PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak virus Covid-19 melanda dunia, termasuk Indonesia, jumlah anak yatim piatu di negeri ini semakin bertambah. Hingga awal tahun 2022, tercatat puluhan ribu anak ditelantarkan oleh salah satu atau kedua orang tuanya akibat serangan virus Covid-19.11 Hal ini tentu menambah panjang daftar anak yatim piatu di Indonesia. Anak yatim piatu adalah anak yang kehilangan penghidupan, akibatnya ia tidak lagi mendapat bimbingan dan bimbingan dari ayahnya.
Alquran menyebutkan sikap atau perlakuan apa yang harus diberikan umat Islam kepada anak yatim. Oleh karena itulah Allah sangat mewaspadai mereka, terbukti dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang membahas tentang anak yatim. Di dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat tentang etika terhadap anak yatim yang tersebar di berbagai surah.
Namun peneliti tidak menemukan kajian khusus mengenai etika anak yatim yang dianalisis langsung dari kitab tafsir ayat Alquran yang berkaitan dengan hal tersebut. Dalam kitab tafsir al-Misbah, Quraish Shihab menafsirkan ayat tentang anak yatim yaitu pada ayat kedua surat al-Ma'un sebagai seorang anak yang kehilangan pelindungnya akibat meninggalnya bapaknya, padahal ayat ini membahas tentang anak yatim. , maknanya dapat diperluas kepada seluruh kelompok masyarakat yang lemah dan membutuhkan pertolongan.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Bagi institusi kampus, sebagai masukan dan kontribusi konstruktif terhadap sastra kampus khususnya bidang tafsir Al-Quran. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat mengenai pemahaman etika terhadap anak yatim piatu di lingkungan sekitar.
Definisi Istilah
Ada pendapat yang mengatakan anak yatim adalah anak yang bapaknya telah meninggal dunia sebelum mencapai baligh. Pernyataan lain menyebutkan bahwa anak yatim piatu diartikan sebagai anak yang orang tuanya telah meninggal dunia, yaitu ibu dan bapaknya. Ada pula yang menambahkan bahwa kata yatim piatu tidak hanya diperuntukkan bagi anak yang bapaknya telah meninggal dunia, tetapi kata yatim piatu juga digunakan untuk siapa saja yang hidup sendiri tanpa adanya teman, seperti halnya pada pernyataan “dhurrah yatim piatu”.18.
Namun arti kesepian sebenarnya juga mencakup anak-anak yang sendirian dan tidak mendapat bimbingan, seperti anak jalanan.19 Hal ini sejalan dengan penafsiran surat al-Ma'un ayat 2 yaitu memperluas makna kata yatim piatu. . , untuk memasukkan orang-orang lemah yang membutuhkan pertolongan, seperti pada ayat berikutnya. Maka para ulama cenderung tidak membatasi ruang lingkup etik “yatim piatu” dalam gelar ini hanya pada anak yang bapaknya telah meninggal dunia, namun lebih dari itu, pada anak yang kehilangan ayah atau ibunya ketika ia masih belum dewasa, termasuk anak-anak. Tafsir al-Misbah merupakan hasil tafsir Al-Qur'an sebanyak 30 juz, terdiri dari 15 jilid yang ditulis oleh Muhammad Quraish Shihab.
Selain itu Quraisy Shihabi dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an melengkapi pembahasannya dengan hadis dan pendapat sebagian ulama.
Sistematika Pembahasan
Bab ini memaparkan pembahasan tafsir Quraish Shihab dalam kitab tafsir al-Misbah yang membahas tentang ayat-ayat tentang anak yatim, sehingga diperoleh tafsir etika terhadap anak yatim sesuai dengan analisis tafsir Quraish Shihab. Kesimpulan dan usulan ini merupakan rangkuman dari seluruh pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.
KAJIAN PUSTAKA
Studi Terdahulu
Kajian Teori
- Konsep Etika
- Anak Yatim
Pengertian anak yatim menurut hukum adalah anak yang bapaknya meninggal dunia dalam keadaan belum dewasa. Berdasarkan pengertian di atas dapat ditentukan bahwa batas awal anak yatim adalah saat bapaknya meninggal. Ada beberapa ayat tentang anak yatim dalam berbagai surat dalam Al-Quran.
Di dalam Surah “An-Nisa” terdapat perintah untuk memelihara harta anak yatim dan membincangkan masalah harta anak yatim.41 Ini menunjukkan bahawa dalam al-Quran Allah amat prihatin terhadap masalah anak yatim dalam menunaikan hak mereka. , serta memberi penjelasan tentang. 41 Ahmad Jamaludin, “Wali anak yatim dalam perspektif tafsir Wahbah Ez-Zuhaili (Kajian Tematik Tafsir Al-Munir)” (Tesis, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2014). Al-Qurthubi ketika mentafsir surah al-Balad ayat 15 dalam kitab tafsirnya memetik pendapat ahli bahasa tentang anak yatim.
Ayat ini mengandungi nasihat agar anak yatim berlemah lembut, baik dan bersopan santun. Dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an, Sayyid Quthb menjelaskan dalam surat al-Fajr ayat 17 bahwa orang jahiliyah tidak menyembah anak yatim. Dalam Tafsir al-Munir, Wahbah Zuhaili ketika menjelaskan ayat ke-83 surah al-Baqarah, mendedahkan bahawa anak yatim ialah anak yang belum matang dan tidak mempunyai bapa sebagai tokoh yang mencari nafkah dalam keluarga.
Berperilaku baik terhadap anak yatim dapat dilakukan dengan cara mendidiknya dengan baik dan tidak menyalahgunakan haknya. 45 Sayyid Qutb, Fi Zhilalil Qur'an Jilid 12, trans. terhadap anak yatim yaitu disayangi, tercukupi kebutuhannya, dan terlindung hartanya.46 Dalam ayat yang lain yaitu pada ayat 177 surah yang sama, Vehbe Zuhaili mengatakan bahwa anak yatim adalah anak kecil yang orang tuanya telah meninggalkannya. dan tidak ada seorang pun yang mengisinya. kebutuhan - kebutuhan mereka. Menurut Al-Maraghy dalam tafsirnya, berbuat baik kepada anak yatim dapat dilakukan dengan meningkatkan pendidikannya dan tidak kehilangan hak milik.
Perintah berbuat baik kepada anak yatim adalah karena ia tidak mempunyai seorang pun yang mengajarinya dan memenuhi kebutuhannya. Jika akhlak anak yatim terpengaruh atau kondisinya buruk maka dapat berdampak pada seluruh masyarakat atau bangsa. Dalam Tafsir Al-Azhar Buya Hamka menjelaskan bahwa anak yatim adalah anak yang ayahnya meninggal ketika ia masih kecil, hendaknya kita menyayanginya, memperlakukannya dengan baik, merawatnya, dan mendidiknya.
METODOLOGI PENELITIAN
- Pendekatan dan Jenis Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknik Pengolahan Data
- Teknik Analisis Data
Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah referensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu pembahasan etika terhadap anak yatim dalam Al-Qur'an, serta pandangan Quraish Shihab tentang anak yatim. Kemudian ketika anak-anak yatim piatu yang diasuhnya telah dewasa, tibalah saatnya para wali menyerahkannya.84 Berdasarkan tinjauan sejumlah ulama al-Qur'an, ayat-ayat yang menggunakan kata redaksi. Terdapat 22 ayat dalam Al-Qur'an tentang etika anak yatim yang termasuk dalam dua periode yaitu Mekkah dan Madinah.
“Tinjauan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Anak Yatim Dalam Tafsir Ibnu Katsir.” Skripsi, Lembaga Ilmu Al-Qur'an Jakarta, 2020. Anak Yatim Sebagai Objek Dakwah Dalam Perspektif Al-Qur'an." Jurnal Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pengelolaan Harta Anak Yatim Dalam Perspektif Al-Qur'an Al-Qur'an (Kajian Tematik).” Tesis Diploma, UIN Alauddin Makassar, 2016.
PAPARAN DATA DAN ANALISIS
Quraish Shihab dan Tafsir Al-Misbah
- Quraish Shihab
- Tafsir Al-Misbah
Ayat Narasi Al-Quran Terkait Akhlak Anak Yatim Kata yatim piatu muncul berulang-ulang dalam Al-Quran dalam berbagai bentuk, yaitu 8 kali dalam bentuk tunggal, 1 kali dalam bentuk mutsanna, dan 14 kali dalam bentuk jamak (2 kali dalam satu kali). bagian).
Narasi Ayat Al-Qur‟an Tentang Etika Terhadap Anak Yatim . 47
- Pengelolaan Harta dan Pengasuhan
- Hak/Bagian Anak Yatim
PENUTUP
Kesimpulan
Pertama, tentang pengurusan dan pemeliharaan harta benda, yaitu larangan mengambil dan memakan harta anak yatim kecuali dengan cara yang terbaik, mengamankan dan mengurus harta anak yatim, larangan memakan hak anak yatim karena perkawinan; Kedua, tentang bagaimana berperilaku, yaitu larangan berbuat maksiat terhadap anak yatim, perintah berbuat baik kepada anak yatim, ikhlas memberikan harta yang disayangi kepada anak yatim, sikap ketika pembagian warisan kemudian datanglah anak yatim yang melayani kebutuhan pokok ( pangan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain); Ketiga, mengenai hak/bagian anak yatim yaitu anak yatim berhak mendapat bagian fa’i dan ghanimah.
Saran
Quraish Shihab pada Tafsir Al-Misbah.” Jurnal At-Tibyan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Tafsiran Wahbah Al-Zuhayli dalam Tafsir Al-Munir tentang Tikrar, Tentang Kiamat (Ulasan Jilid 29 dan 30).” Tesis, IAIN Jember, 2020. Wali Anak Yatim dalam Perspektif Tafsir Wahbah Az-Zuhaili (Kajian Tematik Tafsir Al-Munir).” Disertasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2014.
“Pelaksanaan dan Pembinaan Anak di Panti Asuhan Pada Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Yayasan Santunan Yatim Piatu Aceh, Sepakat Darul Aitam, Medan).” Skripsi, Universitas Sumatera Utara, 2021.