BAB 1| PENDAHULUAN
- Latar Belakang
- Maksud, Tujuan dan Sasaran
- Dasar Hukum
- Metodologi Penyusunan
- Pembentukan Tim Pembuat KLHS RPJMD
- Pengkajian Pembangunan Berkelanjutan
- Perumusan Skenario Pembangunan Berkelanjutan
- Penjaminan Kualitas, Pendokumentasian dan Validasi KLHS RPJMD
- Ruang Lingkup Subtansi
- Ruang Lingkup Wilayah
- Sistematika Penulisan
Tim kreatif RPJMD KLHS membuat skenario pembangunan berkelanjutan berupa proyeksi alternatif untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Keputusan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 136);
PENDAHULUAN
KONDISI UMUM KABUPATEN BANTUL
CAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
BAB IV PERUMUSAN SKENARIO PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN,
RUMUSAN ISU STRATEGIS
REKOMENDASI KLHS UNTUK RPJMD
BAB 2| PROFIL KABUPATEN BANTUL
Aspek Geografis dan Demografis 1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
- Letak dan Kondisi Geografis
- Topografi
- Geologi
- Hidrologi
- Klimatologi
- Penggunaan Lahan
- Kawasan Rawan Bencana a. Kawasan Rawan Bencana
Wilayah Kabupaten Bantul pada umumnya merupakan daerah datar (kemiringan kurang dari 2%) dengan sebaran di wilayah selatan, tengah, dan utara Kabupaten Bantul dengan luas 31.421 Ha (61,96%). Hal ini menunjukkan adanya proses alih fungsi lahan sawah, tegalan, dan perkebunan campuran menjadi lahan pemukiman di Kabupaten Bantul.
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
- Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan
Jasa ekosistem merupakan alat analisis pengkajian lingkungan hidup yang bersifat strategis dalam penyusunan dokumen daya dukung dan daya dukung lingkungan hidup (D3TLH). Daya dukung dan daya dukung lingkungan hidup (D3TLH) berdasarkan jasa ekosistem terdiri atas empat kelompok utama, yaitu jasa penyediaan, jasa kebudayaan, jasa penunjang yang mewakili unsur daya dukung lingkungan hidup, dan jasa pengaturan yang mewakili unsur daya dukung lingkungan hidup.
Daya Dukung Pangan (Beras)
Angka daya dukung pangan dan beras di Bantul masih memadai, meski persoalan pangan tetap perlu mendapat prioritas. Daya dukung tertinggi terdapat di Kecamatan Sanden, karena jumlah penduduknya rendah sedangkan luas panen relatif tinggi.
Daya Dukung Air
- Perkiraan Mengenai Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup 1) Pencemaran air
Hasil perhitungan ketersediaan dan kebutuhan air menunjukkan bahwa kapasitas air Bantul termasuk dalam klasifikasi bersyarat. Ketidakseimbangan antara ketersediaan pasokan dan peningkatan kebutuhan akan menurunkan tingkat kapasitas air di Kabupaten Bantul.
Resiko Bencana
Kualitas air Sungai Winongo belum memenuhi baku mutu air Kelas II karena beberapa parameter melebihi ambang batas baku mutu, yaitu: BOD, NO2, fecal coliform, total coliform, sulfida, fosfat, timbal, dan klorin. Kualitas air Sungai Gajah Wong tidak memenuhi baku mutu air Kelas II karena beberapa parameter melebihi ambang batas baku mutu, yaitu: BOD, nitrit, minyak dan lemak, sulfida, fosfat, sianida, tembaga, kadmium, dan timbal. . Kualitas air Sungai Opak belum memenuhi baku mutu air Kelas II karena beberapa parameter melebihi ambang batas baku mutu, yaitu: BOD, COD, NO2, fecal coliform, total coliform, fosfat dan klorin.
Banjir
Penentuan tingkat ancaman bencana dapat dilakukan dengan menggunakan matriks tingkat ancaman yang dipadukan dengan indeks ancaman pada kolom dengan indeks jumlah penduduk terpapar pada kolom tersebut.
Cuaca ekstrim
Peta Bahaya Cuaca Ekstrem Kabupaten Bantul Dari Peta Bahaya Cuaca Ekstrem di atas, wilayah Kabupaten Bantul didominasi warna merah (ancaman tinggi), khususnya wilayah Bantul bagian tengah.
Gelombang ekstrim dan abrasi
Gempa bumi
Posisi Kabupaten Bantul yang terletak pada pertemuan Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia serta terletak pada garis patahan Opak yang masih aktif membuat wilayah Kabupaten Bantul merupakan daerah rawan gempa bumi yang berpotensi untuk tsunami.
Kekeringan TINGKAT
Kekeringan terjadi setiap musim kemarau di Kabupaten Bantul yaitu kurangnya air bersih untuk kebutuhan rumah tangga. Setiap tahunnya, berbagai pihak di kabupaten tersebut harus mendistribusikan air bersih ke tempat-tempat yang kekurangan air bersih.
Tanah Longsor TINGKAT ANCAMAN
Kebakaran
Tsunami
Wabah Penyakit
Berdasarkan tabel diatas terlihat potensi kerugian di Kabupaten Bantul berbeda-beda pada setiap potensi bencana. Beberapa wilayah Kabupaten Bantul merupakan daerah perbukitan dan rawan longsor yaitu Kecamatan Imogiri, Piyungan dan Pundong dengan luas wilayah rawan bencana sebesar 6.847 ha. indeks risiko tinggi), dan jumlah penduduk terpapar sebanyak 63.369 jiwa (indeks penduduk terpapar sedang). Namun, seluruh wilayah Kabupaten Bantul diyakini berpotensi terkena wabah penyakit dan wabah penyakit di kalangan masyarakat, seiring dengan semakin banyaknya warga yang terpapar.
Persampahan
- Kinerja Layanan atau Jasa Ekosistem 1) Jasa Ekosistem Penyediaan Pangan
Oleh karena itu jasa ekosistem yang menyediakan pangan biasanya berasal dari hasil perikanan, hasil pertanian, peternakan, hasil laut dan juga pangan dari hutan. Jasa ekosistem penyediaan pangan di Kabupaten ini didominasi oleh kondisi sangat rendah dan rendah dengan luas 28.188,13 Ha atau persentase 55,42%. Jasa ekosistem persediaan pangan sedang sampai sangat tinggi seluas 22.676,02 Ha atau 44,58% berada di wilayah Kabupaten Bantul bagian tengah (Kecamatan Sewon, Kecamatan Bantul, Kecamatan Jetis, Kecamatan Pandak dan Kecamatan Bambanglipuro).
Jasa Ekosistem Penyediaan Air Bersih
Klasifikasi ketersediaan pangan rendah/sangat rendah terdapat di perbukitan bagian timur (kecamatan Dlingo dan kabupaten Imogiri) dan wilayah perkotaan bagian utara Bantul (kecamatan Kasihan dan kabupaten Banguntapan). Bagian timur yang berbukit-bukit (Kecamatan Dlingo, Kecamatan Imogiri dan Kecamatan Pundong) serta kawasan pemukiman dan perkotaan di kabupaten tersebut. Kabupaten Bantul bagian tengah (Kecamatan Sewon, Kecamatan Bantul, Kecamatan Jetis, Kecamatan Pandak dan Kecamatan Bambanglipuro) mempunyai klasifikasi pelayanan air bersih yang tinggi.
Jasa Ekosistem Perlindungan dan Pencegahan Terhadap Bencana
Struktur tanah di tengah. yang merupakan tanah aluvial mempunyai pori-pori yang relatif besar sehingga lebih mudah menyerap dan mengeluarkan air. Kabupaten Bantul berdasarkan Tabel Luas Jasa Ekosistem untuk Perlindungan Bencana (JER 3) mendominasi kelas atas. Kawasan pemukiman di bagian tengah (Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Kecamatan Jetis, Kecamatan Pandak, dan Kecamatan Bambanglipuro) dan bagian utara (Kecamatan Kasihan dan Kecamatan Banguntapan) Kabupaten Bantul mempunyai kapasitas pencegahan dan perlindungan bencana yang rendah.
Jasa Ekosistem Pengaturan Tata Aliran Air dan banjir
Dilihat dari tabel luas wilayah diatas, Kabupaten Bantul memiliki luas wilayah 20.877,15 Ha atau 41,19% diantaranya tergolong kelas rendah dan paling dominan di Kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul mempunyai dominasi klasifikasi yang rendah (Kecamatan Kasian dan Kecamatan Banguntapan) karena lahan telah dibuka untuk diperuntukkan sebagai (kawasan pemukiman). Hutan di wilayah Kabupaten Bantul bagian Timur (Kecamatan Dlingo dan Kecamatan Imogiri) mempunyai manfaat yang tinggi karena air hujan diserap oleh tajuk pohon dan dialirkan ke dalam tanah.
Jasa ekosistem pengaturan penguraian limbah
Jasa pengendalian pemurnian air adalah jasa ekosistem yang memainkan peran bermanfaat dalam pemurnian alami polutan dari badan air. Daya dukung dan daya tampung pendekatan jasa ekosistem penjernihan air (JER 4) di Kabupaten Bantul didominasi oleh kelas sangat rendah masing-masing dengan luas 18.256,74 Ha atau 36,02% dari total luas wilayah masing-masing 50.685 Ha. Kawasan hutan di wilayah Kabupaten Bantul bagian Timur (Kecamatan Dlingo dan Kabupaten Imogiri) mempunyai pelayanan penjernihan air yang sangat tinggi.
Jasa Pengaturan Iklim
Kelas selanjutnya merupakan kelas tinggi dengan luas yang tidak jauh berbeda dengan kelas sebelumnya yaitu 18.150,30 ha atau 35,81%. Perbukitan dan pegunungan di sebelah timur (Kecamatan Dlingo dan Kabupaten Imogiri) mempunyai pemanfaatan hutan. Berbeda halnya di bagian tengah (Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Kecamatan Jetis, Kecamatan Pandak dan Kabupaten Bambanglipuro) dan di bagian utara yang sudah berpenduduk (Kecamatan Kasians dan Kecamatan Banguntapan).
Jasa Ekosistem Pengaturan Pemeliharaan Kualitas Udara
Aktivitas di kawasan pemukiman seperti transportasi, industri dan lain-lain justru akan memberikan dampak negatif terhadap kondisi iklim sekitar, seperti meningkatnya suhu udara dan menurunnya kualitas udara. Jasa ekosistem pemeliharaan kualitas udara di Kabupaten Bantul sebagian besar masuk dalam kelas rendah dengan luas 15.555,23 Ha atau 30,69% dan tidak jauh berbeda dengan kelas berikutnya yaitu kelas tinggi dengan luas lahan 14.952,08. Ha atau 29,50%. Hal sebaliknya terjadi di wilayah tengah (Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Kabupaten Jetis, Kabupaten Pandak, dan Kabupaten Bambanglipuro) dan wilayah utara (Kecamatan Kasihan dan Kabupaten Banguntapan), yang sebagian besar merupakan wilayah pemukiman.
Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversitas
- Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam 1) Keberlanjutan Pertanian
Jasa ekosistem penunjang keanekaragaman hayati di Kabupaten Bantul didominasi oleh kelas menengah pada tipe ekosistem ini dengan luas 18.212,96 Ha atau 35,81%, disusul kelas rendah dengan luas 13.470,01 Ha atau persentase 26,48. %. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Layak Pangan Berkelanjutan dan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Perubahan Lahan Pertanian Layak Produksi Pangan Berkelanjutan, yang mengatur tentang perlindungan lahan serta persyaratan dan mekanisme perubahan lahan pertanian terutama untuk kepentingan umum dan pada saat terjadi bencana. 5 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Tahun ini ditetapkan luas Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) di DIY seluas ha yang terdiri dari Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B ha) dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B ha).
Potensi Perikanan
- Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi terhadap Perubahan Iklim
- Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati Muatan tingkat ketahanan dan potensi keaneragaman hayati
Ekosistem Dataran Tinggi
Flora asli Amerika tropis ini dapat tumbuh di daerah pesisir di daerah berpasir dan hutan yang berbatasan dengan dataran. Ekosistem di Kabupaten Bantul terdiri atas (1) ekosistem dataran tinggi; (2) ekosistem dataran rendah; (3) ekosistem pantai berpasir; dan (4) ekosistem perkotaan.
Ekosistem Dataran Rendah
Ekosistem Pantai Berpasir a) Penyu
Tumbuhan dapat hidup di daerah gumuk pasir karena gumuk pasir mempunyai cadangan air yang banyak. Kondisi saat ini telah terdapat pusat penelitian kawasan pesisir berupa Laboratorium Geospasial Pesisir dan sarana rekreasi berupa Museum Gumuk Pasir. Hal ini membuktikan bahwa bukit pasir, selain keunikan alamnya, juga berperan penting dalam aktivitas budaya.
Ekosistem Perkotaan
- Aspek Kesejahteraan Masyarakat
- Fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi
- Fokus Kesejahteraan Sosial
- Aspek Layanan Umum
- Pendidikan
- Kesehatan
PDRB (menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan tahun dasar 2010) di Kabupaten Bantul. miliar Rp) A Pertanian, kehutanan dan. Rata-rata lama pendidikan di Kabupaten Bantul terus meningkat, yaitu dari 9,08 tahun pada tahun 2015 menjadi 9,54 tahun pada tahun 2019. Angka Harapan Hidup di Kabupaten Bantul pada tahun 2019 Angka Harapan Hidup di Kabupaten Bantul mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Pencapaian APM ini bukan berarti banyak anak usia 7-12 tahun dan anak usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah, namun tidak menutup kemungkinan kelompok usia tersebut bersekolah di luar Kabupaten Bantul dan/atau masuk jenjang sekolah yang lebih tinggi. . Masih banyak kasus gizi buruk yang disebabkan oleh berbagai hal antara lain kurangnya asupan, pola asuh orang tua yang tidak tepat, sanitasi lingkungan, penyakit menular, penyakit. Angka kejadian stunting berhasil diturunkan secara signifikan yaitu pada tahun 2017 sebesar 10,41%, tahun 2018 turun menjadi 9,75% dan kembali pada tahun 2019 menjadi 8,33%.
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
Hingga tahun 2018 terdapat 12 rumah sakit, hal ini menunjukkan ketersediaan rumah sakit di Kabupaten Bantul sudah mencukupi. Seluruh puskesmas di Kabupaten Bantul telah berstatus penuh BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) sejak 2 Januari 2016. Jumlah penduduk yang belum mendaftar kepesertaan JKN berjumlah 118.210 jiwa atau 12,50%, dalam hal ini upaya pemerintah Kabupaten Bantul harus bekerja secara intensif dengan pemangku kepentingan dan melakukan pemutakhiran data setiap bulannya.
Ketersediaan Tenaga Kesehatan
- Kondisi Penyakit Menular
Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pada tahun 2019, rasio dokter per penduduk mencapai 0,32 per 1.000 penduduk atau satu dokter melayani 3.125 penduduk. Pada tahun 2019, terdapat empat kasus kematian pasien DBD, meningkat dibandingkan tahun 2018 yang tidak terdapat kasus kematian akibat DBD pada tahun tersebut.
Tuberkulosis (TBC)
Leptospirosis
HIV-AIDS
- Kondisi Penyakit Tidak Menular
Diabetes Melitus (DM), Penyakit Jantung, dan Pembuluh Darah (PJPD)
Deteksi Dini NAPZA
Kasus Kesehatan Jiwa
- Kejadian Luar Biasa (KLB) dan Wabah
- Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
- Pengelolaan Irigasi
- Penyediaan Air Bersih
- Penanganan Air Limbah
- Pengeolaan Sistem Drainase
- Kondisi Jaringan Jalan
- Ruang Terbuka Hijau (RTH)
- Pengendalian Pemanfaatan Ruang
- Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman .1 Rumah Tidak Layak Huni (RTLH)
- Lingkungan Permukiman Kumuh
- Penanggulangan Bencana
- Sosial
- Tenaga Kerja .1 Angkatan Kerja
- Pengangguran
- Perlindungan Tenaga Kerja
- Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak .1 Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah
- Kekerasan dalam Rumah Tangga
- Pernikahan Usia Dini
- Ketahanan Pangan, Pertanian, Kelautan, dan Perikanan .1 Ketersediaan Energi dan Protein Perkapita
- Skor Pola Pangan Harapan
- Produksi Tanaman Pangan
- Produksi Tanaman Hortikultura
- Produksi Tanaman Perkebunan
- Produksi Komoditas Peternakan
- Produksi Perikanan Tangkap
- Produksi Perikanan Budidaya
- Lingkungan hidup
- Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
Jumlah pekerja/buruh di Kabupaten Bantul yang menjadi peserta Jaminan Sosial/BPJS Ketenagakerjaan mencapai 58,61% pada tahun 2019 dan cenderung berfluktuasi dari tahun-tahun sebelumnya. Tanaman pangan utama di Kabupaten Bantul adalah padi, jagung, kacang tanah, dan kedelai. Kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan baru di Kabupaten Bantul yang mulai dibudidayakan sejak tahun 2016.
Indeks Kualitas Air
Faktor yang menentukan keberhasilan pencapaian tersebut adalah peningkatan kualitas udara dan tutupan lahan, namun pencapaian kualitas air masih belum maksimal. Hasil pemantauan kualitas air sungai di wilayah Kabupaten Bantul berdasarkan parameter kimia anorganik, mikrobiologi, dan kimia organik kemudian dianalisis untuk mengetahui keadaan kualitas air pada masing-masing sungai. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan kualitas air sungai di wilayah Kabupaten Bantul masih kurang baik termasuk kategori pencemaran sedang.
Indeks Kualitas Udara
Pemantauan udara ambien dilakukan pada 4 (empat) titik/lokasi pemantauan yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bantul, yaitu pada lokasi-lokasi yang mewakili kawasan padat kendaraan bermotor (transportasi), kawasan industri/argo-industri, kawasan pemukiman dan kawasan perkantoran/komersial. Nilai capaian tersebut tergolong tinggi mengingat nilai indeks kualitas udara optimal yang dapat dicapai adalah 105,56.
Indeks Tutupan Lahan
- Penanganan Sampah
Berdasarkan hasil perhitungan, ditemukan indeks tutupan lahan Kabupaten Bantul pada tahun 2019 sebesar 53,09 atau meningkat sebesar 9,94 poin dibandingkan tahun 2018, mengalami tren peningkatan dari tahun lalu. Pengembangan sistem persampahan terdiri dari pengelolaan lokal, pengelolaan kota, dan pengolahan sampah mandiri. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga tertuang dalam Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 2 Tahun 2019, sedangkan arah kebijakan pengurangan dan pengolahan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga tertuang dalam Peraturan Bupati Bantul Nomor 156 Tahun 2018 tentang Kebijakan dan Strategi Daerah. (JAKSTRADA) Pengelolaan Sampah Keluarga dan Sampah Rumah Tangga.