• Tidak ada hasil yang ditemukan

farhan dwi PERWALIAN PENJUALAN HARTA ANAK DIBAWAH UMUR

N/A
N/A
ANNIZA KAHLA WULAN RAMDHANI

Academic year: 2025

Membagikan "farhan dwi PERWALIAN PENJUALAN HARTA ANAK DIBAWAH UMUR"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

Saya berpendapat bahwa Skripsi tersebut dapat dan sudah layak diajukan kepada Fakultas Syariah Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon untuk diseminarkan dan dipertanggungjawabkan dalam Seminar Munaqasyah Skripsi. Skripsi Sarjana ISIF yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perspustakaan Institut Studi Islam Fahmina, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada peneliti dengan mengikuti tata aturan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKL) yang berlaku di Indonesia. Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh Skripsi harus seizin peneliti dan pimpinan Institut Studi Islam Fahmina.

PENDAHULUAN

KEPUTUSAN TENTANG HAK WARIS

PENUTUP

Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Strata-1 persyaratan guna meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Syari’ah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Bapak Ahmad Jamhuri, M.S.I., selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan sampai penyusunan skripsi ini selesai. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

ABSTRAK

ANALYSIS OF DECISIONS REGARDINGTHE INHERITANCE RIGHTS OF MINORS (SUPREME COURT DECISION NUMBER: 56/Pdt.P/2017/PN.KPN). Inheritance law is an interesting study to discuss community environment because it involves the transfer of one's assets who died to the heirs. Researchers incl using qualitative descriptive, because this researcher will interpret all the contents of the decision Supreme Court Number 56/Pdt.P/2017/PN.KPN whose explanation is in the form of meanings, not numbers.

PENDAHULA

Kerangka Berfikir

Bab ketiga menjelaskan Pengertian Hukum Kewarisan Menurut KUHPerdata dan Pembagian Harta Ahli Waris Menurut KUHPerdata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata waris berarti Orang yang berhak menerima harta pusaka dari orang yang telah meninggal.2. Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia, dengan perkataan lain mengatur peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan oleh seseorang yang telah meninggal dunia beserta akibat-akibatnya bagi ahli waris.

34;Fiqh mawaris sebagai ilmu yang membantu memahami siapa saja yang berhak mewarisi, siapa yang tidak berhak, bagian yang diterima oleh masing-masing ahli waris, serta cara pengembaliannya".7. Menggunakan istilah Ilmu fara'id untuk merujuk pada hukum warisan dan menjelaskannya sebagai "Ilmu yang mempelajari aturan fikih dan perhitungan yang berhubungan dengan harta warisan dan orang-orang yang berhak untuk menerimanya agar setiap orang yang berhak mendapatkan bagian yang sesuai dari harta warisan."8. 34;Hukum yang mengatur tentang peralihan hak milik atas harta warisan dari pewaris kepada orang-orang yang berhak menerimanya (ahli waris), berapa besar bagiannya masing-masing, kapan dan bagaimana cara peralihannya sesuai dengan ketentuan dan petunjuk Al-Qur'an, hadist, dan ijtihad para ahli."10.

Beberapa definisi diatas sama-sama mengandung makna pemberian harta waris kepada orang yang berhak menerimanya (ahli warisnya). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa waris adalah peninggalan yang diberikan pada ahli waris saat seseorang meninggal dunia. Adalah orang yang memberi pusaka, yakni orang yang meninggal dunia dan meninggalkan sejumlah harta kekayaan, pusaka, maupun surat wasiat.

Yaitu sekalian orang yang menjadi waris, berarti orang-orang yang berhak menerima harta peninggalan pewaris.

Dasar Hukum Waris Islam

لُّٰلاه

حاظ '

ن'ااف 2نِِۚ#كُ

9ءاسا سس اۤ

ثا

ات امِارا

ن'اوا

تْنا اكُا 9ةًادَِ'حِاوا

لا

0 'لاوا 'هِ%يُوا با

Gدَِ'حِاوا ' 'ِ

را ات

ن'ا كانااكُا

دلاوا Kهلا نِِۚ%ن'ااف

نِِۚ#كيُاKهِ2ل

هوْ+بٰا ''#لاف

ن'اافنااكُا

LKKهلاةًوا%خ'ا

س#دَِ,سُّلا

LKاها 'ب

Gنِِۚ%يُاد %واا

سس ا+ِ

بااوا

ات 0لا

مُ#هُ,يُاا نا

برا %قاا

مُ#كُلا

ا9عْ%فْنااُۗ %ي'راف

Uلُّٰل'#اه ساُۗ

Uلّٰالاهنااكُا

Jika dia (yang meninggal) tidak mempunyai anak dan dia diwarisi oleh kedua orang tuanya (saja), ibunya mendapat sepertiga. Jika dia (yang meninggal) mempunyai. beberapa saudara, ibunya mendapat seperenam. Warisan tersebut dibagi) setelah (dipenuhi) wasiat yang dibuatnya atau (dan dilunasi) utangnya. Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih banyak manfaatnya bagimu.

لر'

اوَّ م 'يۡات

دللِٰ

لل

ا2مَّمِ 'ات

لا يۡ

ندَِ+'لاواق0الاواسسس

وْ#بٰرا يۡ

ا2مَّ'مِ ناوَّ اق

واا يۡ

ثُكُاسسسس Yرا

ا9بً يْ'صْنا +يۡ

سسسس سسس ا9ضو#رفْ2مِ,يۡ يۡ

كُ'لواG'

لاعْجا ل ما انا

لاواا2مَّ'مِيا

اتكارا

ق0%لااوا

وْ#بٰرااُۗ#نا

ي'ذَّ2لاوا نا

تاداقعا

ياا

مُ#ك#نامِا

مُ#ه%وْ#تا+اف

  • Asas-asas Hukum Waris
  • Ahli Waris Dalam Fiqh
  • Rukun dan Syarat Waris
  • Sebab-sebab Adanya Hak Waris Dalam Islam
  • Penghalang Hak Waris Dalam Islam

Asas individual adalah asas dimana yang berhak menjadi ahli waris adalah perorangan, bukan kelompok dan keluarga. Asas ini dimaksudkan adalah bahwa ahli waris yang derajatnya lebih dekat dengan si pewaris akan menghalangi ahli waris yang derajatnya lebih jauh. Asas ini menentukan tampilnya ahli waris untuk mewarisi secara individu (perseorangan) bukan kelompok ahli waris dan bukan kelompok suku atau keluarga.

Konsekuensi dari ketentuan ini adalah harta warisan yang sudah dibagi-bagikan atau dialihkan kepada ahli waris secara perseorangan itu menjadi hak miliknya. Asas individual dalam hukum kewarisan Islam berarti, “Setiap ahli waris secara individu berhak atas bagian yang didapatnya tanpa terikat kepada ahil waris lainnya”. Dalam hal ini, bila harta yang tersedia lebih sedikit dari jumlah perolehan yang diperlukan ahli waris, maka harta akan diambil dari bagian masing-masing ahli waris dengan cara yang berimbang sesuai dengan perolehan mereka yang semestinya (cara ini disebut dengan aul).

Ketentuan kewarisan dalam KHI hanya akan terjadi kalau pewaris benar-benar telah meninggal dunia, dan ahli waris benar- benar hidup pada saat meninggalnya pewaris tersebut. Ashabah menurut ajaran kewarisan patrilineal syafi'i adalah golongan ahli waris yang mendapat bagian terbuka atau bagian sisa, yaitu terdiri atas. Pada dasarnya, masalah waris-mewarisi selalu berkaitan dengan perpindahan kepemilikan suatu barang, hak, dan tanggung jawab dari pewaris kepada ahli waris.

Dalam hukum waris Islam, penerimaan harta warisan didasarkan pada prinsip ijbari, yaitu harta warisan berpindah secara otomatis sesuai ketetapan Allah swt tanpa tergantung pada kehendak pewaris atau ahli waris.28. Dari hubungan kerabat yang demikian, dapat juga diketahui struktur kekerabatan yang dianggap sebagai ahli waris jika seseorang meninggal dunia dan meninggalkan harta warisan. Berbeda jika hamba sahaya itu telah merdeka, ia berhak menerima harta warisan dari pewarisnya seperti ahli waris lain di keluarganya.

0لا وااوْ#ل#ت%قْات

فُُۗ2نَُْلا

يْ'ت2لا سا 2رحِا

لا'بٰ

نِِۚمِا وا9ق

داقْافاانَُْ%لاعْجا

يْ'لوا 'له:هٖ'

ف '#لُّٰ%تاق%لا ى

ث'ريُا 0ل

0لو ،را

ث'ريُا

ر'فاكُا لا

Pembagian Harta Ahli Waris Menurut KUHPerdata

Orang-orang yang sudah putus hubungan keluarga, dalam hal ini istri/suami yang telah bercerai. 3.Orang-orang yang menggantikan posisi orang yang telah menolak warisan, kecuali semua ahli waris yang sebarisan semuanya menolak warisan atau tidak layak menerima warisan, pada kasus ini orang-orang yang menggantikan posisi tersebut mendapatkan hak waris tetapi secara merata (dihitung per orang). Mereka yang telah dituduh oleh pengadilan karena memfitnah bahwa pewaris telah melakukan tindak pidana yang terancam hukuman penjara minimal 5 (lima) tahun.

ANALISIS KEPUTUSAN TENTANG HAK WARIS A.Gambaran Umum Kasus Hak Waris Studi Putusan Pengadilan Negeri Nomor : 56/Pdt.P/2017/PN.KPN. Kasus ini adalah dokumen dari Pengadilan Negeri Kepanajen Kabupaten Malang Jawa Timur yang diunggah di direktori Website. 4 Desa Tegalweru Kecamatan Dau Kabupaten Malang, yang memiliki harta dan tiga orang anak yaitu: KHOIRUL RINDAYATI berumur 26 (dua puluh enam) tahun, TITIK WINDARI masih berumur 17 (tujuh belas) tahun dan IRMA NISATUL AIDAH masih berumur 12 tahun, pemohon (KASTURI) yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama anak-anaknya yang masih dibawah umur untuk menjual sebidang Tanah Letter C No.790 Persil 10.a Kelas D.I Luas 969 M2 (sembilan ratus enam puluh sembilan meter persegi) dan buku Letter C No.790 Persil 10.a Kelas D.I, Luas 1.189 M2 (seribu seratus delapan puluh sembilan meter persegi) yang terletak di Dusun Karangapel Desa Karangwiduro Kecamatan Dau Kabupaten Malang tertulis atas nama B.

Menetapkan memberi ijin kepada Pemohon (Kasturi) yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama anaknya yang masih dibawah umur. Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan pemohon datang menghadap sendiri dan setelah surat permohonannya dibacakan, maka pemohon menyatakan tetap pada permohonannya tersebut;. Bahwa saksi mengetahui pemohon hendak menjual tanah Letter C No.790 Persil 10.a Kelas D.I Luas ± 969 M2 (sembilan ratus enam puluh sembilan meter persegi) dan buku Letter C No.790 Persil 10.a Kelas D.I, Luas ± 1.189 M2 (seribu seratus delapan puluh sembilan meter persegi) yang terletak di Dusun Karangapel Desa Karangwiduro Kecamatan Dau Kabupaten Malang tertulis atas nama B.

Bahwa saksi mengetahui pemohon hendak menjual tanah Letter C No.790 Persil 10.a Kelas D.I Luas ± 969 M2 (sembilan ratus enam puluh sembilan meter persegi) dan buku Letter C No.790 Persil 10.a Kelas D.I,.

Analisis Putusan Pengadilan Negeri Nomor: 56/Pdt.P/2017/PN.KPN Pertimbangan hakim dalam putusan perkara ini menurut ketentuan

Namun, pengelolaan harta warisan tersebut harus dilakukan oleh wali hingga anak tersebut mencapai usia dewasa atau baligh. Tugas orang tua dalam mewakili anaknya terbatas pada perikatan dan pemindahan hak atau duplikasi harta anak yang bisa dilakukan setelah mendapat keputusan pengadilan. Pengurus ahli waris di bawah umur untuk harta warisan tersebut tidak boleh memindahkan atau menggadaikan harta anak kecuali ada kebutuhan mendesak.

Selain yang diatur dalam hukum, kewajiban dan larangan pengurus anak di bawah umur juga diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI). Wali di sini harus merawat diri dan harta anak yang dalam perwaliannya serta memberikan bimbingan agama, pendidikan, dan keterampilan lain. Selain itu, wali juga bertanggung jawab atas harta anak dan harus mengganti kerugian yang terjadi akibat kesalahan atau kelalaiannya.

Wali juga tidak boleh melakukan perjanjian dan menjual harta warisan yang dalam perwaliannya kecuali jika ada keputusan mendesak yang mengharuskan wali untuk mengikat, membebani, dan mengalihkan harta orang yang berada di bawah perwaliannya.48. Menurut KUHPerdata, anak di bawah umur yang belum berusia 18 tahun dan belum menikah, dianggap sebagai anak yang belum dewasa.

KESIMPUL

Rekomendasi

2.Bagi peneliti, studi tentang hak waris di bawah umur dapat dilakukan dengan melihatnya dari sudut pandang hukum islam dan KUHPerdata yang masih ada di masyarakat Indonesia. Hukum Waris Ditinjau Dari Segi Hukum Islam (fiqh), Kertas Kerja Simposium Hukum Waris Indonesia Dewasa ini, Program Pendidikan Spesialis Notariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan. Wirani Aisiyah Anwar, 2014, Praktek Pembagian Warisan Antara Laki-Laki Dan Perempuan (Studi Kasus Di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap), Skripsi Sarjana, Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam STAIN Parepare.

Megawati, 2016, Sistem Pelaksanaan Pembagian Harta Warisan Pada Masyarakat Islam Di Desa Parappe, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat, Skripsi Sarjana, Fakultas Syariah dan Hukum. Eman Suparman, “Hukum Waris Indonesia Dalam Perspektif Islam, Adat, dan BW”, (Bandung: PT Refika Aditama, 2007). Mempositifkan Abstraksi Hukum Islam, dalam Ditbinpera Departemen Agama RI., Mimbar Hukum Aktualisasi Hukum Islam, No.5, Thn.

Nasrulloh Fachruddin, Penolakan Ahli Waris dalam Perspektif Hukum Islam dan KUHPerdata, (Skripsi Fakultas Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2010). Meliala, Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2018), Cetakan ke-1. Surini Ahlan Sjarif dan Nurul Elmiyah, Hukum Kewarisan Perdata Barat Pewarisan Menurut Undang-Undang, (Jakarta: Kencana, 2010), Cetakan ke-3.

Muhammad Ali As-Shabuni, Hukum Kewarisan Menurut Al-Qur‟an Dan Sunnah ( Jakarta: Cv Diponegoro, thun 2004).

Referensi

Dokumen terkait

Hukum waris menurut para sarjana pada pokoknya adalah peratutan yang mengatur perpindahan kekayaan seseorang yang meninggal dunia kepada satu atau beberapa orang lain. Intinya

Anak pemohon dengan almarhumah tersebut, masih di bawah umur, sehingga secara hukum tidak dapat bertindak terhadap diri dan hartanya.Oleh karena ahli waris dari almarhum Rusdi

Menurut sistem hukum adat waris di Tanah Karo, pewaris adalah seorang yang meninggal dunia dengan meninggalkan sejumlah harta kekayaan, baik harta itu diperoleh selama

ukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang telah meninggal dunia, dengan perkataan lain mengatur peralihan

Karena dalam Islam harta waris hanya mengatur peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal dunia kepada ahli waris dan ketentuan berapa bagian yang akan diperoleh ahli

Hukum Waris adalah salah satu objek kajian dalam perbendingan hukum perdata yang juga merupakan suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yang telah meninggal

Hukum Waris adalah hukum yang mengatur proses pemindahan hak dan kewajiban, baik dalam bentuk harta kekayaan yang dapat dilihat maupun harta kekayaan yang tidak

11 peninggalan orang yang meninggal dunia, siapa saja yang mempunyai hak atas peninggalan tersebut, siapa saja ahli waris dan beberapa bagian”.17 Dengan demikian, waris Islam itu