerekannya pada kontinum diri. Kontinum diri mempunyai susunan elementer tertentu. Identitas secara alami terus menerus berubah sesuai dengan konteks setting sosial dan audiens yang ada di sekitarnya. Identitas yang teriris di satu waktu tak sama dengan identitas yang lain karena waktu dan ruang terus bergulir. Proses

perubahan itu disebabkan karena manusia adalah makhluk yang terus meng-identifikasi, makhluk yang mencari keserupaan atau “likeness being”.