• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Penetapan Kadar Minyak Dan Lemak Pada Limbah Sawit Dengan Metode Gravimetri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Penetapan Kadar Minyak Dan Lemak Pada Limbah Sawit Dengan Metode Gravimetri"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENETAPAN KADAR MINYAK DAN LEMAK PADA

LIMBAH SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI

TUGAS AKHIR

OLEH:

DINA RITA PRATIWI NIM 082410058

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PENETAPAN KADAR MINYAK DAN LEMAK PADA

LIMBAH SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DINA RITA PRATIWI NIM 082410058

Medan, Mei 2011

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing,

Dra. Saodah MSc., Apt

NIP 194901131976032001

Disahkan Oleh:

Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan tepat

pada waktunya.

Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Analisa Penetapan Kadar Minyak Dan

Lemak Pada Limbah Sawit Dengan Metode Gravimetri ” yang dibuat sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analisa Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Sumatera Utara.

Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberi bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan pada kesempatan kali ini penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

USU.

2. Ibu Dra. Saodah, MSc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan nasehat serta perhatiannya hingga selesainya Tugas

Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku koordinator program

Diploma-III Analis Farmasi Dan Makanan USU.

4. Seluruh dosen dan seluruh staf Fakultas Farmasi USU.

5. Abang Setiaman Nazara yang telah membantu dan membimbing penulis dalam

(4)

6. Orang terdekat saya yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas

Akhir.

7. Teman-teman saya Maya, Derma, Juli yang telah bekerja sama sepenuhnya

sehingga terselesaikannya Praktek Kerja Lapangan

8. Teman-teman terdekat saya Dwinanda, Niky, dan seluruh teman-teman kuliah

angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, naun tidak

mengurangi arti keberadaan mereka.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, ternyata tidaklah semudah yang

dibayangkan sebelumnya. Namun berkat dorongan, semangat dan dukungan dari

orang-orang tercinta, akhirnya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Orangtua tersayang yaitu ayahanda Drs. Hary Suseno dan

Ibunda Tati Dwi Ariani, dalam memacu semangat penulis agar tidak pernah

berhenti berusaha untuk mewujudkan cita-cita yang diharapkan.

Sebagai seorang manusia dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang

dikuasai, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih

jauh dari sepurna. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak

demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis

sendiri maupun bagi pebaca. Terima Kasih

Medan, Februari 2011

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3.Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1. Minyak dan Lemak ... 3

2.2. Kandungan Minyak dan Lemak... 4

2.3. Limbah ... 5

2.3.1. Limbah Industri ... 6

2.4. Karakteristik Limbah ... 7

2.4.1. Limbah Padat ... 7

2.4.2. Limbah Cair ... 8

2.5. Pengolahan Limbah ... 10

2.5.1. Pengolahan Awal ... 10

2.5.2. Pengolahan Lanjutan ... 11

2.5.3. Pengolahan Akhir ... 11

2.6. Pencemaran Air ... 12

2.6.1. Dampak Pencemaran Air ... 13

(6)

2.7. Analisis Gravimetri ... 15

BAB III METODOLOGI ... 18

3.1. Peralatan dan Bahan 3.1.1. Peralatan ... 18

3.1.2. Bahan... 18

3.2. Prosedur Kerja ... 19

3.3. Flowsheet ... 21

3.3.1. Persiapan Alat ... 21

3.3.2. Prosedur Uj ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1. Hasil ... 23

4.2. Pembahasan ... 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1. Kesimpulan... 25

5.2. Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha untuk meningkatkan kualitas hidup dimulai sejak peradaban manusia

ribuan tahun silam, yaitu dalam upaya mendapatkan kenyamanan hidup yang

dinikmati oleh diri sendiri maupun untuk diwariskan kepada generasi yang akan

datang (Situmorang, 2007).

Melalui akal-pikiran manusia menciptakan peralatan baru yang berupa

mesin-mesin dan alat-alat bantu lainnya yang berteknologi tinggi, untuk dapat

menghasilkan produk yang melimpah dalam waktu yang singkat (Wardhana, 2001).

Pemakaian mesin dan peralatan baru dalam bidang industri serta pemanfaatan

teknologi untuk mendapatkan produk yang tinggi diharapkan akan dapat mencapai

sasaran kualitas hidup manusia yang lebih baik (Wardhana, 2001)

Dengan ditingkatkannya sektor industri maupun sektor pertanian diharapkan

taraf hidup masyarakat akan dapat ditingkatkan lagi. Akan tetapi, di samping

tujuan-tujuan tersebut di atas, maka dengan munculnya industri perlu dipikirkan juga efek

sampingnya yang berupa limbah (Sugiharto, 1987)

Limbah tersebut dapat berupa limbah padat (solid wastes), limbah cair (liquid

(8)

dikeluarkan sekaligus oleh satu industri ataupun satu persatu sesuai dengan proses

yang ada di perusahaannya (Sugiharto, 1987).

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang

seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar

tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh

bermacam-macam limbah dari kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah

tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Wardhana,

2007).

Minyak tidak dapat larut di dalam air, melainkan akan mengapung di atas

permukaan air. Bahan buangan cairan berminyak yang di buang ke air lingkungan

akan mengapung menutupi permukaan air. Kalau bahan buangan cairan berminyak

mengandung senyawa volatile maka akan terjadi penguapan dan luasan permukaan

minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan ini tergantung

pada jenis minyaknya dan waktu. Lapisan minyak yang menutupi permukaan dapat

juga terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, namun memerlukan waktu yang

cukup lama (Wardhana, 2007)

1.2.Tujuan

Untuk mengetahui kadar minyak dan lemak pada limbah sawit.

1.3.Manfaat

Dapat mengetahui kadar minyak dan lemak dalam limbah sawit guna untuk

meningkatkan kesehatan lingkungan sehingga kehidupan biota di dalam air tidak

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak dan Lemak

Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga

banyak di dapat di dalam air limbah. Kandungan zat minyak dan lemak dapat ditentukan

melalui contoh air limbah dengan heksana. Minyak dan lemak membentuk ester dan

alkohol. Lemak tergolong pada bahan organik yang tetap dan tidak mudah untuk

diuraikan oleh bakteri. Terbentuknya emulsi air dalam minyak akan membuat lapisan

yang menutupi permukaan air dan dapat merugikan, karena penetrasi sinar matahari ke

dalam air berkurang serta lapisan minyak menghambat pengambilan oksigen dari udara

menurun. Untuk air sungai kadar maksimum minyak dan lemak 1 mg/l. Minyak dapat

sampai ke saluran air limbah, sebagian besar minyak ini mengapung di dalam air limbah,

akan tetapi ada juga yang mengendap terbawa oleh lumpur. Sebagai petunjuk dalam

mengolah air limbah, maka efek buruk yang dapat menimbulkan permasalahan pada dua

hal yaitu pada saluran air limbah dan pada bangunan pengolahan (Sugiharto, 1987)

Minyak dan lemak termasuk senyawa organik yang relatif stabil dan sulit

diuraikan oleh bakteri. Lemak dapat dirombak oleh senyawa asam yang menghasilkan

asam lemak dan gliserin. Pada keadaan basa, gliserin akan dibebaskan dari asam lemak

dan akan terbentuk garam basa (Manik, 2003).

Minyak dan lemak dapat mempengaruhi aktifitas mikroba dan merupakan

(10)

aerobik. Minyak tersebut dapat dihilangkan saat proses netralisasi dengan penambahan

NaOH dan membentuk sabun berbusa (scum) yang sering mengapung dipermukaan dan

bercampur dengan benda-benda lain pada permukaan limbah (Naibaho, 1996).

2.2. Kandungan minyak dan lemak

Minyak mengandung senyawa volatil yang mudah menguap dan mengandung

sisa minyak yang tidak dapat menguap. Karena minyak tidak dapat larut dalam air, maka

sisa minyak akan tetap mengapung di air, kecuali jika minyak tersebut terdampar ke

pantai atau tanah disekeliling sungai. Minyak yang menutupi permukaan air akan

menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Selain itu, lapisan minyak juga dapat

mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi

terhambat. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan rantai makanan di dalam air (Nugroho,

2006).

Kandungan minyak dan lemak yang terdapat dalam limbah bersumber dari

industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses

klasifikasi dan proses perebusan (Ginting, 2007).

Minyak dan lemak merupakan bahan organik bersifat tetap dan sukar diuraikan

bakteri. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput.

Dalam limbah kelapa sawit kandungan minyak 5800 mg/l (Naibaho, 1991) dalam

(Ginting, 2007).

Karena berat jenisnya lebih kecil dari air maka minyak tersebut berbentuk lapisan

tipis di permukaan air dan menutup permukaan yang mengakibatkan terbatasnya oksigen

masuk dalam air. Pada sebagian lain minyak ini membentuk lumpur dan mengendap yang

(11)

2.3. Limbah

Limbah dalam arti sederhana dapat artikan sebagai sampah. Dalam bahasa

ilmiahnya limbah disebut juga dengan polutan. Maka limbah adalah buangan yang

kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya.

Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan berbahaya. Sebagai

limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan terutama bersumber dari industri

(Sugiharto, 1987).

Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung

dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat

penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak tertinggi aliran selalu

tidak akan dilewati apabila melewati tangki penahan dan bak pengaman. Untuk

memperkirakan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industri yang tidak menggunakan

proses basah diperkirakan sekitar 50 m3/ha/hari. Sebagai patokan dapat dipertimbangkan

bahwa 85-95% dari jumlah air yang dipergunakan adalah berupa air limbah apabila

industri tersebut memanfaatkan kembali air limbahnya, maka jumlahnya akan lebih kecil

lagi (Sugiharto, 1987).

2.3.1. Limbah Industri

Limbah yang banyak dipermasalahkan adalah limbah industri karena

mengandung senyawa pencemaran yang dapat merusak lingkungan hidup. Industri

mempunyai potensi sebagai pembuat pencemaran karena adanya limbah yang dihasilkan.

Limbah tersebut mengandung senyawa organik dan anorganik dengan jumlah melebihi

(12)

Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan yang berasal

dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah industri dapat menjadi limbah yang

sangat berbahaya bagi lingkungan hidup dan manusia (Palar, 2004).

Limbah cair industri bersumber dari kegiatan industri baik karena proses secara

langsung maupun proses secara tidak langsung. Limbah yang bersumber langsung dari

kegiatan industri yaitu limbah yang terproduksi bersamaan dengan proses produksi

sedang berlangsung, dimana produk dan limbah hadir pada saat yang bersamaan.

Sedangkan limbah tidak langsung terproduksi sebelum proses maupun sesudah proses

produksi (Ginting, 2007).

Limbah yang dihasilkan harus memenuhi standar baku mutu limbah dan sesuai

dengan baku mutu lingkungan yang berlaku bagi kondisi lingkungan dimana kegiatan

industri sedang berlangsung. Seperti yang telah dikemukan bahwa pembuangan limbah

segar ke badan penerima akan menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. Mutu

limbah yang diperkenankan menurut Keputusan Menteri Negara KLH No.

Kep.03/MENKLH/II/1991 adalah seperti tabel 1 (Naibaho, 1996).

Tabel 1. Baku mutu limbah Pabrik Kelapa Sawit

(13)

Karena itu setiap parameter harus tersedia nilainya sebelum masuk sistem

pengolahan dan setelah limbah keluar sistem pengolahan harus ditetapkan nilai-nilai

parameter yang harus di capai. Artinya harus diungkapkan kualitas limbah sebelum dan

sesudah limbah diolah dan ditentukan apakah limbah tersebut memenuhi syarat baku

mutu atau tidak (Ginting, 2007 ).

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:

KEP-51/MENLH/10/1995, Baku mutu limbah cair industri adalah batas maksimum limbah cair

yang diperbolehkan dibuang ke sungai.

2.4. Karakteristik Limbah Sawit

2.4.1. Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit ialah tandan

kosong, serat dan tempurung. Limbah padat tandan kosong kadang-kadang mengandung

buah tidak lepas di antara celah-celah ulir di bagian dalam. Kejadian ini terjadi, bila

perebusan dan bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit. Serat

yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang,

minyak, inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan

pemisahan pada fibre cyclone. Tempurung yang dihasilkan dari kernel plant yaitu shell

separator masih mengandung biji bulat dan inti sawit (Naibaho, 1996).

2.4.2. Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolahan kelapa sawit ialah air drab, air

kondensat, air cucian pabrik, air hydrocyclone dan sebagainya. Jumlah air buangan

(14)

Menurut pengamatan dari beberapa pabrik kelapa sawit dapat dikatakan bahwa limbah

sawit yang di buang langsung ke sungai akan mempengaruhi kualitas air (Naibaho, 1996).

Pada dasarnya limbah cair tidak memberi efek pencemaran sepanjang kandungan

dalam air tidak membawa senyawa-senyawa yang membahayakan ataupun bahan-bahan

endapan. Limbah cair di jumpai pada industri yang menggunakan air dalam proses

produksinya. Mulai dari pra pengelolaan bahan baku, seperti pencucian sampai pada

produksi akhir menghasilkan limbah cair. Limbah cair ini tidak hanya bersumber dari air

masuk melainkan air itu sendiri sudah ada dalam bahan baku dan harus dikeluarkan

(Ginting, 2007)

Air merupakan salah satu media yang efektif untuk membawa limbah yang dapat

mencemari lingkungan. Air digunakan sebagai bahan penolong, sehingga dalam air

terdapat kandungan bahan organik dan anorganik yang berbahaya ataupun beracun.

Pabrik-pabrik kimia organik maupun anorganik yang menghasilkan buangan cair

mengandung salah satunya minyak dan lemak (Ginting,2007 )

Limbah cair yang keluar berwarna kotor pada saat penyaringan minyak,

mengandung minyak dari panas. Limbah ini perlu di saring untuk mendapatkan sisa

lemak, melalui sistem saringan penangkap minyak yang terdiri dari beberapa bak kecil

berhubungan satu dengan yang lain. Limbah mengalir dari dasar bak dan minyak tertahan

di atas permukaan. Lemak ini makin lama makin tebal dan kemudian di pompa ke tempat

penampungan (Ginting, 2007).

Persoalan penting dalam limbah cair adalah bagaimana perusahaan industri

mengolah limbahnya sebelum dilakukan pembuangan dan kemana hasil olahan tersebut

di buang. Setelah adanya peraturan dan ketentuan tentang pengendalian pencemaran

(15)

limbah yang telah memenuhi syarat tidak ada lagi alasan untuk menolak pembuangan

limbahnya ke tempat badan penerima. Sekalipun demikian ada limbah yang memenuhi

syarat padahal limbah yang dihasilkan terlihat keruh atau berwarna. Pemeriksaan

laboratorium menunjukkan bahwa limbah tersebut berada dalam ambang batas (Ginting,

2007).

2.5. Pengolahan limbah

Pengolahan limbah dengan memanfaatkan teknologi pengolahan dapat dilakukan

dengan cara fisika, kimia, dan biologis atau gabungan ketiga sistem pengolahan tersebut.

Pengolahan limbah cara biologis digolongkan menjadi pengolahan cara aerob dan

anaerob. Berdasarkan sistem unit operasinya teknologi pengolahan limbah

diklasifikasikan menjadi unit operasi fisik, unit operasi kimia dan unit operasi biologi.

Sedangkan bila dilihat dari tingkatan perlakuan pengolahan maka system pengolahan

limbah diklasifikasikan menjadi : pretreatment, primary treatment system, secondary

treatment system, tertiary treatment system (Ginting, 2007).

Menurut Wardhana (2001), semua kegitan industri dan teknologi selalu akan

menghasilkan limbah yang menimbulkan masalah bagi lingkungan. Pengolahan limbah

dari bahan buangan industri dan teknologi dimaksudkan untuk mengurangi pencemaran

lingkungan. Cara pengolahan limbah ini sering disebut Waste Treatment atau Waste

Management. Cara mengelola limbah industri dan teknologi tergantung pada sifat dan

kandungan limbah serta tergantung pula pada rencana pembuangan olahan limbah secara

(16)

2.5.1. Pengolahan Awal ( Primary Waste Treatment )

Semua bahan buangan industri ditampung pada suatu tempat. Pada proses

penampungan ini sekaligus dipisahkan antara bahan buangan organik dan bahan

anorganik. Pada tahap ini juga dilakukan pemisahan bahan buangan yang masih bias

didaur ulang dan bahan buangan yang sudah tidak bias didaur ulang lagi. Jika bahan

buangan berupa limbah cair, maka limbah tersebut ditampung dulu pada suatu bak besar

dan di biarkan untuk beberapa waktu lama sehingga sebagian kotoran akan mengendap

atau mengapung sehingga dapat dipisahkan (Wardhana, 2001).

2.5.2. Pengolahan Lanjutan ( Secondary Waste Treatment )

Metode pengolahan dengan secondary treatment menggunakan bahan-bahan

kimia agar senyawa-senyawa pencemar dalam limbah diikat melalui reaksi kimia. Karena

itu system operasinya juga dengan cara kimia yaitu metode pengolahan dengan

menghilangkan atau mengubah senyawa pencemar dalam air limbah dengan

menambahkan bahan kimia. Namun perlu diperhatikan bahwa penambahan zat kimia tiak

boleh mengakibatkan masalah pada akhir pembuangan (Ginting, 2007).

2.5.3. Pengolahan Akhir ( Advanced Waste Treatment )

Pada proses ketiga ini bahwa setelah melalui tahap terakhir, limbah sudah

menjadi bersih sehingga dapat dibuang ke lingkungan. Akan tetapi pada proses akhir ini

seringkali masih dijumpai adanya bahan-bahan kimia yang terlarut dan jika dibuang ke

lingkungan dapat membahayakan. Walaupun dalam jumlah kecil dapat membahayakan

(17)

2.6. Pencemaran Air

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001,

Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke

dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu

yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya.

Air diperlukan dalam aktivitas organisme mulai dari kebutuhan konsumsi

makhluk hidup (termasuk manusia), untuk industri dan sebagainya. Karena begitu

banyaknya kegiatan manusia yang melibatkan air akan dapat mengakibatkan pencemaran

air (Situmorang, 2007).

Air juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk

menunjang kegiatan industri dan teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat

terlepas dari kebutuhan akan air. Apabila air yang diperlukan dalam kegiatan industri dan

teknologi itu dalam jumlah yang cukup besar, maka perlu dipikirkan dari mana air

tersebut di peroleh. Pengambilan air dari sumber air tidak boleh mengganggu

keseimbangan air lingkungan (Wardhana, 2001).

Polusi air dapat berasal dari sumber terpusat yang membawa pencemar dari

lokasi-lokasi khusus seperti pabrik-pabrik. Instalasi pengolahan limbah dan tanker

minyak. Untuk sumber tak terpusat, yang ditimbulkan jika hujan dan salju cair mengalir

melewati lahan dan menghanyutkan pencemar-pencemar diatasnya seperti pestisida dan

pupuk dan menngendapkannya dalam danau, telaga, rawa, perairan pantai dan air bawah

tanah . Kota-kota dan pemukiman juga menjadi penyumbang pencemar (Mulyanto, 2007)

Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan (air limbah

(18)

pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu agar mempunyai kualitas yang

sama dengan kualitas air lingkungan. Jadi air limbah industri harus mengalami proses

daur ulang sehingga dapat digunakan lagi atau di buang kembali ke lingkungan tanpa

menyebabkan pencemaran air lingkungan. Proses daur ulang air limbah industri atau

Water Treatment Recycle Process adalah salah satu syarat yang harus dimiliki oleh

industri yang berwawasan lingkungan (Wardhana, 1995).

Pada kenyataannya masih banyak industri yang membuang limbahnya ke

lingkungan melalui sungai, danau, atau langsung ke laut. Pembuangan air limbah secara

langsung ke lingkungan inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya pencemaran air

(Wardhana, 1995) dalam (Palar, 2004).

2.6.1. Dampak Pencemaran air

Pencemaran Air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau

punahnya populasi organisme perairan seperti benthos, perifiton, dan plankton. Dengan

menurunnya atau punahnya organisme tersebut maka sistem ekologi perairan dapat

terganggu. Sistem ekologi perairan (ekosistem) mempunyai kemampuan untuk

memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh beban pencemaran masih

berada dalam batas daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Apabila beban

pencemaran melebihi daya dukung lingkungannya maka kemampuan itu tidak dapat

dipergunakan lagi. Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk

dapat menurunkan keanekaragaman dan mengganggu estetika juga berdampak negatif

bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar selain mengandung

(19)

2.6.2. Dampak dari bahan buangan cairan berminyak

Lapisan minyak dipermukaan air lingkungan akan mengganggu kehidupan organisme

di dalam air. Hal ini disebabkan oleh :

a. Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara

ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang terlarut di dalam air menjadi

berkurang. Sehingga kandungan oksigen yang menurun akan mengganggu

kehidupan hewan air.

b. Adanya lapisan minyak pada permukaan air juga akan menghalangi masuknya

sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat

berlangsung. Akibatnya, oksigen yang seharusnya dihasilkan pada proses

fotosintesis. Sehingga kandungan oksigen dalam air semakin menurun.

c. Tidak hanya hewan air saja yang terganggu akibat adanya lapisan minyak pada

permukaan air tersebut, tetapi burung air pun ikut terganggu karena bulunya jadi

lengket, tidak bisa mengembang lagi akibat terkena minyak (Wardhana, 1995 ).

2.7. Analisis Gravimetri

Analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat

konstan ). Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang di analisis di pisahkan dari

sejumlah bahan yang di analisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut

perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang di analisis menjadi senyawa lain yang

(20)

Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan yang

paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya (Rohman, 2007).

Tahap pengukuran dalam metode gravimetri adalah penimbangan. Analitnya

secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun pelarutnya.

Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan

analit dari pengganggu-pengganggunya (Underwood, 1992).

Pemisahan unsur murni (analit) yang terdapat dalam sampel dapat terjai melalui

beberapa cara. Diantaranya yang terpenting adalah dengan : (i) cara pengendapan; (ii)

cara penguapan atau pengeringan (evolution); (iii) cara analisis pengendapan dengan

memakai listrik dan (iv) berbagai cara fisik lainnnya (Rohman, 2007).

Dalam cara pengendapan, analit yang akan ditetapkan diendapkan dari larutannya

dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukar larut, sehingga tidak ada yang hilang

selama penyaringan, pencucian dan penimbangan. (Rohman, 2007).

Pengendapan dapat dilakukan dalam gelas piala (Erlenmeyer) dan pereaksi untuk

mengendapkan (presipitan) ditambahkan pelan-pelan dengan pipet atau buret sambil

larutan terus diaduk. Pengendapan biasanya dilakukan dengan larutan yang encer.

Kemurnian endapan tergantung antara lain dari bahan-bahan yang ada dalam larutan

sebelum atau setelah penambahan pereaksi (presipitant) dan juga dari kondisi

pengendapan (Rohman, 2007).

Pencucian endapan dimaksudkan untuk membersihkan endapan dari cairan

induknya yang selalu terbawa. Larutan yang digunakan untuk mencuci sedapat mungkin

(21)

memakai akuades jika yakin akuades ini melarutkan endapan serta tidak memyebabkan

peptisasi (Rohman, 2007).

Menurut Underwood (1992), Persyaratan berikut yang harus dipenuhi agar gravimetri

berhasil, yaitu:

a. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang

tak-terendapkan secara analisis tak-dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang,

dalam menetapkan penyusunan utama dari suatu makro).

b. Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya

murni atau hampir murni. Bila tidak , akan diperoleh hasil yang tidak tepat.

Dalam metode ekstraksi minyak dan lemak digunakan metode gravimetri.

Minyak dan lemak berupa berbagai zat organik termasuk hidrokarbon, lemak, minyak

(22)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Peralatan dan Bahan

3.1.1 Alat

• Neraca analitik yang berkapasitas 200 g dengan ketelitian 0,01 mg dan telah

dikalibrasi pada saat digunakan

• Beaker glass

• Oven dengan batas temperature 1050C yang dilengkapi pengatur suhu • Desikator

• Corong pemisah 1000 ml • Erlenmeyer 500 ml • Kertas saring • Corong • Penangas air

3.1.2. Bahan

• Larutan Asam klorida (HCl 1:1 dengan aquadest 200 ml) • N-Heksan

• Serbuk Na2SO4 • Metil orange

(23)

3.2. Prosedur kerja

• Dimasukkan beaker glass ke dalam oven dengan suhu 1050C selama 1 jam,

kemudian beaker glass dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam desikator selama

30 menit

• Setelah 30 menit beaker glass dikeluarkan dari desikator lalu ditimbang. Apabila

berat beaker glass belum konstan maka beaker glass dimasukkan kembali ke

dalam oven, desikator dan ditimbang kembali

• Dimasukkan sampel ke dalam erlenmeyer 500 ml, kemudian sampel dipindahkan

ke dalam corong pisah

• Ke dalam corong pisah yang telah berisi sampel ditambahkan beberapa tetes

metil orange dan 1 ml HCl 1:1

• Ditambahkan 40 ml n-heksan ke dalam corong pisah tersebut, lalu dikocok kuat

dan gas dikeluarkan

• Didiamkan hingga lapisan n-heksan dan air memisah lalu lapisan air dibuang • Dicuci lapisan n-heksan sebagai hasil ekstraksi sebanyak 6-7 kali

Dipindahkan hasil ekstraksi ke dalam centrifuge tube, lalu di centrifuge dengan

kekuatan putar 5000 ppm selama 10 menit

Setelah proses centrifuge selesai di ambil lapisan minyak (diusahakan lapisan

kotoran tidak terikut) kemudian dimasukkan kembali ke dalam corong pisah

Dibilas centrifuge tube dengan n-heksan sampai tidak terdapat sisa lapisan

minyak kemudian hasil bilasan dimasukkan ke dalam corong pisah yang berisi

(24)

• Kemudian lapisan minyak dalam corong pisah di cuci sebanyak 3 kali

menggunakan aquadest

• Ditambahkan serbuk Na2SO4 ke dalam lapisan minyak yang telah di cuci dan di

kocok

• Disaring dengan kertas saring yang berisi serbuk Na2SO4 kemudian filtrate

ditampung dalam beaker glass yang telah di timbang

(25)

3.3. Flowsheet

3.3.1. Persiapan alat

Beaker glass

dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050C selama 1 jam

dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit

ditimbang *

Hasil pembacaan

Keterangan :

* Apabila berat beaker glass belum konstan maka beaker glass dimasukkan kembali ke dalam oven, lalu ke desikator dan ditimbang kembali.

3.3.2. Prosedur uji

Sampel

dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml

dipindahkan ke dalam corong pisah

ditambahkan beberapa tetes metil orange dan 1 ml Hcl 1:1

ditambahkan 40 ml n-heksan

dikocok kuat, lalu gas dikeluarkan

(26)

dicentrifuge dengan kekuatan putar 5000 ppm selama 10 menit

Lapisan minyak Lapisan kotoran Lapisan air

diambil dan dimasukkan ke dalam corong pisah

dimasukkan hasil bilasan centrifuge dengan n-heksan

dicuci dengan aquadest sebanyak 3 kali

ditambahkan serbuk Na2SO4

dikocok kuat-kuat

disaring dengan kertas saring yang berisi serbuk Na2SO4

Endapan Filtrat

ditampung dalam beaker glass yang telah ditimbang

dipanaskan di atas waterbath sampai kering

Residu

didinginkan dalam desikator

ditimbang

dicatat hasilnya

(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil pemeriksaan sampel air limbah sawit yang ilaksanakan di UPT.

Laboratorium BLH SU, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Sampel Berat kosong (g) Berat isi (g) Hasil (mg/l)

Sampel 1 51,9321 51,9333 2,4

Sampel 2 56,9662 56,9672 2,0

Perhitungan :

Hasil sampel 1 = Berat isi (g) – Berat kosong (g) x 1 L

Volume sampel

= 51,9333 (g) – 51,9321 (g) x 1 L

0,5 L

= 0,0024 g/l

= 2,4 mg/l

Hasil sampel 2 = Berat isi (g) – Berat kosong (g) x 1 L

Volume sampel

= 56,9672 (g) – 56,9662 (g) x 1 L

0,5 L

= 0,0020 g/l

(28)

4.2. Pembahasan

Dari hasil analisa minyak dan lemak pada sampel 1 dan sampel 2 diperoleh

hasil perhitungan 2,4 mg/l dan 2,0 mg/l. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Kep-51/MENLH/10/1995, hasil tersebut memenuhi persyaratan baku

mutu limbah cair bagi kegiatan industri karena jumlah kadarnya masih dibawah batas

maksimum yaitu 25 mg/l.

Minyak tidak dapat larut dalam air, maka sisa minyak akan tetap

mengapung di air. Minyak yang menutupi permukaan air akan menghalangi penetrasi

sinar matahari ke dalam air. Selain itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi

oksigen terlarut dalam air karena fiksasi oksigen menjadi terhambat. Akibatnya, terjadi

ketidakseimbangan rantai makanan di dalam air (Nugroho, 2006).

Sementara kadar yang di dapat dari analisa minyak dan lemak tersebut,

yaitu 2,4 mg/l dan 2,0 mg/l dapat dibuang ke lingkungan ( badan air ) dan biota air masih

dapat menerima kadar minyak dan lemak yang dibuang tersebut sehingga dapat dikatakan

bahwa badan air tidak tercemar oleh limbah minyak dan lemak tersebut.

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisa minyak dan lemak pada sampel 1 dan sampel 2 diperoleh hasil

perhitungan 2,4 mg/l dan 2,0 mg/l. Hasil tersebut memenuhi persyaratan baku mutu

limbah cair bagi kegiatan industri karena jumlah kadarnya masih dibawah batas

maksimum yaitu 25 mg/l. Maka dapat disimpulkan bahwa hasil analisa minyak dan lemak

pada limbah sawit memenuhi persyaratan berdasarkan Keputusan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Kep-51/MENLH/10/1995.

5.2. Saran

Disarankan kepada penulis lain untuk menganalisa minyak dan lemak dengan

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Ir. Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan Dan Limbah Industri,

Cetakan pertama. Bandung: Yrama Widya. Hal 37-200.

Hammer, Mark J. 2004. Water and Wastewater Technology, Edisi kelima. Australia:

Pearson Prentice Hall. Hal 43.

Manik, K.E.S. 2004. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Djambatan. Hal 133-144.

Naibaho, Dr. Ir. Ponten M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat

Penelitian Kelapa Sawit. Hal 129-144.

Nugroho, Astri. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Jakarta : Universitas Trisakti. Hal 10-13.

Palar, Drs. Heryando. 2004. Pencemaran & Toksikologi Logam Berat, Cetakan Kedua.

Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 12-19.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001.

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 91,

97-111.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, Cetakan Pertama. Jakarta: UI

Press. Hal 1-29.

Situmorang, Manihar. 2007. Kimia Lingkungan. Medan: Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam Unimed. Hal 17-95.

(31)

Wardhana, Wisnu Arya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi

Offset. Hal 19, 71-169.

LAMPIRAN

Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri Menurut Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. KEP-51/MENLH/10/1995

Parameter Kadar Maksimum (mg/l) Beban Pencemaran

Maksimum (kg/ton)

BOD 100 0,25

COD 350 0,88

TSS 250 0,63

Minyak dan Lemak 25 0,063

Nitrogen Total (sebagai N) 50 0,125

pH 6,0-9,0

Gambar

Tabel 1. Baku mutu limbah Pabrik Kelapa Sawit

Referensi

Dokumen terkait

Semua lemak bahan makanan yang berasal dari hewan dan sebagian besar minyak nabati mengandung asam lemak rantai panjang, minyak kelapa sawit mengandung asam lemak rantai sedang,

Dari hasil percobaan penetapan kadar air dalam tepung jagung dengan metode gravimetri, diketahui bahwa tepung jagung yang diuji mengandung air dengan kadar 12,56%, tepung jagung

Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak Kelapa Sawit (CPO) di PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha

Telah dilakukan percobaan penentuan kadar air dan kadar asam lemak bebas pada minyak sawit mentah ( crude palm oil ). Dimana pada penentuan kadar air dilakukan

Telah dilakukan percobaan penentuan kadar air dan kadar asam lemak bebas pada minyak sawit mentah ( crude palm oil ).. Dimana pada penentuan kadar air dilakukan

Judul : Pengaruh Waktu Penyimpanan Inti Sawit Terhadap Kadar Asam Lemak Bebas (%ALB) Pada Minyak Inti Sawit Di PTPN III Kebun Rambutan-Tebing Tinggi. Kategori :

Penetapan kadar silika dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri sesuai dengan prosedur dan alat yang digunakan di laboratorium IKM Baristand medan.Sampel yang digunakan

Penetapan kadar silika dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri sesuai dengan prosedur dan alat yang digunakan di laboratorium IKM Baristand medan.Sampel yang digunakan