PENETAPAN KADAR SERAT KASAR METODE GRAVIMETRI
Nurrahma Sri Fitrayani1, Rotua Y. Simarmata1, Yoga Hendriyato1, Fara Irdini Azkia1, M. Q Aliyyan Wijaya1, Almira Nuraelah2, Bahriyatul Ma’rifah2
1 Kelompok 1 Praktikum AZG, Program Studi Gizi, Fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan, Universitas Sahid Jakarta, 12870 Jakarta, Indonesia
2 Dosen Praktikum AZG, Program Studi Gizi, Fakultas Teknologi Pangan dan Kesehatan, Universitas Sahid Jakarta, 12870 Jakarta, Indonesia
ABSTRACT
Abstrak dibuat dua bahasa, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Abstrak Bahasa Inggris ditulis cetak miring, TNR 10, justify, dan spasi 1. Abstrak terdiri dari latar belakang percobaan, nama dan penjelasan singkat judul percobaan, nomor metode AOAC, tujuan percobaan, waktu dan tempat percobaan, penjelasan singkat tentang prosedur/metode percobaan, penjelasan singkat tentang hasil, dan kesimpulan.
Keyword: keyword ditulis cetak miring, disuse berdasarkan abjad, maksimal 5 kata kunci
ABSTRAK
Abstrak Bahasa Indonesia ditulis tegak, TNR 10, justify, dan spasi 1. Abstrak terdiri dari latar belakang percobaan, nama dan penjelasan singkat judul percobaan, nomor metode AOAC, tujuan percobaan, waktu dan tempat percobaan, penjelasan singkat tentang prosedur/metode percobaan, penjelasan singkat tentang hasil, dan kesimpulan.
Kata kunci: kata kunci ditulis tegak, disusun berdasarkan abjad, dan maksimal 5 kata kunci.
PENDAHULUAN
Huruf TNR 12, sp 1, Before After 0 pt, Justify . Latar belakang memuat ulasan singkat mengapa laporan perlu dilakukan. Uraian dapat dimulai dengan hal yang unik, fakta, masalah, dan pendapat yang mendasari dilakukannya laporan;
didukung telaah pustaka yang berkaitan dengan topik laporan.
Diuraikan juga alasan teoritis dan alas an praktis dari perlunya penelitian dilakukan dan bagaimana masalah tersebut dapat dipecahkan dan manfaat dari penyelesaian masalah.
Pendahuluan juga memuat tujuan praktikum. Penulisan sitasi tidak lagi ditulis nama dan tahun, cukup diberi nomor pada bagian atas kalimat.
Penetapan kadar serat bahan pangan akan dilakukan dengan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Metode gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan [3].
Berdasarkan paparan diatas diperlukan sebuah praktikum untuk melatih mahasiswa agar terampil dan paham dalam menganalisis kadar serat suatu bahan pangan. Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan dan mempelajari analisis kadar serat 2 cm
2cm 2cm
TNR 14, Bold, Kapital, Center Sp 3,
Before After 0 pt
TNR 10, sp 1 , Center
TNR 12 , sp 1, Center, nama tdk dibalik, urut NPM Sp 2, Before After 0 pt
TNR 12, Bold, Center
Sp 2, Before After 0 pt
TNR 10, Bold, Justify
TNR 12, Bold, kapital, left
TNR 12, Superscript
TNR 10, Bold, Justify
TNR 12, Bold, Center
2 enter
menggunakan metode gravimetri dengan bahan pangan daun katuk.
METODE
2.1. Waktu dan Tempat
Huruf TNR 12, sp 1, Before After 0 pt, Justify. Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 16 Mei 2012 pukul 15.00-18.00 WIB di Laboratorium Kimia dan Analisis
Makanan Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
2.2 Alat dan Bahan
Pada percobaan analisis penetapan serat makanan, alat yang digunakan adalah neraca analitik, erlenmeyer, penangas air, labu ukur, kertas saring, corong Burchner, pH meter, gelas piala, oven, dan desikator.
Bahan yang digunakan adalah hasil ekstraksi lemak marie sari roti, NaOH 3.25 %, alkohol tehnis, H2SO4 1.25 %.
2.3 Prosedur Percobaan
Metode dijelaskan tanpa diagram alir. Namun, tetap dipasifkan.
Harus ada nomor metode AOAC nya..
Prosedur praktikum pengukuran serat metode gravimetri dilakukan dengan tahap proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Pertama, sampel halus ditimbang 1-2 gram, kemudian ditambahkan H2SO4 1.25 % panas, dibiarkan 30 menit, ditambahkan 50 ml NaOH 3.25 %, dan dibiarkan 30 menit.
HASIL
Huruf TNR 12, sp 1, Before After 0 pt, Justify. Tidak ada TINPUS. Hanya ada satu paragraf yang menjelaskan tentang sampel.
Selain itu, tabel hasil dan cara hitung, harus ada di bagian ini.
Sampel yang digunakan pada penetapan kadar serat kasar metode gravimetri ini adalah daun katuk.
Daun katuk (Sauropus androgynus)
merupakan tumbuhan sayuran yang banyak terdapat di Asia Tenggara yang dikenal memiliki khasiat memperlancar aliran air susu ibu atau ASI [5]. Berikut adalah hasil perhitungan serat kasar pada daun katuk.
Tabel 1 Hasil perhitungan serat kasar pada sampel Sampel Berat sampel
(g)
Berat kertas saring kosong
(g)
Kadar serat kasar (%) Daun
Katuk 1.019 0.8920 4.74
Perhitungan kadar serat kasar (%):
¿ A−B
gram sampel x100 %
¿0.9404−0.8920
1,0191 x100 %=4.74 %
Keterangan:
A = Berat kertas saring + residu B = Berat kertas saring kosong
PEMBAHASAN
Huruf TNR 12, sp 1, Before After 0 pt, Justify. Pada bagian pembahasan, tuliskan tinjauan pustaka / teori yang sesuai dengan materi praktikum. Menjelaskan sedikit metode/ prosedur, membandingkan hasil dengan literatur yang ada.
Piliang dan Djojosoebagio (2002) mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan di laboratorium.
Proses seperti ini dapat merusak beberapa macam serat yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia tiap- tiap bahan yang membentuk dinding sel. Oleh karena itu, serat kasar merendahkan perkiraan jumlah kandungan serat sebesar 80% untuk hemiselulosa, 50-90% untuk lignin dan 20-50% untuk selulosa.
Kadar dari serat kasar diketahui berdasarkan perbandingan Sp 2, Before After 0 pt
TNR 12, Bold, Kapital, left
Sp 2, Before After 0 pt
TNR 12, Bold, Kapital, left
Sp 2, Before After 0 pt
TNR 12, Bold, Kapital. left
Sp 1, Before 6 pt After 0 pt TNR
10, Bold
TNR 10, Center
TNR 10
berat sampel dan kertas saring sebelum pengeringan dengan sesudah dikeringkan (gravimetri). Karena itulah kertas saring yang dipergunakan sudah diketahui bobot konstannya.
Bobot kertas saring konstan yang dipergunakan saat praktikum adalah 0.8920 gram, hasil ini merupakan hasil penimbangan terkecil dari beberapa kali penimbangan.
Proses penyaringan harus dilakukan secepat mungkin setelah proses digestion selesai dilakukan, hal ini dikarenakan penundaan yang terlalu lama akan mengakibatkan hasil analisa menjadi lebih kecil karena terjadi pengerusakan serat lebih lanjut oleh bahan kimia yang dipakai.
Penyaringan juga dilakukan saat larutan masih dalam keadaan panas, karena dalam keadaan dingin larutan mengental dan menjadi lebih sulit untuk disaring, sehingga saat praktikum larutan terus dipanaskan diatas hot plate untuk menjaga suhu larutan tetap tinggi.
Setelah proses penyaringan selesai, selanjutnya adalah proses pembilasan. Larutan yang pertama kali digunakan untuk pembilasan adalah asam, yaitu H2SO4 1.25%. Larutan asam ini dipergunakan dalam keadaan panas karena suhu yang tinggi akan meningkatkan daya hidrolisis serat makanan oleh asam. Pelarut kedua yang digunakan adalah akuades, seperti halnya pada pembilasan dengan asam, pembilasan ini pun menggunakan akuades dalam keadaan
panas. Pembilasan dengan
menggunakan akuades ini bertujuan untuk melarutkan serat larut air yang masih tersisa sehingga terbawa menjadi filtrat. Pembilasan dengan akuades dilakukan sampai filtrat sedikit bening. Pelarut terakhir yang dipergunakan adalah etanol 96%.
Berbeda dengan dua pelarut lainnya, etanol yang digunakan tidak dalam keadaan panas.
Setelah endapan dibilas dengan 3 pelarut tadi, kemudian endapan
tersebut diangkat dan dipindahkan dalam cawan petri bersih. Bobot dari cawan tidak perlu diketahui karena saat penimbangan hanya kertas saring yang berisi edapan yang duhitung.
Setelah kertas saring yang berisi endapan tersebut dipindakan ke dalam cawan petri, langkah selanjutnya adalah memasukan cawan tersebut ke dalam oven. Proses pemanasan ini dilakukan dengan menggunakan suhu 105 0C selama 1 jam, kemudian timbang dengan menggunakan neraca analitik. Proses pemanasan dengan oven, pada suhu 105 0C selama 1 jam dilakukan kembali, dan sesudah itu ditimbang.
Berdasarkan tabel 1, diketahui terdapat 4.74% serat kasar pada 1.0191 gram sampel. Daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein dan serat kasar sampai 19%. Daun ini kaya vitamin K, selain pro-vitamin A (beta-karotena), B, dan C. Mineral yang dikandungnya adalah kalsium (hingga 2.8%), besi, kalium, fosfor, dan magnesium. Penetapan serat kasar pada daun katuk dengan menggunakan metode analisis gravimetri yang hanya dapat mengukur komponen serat yang tidak larut. Adapun untuk mengukur komponen serat yang larut seperti pektin dan gum, harus menggunakan metode yang lain. Selama analisis tersebut komponen serat larut mengalami kehilangan akibat rusak oleh adanya penggunaan asam sulfat pekat [13]. Hal ini dapat mengakibatkan persen kadar serat kasar yang didapat kurang akurat.
KESIMPULAN
Huruf TNR 12, sp 1, Before After 0 pt, Justify. Kesimpulan memuat saran (ditulis pada paragraph kedua). Penetapan serat kasar pada daun katuk dengan menggunakan metode analisis gravimetri yang hanya dapat mengukur komponen serat yang tidak larut. Data analisis kandungan serat kasar pada daun katuk tergolong
Sp 2, Before After 0 pt TNR 12, Bold, Kapital
sedikit rendah. Penetapan kadar analisis serat kasar dengan metode gravimetri menyebabkan komponen serat larut rusak sehingga kadar serat kasar yang didapat tidak begitu akurat.
Saran yang diberikan untuk praktikum ini adalah sebaiknya dalam melaksanakan praktikum praktikan mengikuti prosedur secara teliti supaya hasil diperoleh tidak jauh berbeda dari literatur yang didapatkan.
Sedangkan untuk masyarakat, disarankan sayur daun katuk dikonsumsi oleh ibu menyusui karena daun katuk mengandung serat kasar yang rendah yang bagus untuk ibu menyusui demi kelancaran keluarnya ASI.
DAFTAR PUSTAKA
1. Collomb M, Bisig W, Bütikofer U, Sieber R, Bregy M, Etter L.2008. Fatty acid composition of mountain milk from Switzerland: Comparison of organic and integrated farming systems. Int Dairy J. 18:976-982.
2. Gunawan AW. 2000. Usaha Pembibitan Jamur.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
3. [IPB] Institut Pertanian Bogor. 2000. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 154 tahun 2000 tentang Penetapan Institut Pertanian Bogor sebagai badan hukum Milik Negara. Bogor (ID):
IPB.
4. Maihasni. Eksistensi tradisi bajaputik dalam perkawinan masyarakat Pariaman Minangkabau Sumatera barat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor; 2010.
PEMBAGIAN KERJA
Nama NIM Tugas TTD
Sp 2, Before After 0 pt
TNR 12, Bold, Kapital