• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons dan Adaptasi Hewan

N/A
N/A
Susanti

Academic year: 2024

Membagikan "Respons dan Adaptasi Hewan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

EKOLOGI HEWAN

RESPON DAN ADAPTASI HEWAN

OLEH KELOMPOK 4

MUTIARA D.R. YUSVIRA (2130106036)

RAHMA SARITA (2130106046)

SUSANTI (2130106055)

DOSEN PENGAMPU:

DWI RINI KURNIA FITRI M.Si

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR BATUSANGKAR

2024

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Ekologi Hewan ini dengan baik. Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata Ekologi Hewan tentang materi “Respon dan Adaptasi Hewan”. Penyusun menyadari bahwa makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dari beberapa pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Dwi Rini Kurnia Fitri, M.Si selaku pembimbing kami dalam mengerjakan makalah ini.

Segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan penyusunan makalah ini, agar menjadi terbaik bagi penyusun. Akhir kata kami berharap dengan adanya penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penyusun sendiri dan bagi semua yang berkepentingan.

Batusangkar, 14 Maret 2024

Pemakalah

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 1

C.Tujuan ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 2

A.Respon Dasar Hewan ... 2

B.Aklimatisasi dan Adaptasi... 3

C.Adaptasi Fisiologis... 5

D.Adaptasi Morfologis ... 7

E. Hubungan Respon dan Adaptasi Perilaku ... 10

F. Ayat atau Hadist yang berkaitan dengan materi ... 11

BAB III PENUTUP ... 13

A.Kesimpulan ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perilaku merupakan suatu akutivitas yang dilakukan oleh organisme yang terkait dengan respon ketika terdapat rangsangan ataupun stimulus. Setiap organisme memiliki respon yang berbeda-beda karena terdapat perbedaan antara satu organisme dengan organisme lainnya.

Perilaku adaptasi merupakan tindakan berupa respon dari hewan dalam hal penyesuaian diri terhadap kondisi lingkungan sekitarnya dengan tujuan kelangsungan hidup spesies yang berkelanjutan. Beberapa jenis perilaku adaptasi, yakni adaptasi morfologi berupa perubahan secara fisik pada hewan, kemudian adaptasi fisiologis berupa perubahan metabolisme pada hewan, serta adaptasi perilaku berupa respon hewan yang dikaitkan dengan kondisi suhu sekitarnya (Anggraeni et al., 2023:2).

Berdasarkan latar belakang diatas maka disusunlah makalah tentang Respon dan Adaptasi Hewan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat ditarik rumusan masalah dalam pembuatan makalah tentang Respon dan adaptasi hewanyaitu sebagai berikut.

1. Bagaimana respon dasar hewan.

2. Apa yang dimaksud dengan aklimatisasi dan adaptasi.

3. Apa yang dimaksud dengan adaptasi fisiologis.

4. Apa yang dimaksud dengan adaptasi morfologis.

5. Bagaimana hubungan respon dan adaptasi perilaku.

6. Apa ayat Al-Qur’an atau Hadist yang berkaitan dengan materi.

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dijelaskan bahwa tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Menjelaskan respon dasar hewan.

2. Menjelaskan aklimatisasi dan adaptasi.

3. Menjelaskan adaptasi fisiologis.

4. Menjelaskan adaptasi morfologis.

5. Menjelaskan hubungan respon dan adaptasi perilaku.

6. Menunjukkan ayat Al-Qur’an atau Hadist yang berkaitan dengan materi.

(5)

2 BAB II PEMBAHASAN A. Respon Dasar Hewan

Respon dasar hewan terhadap perubahan faktor lingkungan dianggap sebagai strategi hewan untuk beradaptasi dan untuk kelangsungan hidupnya. Setiap hewan akan menunjukkan strategi adaptasinya yang merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup mereka. Lingkungan berperan sebagai kekuatan untuk menyeleksi bagi populasi yang hidup di dalamnya. Hanya populasi yang mampu beradaptasi, baik adaptasi morfologi, fisiologi, maupun perilaku, akan lestari; sedangkan yang tidak mampu beradaptasi harus pindah ke lingkungan yang sesuai dengan kebutuhannya atau jika tidak pindah, mereka akan mati.

Faktor-faktor lingkungan yang membatasi hidup organisme selanjutnya disebut sebagai faktor pembatas, seperti suhu lingkungan, kadar garam, kelembaban, dan sebagainya. Berdasarkan pengaruhnya terhadap kehidupan organisme, faktor pembatas memiliki rentang, nilai minimum, nilai maksimum, dan rentang optimum. Nilai minimum ialah nilai terendah suatu organisme dapat hidup, di bawah nilai tersebut organisme akan mati. Nilai maksimum ialah nilai tertinggi suatu faktor pembatas, di atas nilai tersebut, organisme akan mati. Rentang optimum ialah rentang suatu nilai faktor pembatas dimana organisme dapat hidup secara optimal dalam arti semua proses fisiologi tubuhnya berjalan secara optimal sehingga organisme dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Sebagai contohnya, spesies hewan B memiliki rentang hidup pada suhu 10-25º C. Suhu 10ºC merupakan suhu minimum atau terendah spesies B masih dapat hidup. Suhu 25ºC merupakan suhu maksimum atau tertinggi spesies B masih dapat hidup. Suhu optimal berada pada kisaran antara rentang 10-25ºC, misalnya pada rentang suhu 17-20ºC.

Respon pertama kali organisme terhadap perubahan lingkungan ialah ekofisiologi dan bisa sangat berbeda pada setiap jenis organisme. Pada hewan berdarah dingin (poikiloterm), penurunan atau peningkatan suhu udara akan diikuti dengan penurunan atau peningkatan laju metabolisme tubuhnya. Sebaliknya pada hewan berdarah panas (homeoterm), penurunan suhu udara justru akan meningkatkan laju metabolisme tubuh untuk mempertahankan suhu tubuh. Kendeigh (1969) menglasifikasikan respon menjadi 5 macam, yaitu: semu (masking), letal (lethal), berarah (directive), pengontrolan (controlling), dan defisien (deficient).

(6)

3

1. Semu (masking): modifikasi pengaruh suatu faktor oleh faktor lainnya. Sebagai contoh RH (relatif humidity atau kelembaban relatif) yang rendah meningkatkan laju evaporasi permukaan tubuh, sehingga hewan berdarah panas mampu bertahan pada iklim yang sangat hangat.

2. Letal (lethal): faktor lingkungan menyebabkan kematian, seperti misalnya suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin.

3. Berarah (directive): faktor lingkungan menyebabkan orientasi tertentu, misalnya burung-burung di kutub utara bermigrasi ke arah selatan pada saat musim dingin dan kembali ke utara pada saat musim semi atau panas untuk berbiak.

4. Pengontrolan (controlling): faktor tertentu dapat mempengaruhi laju suatu proses fisiologi tanpa masuk ke reaksi. Sebagai contoh, suhu lingkungan dapat berpengaruh besar terhadap metabolisme, sekresi, dan lokomosi hewan.

5. Defisien (deficient): defisiensi suatu faktor lingkungan pada habitat tertentu dapat mempengaruhi aktivitas atau metabolisme hewan. Sebagai contohnya jika oksigen ada atau tidak ada pada tekanan rendah akan membatasi aktivitas hewan (Sumarto

& Koneri, 2016:12-15).

B. Aklimatisasi dan Adaptasi 1. Aklimatisasi

Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian diri terhadap cekaman lingkungan dalam selang waktu lama sehingga semua kerja faal tubuh sudah berubah sesuai denga keadaan atau kondisi lingkungan.

Ada dua macam aklimatisasi yaitu aklimatisasi terhadap dingin dan aklimatisasi terhadap panas. Hasil dari aklimatisasi terhadap dingin adalah meningkatnya konsumsi ransum dan laju metabolisme basal. Cekaman dingin menyebabkan penurunan berat badan perubahan kerja enzim dan hormon.

Peningkatan konsumsi ransum yang disertai peningkatan laju metabolisme menyebabkan kebutuhan suplai oksigen ke dalam tubuh mengalami peningkatan.

Suplai oksigen yang lebih banyak mengharuskan kerja paru-paru lebih aktif.

Peningkatan berat paru-paru dalam keadaan cekaman dingin merupakan hasil aklimatisasi. Peristiwa sama terjadi pada bagian tubuh lain seperti jantung dimana organ ini akan bertambah besar dan berat dalam kondisi cekaman dingin. Penurunan berat badan akan terjadi sebagi akibat pembakaran yang berlebihan untuk menngkatkan produksi panas bukan untuk produksi. Perubahan laju metabolisme akan berpengaruh terhadap kerja hormon. Terdapat perbedaan kerja hormon dari

(7)

4

kelenjar tiroid (tiroksin) dan kortek adrenalin pada ternak dalam keadaan cekaman dingin . Makin lama ternak dipelihara dalam kondisi cekaman dingin kerja hormon tiroid meningkat dan kerja hormon kortek adrenalin menurun. Dari beberapa pengamatan juga nampak bahwa setelah lima hari mengalami hipotermia baru nampak perbedaan kerja hormon tiroid dan kortekadrenalin.

2. Adaptasi

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri hewan terhadap perubahan lingkungan. Keberhasilan daptasi terhadap lingkungan mempengaruhi keberhasilan perkembangan hewan selanjutnya, baik dalam hal mempertahankan diri, tumbuh, berproduksi maupun berkembang biak. Konsep adaptasi hewan terhadap lingkungan menyangkut perubahan genetik dan fisiologi karena rangsangan dari luar maupun dari dalam. Adaptasi genetik sebagai hasil seleksi dari alam dan manusia sedangkan adaptasi fisiologis adalah kemampuan penyatuan panas fisiologi di dalam tubuhnya sendiri terhadap kondisi lingkungan luar dan bahan makanan untuk kebutuhan hidupnya. Beberapa istilah dalam prinsip adaptasi adalah (1) adaptation, (2) aclimation, (3) aclimatitation, (4) habituation.

Pengertian adaptasi adalah kemampuan hewan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi lingkungan. Terdapat tiga pengertian dalam istilah adaptasi yaitu : (1) adaptasi biologi, (2) adaptasi genetik, (3) adaptasi fisiologi.

Adaptasi biologi adalah hasil penyesuaian diri terhadap kondisi biologis hewan.

Adaptasi ini menghasilkan perubahan yang khas pada ternak seperti perubahan anatomi tubuh, perubahan biokimia tubuh dan perubahan tabiat makan dan hubungan sosial hewan. Adaptasi genetik merupakan keberhasilan adaptasi yang dihubungkan dengan sifat keturunan (gen) dari hewan baik karena seleksi secara alami maupun seleksi terencana oleh manusia. Adapasi fisiologi adalah keberhasilan ternak menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang menyangkut proses pengaturan fisiologi di dalam tubuhnya.

a. Aklimatisasi (aclimatitation), aklimatisasi merupakan hasil penyesuaian diri dalam waktu lama terhadap perubahan iklim yang komplek sehingga daya adaptasi hewan tersebut menjadi lebih tinggi.

b. Aklimasi (aclimation), aklimasi adalah merupakan hasil penyesuaian diri terhadap rangsangan satu unsur iklim, yang biasanya dilakukan pada kandang fisiologis (climatic chamber).

(8)

5

c. Habituasi (habituation), dapat dibedakan menjadi dua yaitu habituasi umum dan habituasi khusus. Habituasi umum merupakan hilangnya daya tanggap (respon) seluruh bagian tubuh secara perlahan-lahan, sebagai akibat rangsangan yang diberikan berulang-ulang. Habituasi khusus adalah menurunnya secara perlahan-lahan daya tanggap dari salah satu bagian tubuh karena diberikan rangsangan yang khas pada bagian tersebut secara berulang-ulang (Nuriyasa, 2017:12-34).

C. Adaptasi Fisiologis

Jenis adaptasi ini terkait dengan perubahan metabolisme organisme yang berbeda. Beberapa organ dalam tubuh hewan berfungsi secara berbeda ketika terjadi perubahan tertentu di lingkungan. Dua adaptasi fisiologis yang paling terkenal adalah hibernasi dan estivasi. Ini adalah dua jenis ketidakaktifan yang berbeda di mana laju metabolisme sangat melambat sehingga hewan tersebut dapat bertahan hidup tanpa makan atau minum apa pun. Dalam kedua kasus, suhu biasanya menjadi faktor.

Meskipun kita sering berpikir tentang beruang yang berhibernasi selama musim dingin, proses ini tidak hanya terjadi pada suhu rendah. Ketika suhu di bawah 0ºC atau di atas 40ºC dan kelembaban relatif rendah, hewan tertentu dapat menurunkan tingkat metabolisme basalnya untuk waktu yang lama (Sejian et al., 2018:435).

Adaptasi Fisiologi Modifikasi fisiologi dilakukan sebagai respon segera terhadap perubahan faktor lingkungan. Modifikasi fisiologi ini lebih cepat dilakukan dibandingkan dengan adaptasi morfologi. Beberapa contoh adaptasi fisiologis disajikan pada bahasan berikut ini.

1. Perubahan kadar sel darah merah karena perubahan ketinggian tempat Kadar oksigen atmosfer di dataran tinggi lebih rendah dibandingkan dengan di dataran rendah, sehingga jika hewan tidak mampu beradaptasi mereka akan mengalami gangguan fisiologis akibat kekurangan oksigen. Beruntungnya hewan memiliki kemampuan beradaptasi secara fisiologi terhadap penurunan kadar oksigen ini dengan meningkatkan kadar sel darah merah (eritrosit) di dalam darahnya. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang berperan dalam pengangkutan terutama oksigen.

2. Secara fisiologi hewan ruminansia memodifikasi bentuk lambungnya menjadi lambung kompleks yang pada rumen terdapat mikroorganisme penghasil selulase, enzim yang penting dalam pemecahan selulosa, kandungan utama tubuh tumbuhan.

(9)

6

3. Hewan-hewan penghisap darah seperti lintah, pacet, dan nyamuk menghasilkan zat antikoagulasi darah (contohnya heparin) sehingga tempat mereka menempek atau menghisap darah tidak terjadi pembekuan darah.

4. Pada primata dengan sistem sosial satu jantan (one male), misalnya pada langur Hanuman (Semnopithecus entellus), yang tersebar di India dan Bangladesh terdapat adaptasi fisiologi yang unik pada betinanya. Jika terjadi pengambilalihan posisi jantan paling kuat (jantan-a) seringkali jantan baru akan membunuh bayi-bayi (infantisida) pada kelompok tersebut. Salah satu hipotesis menyatakan bahwa hal itu dilakukan agar induk bayi segera memasuki estrus sehingga jantan baru dapat segera kawin. Betina memiliki mekanisme "tipuan" sebagai strategi menyelamatkan bayinya. Betina secara fisiologi mengalami estrus shum (semu) sehingga betina tersebut seakan-akan sedang estrus sehingga jantan dapat mengawininya.

5. Ikan mujair yang hidup di perairan gelap memiliki warna tubuh yang lebih gelap dibandingkan dengan yang hidup di perairan jernih (Sumarto & Koneri, 2016:35)

Adaptasi fisiologi pada ekologi hewan mengacu pada perubahan-perubahan dalam fungsi tubuh hewan yang memungkinkannya bertahan dan berkembang biak dalam lingkungan tertentu. Berikut adalah beberapa contoh adaptasi fisiologi pada ekologi hewan:

1. Regulasi suhu tubuh: Hewan dapat mengatur suhu tubuhnya untuk mempertahankan fungsi tubuh yang optimal. Contohnya, hewan yang hidup di lingkungan yang panas mungkin memiliki mekanisme untuk mendinginkan tubuh, seperti berkeringat atau mengembangkan sayap untuk membantu menghilangkan panas.

2. Regulasi air: Hewan di lingkungan yang kering atau gurun sering kali memiliki adaptasi untuk menghemat air. Misalnya, beberapa hewan menghasilkan urin yang sangat pekat untuk mempertahankan kadar air tubuh yang tinggi, sementara yang lain mungkin memiliki struktur fisik seperti kulit yang tebal untuk mengurangi penguapan.

3. Pernafasan: Hewan yang hidup di lingkungan yang memiliki kadar oksigen rendah mungkin memiliki sistem pernapasan yang lebih efisien. Misalnya, ikan yang hidup di air dengan kadar oksigen rendah bisa memiliki insang yang lebih besar atau lebih banyak.

(10)

7

4. Metabolisme: Hewan yang hidup di lingkungan yang ekstrem seperti es dapat memiliki metabolisme yang disesuaikan. Misalnya, beberapa hewan di lingkungan es memiliki kemampuan untuk memproduksi protein antifreeze untuk mencegah pembekuan sel-sel mereka.

5. Adaptasi terhadap makanan: Hewan dapat mengembangkan adaptasi fisiologis untuk memanfaatkan jenis makanan yang tersedia di lingkungannya. Misalnya, hewan pemakan rumput mungkin memiliki perut yang rumit untuk mencerna serat, sementara predator karnivora mungkin memiliki gigi dan sistem pencernaan yang sesuai dengan diet daging.

6. Detoksifikasi: Beberapa hewan hidup di lingkungan yang mengandung racun atau bahan kimia berbahaya. Adaptasi fisiologis mereka mungkin termasuk kemampuan untuk mengubah atau mengeluarkan zat-zat berbahaya ini dari tubuh mereka dengan cepat.

7. Respon terhadap stres: Hewan dapat mengembangkan respon fisiologis terhadap stres lingkungan seperti kekeringan, cuaca ekstrem, atau tekanan predator.

Misalnya, hewan bisa menghasilkan hormon stres seperti kortisol untuk membantu mereka menghadapi situasi tersebut.

Setiap spesies hewan telah berevolusi dengan berbagai adaptasi fisiologis yang memungkinkannya bertahan hidup dan berkembang biak di lingkungan yang beragam.

Adaptasi ini sering kali merupakan hasil dari tekanan seleksi alam selama jutaan tahun evolusi (Lumowa & Purwati, 2023:23-25).

D. Adaptasi Morfologis

Adaptasi morfologis adalah perubahan fisik yang terjadi selama beberapa generasi hewan yang meningkatkan kebugarannya di lingkungan tertentu. Adaptasi morfologi terjadi karena sesuai dengan permintaan. Sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan, kebutuhan dasar manusia sangat banyak dan beragam. Kurangnya nafsu makan menyebabkan bentuk normal tubuh dan organ dalamnya berubah. Setiap perubahan yang dilakukan dengan cara ini dilaksanakan dengan fungsi khusus yang bermanfaat dan bermanfaat bagi individu makhluk yang bersangkutan. Meski hanya memiliki satu jenis, penyesuaian tubuh bentuk dan alatalat tubuh mudah dikenali (Sudarti, 2010:5).

Adaptasi morfologi ialah penyesuaian diri hewan terhadap perubahan faktor lingkungan dengan cara memodifiksi struktur dan bentuk atau bahkan warna bagian

(11)

8

tubuh luar (morfologi luar) dan bagian dalam (morfologi dalam atau anatomi). Adaptasi ini muncul sebagai respon evolusioner hewan untuk tetap mampu bertahan dan bereproduksi. Beberapa contoh adaptasi morfologi disajikan pada bahasan berikut ini.

1. Modifikasi alat gerak (ekstremitas) Alat gerak hewan, mengalami modifiksi bentuk sesuai fungsinya. Sebagai contoh: tungkai pada kelelawar berubah bentuk menjadi bentuk parasut sesuai dengan fungsinya untuk terbang; tungkai ular mengalami kemunduran (rudimenter) untuk fungsi merayap, tungkaipada paus, lumba-lumba, duyung berubah bentuk menjadi model dayung untuk berenang, tungkai cicak terbang mengalami modifikasi untuk fungsi melayang. Modifikasi bentuk dan ukuran paruh burung.

2. Bentuk dan ukuran paruh burung menggambarkan bentuk adaptasinya terhadap jenis makanannya. Sebagai contoh model paruh tebal bengkok dengan ujung runcing pada kakatua diadaptasikan untuk fungsi mencongkel buah, paruh tebal dan sangat runcing tajam menggambarkan fungsinya sebagai pemakan daging (pada burung predaror), paruh kecil pendek pada burung-burung pemakan biji, paruh dengan bentuk panjang runcing pada burung pemakan nektar, paruh berbentuk meruncing dengan panjang sedang pada paruh burung pemakan serangga, paruh burung berbentuk melebar pada itik berfungsi untuk mencari makan pada perairan atau rawa, paruh burung berbentuk runcing sangat panjang seperti burung egret berperan untuk mencari mangsa di perairan atau di dalam lumpur. Modifikasi struktur organ pencernaan makanan.

3. Pada hewan karnivora, saluran pencernaan lebih sederhana dibandingkan dengan pada hewan memamah biak (ruminansia). Lambung karnivora lebih sederhana dan sekum mengalami rudimenter. Pada ruminansia lambungnya kompleks yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum sesuai dengan fungsinya untuk mencerna rerumputan yang mengandung banyak selulosa. Sekum pada ruminansia sangat berkembang untuk fermentasi dan pembusukan karena terdapatnya bakteri- bakteri di dalamnya untuk peran fermentasi dan pembusukan.

4. Modifikasi bentuk gigi Bentuk gigi pada hewan juga mengalami modifikasi sesuai dengan fungsinya. Pada ular berbisa (kobra atau viper), sepasang taring mengalami modifikasi menjadi bentuk jarum suntik (solenoglifa) untuk memasukkan atau menyemprotkan bisa ke mangsanya. Pada ular sanca (Python reticulatus) susunan gigi aglifa tersususn berderet dengan arah ujung gigi menghadap ke belakang (saluran pencernaan) untuk paran menangkap dan memegang mangsa agar tidak

(12)

9

terlepas. Pada herbivora, gigi seri di depan berfungsi untuk memotong tumbuhan, sedangkan geraham berperan dalam mengunyah termasuk juga untuk mengunyah pada saat memamah biak.

5. Modifikasi struktur kaki pada burung Morfologi kaki burung dapat menjadi contoh yang baik untuk menjelaskan bentuk modifikasi morfologi menurut fungsinya. Kaki pada ayam diadaptasikan untuk fungsi mengais, kaki maleo diadaptasikan untuk menggali tanah, kaki burung predator (misalnya elang dan burung hantu) dengan struktur kokoh dan cakar yang tajam untuk menangkap dan membunuh mangsa, kaki angsa mengalami modifikasi dengan tumbuhnya selaput renang untuk berenang.

6. Corak warna kulit dan bulu/rambut Warna kulit singa (Felis leo), cheetah (Acinonyx jubatus) diadaptasikan untuk warna latar belakang pada habitatnya sehingga tersamar dari pandangan mangsa. Burung-burung malam memiliki warna bulu yang suram atau tidak menyolok sebagai bentuk penyamaran.

7. Adaptasi morfologi terhadap kehidupan di air secara baik ditunjukkan oleh bentuk tubuh ikan. Bentuk yang pipih atau ramping memudahkan ikan untuk berenang secara cepat sehingga selain digunakan sebagai bentuk adaptasi juga bermanfaat dalam perilaku mencari makan dan menghindari predator.

8. Untuk beradaptasi dengan kehidupannya di gurun yang panas dan kering, tubuh unta beradaptasi secara morfologi, antara lain memiliki punuk yang berfungsi untuk menyimpan cadangan air, serta bantalan pada kaki untuk menghindari suhu panas pasir merusak sel kakinya.

9. Beruang kutub dan hewan-hewan kutub lainnya memiliki warna kulit, rambut, atau bulu yang putih sebagai bentuk pertahanan diri karena tersamar dengan lingkungannya serta berperan penting dalam mencari makanan.

10. Belut dan sidat memiliki bentuk tubuh yang gilig dengan sisik yang sangat halus dilengkapi dengan lendir untuk beradaptasi dengan lingkungan perairan serta memudahkan memasuki lubang atau sela- sela batuan.

11. Ular kepala dua (Cylindrophis melanotus) memiliki morfologi ekor yang mirip dengan kepalanya. Secara perilaku, ular dengan ekor mirip kepala ini akan melipat ekor ke atas pada saat merasa terancam. Predator biasanya akan menyerang ekor yang mirip kepala ini sehingga ada kesempatan untuk menghindari serangan mematikan di kepala (Sumarto & Koneri, 2016:30).

(13)

10

Ukuran dan bentuk tubuh, warna bulu dan kulit, jenis rambut, dan penyimpanan lemak merupakan adaptasi morfologi utama pada domba dan kambing. Ciri-ciri morfologi pada ternak sangat penting dari sudut pandang adaptasi, karena secara langsung mempengaruhi mekanisme pertukaran panas (konveksi kulit, radiasi dan penguapan) antara hewan dan lingkungan sekitarnya. Perbedaan breed untuk sifat adaptif morfologi terlihat jelas pada beberapa spesies. Warna bulu adalah salah satu ciri morfologi penting yang memberikan kemampuan adaptif terhadap ternak yang mengalami cekaman panas. Misalnya, bulu berwarna terang/putih pada hewan diakui menguntungkan di daerah tropis panas karena memantulkan 50% hingga 60% radiasi matahari langsung dibandingkan dengan hewan berwarna gelap. Kulit berpigmen tinggi melindungi jaringan dalam dari radiasi UV gelombang pendek langsung dengan menghalangi penetrasinya. Selain itu, panjang bulu, ketebalan dan kerapatan bulu juga mempengaruhi sifat adaptif hewan di daerah tropis, di mana rambut pendek, kulit tipis dan lebih sedikit folikel rambut per satuan luas secara langsung terkait dengan kemampuan beradaptasi yang lebih tinggi terhadap kondisi panas (Alemneh, 2019:245).

E. Hubungan Respon dan Adaptasi Perilaku

Adaptasi perilaku diakui sebagai respons pertama dan terpenting yang diadopsi oleh hewan untuk mengurangi beban panas. Salah satu perubahan perilaku yang paling cepat dan mendalam perubahan perilaku yang paling cepat dan mendalam yang terlihat pada hewan yang mengalami stres panas adalah mencari tempat teduh. Hewan yang stres hewan yang tertekan berusaha untuk memperbaiki efek negatif dari panas langsung panas langsung dengan menggunakan tempat teduh kapan pun mereka dapat mengaksesnya. Adaptasi ini membuat hewan mengembangkan karakteristik perilaku tertentu karakteristik perilaku tertentu untuk bertahan hidup individu atau spesies.

Melarikan diri dari pemangsa, bersembunyi saat tidur, mencari perlindungan dari masalah iklim atau bergerak untuk menemukan sumber makanan yang berbeda adalah adaptasi perilaku. Migrasi memungkinkan hewan menemukan sumber daya yang lebih baik atau menghindari ancaman (Curtis et al., 2017:110).

Respon dan adaptasi perilaku merupakan dua konsep yang erat kaitannya dalam studi perilaku hewan.

1. Respon Perilaku: Ini mengacu pada tindakan yang diambil oleh hewan sebagai tanggapan terhadap rangsangan eksternal atau internal. Rangsangan tersebut dapat berupa sesuatu yang berubah di lingkungan sekitarnya atau dalam tubuhnya sendiri.

(14)

11

Respon perilaku dapat bervariasi dari reaksi instan terhadap situasi yang mendesak hingga respons yang lebih kompleks yang berkembang seiring waktu.

2. Adaptasi Perilaku: Ini adalah kemampuan hewan untuk berubah dalam perilaku mereka seiring waktu guna meningkatkan kesesuaian dengan lingkungan. Adaptasi perilaku adalah hasil dari seleksi alam, di mana individu-individu dengan perilaku yang lebih sesuai atau cocok akan memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Perilaku yang diadaptasi biasanya memberikan keuntungan dalam hal mendapatkan makanan, mempertahankan diri dari predasi, atau menemukan pasangan untuk berkembang biak.

Hubungan antara respon dan adaptasi perilaku terletak pada fakta bahwa respon yang terjadi pada hewan sering kali merupakan hasil dari adaptasi perilaku mereka terhadap lingkungan mereka. Dalam jangka panjang, hewan akan mengembangkan perilaku yang membantu mereka bertahan hidup dan berkembang biak di lingkungan tertentu. Respon perilaku yang efektif membantu hewan untuk memperoleh sumber daya yang diperlukan, menghindari bahaya, dan mengoptimalkan peluang reproduksi mereka.

Contoh konkretnya adalah evolusi perilaku berburu pada predator tertentu.

Seiring waktu, predator akan mengembangkan teknik berburu yang lebih efisien berdasarkan pengalaman dan seleksi alam. Kemudian, respon perilaku mereka saat berburu akan mencerminkan adaptasi perilaku yang telah berkembang dari waktu ke waktu (Maknun, 2017:86).

F. Ayat atau Hadist yang berkaitan dengan materi

Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang relevan dengan habitat adalah dalam Surah Al-Baqarah ayat 14.

َّنِا ْْۙمُكَعَم اَّنِا ا ْْٓوُلاَق ْْۙمِهِنْيِطٰيَش ىٰلِا ا ْوَلَخ اَذِا َو ۚاَّنَمٰا ا ْْٓوُلاَق ا ْوُنَمٰا َنْيِذَّلا اوُقَل اَذِا َو ُنْحَن اَم

َن ْوُء ِزْهَتْسُم

۝ ١٤

Artinya:

“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok- olok.”

Ayat ini seakan menggambarkan seekor bunglon, hewan yang mampu menyesuaikan diri dalam setiap kondisi dan keadaan, yang menyesuaikan warna

(15)

12

lingkungan dengan warna kulitnya. Penyesuaian ini untuk perlindungan dirinya agar tidak dideteksi oleh musuhnya. Dan apabila mereka, orang-orang munafik, berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, "Kami telah beriman seperti yang kalian yakini tentang kebenaran Rasul dan dakwahnya". Mereka menyatakan beriman secara lisan untuk melindungi diri dan meraih keuntungan material. Tetapi apabila mereka kembali kepada teman-teman dan para pemimpin mereka yang menyerupai setan-setan dalam perilaku mereka yang selalu berbuat kerusakan dan kejahatan, mereka berkata, Sesungguhnya kami tidak berubah dan tetap bersama kamu di satu jalan dan satu perbuatan, kami hanya berolok-olok ketika kami mengatakan beriman di hadapan orang-orang mukmin".

(16)

13 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa hal penting yaitu sebagai berikut.

1. Respon dasar hewan terhadap perubahan faktor lingkungan dianggap sebagai strategi hewan untuk beradaptasi dan untuk kelangsungan hidupnya. Setiap hewan akan menunjukkan strategi adaptasinya yang merupakan faktor penting bagi kelangsungan hidup mereka.

2. Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian diri terhadap cekaman lingkungan dalam selang waktu lama sehingga semua kerja faal tubuh sudah berubah sesuai denga keadaan atau kondisi lingkungan. Sedangkan Adaptasi adalah proses penyesuaian diri hewan terhadap perubahan lingkungan.

3. Adaptasi fisiologi pada ekologi hewan mengacu pada perubahan-perubahan dalam fungsi tubuh hewan yang memungkinkannya bertahan dan berkembang biak dalam lingkungan tertentu.

4. Adaptasi morfologis adalah perubahan fisik yang terjadi selama beberapa generasi hewan yang meningkatkan kebugarannya di lingkungan tertentu.

5. Hubungan antara respon dan adaptasi perilaku terletak pada fakta bahwa respon yang terjadi pada hewan sering kali merupakan hasil dari adaptasi perilaku mereka terhadap lingkungan mereka.

6. Salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang relevan dengan habitat adalah dalam Surah Al-Baqarah ayat 14.

(17)

14

DAFTAR PUSTAKA

Alemneh, T. (2019). Adaptation Strategies of Farm Animals to Water Shortage in Desert Areas. American Journal of Biomedical Science & Research, 2(6), 245–250.

https://doi.org/10.34297/ajbsr.2019.02.000617

Anggraeni, R., Fikri, M., Adinda Irtiyah Jaenuddin, N., Minasa, R., lutfiani Pratiwi Irwan, S., Wahdaniyah, N., Ayu Ningsih, S., Hikmah, N., St Nurhalisah, I., & Hidayat Amrullah, S. (2023). Perilaku Makan, Adaptasi Dan Menghindari Predator Pada Hewan. Jurnal Biologi, 11(3).

Curtis, A. K., Scharf, B., Eichen, P. A., & Spiers, D. E. (2017). Relationships between ambient conditions, thermal status, and feed intake of cattle during summer heat stress with access to shade. Journal of Thermal Biology, 63, 104–111.

https://doi.org/10.1016/j.jtherbio.2016.11.015

Lumowa, S. V. T., & Purwati, S. (2023). Ekologi Hewan. Malang: Media Nusa Creative.

Maknun, D. (2017). Ekologi:Populasi, Komunitas, Ekosistem. Cirebon: Nurjati Press.

Nuriyasa, I. M. (2017). Homeostatis Pada Ternak. Bali: Universitas Undayana Press.

Sejian, V., Bhatta, R., Gaughan, J. B., Dunshea, F. R., & Lacetera, N. (2018). Review:

Adaptation of animals to heat stress. Animal, 12(2), 431–444.

https://doi.org/10.1017/S1751731118001945

Sudarti. (2010). Adaptasi Makhluk Hidup. Semarang: Alprin.

Sumarto, S., & Koneri, R. (2016). Ekologi Hewan. Bandung: CV. Patra Media Grafindo.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bentuk adaptasi morfologi hewan yang hidup di air adalah …3. berkembang biak

Adaptasi terjadi biasanya disebabkan adanya seleksi alam yang menuntut makhluk hidup (hewan dan tumbuhan) untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang baru.. Adaptasi

burung yang tidak mampu terbang seperti penguin atau burung unta hanya memiliki tulang yang padat, hal ini membuktikan hubungan antara kemampuan terbang burung dengan adaptasi

Dokumen ini membahas tentang perilaku respons bangunan terhadap gempa bumi yang masuk melalui

Dokumen ini membahas tentang cara mengurangi rasio kejadian bencana melalui upaya mitigasi dan adaptasi yang

Dokumen ini membahas tentang Phasmidia, jenis hewan yang hidup di

Skripsi ini membahas adaptasi alihfungsi gedung Balai Kota (Gemeentehuis) menjadi Museum Kota

Dokumen ini membahas tentang transportasi intermodal, yang merupakan respons terhadap pertumbuhan mobilitas global dan tantangan logistik