B. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
mengidentifikasikan dirinya secara berlebihan terhadap nilai-nilai yang ditanamkan oleh orang dewasa di sekelilingnya (overidentifiying). Ini membuat remaja memiliki identitas yang sebetulnya adalah ‘alter egos’nya sehingga menyebabkannya mengalami kesulitan dalam mencapai identitas utuh nantinya, karena stuktur kepribadiannya cenderung kaku dan kurang terbuka terhadap tantangan dan keadaan yang baru (Muus,1996).
Status berikutnya adalah identity moratorium di mana para remaja berada dalam krisis komitmen identitas. Individu berada dalam pertanyaan-pertanyaan belum terjawab, sehigga individu terus mencari, berjuang dan mengeksplorasi berbagai peran untuk menemukan jawaban untuk dirinya. Status terakhir adalah identity achievement yang mana remaja telah melewati krisis dan telah berhasil mencapai identitas;
memiliki ciri-ciri antara lain: aktif, toleran terhadap perbedaan, mandiri secara emosional, tidak membenci diri sendiri, mampu berempati dan memiliki hubungan yang harmonis dengan orang-orang sekitarnya (Furhmann, 1990).
Dari akar katanya, self menunjukkan adanya dua titik paradoksial dalam satu kontinumm yaitu hal yang sama tetapi juga yang terpisah dan yang berjauhan.
Self concept kemudian sering didefinisikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri yang meliputi bagaimana ia memandang, memikirkan dan menilai dirinya sendiri. Rogers (1951) menyatakan bahwa konsep diri adalah suatu kontinum unsur-unsur persepsi-persepsi karateristik dan kemampuan seseorang. Unsur-unsur ini mencakup persepsi mengenai karakteristik dan kemampuan; bahan-bahan yang diamati mengenai diri dalam hubungannya dengan orang lain dan dengan lingkungannya; kualitas nilai-nilai yang dipersepsikan sebagaimana dihubungkan dengan pengalaman dan obyek; dan tujuan- tujuan dan cita-cita yang dipersepsikan sebagai mempunyai valensi positif ataupun negatif. Konsep diri menurut Rogers adalah sebuah gambaran terorganisasi dalam kesadaran diri dan diri yang berkaitan (self in relationship) dihubungkan dengan kualitas-kualitas hubungan yang dimilikinya dari masa lalu, sekarang, hingga harapan akan masa yang akan datang. Konsep diri terbentuk dari sikap yang dibangun dari pengalaman- pengalaman, sistem yang sadar dari hal-hal yang dipersepsikan, konsep- konsep, dan evaluasi-evaluasi mengenai diri sebagaimana dia tampak bagi dirinya. Hal ini terbentuk melalui pengalaman dengan dunia dan interpretasi pengalaman itu sendiri. Persepsi ini diorganisasikan dalam pikiran dengan berbagai wajah, hirarki, sistem kategori (Staines,1954, Shavelson dkk., 1976).
Pandangan interaksionisme Mead menyatakan bahwa konsep diri adalah objek yang timbul dari interaksi sosial, sebuah produk perhatian
individu terhadap bagaimana orang lain bereaksi terhadapnya. Konsep diri terbentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman- pengalaman psikologis yang dialami seseorang. Teori Mead yang terkenal adalah diri elementer, yaitu bahwa diri tersusun dari sejumlah “diri-diri yang elementer” yang mencerminkan aspek-aspek struktural proses sosial.
Bagi Mead, “tak seorangpun merupakan sebuah pulau” dan bahwa masyarakat memberi bentuk dan arti bagi proses konseptualisasi diri seseorang. Analisa Mead tentang diri elementer sesuai dengan pemikiran identitas sosial. Masing-masing orang mempunyai banyak identitas sosial yang memberikan penghubung utamanya dengan masyarakat (Deegan, 2001).
Konsep diri interaksionisme ini menjadi jembatan pemahaman konsep diri postmodern yang melihat diri bersifat multifaceted atau jamak (Miller, 1982). Konstruk unidimensional tentang konsep diri tidak lagi dipertahankan. Bremm dan Kassin (1993) memaparkan bahwa konsep diri terdiri dari tiga unsur, yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif dari self. Diri merupakan suatu hal kompleks dan bersisi jamak. Bracken (1992) mengoperasionalkan berbagai dimensi diri menjadi dimensi diri fisik, akademik, sosial, keluarga, kompetensi dan afeksi. Ia membuat suatu skala pengukuran untuk konsep diri yang bersifat multidimensional. Skala konsep diri ini disebut Multidimensional Self Concept Scala (MSCS) yang digunakan dalam penelitian ini.
Konsep diri menurut pandangan Berzonsky (2003) terdiri dari empat aspek yaitu aspek fisik yang mencakup pandangannya tentang diri fisiknya, aspek sosial yang meliputi penilaiannya akan peranan sosial yang dimainkannya, aspek moral menyangkuti penilaian individu akan nilai-
nilai dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupannya serta aspek psikis yang meliputi pikiran, perasaan dan sikap individu terhadap dirinya sendiri. Senada dengan hal tersebut, Brooks (2009) juga mendefinisikan konsep diri sebagai persepsi-persepsi fisik, sosial, dan psikologis atas diri yang bersumber dari pengalaman dan interaksi dengan orang lain.
Walaupun telah banyak ditinggalkan, diragukan dan dipertentangkan; pendefinisian atau pemaknaan konsep diri terus dibicarakan. Beberapa menolak diri sebagai kerangka acuan dan mengemukakan bahwa tak ada bukti empiris tentang konsep diri. Apabila kata konsep diri digunakan, lebih dilihat sebagai suatu gagasan hipotetik.
Dari para founding fathers psikologi hingga hari ini keanekaragaman kata dan terminologi tentang diri dan konsep diri mewarnai kekayaan diri itu sendiri (lihat Tabel 2.1. di bawah ini).
Tabel 2.1 Teori Diri dari para Tokoh Psikologi
Hipotesis diri Pelopor teori Deskripsi
Diri kreatif Alfred Adler Individu menciptakan kepribadiannya sendiri dari bahan dasar hereditas dan pengalaman.
Tujuan dan sikap hidupnya menentukan bagaimana ia akan melakukan ini.
Diri simbolis Andras Angnyal Diri simbolis adalah jumlah keseluruhan dari konsepsi-konsepsi yang dikembangkan individu tentang dirinya pada waktu menya- dari proses-proses organiknya sendiri.
Hipotesis diri Pelopor teori Deskripsi Diri dan
gambar- an diri (emotional image)
Beier dan Valens Gambaran emosional adalah aspek yang relatif independen dari diri, yang dapat diidentifikasikan hanya dengan reaksi-reaksi orang-orang lain terhadapnya. Gambaran emosional merupakan faktor dalam komunikasi non-verbal dan mungkin dikonseptualisasikan sebagai cara seseorang secara sadar membuat orang-orang lain bertingkah laku secara konsisten dan dapat diprediksikan.
Diri Struktural Raymond Cattell Pengaruh yang mengatur prinsip untuk konsistensi dari interaksi dan ekspresi sifat- sifat kepribadian.
Diri sebagai teori
Seymour Epstein Setiap individu tanpa disadari membangun suatu teori pribadi tentang din sebagai suatu ada yang mengalami dan berfungsi. Ini bertindak sebagai dinamisme dalam (1) mengoptimalkan keseimbangan antara rasa senang dan rasa sakit, (2) mempermudah usa- ha memelihara harga diri, dan (3) mengatur
d l
Ego dan identitas diri
Erik Erikson Ada suatu fungsi yang sentral, psikososial, dan yang melakukan sintesis. Ini
mengintegrasikan bermacam-macam konsep- diri (diri badiah/body self, din ideal/ ideal self, dan sebagainya) dalam kesatuan peran-peran yang dibutuhkan untuk memperoleh peng- akuan sosial
Diri yang disimpulkan
Ernest Hilgard Baik eksistensi maupun kodrat dari din dapat disimpulkan dari fenomen-fenomen, seperti polapola motivasi, mekanisme-mekanisme pertahanan, wawancara klinis, dan observasi- observasi profesional.
Ego-kolektif (self/diri)
R. LaForge Ego tidak hanya sebagai produk individu, tetapi juga menggambarkan dan
mengungkapkan konsepkonsep dan mentalitas kelompok-kelompok sosial individu.
Konsistensi diri Prescott Lecky Konsep-diri di lihat sebagai inti kepribadian yang mempersatukan. Hal ini kemudian merupakan organisasi nilai-nilai yang konsisten antara yang satu dengan yang lain- nya. Individu menolak pengalaman-
pengalaman yang tidak cocok dengan struktur-nilainya dan menerima pengalaman- pengalaman yang cocok.
Hipotesis diri Pelopor teori Deskripsi Diri subjektif-
objektif
Helge Lundholm Diri subjektif adalah diri sebagaimana dipersepsikan oleh diri sendiri. Diri objektif adalah diri sebagaimana dipersepsikan oleh orang-orang lain.
Diri sosial George H. Head Gambaran diri dapat muncul hanya melalui interaksi dan komunikasi dengan orang-orang lain. Seseorang mengadakan respons terhadap dirinya sendiri seperti orang lain mengadakan respons terhadap dirinya.
Diri sebagai subsistem yang menentukan
J. G. Miller Proses pengalaman diri melibatkan diri sebagai yang mengetahui, yang berjuang, dan yang melakukan. Ini adalah fungsi-fungsi utama diri se- bagai subsistem sentral yang menentukan.
Keselarasan diri
Carl Rogers Kemampuan pribadi dan penyesuaian diri psikologis ditentukan oleh tingkat kecocokan atau keselarasan antara diri sebagaimana dipersepsikan, diri yang sebenarnya, dan diri ideal.
Diri fenomenal Donald Snygg &
Arthur Combs
Diri meliputi aspek-aspek medan fenomenal yang dialami individu sebagai bagian atau sebagai karakteristik dari dirinya.
Diri sebagai sistem
Harry Stack Sullivan
Diri berkembang sebagai penjaga kecemasan dan dalam hal ini sama dengan mekanisme- mekanisme pertahanan ego. Sebagai proses, diri mengeluarkan informasi dan membatasi persepsi ten- tang apa raja yang tidak cocok atau tidak selaras dengan organisasinya sekarang. Scmakin mengalami kecemasan, maka semakin mengembung sistem diri itu.
Sumber: Semiun, Penyingkatan Teori-teori diri yang representatif, 2006, hlm 316-319.
Rogers dikenal sebagai tokoh yang melangkah lebih maju dengan konsep diri karena banyak memberikan penjelasan mengenai diri dengan melakukan penelitian pada praktek psikoterapinya terhadap para pasiennya. Meski saat itu hampir ditinggalkan, secara empiris kata diri dan konsep diri ditemukan menjadi tema sentral dalam sesi-sesi psikoterapinya (Semiun, 2006). Hal ini membuatnya memberi perhatian dan melakukan
penelitian yang komprehensif mengenai hal ini. Konsep diri dalam pemahaman Rogers menyangkut aspek yang lebih luas dari sekedar gambaran kognitif tentang diri, tetapi mencakup gambaran emosional, afektif dan harapan-harapan. Hal ini berkaitan dengan bagaimana ia berpikir orang melihat dirinya, bagaimana ia sesungguhnya dan bagaimana ia menjadi, yang digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.3. Diri yang selaras dan tidak selaras
Sumber: Semiun, “Diri yang selaras dan tak selaras”, 2006, hlm. 320 keserasian
Diri ideal
Diri riil (sejati)
Diri yang kese laras an
Diri riil (sejati) Diri ideal
Diri yang dipersepsikan