Unsur-Unsur Drama
Unsur-unsur drama terdiri dari empat hal, yaitu alur, penokohan, dialog, dan latar.
Berikut penjelasan lengkapnya!
1. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa dan konflik yang menggerakkan jalan cerita. Alur drama mencakup bagian-bagian pengenalan cerita, konflik awal, perkembangan konflik, hingga penyelesaian. Dalam drama, terdapat tiga jenis alur, yakni:
a. Alur Maju
Alur maju adalah alur yang menggambarkan cerita berjalan berurutan ke depan atau kronologis.
b. Alur Mundur
Alur mundur adalah alur yang menggambarkan cerita berupa peristiwa mundur ke belakang atau sorot balik (flashback).
c. Alur Campuran
Alur campuran adalah perpaduan dari alur maju dan mundur
2. Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan karakter tokoh. Dalam sebuah pementasan drama, tokohlah yang menggambarkan atau memerankan secara langsung cerita yang ada dalam naskah drama. Tokoh terbagi dua berdasarkan perannya, yaitu:
a. Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama.
b. Tokoh Pembantu
Tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita.
3. Dialog
Dialog adalah karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. Dalam dialog terdapat dua unsur, yakni:
a. Wawancang
Wawancang adalah kata-kata atau kalimat yang harus diucapkan oleh tokoh dalam drama.
b. Kramagung
Kramagung adalah petunjuk perilaku, tindakan, atau perbuatan yang harus dilakukan oleh tokoh.
4. Latar
Latar adalah keterangan ruang dan waktu yang ada dalam drama. Latar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Latar Tempat
Latar tempat menggambarkan lokasi terjadinya setiap scene dalam drama. Latar tempat dapat digambarkan dengan bantuan properti yang mendukung.
Misalnya, drama yang dipentaskan adalah drama fabel yang berlatar tempat di hutan belantara. Maka, bisa ditambahkan properti seperti pohon-pohon buatan, rerumputan buatan, bunga-bunga buatan, serta kostum hewan yang dikenakan oleh para tokoh.
b. Latar Waktu
Latar waktu menggambarkan waktu terjadinya setiap scene dalam drama, bisa berupa hari, jam, tanggal, bulan, maupun tahun. Sama halnya dengan latar tempat, latar waktu juga dapat digambarkan dengan bantuan properti yang mendukung.
Misalnya, suatu scene dalam drama berlatar waktu siang hari yang terik, maka bisa ditambahkan properti seperti lampu sorot berwarna terang yang menandakan bahwa scene tersebut terjadi di siang hari.
c. Latar Suasana
Latar suasana menggambarkan suasana terjadinya setiap scene dalam drama.
Latar suasana dapat digambarkan dengan bantuan properti, musik, maupun akting yang dilakukan tokoh.
Misalnya, suatu scene dalam drama berlatar suasana yang mencekam, maka bisa ditambahkan properti seperti lampu yang remang-remang, musik yang menegangkan, dan akting tokoh yang seolah merinding dan ketakutan.
Struktur Teks Drama
Next, kita masuk ke bagian struktur teks drama. Struktur teks drama terdiri dari tiga bagian, yaitu prolog, dialog, dan epilog.
1. Prolog
Prolog adalah bagian berupa kata-kata pembuka, pengantar, ataupun latar belakang yang umumnya disampaikan oleh dalang, narator, atau tokoh tertentu.
2. Dialog
Dialog adalah percakapan antartokoh dalam drama. Dialog terdiri atas tiga bagian, yaitu:
• Orientasi → bagian awal cerita
• Komplikasi → bagian pengembangan cerita
• Resolusi → bagian akhir cerita
3. Epilog
Epilog adalah kata-kata penutup yang berisi simpulan maupun amanat tentang keseluruhan isi drama.
Kaidah Kebahasaan Teks Drama
Kaidah kebahasaan yang digunakan dalam drama, antara lain sebagai berikut:
•
Berupa dialog.
•
Menggunakan tanda petik pada dialog.
•
Menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog atau epilog (dia, beliau, ia, -nya).
•
Menggunakan kata ganti orang pertama dan kedua pada bagian dialog (aku, saya, kami, kita, kamu).
•
Banyak menggunakan konjungsi temporal (sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian).
•
Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa (menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat).
•
Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (merasakan,
menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami).
•
Menggunakan kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana (ramai, bersih, baik, gagah, kuat).
Contoh Drama Singkat
Diariku
Tokoh: Mina dan Yeri
Sinopsis: Suatu hari sepulang jam sekolah, Yeri sedang menulis sesuatu di buku diarinya. Tak disangka, Mina yang habis rapat OSIS, melihat Yeri duduk sendirian di ruang kelas. Yeri pun dikagetkan oleh kedatangan Mina.
Dialog:
Mina: “Hai, Yeri!”
Yeri: (Terdiam dan merunduk sedih)
Mina: “Kamu kenapa, Ri? Apa ada masalah?”
Yeri: “Oh Mina, nggak kok. Aku nggak apa-apa.”
Mina: “Jangan bohong, aku melihat kamu termangut sedih dari tadi. Cerita saja padaku. Ada apa?”
Yeri: “Sudahlah, tak ada yang perlu aku jelaskan padamu.”
Mina: “Lalu ini apa? (mengambil buku diari Yeri) Kamu menyimpan rahasia di sini?”
Yeri: (marah) “Enggak! Kembalikan bukuku! Kamu nggak akan mengerti dengan perasaanku!”
Mina: “Kamu kenapa sih, Ri? Jika ada masalah, cerita saja!”
Yeri: (Menangis) “Aku hanyalah anak yang tidak diharapkan siapa-siapa. Orang tuaku selalu membandingkanku dengan saudaraku. Aku seperti pembantu saja tinggal di sini!”
Mina: “Pasti sulit rasanya ya, Ri.” (mengusap punggung Yeri)
Yeri: “Setiap hari, aku selalu disuruh ini, disuruh itu. Semua pekerjaan rumah aku yang mengerjakan. Mereka nggak peduli denganku!”
Mina: “Kalau kamu sedang merasa kesusahan dan muak dengan keluargamu.
Sekali-kali datang ke rumahku saja. Kita bermain sampai perasaan sedihmu hilang, ya.”
Yeri: “Tetap saja, aku harus pulang dan menghadapi orang tuaku nantinya, Mina.”
Mina: “Jangan khawatir, kita cari solusi agar orang tuamu tahu bahwa hal yang mereka lakukan salah.”
Yeri: “Terima kasih ya, Mina. Aku akan coba tegar sampai mendapatkan jawaban dari masalah ini.”
Mina: “Begitulah pentingnya sahabat. Aku senang bisa membantu mengatasi masalahmu.”