• Tidak ada hasil yang ditemukan

FIELDTRIP GEOLOGI STRUKTUR

N/A
N/A
Gmliel Jhoni

Academic year: 2024

Membagikan "FIELDTRIP GEOLOGI STRUKTUR "

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN LAPANGAN

FIELDTRIP GEOLOGI STRUKTUR

DAERAH ANABANUA KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

OLEH:

GAMALIEL JHONI SIALLA D061221082

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA 2023

(2)

FIELDTRIP GEOLOGI STRUKTUR

DAERAH ANABANUA KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

LAPORAN LAPANGAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah Geologi Struktur Program Studi Teknik Geologi Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin

OLEH:

GAMALIEL JHONI SIALLA D061221082

GOWA 2023

ii

(3)

FIELDTRIP GEOLOGI STRUKTUR

DAERAH ANABANUA KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBAR PENGESAHAN

Gowa, 17 Desember 2023 Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. Adi Tonggiroh, ST.,MT.,IPM NIP: 19650928 200003 1 002

Dosen Pembimbing II

Sahabuddin, S.T., M.Eng.

NIP: 19880130 201903 1 005 Dosen Pembimbing III

Baso Reski Maulana , S.T., M.T.

NIP: .19731003 200012 2 001

iii

Asisten

Muhammad Fachri B D061181330

Praktikan

Gamaliel Jhoni Sialla NIM: D061221082

(4)

SWT. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan lapangan Geologi Struktur.

Dengan selesainya laporan lapangan Geologi Struktur, penulis berterima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen pembimbing mata kuliah Geologi Struktur yaitu Prof. Dr. Adi Tonggiroh, ST.,MT.,IPM, Bapak Sahabuddin, S.T., M.Eng. dan bapak Baso Reski Maulana ,S.T., M.T. atas segala ilmu yang telah diberikan.

1.

Kedua orang tua penulis yang selalu member motivasi dan dukungan moral dan materil.

2.

Semua asisten yang dengan ikhlas hati selalu memberi ilmu tak kenal waktu serta rela mengorbankan waktu dan tenaganya untuk kelancaran pengerjaan laporan.

3.

Teman-teman program studi Teknik Geologi 2022..

Laporan ini tentulah masih jauh dari kata sempurna tetapi penulis beraharap agar pembaca dapat member kritik dan saran untuk perbaikan dan menjadi acuan untuk kedepannya. Demikian, laporan ini penulis susun dengan segala kelebihan dan kekurangan. Semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Gowa, 17 Desember 2023

Penulis

iv

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSEMBAHAN…………..………...….ii

LEMBAR PENGESAHAN...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI ………..………..V DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR TABEL ………viii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Pendahuluan...1

1.2 Maksud dan Tujuan...2

1.3 Waktu, Lokasi, dan Kesampaian Daerah...2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Geologi Regional...5

2.1.1 Geomorfologi Regional...5

2.1.2 Stratigrafi...6

2.1.3 Struktur Regional...8

2.2 Geologi Struktur...13

2.2.1 Struktur Geologi...Error! Bookmark not defined. 2.2.3 Lipatan...Error! Bookmark not defined. 2.3 Referensi Pengolahan Data Struktur Geologi...13 2.3.1 Diagram Roset...Error! Bookmark not defined.

2.3.2 Diagram Kontur...Error! Bookmark not defined.

2.4 Klasifikasi Anderson 1951...Error! Bookmark not defined.

2.5 Klasifikasi Fluety 1964...Error! Bookmark not defined.

v

(6)

3.3 Tahapan Penelitian...17

3.3.1 Tahap Persiapan...17

3.3.2 Tahap Penelitian Lapangan...17

3.3.3 Tahap Pengolahan Data Lapangan...17

3.3.4 Tahap Analisa Data...18

3.3.5 Tahap penyusunan Laporan...18

3.4 Diagram Alir...19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...20

4.1 Stasiun 1...20

4.2 Stasiun 2...22

4.3 Stasiun 3...23

4.4 Stasiun 4...25

4.5 Stasiun 5...27

BAB V PENUTUP...29

DAFTAR PUSTAKA...30

vi

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi...3

Gambar 2.1 Kekar (fracture) jenis “Shear Joints” dan “Tensional Join………..11

Gambar 2.2 Diagram roset dan beberapa jenis cara penyajiannya ……… 14 Gambar 2.3 Jaring penghitung Kalsbeek……….15

Gambar 2.4 Cara pembuatan kontur (Ragan, 1979) ……….15

Gambar 2.5 Polar Equal Area Net...….16

Gambar 2.6 Klasifikasi Andershon 1951...17

Gambar 2.7 Klasifikasi Fleuty 1964...18

Gambar 4.1 Stasiun 1...24

Gambar 4.2 Hasil Pengolahan Data Sesar Stasiun 1...25

Gambar 4.3 Stasiun 2...26

Gambar 4.4 Mineral Hematite...26

Gambar 4.5 Stasiun 3...27

Gambar 4.6 Stasiun 4...29

Gambar 4.7 Hasil Pengolahan Data Stasiun 4...31

Gambar 4.8 Stasiun 5...31

Gambar 4.9 Hasil Pengolahan Data Stasiun 5...32 vii

(8)

Flowchart………..23

Tabel 4.1 Pengolah data sesar stasiun

1...25

Tabel 4.2 Tabel Pengukuran Lipatan Stasiun

4...31

Tabel 4.3 Tabel Pengukuran Lipatan Stasiun

5...32

viii

(9)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Pendahuluan

Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Dalam perkembangannya geologi memiliki cabang-caabang ilmu. Geologi struktur merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya.

Kekar merupakan struktur geologi yang paling universal karena ditemukan di hampir semua singkapan batuan. Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Adanya praktikum lapangan geologi struktur adalah agar mahasiswa memahai dan mengetahui secara langsung bagaimana bentuk- bentuk struktur di lapangan, bagaimana terbentuknya suatu patahan, dan mengetahui cara pengambilan data kekar yang kemudian data tersebut digunakan untuk merekontruksi/mendesain struktur geologi di lapangan. Praktikum ini dilaksanakan sehingga mahasiswa tidak hanya membayangkan namun dapat melihat secara langsung di lapangan. Kenyataannya teori yang diperoleh di kelas tidak sama dengan karakteristik permukaan bumi yang sebenarnya, sehingga perlu adanya pemahaman langsung di lapangan.

1

(10)

I.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari fieldtrip geologi struktur adalah sebagai suatu kegiatan untuk meningkatakan pemahaman mahasiswa tentang ilmu geologi struktur dan sekaligus menjadi pelengkap dalam pendalaman ilmu geologi struktur. Adapun tujuan dari fieldtrip kali ini, antara lain :

1) Mengetahui jenis-jenis struktur geologi pada daerah penelitian.

2) Menganalisa data-data yang didapatkan pada daerah penelitian I.3 Waktu, Lokasi, dan Kesampaian Daerah

Fieldtrip geologi struktur ini dilaksanakan mulai tanggal 9-10 Desember 2023. Secara administrasi daerah penelitian terletak pada Dusun Daccipong Desa Anabanua Kecematan Barru Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan dan secara astronomis terletak pada 4o05’49" LS-4°47'35"LS dan 119°35'00"BT.

Waktu yang dibutuhkan untuk sampai kelokasi penelitian (kampus lapangan di Kabupaten Barru) dari kota Makassar sekitar kurang lebih 4 jam dengan menggunakan kendaraan roda empat.

1.4 Peneliti Terdahulu

1. Meinarni Thamrin, Muhammad Ramli, Sri Widodo, dan Jayasman Kadir, 2018, PENENTUAN KUALITAS AIR SUNGAI JENEBERANG DENGAN METODE INDEKS PENCEMAR, DI KABUPATEN GOWA PROPINSI SULAWESI SELATAN.

Gambar 1.1 Peta Tunjuk

(11)

3

2. Chairuni Syah, Muh. Said L, dan Ayusari Wahyuni, 2017, IDENTIFIKASI INDEKS KERENTANAN SEISMIK DI BENDUNGAN BILI- BILI KABUPATEN GOWA DENGAN METODE HORIZONTAL TO VERTICAL SPECTRAL RATIO (HVSR)

3. Elisa Trinofri Sanjaya, Melly Lukman, dan Benyamin Tanan, 2020 Analisis VOLUME SEDIMEN BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DENGAN ECHOSOUNDOR DALAM WADUK BILI-BILI KABUPATEN GOWA.

(12)
(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Regional

2.1.1 Geomorfologi Regional

Bentuk morfologi yang dominan di wilayah ini adalah kerucut gunungapi Lompobatang, mencapai ketinggian 2876 m di atas permukaan laut. Kerucut gunungapi tersebut masih terlihat dengan jelas dari kejauhan dan mencakup sekitar 1/3 dari wilayah lembar. Potret udara mengungkapkan adanya beberapa kerucut parasit yang tampak lebih muda, tersebar sepanjang jalur utara-selatan melewati puncak Gunung Lompobatang. Gunungapi Lompobatang terdiri dari batuan gunungapi Pleistosen.

Di sebelah barat dan utara Gunung Lompobatang, terdapat kerucut tererosi yang lebih sempit sebarannya, seperti Gunung Baturape (tinggi 1124 m) di barat dan Gunung Cindako (tinggi 1500 m) di utara. Kedua kerucut ini terbentuk oleh batuan gunungapi berumur Pliosen. Wilayah utara lembar ini terdapat dua daerah dengan topografi kras yang dihasilkan oleh batugamping Formasi Tonasa. Kedua daerah ini dipisahkan oleh pegunungan dengan batuan gunungapi berumur Miosen sampai Pliosen.

Di bagian utara Gunung Cindako dan barat Gunung Baturape, terdapat daerah berbukit kasar di timur dan halus di barat. Ketinggian mencapai sekitar 500 m di bagian timur dan kurang di bagian barat, hampir sejajar dengan permukaan laut. Morfologi ini terbentuk oleh batuan klastika gunungapi berumur Miosen.

5

(14)

Pesisir barat merupakan daratan rendah dengan sebagian besar terdiri dari rawa dan daerah pasang-surut. Sungai-sungai besar membentuk daerah banjir di dataran ini. Di sebelah timurnya, terdapat bukit-bukit terisolir yang terdiri dari batuan klastika gunungapi Miosen dan Pliosen. Pesisir barat daya memiliki morfologi berbukit memanjang rendah dengan pantai yang berliku-liku dan terdiri dari batuan karbonat Formasi Tonasa.

Pesisir timur berfungsi sebagai penghubung antara Lembah Walanae di utara dan Pulau Salayar di selatan. Pegunungan di sebelah timur dan Lembar Pangkajene serta Watampone Bagian Barat berakhir di bagian utara pesisir timur lembar ini. Di bagian selatan pesisir timur, terdapat tanjung yang didominasi oleh daerah berbukit kerucut dan sedikit topografi kras, serupa dengan wilayah baratlaut Pulau Salayar. Teras pantai dapat diamati di sini, terdiri antara 3 hingga 5 buah, dan terbentuk oleh batugamping Miosen Akhir-Pliosen.

Pulau Salayar memiliki bentuk memanjang utara-selatan, merupakan kelanjutan fisiografis dari pegunungan di sebelah timur Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat. Bagian timur cenderung lebih tinggi dengan puncak tertinggi mencapai 608 m, sementara bagian barat lebih rendah. Pantai timur memiliki kemiringan lebih curam, sedangkan pantai barat secara umum lebih landai, membentuk morfologi lereng-miring ke arah barat.

2.1.2 Stratigrafi

Batuan Gunungapi Formasi Camba memiliki karakteristik seperti breksi gunungapi, lava konglomerat, dan tufa dengan butiran halus hingga lapili. Batuan

(15)

7

ini juga mengandung sisipan batuan sedimen laut, seperti barupasir tufaan, batupasir gampingan, dan batulempung yang mengandung sisa tumbuhan. Bagian bawahnya didominasi oleh breksi gunungapi dari lava andesit dan basal, konglomerat dengan komponen andesit dan basal berukuran 3 - 50 cm, serta tufa dengan lapisan baik yang terdiri dari tufa litik, tufa kristal, dan tufa vitrik. Bagian atasnya mengandung ignimbrit yang bersifat trakit dan tefrit leusit, dengan struktur ignimbrit yang kekar meniang dan berwarna kelabu kecoklatan, serta tefrit leusit yang berstruktur aliran dengan permukaan berkerak roti dan berwarna hitam.

Satuan Tmcv ini mencakup formasi yang dipetakan sebagai Batuan Gunungapi Sopo, Batuan Gunungapi Pamusureng, dan Batuan Gunungapi Lemo oleh T.M. van Leeuwen. Breksi gunungapi yang terlihat di Pulau Salayar kemungkinan termasuk dalam formasi ini, dengan kekompakan yang tinggi dan sebagian besar berkomposisi basal amfibol, basal piroksen, dan andesit dalam matriks tufa yang mengandung biotit dan piroksen.

Fosil yang teridentifikasi di lokasi A.75 dan A.76.b termasuk Amphistegina sp., Globigerinides, Operculina sp., Orbulina universa D‘ORBIGNY, Rotaila sp., dan Gastropoda. Penarikan jejak belah dan contoh ignimbrit menghasilkan perkiraan umur sekitar 13 ± 2 juta tahun, sementara pengujian K-Ar pada contoh lava memberikan umur sekitar 6,2 juta tahun menurut T.M. van Leeuwen. Data paleontologi dan radiometri ini menunjukkan umur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir.

(16)

Terobosan basal dalam formasi ini mencakup retas, sill, dan stok dengan tekstur porfir yang mengandung fenokris piroksen kasar berukuran lebih dari 1 cm, berwarna kelabu tua hingga hitam dan hijau. Beberapa terobosan basal memiliki struktur kekar meniang, dan beberapa di antaranya menunjukkan tekstur gabro. Terobosan basal di sekitar Jene Berang membentuk kelompok retas dengan arah yang mengarah ke Baturape dan Cindako, sementara yang di sebelah utara Jeneponto berupa stok. Pengujian Kalium/Argon pada batuan basal menunjukkan umur sekitar 7,5 hingga 7,36 juta tahun, menandakan bahwa penerobosan basal kemungkinan terjadi dari Miosen Akhir hingga Pliosen Akhir.

2.1.3 Struktur Regional

Menurut Sukamto, struktur geologi di daerah pegunungan Lompobattang dan sekitarnya berupa struktur lipatan dan struktur sesar.

a. Struktur Lipatan

Struktur ini mempunyai arah jurus dan kemiringan perlapisan batuan yang tidak teratur sehingga sulit untuk menentukan jenisnya. Adanya perlipatan dicirikan oleh kemiringan lapisan batuan, baik batuan Tersier maupun batuan Kuarter (Plistosen) telah mengalami perlipatan sehingga umur lipatan ini ditafsirkan setelah Plistosen.

b. Struktur Sesar

Struktur sesar ini mempunyai arah yang bervariasi seperti pada daerah Lompobattang ditemukan sesar dengan arah Utara-Selatan, Timur-Barat, Baratdaya-Timurlaut, sedangkan pada bagian Utara mengarah Baratdaya- Timurlaut dan Baratlaut-Tenggara dimana jenis sesar ini sulit untuk ditemukan.

(17)

9

Daerah setempat dimana akhir daripada kegiatan gunung api Miosen Bawah diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terjadinya permulaan terbentuknya Walanae. Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah dan menurun perlahan secara sedimentasi berlangsung sampai kala Pliosen, hal ini diikuti oleh kegiatan gunung api pada daerah sebelah Baratdaya. Peristiwa ini terjadi selama Miosen Tengah sampai Pliosen dengan gunung api bawah laut dan muncul pada kala Pliosen sebagai gunung api kontinen yang kemungkinan besar pada kala ini mulai terjadi perlipatan dimana kegiatan- kegiatan magma pada kala Plistosen Atas diikuti oleh kegiatan tektonik yang menyebabkan terjadinya sesar di daerah ini.

2.2 Pengertian Geologi Struktur

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur- unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan

(18)

sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya. (Noor.

2009)

2.3 Jenis-jenis Struktur Geologi

Dalam geologi dikenal 3 jenis struktur yang dijumpai pada batuan sebagai produk dari gaya gaya yang bekerja pada batuan, yaitu: (1). Kekar (fractures) dan Rekahan (cracks); (2). Perlipatan (folding); dan (3). Patahan/Sesar (faulting).

Ketiga jenis struktur tersebut dapat dikelompokkan enjadi beberapa jenis unsur struktur, yaitu:

1. Lipatan

Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :

a. Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.

b. Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.

c. Lipatan harmonik atau disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu utama.

d. Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya e. Lipatan chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar f. Lipatan isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar

(19)

11

g. Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh permukaan planar.

2. Patahan (Fault)

Selain menyebabkan bentuk struktural lipatan, proses diatropisme dapat pula mengakibatkan struktur lapisan-lapisan batuan retak-retak dan patah.

Lapisan batuan yang patah ini mengalami amblesan membentuk lembah patahan dan ada pula yang terangkat membentuk puncak patahan. Puncak patahan dinamakan horst, sedangkan lembah patahan dinamakan graben (Ruhimat,dkk.2006).

Patahan adalah proses perubahan posisi batuan akibat bekerjanya tenaga endogen yang menekan struktur batuan keras sehingga antara struktur batuan satu dan lainnya menjadi patah dan terpisah. Biasanya patahan terjadi karena adanya gaya endogen yang bergerak dengan cepat dan mengenai struktur batuan yang kurang elastis. Pada umumnya patahan dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk. Jenis jenis patahan yakni sebagai berikut :

a. Patahan turun (normal fault) Patahan yang arah lempeng batuannya mengalami penurunan yang mengikuti arah gaya berat.

b. Patahan naik (reverse fault) Patahan naik adalah patahan yang arah lempeng batuannya bergerak naik berlawanan dengan arah gaya berat.

c. Patahan geser (strike slip fault) Patahan geser adalah patahan yang arah lempeng batuannya mengalami pergeseran dan arahnya berlawanan dengan lempeng batuan lainnya (bergerak horizontal). Patahan ini

(20)

disebabkan karena adanya 2 gaya yang berbeda dan berlawanan arah.

(Sugiharyanto,2007).

Gambar 2.1 Jenis Patahan (Noor,2009).

3. Kekar (Fractures)

Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran.

Secara umum dicirikan oleh:

a. Pemotongan bidang perlapisan batuan;

b. Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb;

c. Kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut.

Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:

1) Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang membentuk pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.

(21)

13

2) Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.

3) Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

Gambar 2.2 Contoh Kenampakan Kekar

2.4 Geologi Struktur Referensi Pengolahan Data Struktur Geologi

Proses pengolahan data struktur melibatkan beberapa tahap, dan salah satunya adalah analisa struktur yang dapat dilakukan secara langsung melalui pengamatan pada singkapan. Hasil dari analisis ini memiliki manfaat signifikan, terutama dalam memastikan jenis struktur secara langsung dan menginterpretasikan sifat gaya yang menyebabkan terbentuknya struktur tersebut.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih rinci tentang struktur geologi di lapangan, seringkali dilakukan pengamatan dan pengukuran sejumlah besar unsur struktur.

(22)

Data yang diperoleh dari pengukuran unsur struktur di lapangan kemudian diolah sebelum dilakukan analisis. Data tersebut selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk peta, penampang terinci, dan diperkaya dengan diagram-diagram.

Penyajian melalui diagram ini melibatkan pengelompokkan satu atau beberapa jenis unsur struktur, yang biasanya direpresentasikan dalam bentuk diagram frekwensi/roset atau diagram kontur.

Beberapa unsur struktur yang biasa diukur dan dianalisis meliputi bidang perlapisan atau foliasi, sumbu lipatan, cermin sesar, lineasi mineral, milonit, orientasi fragmen, dan sebagainya. Proses pengolahan dan penyajian data struktur ini membantu geolog untuk memahami karakteristik dan pola struktur geologi yang ada di lokasi tersebut secara lebih komprehensif.

(23)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama penelitian yaitu : 1. Palu Geologi

Palu geologi yang digunakan disini adalah palu batuan beku, yang fungsinya digunakan untuk mengambul sampel dan untuk memecah batuan (rekahan) 2. Kompas geologi

Selain digunakan untuk menentukan arah, kompas geologi juga digunakan untuk mengukur kedudukan batuan

3. Pita meter

Pita meter merupakan alat pengukur panjang yang digunakan untuk mengukur panjang tiap-tiap kekar.

4. GPS

Instrumen yang digunakan untuk menentukan letak atau posisi dIpermukaan bumi dengan bantuan penyelarasan sinyal satelit.

5. Kamera

Digunakan untuk mendokumentasikan singkapan, kekar, maupun data lain yang didapat di lapangan.

6. ATK

Alat tulis menulis digunakan untuk pencatatan data dan melakukan sketsa 7. Busur (180° dan 360°)

15

(24)

Digunakan untuk mengukur sudut saat penentuan pitch/rake 8. Buku lapangan

Buku Lapangan digunakan untuk mencatat data-data geologi yang bisa diambl di lapangan

9. Kantong sampel

Digunakan sebagai tempat menyimpan sampel 10. Trapesium

Merupakan alat bantu untuk mengukur kekar, sliken side, maupun sliken line.

11. Tabel data

Digunakan untuk mencatat data-data spesifik yang dibutuhkan dalam penelitian

12. Kapur

Kapur digunakan untuk menggambar lingkaran serta menandai kekar yang sudah diukur

3.2 Metodologi

Metode penelitian yang dilakukan dengan metode penelitian geologi permukaan. Metode ini meliputi kegiatan orientasi lapangan dan pengambilan data lapangan pada lintasan terbuka. Adapun metode pengambilan data yang dilakukan yaitu pengambilan data pada permukaan ini dilakukan secara langsung dilapangan dengan menggunakan alat bantu dan pengambilan data tanpa menggunakan alat bantu.

(25)

17

3.3 Tahapan Penelitian

Untuk mencapai target yang maksmimal dalam kegiatan penelitian dan penyusunan laporan akhir lapangan maka dilakukan beberapa tahapan sistematis dan terencana yang terdiri atas:

3.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan meliputi kegiatan pendahuluan sebelum melakukan pengambilan data lapangan dan pemetaan detail.

3.3.2 Tahap Penelitian Lapangan

Setelah tahap persiapan telah dilakukan maka, kegiatan selanjutnya yaitu tahap penelitian lapangan. Tahap penelitian ini juga dibagi ke dalam beberapa metode pengambilan data yaitu:

1. Pengambilan data dengan cara pencatatan data lapangan. Pengambilan data dengan cara pencatatan ini yaitu semua data yang dijumpai di lapangan direkam dengan tulisan dalam buku catatan lapangan, baik data yang dilihat secara langsung ataupun data yang diperoleh dengan pengukuran.

2. Pengambilan data lapangan dengan alat. Pengambilan data dengan alat ini meliputi kegiatan pengambilan rekaman gambar singkapan, batuan, kondisi morfologi dengan menggunakan kamera. Pengukuran data lapangan menggunakan kompas untuk pengukuran arah kedudukan batuan, pengambilan contoh batuan dengan menggunakan palu geologi.

(26)

3.3.3 Tahap Pengolahan Data Lapangan

Tahap pengolahan data ini meliputi tahapan setelah pengambilan data lapangan dilakukan dimana meliputi pengolahan data struktur meliputi pengolahan data kekar, kedudukan batuan, data geomorfologi meliputi pengolahan data kelerengan, tipe genetik sungai, jenis pola aliran, data stratigrafi yang meliputi perhitungan ketebalan satuan, pembuatan penampang stratigrafi terukur, dan lain-lain.

3.3.4 Tahap Analisa Data

Setelah tahap pengolahan data dilakukan maka tahap selanjutnya yaitu analisa data baik data hasil pengolahan dan data analisa lab. Pada tahap ini mulai dilakukan intepretasi terhadap data yang telah diolah, melakukan rekontruksi dan penarikan kesimpulan berdasarkan data data yang diperoleh.

3.3.5 Tahap penyusunan Laporan

Setelah dilakukan pengolahan data, analisa data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan terhadap aspek geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan potensi bahan galian, maka dilanjutkan dengan penulisan laporan peneltian yaitu dimana semua data data yang telah diolah dituangkan dalam bentuk tulisan ilmiah.

(27)

19

3.4 Diagram Alir

Tabel 3.1 Flowchart

Tahap Persiapan Tahap Penelitian Lapangan

Pengambila n data dengan alat Pencatatan

data Lapangan

Pengolahan Data Lapangan Analisis Data

Pembuatan Laporan

(28)
(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Stasiun 1

Gambar 4.1 Stasiun 1

Pada Stasiun 1 secara administrasi berada di Dusun Daccipong, Desa Anabanua, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan dan terletak pada koordinat 4°29'04.8" S, 119°43'06.6" E. Pada stasiun ini data singkapan yang didapat termasuk insitu yang berdimensi 3,5 x 2 meter dengan arah penyebaran Selatan Tenggara ke timur laut. Pada stasiun ini terdapat kontak batuan batugamping dan batuan beku trakit.

Cermin sesar umumnya memiliki permukaan yang halus sebagai hasil dari pergeseran antara dua blok batuan. Selain itu, ciri khasnya melibatkan gambaran yang

21

(30)

mirip cermin dan warnanya cenderung agak kehitaman, menunjukkan bahwa terjadi gesekan antara dua batuan di masa lalu. Cermin sesar ini terletak di daerah sungai, menunjukkan adanya dua singkapan yang sebelumnya merupakan satu kesatuan di tepi kanan dan kiri sungai. Perpecahan ini terjadi akibat pengaruh agen pelapukan, seperti air sungai yang menggerus batuan yang awalnya berada di tengah sungai. Seiring waktu, proses pelapukan dan erosi menyebabkan bagian tengah cermin sesar ini tererosi, meninggalkan bagian kanan dan kiri yang terpisah.Adapun data struktur yang didapatkan pada stasiun ini terdapat cermin sesar (Slikenslide). Dimana hasil pengukuran strike dip yaitu N 179° E/ 40° dengan data Trend Plunge N 130° E/ 10° dan data Rake 45°.

Tabel 4.1 Pengolah data sesar stasiun 1

Gambar 4.2 Hasil Pengolahan Data Sesar Stasiun 1

(31)

23

4.2 Stasiun 2

Gambar 4.3 Stasiun 2

Gambar 4.4 Mineral Hematit

Pada Stasiun 2 secara administrasi berada di Dusun Daccipong, Desa Anabanua, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan dan terletak pada koordinat 4°29'14.5" S, 119°43'09.3" E. Pada stasiun ini data singkapan yang didapat termasuk eksitu yang berdimensi 3,5 x 2 meter.

(32)

Adapun data geomorfologi yang didapatkan berupa relief datar dengan tipe morfologi perbukitan bergelombang, tingkat pelapukan tinggi dengan tata guna lahan persawahan serta data struktur yang didapatkan pada stasiun ini terdapat sesar yang memotong bulu bottosowa’ dan dijumpai jenis batuan yaitu breksi sesar.

Di stasiun ini, terlihat ciri-ciri zona breksiasi yang ditandai oleh fragmen- fragmen breksi berbentuk sudut dan keberadaan milonit, yang merupakan hasil penghancuran batuan akibat gesekan antara dua blok batuan. Fragmen-fragmen ini memiliki potensi untuk menjadi batuan breksi sesar melalui proses akumulasi, dan juga menjadi petunjuk karakteristik dari zona sesar.

4.3 Stasiun 3

Pada Stasiun 3 secara administrasi berada di Dusun Daccipong, Desa Anabanua, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan

Gambar 4.5 Stasiun 3

(33)

25

dan terletak pada koordinat 4°29'35.7" S, 119°43'15.3" E. Pada stasiun ini data singkapan yang didapat termasuk insitu yang berdimensi 1 x 3 meter.

Adapun data struktur yang didapatkan pada stasiun ini berupa adanya sesar dengan penciri sumber mata air dengan terputusnya saluran permukaan air bawah sesar yang kemudian Air akan keluar pada celah batuan yang memiliki level sejajar atau Iebih rendah dari permukaan tanah. Mata air merupakan aliran air alami yang timbul di permukaan bumi, dan fenomena ini erat kaitannya dengan ilmu geologi yang memfokuskan pada struktur, komposisi, dan proses bumi.

Geologi memiliki peran penting dalam menjelaskan fenomena mata air, terutama melalui konteks geologi lokal. Bahan geologi seperti batuan dan tanah memainkan peran unik dalam menyimpan serta mengalirkan air. Batuan berperan sebagai akuifer, yaitu lapisan di dalam bumi yang mampu menampung dan mengalirkan air. Akuifer bebas, misalnya, terbentuk dari batuan yang memiliki celah atau retakan untuk menyimpan air, sementara akuifer terkekang dibatasi oleh lapisan tanah yang kurang permeabel.

Hidrogeologi, cabang dari geologi, mempelajari pergerakan air di dalam bumi, dan mata air dapat muncul ketika air menembus lapisan akuifer dan mencapai permukaan tanah. Faktor seperti topografi, kemiringan, dan jenis batuan berpengaruh pada pola aliran air di bawah permukaan bumi. Mata air juga dapat

(34)

terkait dengan seismisitas dan aktivitas vulkanik, di mana daerah dengan gempa bumi atau vulkanisme cenderung memiliki mata air panas atau mineral sebagai akibat dari panas bumi dan pelarutan mineral oleh air.

Kualitas air mata air juga dipengaruhi oleh geologi melalui interaksi dengan batuan dan tanah. Beberapa mata air dapat mengandung mineral tertentu, seperti kalsium atau magnesium, yang memberikan karakteristik khusus pada air tersebut.

Analisis kimia air mata air dapat memberikan informasi tentang kondisi geologi di wilayah tersebut. Pemahaman geologi secara keseluruhan membantu dalam eksplorasi sumber daya air bawah tanah dengan lebih efektif. Dengan memahami struktur dan sifat akuifer, serta proses hidrogeologi, ilmuwan dapat merancang manajemen air yang berkelanjutan untuk memastikan ketersediaan sumber daya air yang esensial bagi kehidupan.

4.4 Stasiun 4

(35)

27

Pada Stasiun 4 secara administrasi berada di Dusun Daccipong, Desa Anabanua, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan dan terletak pada koordinat 4°29'24.5" S, 119°43'14.9" E. Pada stasiun ini data singkapan yang didapat termasuk insitu yang berdimensi 2 x 3 meter dengan arah penyebaran dari timur laut ke barat daya.

Di Stasiun ini, terdapat lipatan yang dikenal sebagai lipatan anticline.

Lipatan tersebut merupakan suatu fenomena geologi yang terjadi pada batuan gamping. Batuan gamping, atau sering disebut batuan kapur, adalah jenis batuan sedimen yang terbentuk dari endapan kalsium karbonat yang terakumulasi dari air laut atau air tawar. Proses pembentukan lipatan ini umumnya disebabkan oleh tekanan tektonik yang memengaruhi lapisan batuan tersebut. Lipatan sendiri merupakan hasil dari gaya tektonik yang menyebabkan deformasi plastis pada batuan bumi. Deformasi plastis ini dapat menghasilkan lipatan struktural, yang mungkin berupa sinclinal (lipatan membentuk lembah) atau anticlinal (lipatan membentuk punggung). Beberapa faktor seperti tekanan tektonik, suhu, dan lama waktu berperan penting dalam proses pembentukan lipatan ini.Pada stasiun ini dilakukan pengukuran strike dan dip yang kemudian didapatkan hasil pengukuran N114°E/42°

Gambar 4.4 Stasiun 4

(36)

Tabel 4.2 Tabel Pengukuran Lipatan Stasiun 4

Gambar 4.7 Hasil Pengolahan Data Lipatan Stasiun 4 4.5 Stasiun 5

Gambar 4.8 Stasiun 5

(37)

29

Desa Anabanua, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan dan terletak pada koordinat 4°29'19.4" S, 119°43'19.7" E. Pada stasiun ini data singkapan yang didapat termasuk insitu yang berdimensi 2,5 x 3 meter dengan arah penyebaran dari timur laut ke barat daya.

Adapun struktur yang didapatkan pada stasiun ini berupa lipatan monoklin dengan penciri orientasi sumbu lipatan dengan perlapisan yang satu arah dan terbentuk akibar pergerakan vertikal sesar buta (blind fault) yang menyebabkan lapisan diatasnya mengalami rotasi. Pada stasiun ini dilakukan pengukuran strike dan dip yang kemudian didapatkan hasil pengukuran N228°E/55°.

Tabel 4.3 Tabel Pengukuran Lipatan Stasiun 5

(38)

Gambar 4.9 Hasil Pengolahan Data Lipatan Stasiun 5

(39)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan yaitu :

1. Pada daerah penelitian didapatkan beberapa struktur meliputi cermin sesar (slickenside) dengan kontak batuan batugamping dan batuan beku trakit pada stasiun 1, struktur sesar terhadap batun breksi sesar pada stasiun 2, pada stasiun 3 juga didapatkan struktur berupa sesar dengan penciri sumber mata air dimana terputusnya saluran permukaan air bawah sesar yang kemudian air akan keluar pada celah batuan yang memiliki level sejajar atau lebih rendah dari permukaan tanah, pada stasiun 4 dan stasiun 5 dijumpai struktur kekar berupa lipatan monoklin dengan penciri orientasi sumbu lipatan dengan perlapisan yang satu arah dan terbentuk akibat pergerakan vertikal sesar buta (blind fault) yang menyebabkan lapisan diatasnya mengalami rotasi.

2. Untuk memperkuat analisa data, metode yang digunakan pada pengolahan data kekar yaitu menggunakan stereonet. Pada stereonet untuk stasiun 1 didapatakan σ3 lebih dekat dengan titik pusat sehingga di dapatkan sesar naik. Berdasarkan kenampakan pada stasiun 4 dan stasiun 5 dijumpai struktur lipatan monoklin dengan penciri sumbu lipatan berorientasi satu arah kemudian data diperkuat dengan pengolahan stereonet dan didapatkan

31

(40)

sturktur lipatan yang menjadi bagian dari penciri sesar yang bekerja pada daerah tersebut.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. (2019). Mineral-Mineral Tanah Abu Vulkanik. Jawa Timur: Universitas Jember.

Asikin, Sukendar. (1972). Dasar-Dasar Geologi Struktur. Bandung: Departemen Teknik Geologi ITB

Bambang Utoyo. 2009. Geografi : Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional. Grafindo Media Pratama. Jakarta.

Lesmana, Tonny., (2008). Kajian Klasifikasi Massa Batuan Terhadap Stabilitas Lereng dan Penentuan Kekuatan Jangka Panjangnya. Bandung: Institut Teknologi Bandung Press.

Noor, D. 2009. Pengantar Geologi Edisi Pertama. Universitas Pakuan: Bogor.

Sugiharyanto dan Khotimah, Nurul. 2009. Diktat Mata Kuliah Geografi Tanah PGF-207. Universitas Negri Yogyakarta : Yogyakarta.

(42)

A M

P

I

R

A

(43)

N

PETA STASIUN

(44)
(45)

1. Tabel Data Pengukuran Stasiun 1

2. Tabel Data Pengukuran Stasiun 3 dan 4

PENGOLAHAN DATA STRUKTUR

(46)

2. Pengolahan Data Struktur Stasiun 3 dan 4

SKETSA SINGKAPAN

(47)

1. Stasiun 1

2. Stasiun 2

(48)
(49)

4. Stasiun 5

(50)

Penampang Struktur

(51)

Gambar

Gambar 1.1 Peta Tunjuk
Gambar 2.1  Jenis Patahan (Noor,2009).
Gambar 2.2 Contoh Kenampakan Kekar
Tabel 3.1  Flowchart
+7

Referensi

Dokumen terkait

Daerah Bantarujeg, Majalengka, Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki struktur geologi yang cukup kompleks tercermin dari empat formasi batuan berbeda pada

Struktur yang ada di daerah penelitian memotong hingga satuan batuan yang termuda yakni Satuan Batugamping yang berumur Miosen Tengah akhir (N12-N14), sehingga dapat

Geologi Fisik dan Dinamik 21 Di lokasi ini, kita dapat melihat singkapan batuan kompleks yang terdiri dari batuan beku intrusi, konglomerat, batugamping, batupasir,

Kompleks Melange Luk Ulo Karangsambung Selatan dijumpai di sekitar batuan beku mafis lava basal-andesitik di Kali Mandala berasosiasi dengan zona hancuran, bidang sesar, cermin sesar,

Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian adalah sesar-sesar anjak dengan arah umum baratlaut-tenggara sesuai dengan arah pola struktur pada analisa geomorfologi

Fragmen-fragmen yang terdapat pada sistem sesar sorong terdiri dari fragmen batuan dari Formasi Kemum, Formasi Tamrau, Formasi Waiyaar, Batugamping Faumai, Formasi

Secara stratigrafi dibagi menjadi tiga satuan batuan yaitu Satuan Intrusi, Satuan Batugamping Puger dan Satuan Endapan Aluvial, dengan struktur geologi berupa kekar dan sesar yang

5 D Intrusi Intrusi oleh batuan beku dan terjadi kontak metamorfisme pada batuan samping... Tentukan sejarah geologi dari gamar di