PENENTUAN KADAR LEMAK (OIL GREASE) PADA LIMBAH
CAIR KELAPA SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI
KARYA ILMIAH
MEGAWATI SIMANJUNTAK 072401043
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN KADAR LEMAK (OIL GREASE) PADA LIMBAH
CAIR KELAPA SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
MEGAWATI SIMANJUNTAK 072401043
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR LEMAK (OIL GREASE)
PADA LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : MEGAWATI SIMANJUNTAK
Nomor Induk Mahasiswa : 072401043
Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di
Medan, Juni 2010
Diketahui/disetujui oleh:
Ketua Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing
Dr. Rumondang Bulan, MS
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR LEMAK (OIL GREASE) PADA LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan. Beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juni 2010
072401043
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yesus Kristus, karena kasih karunia dan berkat – NYA yang melimpah penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.
Karya Ilmiah ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Diploma – 3 Kimia Analis Fakultas Matemetika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya.
Adapun judul yang diangkat dalam karya ilmiah ini adalah “PENENTUAN KADAR LEMAK (OIL GREASE) PADA LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DENGAN METODE GRAVIMETRI”.
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Bonaparthe Simanjuntak BA, dan Ibunda Ida Hafni Purba, Abang dan Kakak ku Geo Simanjuntak dan Lena Simanjuntak, serta kedua orang adikku Kristina dan Samuel atas cinta kasih, dukungan, semangat dan pengorbanan, serta doa tulus yang tiada hentinya demi kebaikan dan kebahagiaan penulis.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Firman Sebayang, M.S selaku dosen pembimbing karya ilmiah yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan memberikan pemikiran serta masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
2. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto , M.Sc selaku Dekan FMIPA USU.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Kepala Departemen Kimia FMIPA USU.
5. Ibu Mastarida Lambok F Sitorus ST,selaku asisten laboratorium PKS Rambutan.
6. Bapak M.Sihombing,selaku Mandor laboratorium dan Pembimbing Lapangan 7. Seluruh Staf/Karyawan PTP Nusantara III PKS Rambutan Tebing Tinggi yang
telah membantu penulis saat melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
8. Teman-teman PKL (Widayan Sucinta, Devi Evania) dan teman-teman seperjuangan di Kimia Analis 2007 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kekompakkan, semangat, kebersamaan, bantuan, keceriaan, persaudaraan dan doa yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
9. Buat adik – adikku Kimia Analis stmbuk 2008 dan stambuk 2009 yang telah memberikan semangat selama penulis menyelesaikan karya ilmiah ini.
10.Buat teman – teman satu kelompok kecil Joyful (Grace, Harry, Tika dan B’Edyatur) yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
11.Pihak – pihak lain yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu – persatu.
Hanya doa yang penulis panjatkan kiranya Tuhan yang akan membalas segala kebaikan yang penulis terima dari semua pihak yang telah mendukung.
Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat memperbaiki dan membangun penulisan karya ilmiah ini sangat diharapkan untuk kesempurnaan.
Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat berguna bagi semua pihak yang membacanya dan juga bagi penulis khususnya..
Medan, Juni 2010
Penulis
ABSTRAK
Telah dilakukan pemeriksaan kadar lemak pada limbah cair kelapa sawit yang
terdapat dalam kolam land application yang dihasilkan oleh Pabrik Kelapa Sawit
Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Tebing Tinggi dengan metode
gravimetri yang dipisahkan secara sokletasi melalui dua tahap yaitu ekstraksi dan
destilasi.Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar limbah cair yang diproduksi
oleh PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Rambutan adalah di antara 5801 – 5935,9 mg/l. Nilai
tersebut masih memenuhi standar parameter mutu limbah cair kelapa sawit pada
kapasitas 30 ton TBS/jam yang masuk ke kolam pengendalian limbah yang ditetapkan
yaitu 5000 – 12.000 mg/l. Sehingga kadar lemak yang masih memenuhi nilai standar
maka limbah cair kelapa sawit dapat dibuang ke badan air penerima atau sungai.
ANALYSIS OF THE OIL GREASE ON WASTEWATER OF CRUDE PALM OIL WITH GRAVIMETRI METHODE
ABSTRACT
The determination of oil grease degree has been done to wastewater of oil palm in
land application which is being production by Pabrik Kelapa Sawit Rambutan
PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Tebing Tinggi with gravimetri methode is
separated by soxhletation with some phase that is extraction and destillation. The
results is got showned that rate wastewater which is being production by PKS (Pabrik
Kelapa Sawit) Rambutan are between 5801 – 5935,9 mg/l. The value still obeyed the
standart of determination wastewater of oil palm that is 5000 – 12.000 mg/l. So if
wastewater of oil palm have obeyed the standart of determination could wasted to the
DAFTAR ISI
1.2.Permasalahan 4
1.3.Tujuan 4
1.4.Manfaat 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Limbah 6
2.2. Jenis Limbah Industri Kelapa Sawit 7
2.2.1. Limbah Padat 7
2.2.2. Limbah Cair 8
2.2.3. Limbah Gas 10
2.3. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit 10
2.3.1. Sumber Limbah Cair 10
2.3.2. Kandungan Limbah Cair 11
2.3.3. Dampak Limbah Industri 11
2.4. Pelaksanaan Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit 12
2.4.1. Pendinginan 13
2.4.2. Deoling Pond 14
2.4.3. Pengasaman 14
2.4.4. Netralisasi 15
2.4.5. Kolam Pembiakan Bakteri 15
3.2.2. Bahan 25
3.3. Prosedur 25
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 26
4.1. Data Hasil Percobaan 26
4.2. Perhitungan 26
4.3. Pembahasan 27
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 30
5.1. Kesimpulan 30
5.2. Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
Lampiran I : Skema Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit 32 Lampiran II : Perhitungan Kadar Lemak (Oil Grease) Pada
Limbah Cair Kelapa Sawit 33
Lampiran III : Karakteristik Limbah Yang Masuk Ke Kolam
Pengendalian Limbah 34
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Rendeman Limbah Padat 8
Tabel 2.2. Sumber dan Bobot Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit 9 Tabel 2.3. Karakteristik Limbah Cair Industri Kelapa Sawit 9 Tabel 2.4. Hasil Analisa Paramaeter Mutu Limbah Cair Pabrik
ABSTRAK
Telah dilakukan pemeriksaan kadar lemak pada limbah cair kelapa sawit yang
terdapat dalam kolam land application yang dihasilkan oleh Pabrik Kelapa Sawit
Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Tebing Tinggi dengan metode
gravimetri yang dipisahkan secara sokletasi melalui dua tahap yaitu ekstraksi dan
destilasi.Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar limbah cair yang diproduksi
oleh PKS (Pabrik Kelapa Sawit) Rambutan adalah di antara 5801 – 5935,9 mg/l. Nilai
tersebut masih memenuhi standar parameter mutu limbah cair kelapa sawit pada
kapasitas 30 ton TBS/jam yang masuk ke kolam pengendalian limbah yang ditetapkan
yaitu 5000 – 12.000 mg/l. Sehingga kadar lemak yang masih memenuhi nilai standar
maka limbah cair kelapa sawit dapat dibuang ke badan air penerima atau sungai.
ANALYSIS OF THE OIL GREASE ON WASTEWATER OF CRUDE PALM OIL WITH GRAVIMETRI METHODE
ABSTRACT
The determination of oil grease degree has been done to wastewater of oil palm in
land application which is being production by Pabrik Kelapa Sawit Rambutan
PT.Perkebunan Nusantara III (Persero) Tebing Tinggi with gravimetri methode is
separated by soxhletation with some phase that is extraction and destillation. The
results is got showned that rate wastewater which is being production by PKS (Pabrik
Kelapa Sawit) Rambutan are between 5801 – 5935,9 mg/l. The value still obeyed the
standart of determination wastewater of oil palm that is 5000 – 12.000 mg/l. So if
wastewater of oil palm have obeyed the standart of determination could wasted to the
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tandan buah sawit yang diolah dipabrik akan menghasilkan minyak sawit, inti sawit,
cangkang, serat dan tandan kosong. Dalam proses pengolahan terdapat bahan yang
tidak termanfaatkan seperti tandan kosong dan air buangan pabrik. Karena kapasitas
pabrik yang cukup besar yaitu antara 10 s/d 60 ton TBS/jam maka bahan buangan
tersebut dapat mempengaruhi lingkungan biotik dan abiotik.
Perkembangan areal perkebunan kelapa sawit yang diikuti dengan
pembangunan pabrik yang cukup pesat akan mempengaruhi lingkungan sekitar
terutama lingkungan badan penerima limbah. Untuk mengurangi dampak negatif
pabrik pengolah kelapa sawit yang mengacu pada undang – undang No. 4 tahun 1982
dan peraturan pemerintah, maka pengendalian limbah pabrik kelapa sawit harus
dilakukan dengan baik. Pengendalian limbah pabrik kelapa sawit dapat dilakukan
dengan cara pemanfaatan, pengurangan volume limbah dan pengawasan mutu limbah.
pembangunan pabrik kelapa sawit dengan sistem yang didasarkan kepada kapasitas
dan kualitas limbah yang diinginkan (Ponten M. Naibaho, 1996).
Pengembangan industri kelapa sawit yang diikuti dengan pembangunan pabrik
dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, baik terhadap kualitas sumber
daya alam (berupa pencemaran), kuantitas sumber daya alam (berupa pengurasan)
maupun lingkungan hidup (aspek sosial). Hal ini disebabkan oleh bobot limbah PKS
yang harus dibuang ke badan penerima semakin bertambah. Limbah pada dasarnya
adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas
manusia, maupun proses – proses alam atau belum mempunyai nilai ekonomi, bahkan
dapat mempunyai nilai ekonomi yang negatif. Dikatakan mempunyai nilai ekonomi
negatif, karena penanganan limbah memerlukan biaya yang cukup besar, di samping
juga dapat mencemari lingkungan.
Beban pencemaran lingkungan dari limbah pabrik kelapa sawit (LPKS) serta
kandungan bahan organik yang cukup tinggi pada limbah, menuntut pabrik untuk
mengolah limbahnya, antara lain melalui daur ulang. Langkah tersebut merupakan
upaya untuk mengurangi dampak negatif demi mewujudkan industri yang
berwawasan lingkungan. Limbah cair PKS mengandung BOD (biological oxygen
demand) sekitar 25.500 ppm, yang berarti 100 kali lebih besar dari limbah rumah
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit akan menghasilkan
limbah cair dalam jumlah besar. Untuk menghasilkan satu ton minyak kelapa sawit,
dihasilkan dua setengah ton limbah cair pabrik kelapa sawit. Limbah cair tersebut
berasal dari proses perebusan, klarifikasi, dan hidrosiklon (Said, 1996).
Limbah pengolahan merupakan hasil ikutan yang terbawa pada waktu panen hasil
utama dan kemudian dipisahakan dari produk utama waktu proses pengolahan.
Menurut penggunaanya, limbah pengolahan terdiri dari tiga kategori sebagai berikut.
a. Limbah yang diolah menjadi produk lain karena memiliki arti ekonomi
yang besar seperti inti sawit.
b. Limbah yang didaur ulang untuk menghasilkan energi dalam pengolahan
dan pupuk, misalnya tandan kosong, cangkang, dan serat (sabut) buah
sawit.
c. Limbah yang dibuang sebagai sampah pengolahan. Contoh limbah jenis ini
menurut wujudnya adalah sebagai berikut.
1) Bahan padat, yaitu lumpur dari dekanter pada pengolahan buah sawit.
2) Bahan cair, yaitu limbah cair pabrik kelapa sawit dan air cucian.
3) Bahan gas, yaitu gas cerobong dan uap air buangan pabrik kelapa
sawit.
Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah
limbah cair dan limbah padat. Limbah padatnya berupa tandan buah kosong dan
cangkang sawit. Tandan buah kosong umumnya dapat dimanfaatkan kembali di lahan
dicacah sebelum diaplikasikan (dibuang) ke lahan. Sedangkan cangkang buah sawit
dapat dimanfaatkan kembali sebagai alternatif bahan bakar (alternative fuel oil) pada
boiler dan power generation.
Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan industri pengolahan minyak sawit
merupakan sisa dari proses pembuatan minyak sawit yang berbentuk cair. Limbah ini
masih banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan tanah.
Limbah cair ini biasanya digunakan sebagai alternatif pupuk di lahan perkebunan
kelapa sawit yang sering disebut dengan land application. Untuk melakukan
pengolahan limbah cair, diwajibkan melakukan kajian terlebih dahulu tentang
kelayakan pemanfaatan air limbah sebagai pupuk pada tanah diperkebunan.
Pemahaman bahwa limbah yang dihasilkan dari suatu proses produksi
mempunyai nilai ekonomis merupakan suatu paradigma baru yang sedang
dikembangkan saat ini. Limbah bukan menjadi suatu hal yang harus dihindari atau
ditutup – tutupi pengelolaannya. Limbah juga mempunyai nilai ekonomis. Konsep 3R
(Reuse, Recycle, dan Recovery) akan mendorong setiap penghasil limbah untuk
1.2.Permasalahan
Adanya kegiatan industri seperti pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah cair.
Tempat – tempat yang menghasilkan limbah cair berasal dari proses perebusan,
klarifikasi , dan hidrosiklon. Berapa besar kadar lemak dan minyak pada limbah cair
kelapa sawit. Apakah masih memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh
keputusan menteri lingkungan hidup dan bagaimana bila limbah cair yang telah
melalui beberapa proses menghasilkan kadar lemak dan minyak yang melebihi norma
atau standar mutu yang telah ditetapkan oleh industri pabrik kelapa sawit.
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui kadar lemak (oil grease) yang terdapat pada limbah cair
kelapa sawit pada kolam land application yang merupakan sisa dari hasil
pengolahan kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit (crude palm oil)
2. Untuk mengetahui apakah limbah yang dibuang ke lingkungan badan
penerima limbah atau ke sungai telah memenuhi standar baku mutu limbah
atau belum sehingga jika dibuang ke lingkungan tidak akan menimbulkan
1.4.Manfaat
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan dapat diketahui berapa banyak kadar lemak
(oil grease) dari limbah cair pabrik kelapa sawit pada kolam land application yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah
mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan bahaya. Limbah ini dikenal
dengan limbah B3 (bahan beracun dan berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai
bahan dalam jumlah relatif sedikit tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan
lingkungan kehidupan dan sumber daya. Sebagai limbah, kehadirannya cukup
mengkhawatirkan terutama yang bersumber dari pabrik industri.
Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun dan berbahaya pada suatu
ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas, yang artinya
dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan sehingga tidak
membahayakan lingkungan ataupun pemakai. Karena itu untuk tiap jenis bahan
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis dan
karakteristiknya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka
waktu relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang berarti, tapi dalam jangka
panjang cukup fatal bagi lingkungan. Oleh sebab itu pencegahan dan penanggulangan
haruslah merumuskan akibat – akibat pada suatu jangka waktu yang cukup jauh.
Melihat pada sifat – sifat limbah, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan
pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang diperlukan langkah
pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan (Perdana Gintings, 1992).
Kadar air sampah adalah sangat tinggi, yaitu 99,9% atau lebih. Benda – benda
padat dalam sampah dapat berbentuk organik maupun anorganik. Zat organik dalam
sampah terdiri dari bahan – bahan nitrogen, karbohidrat, lemak dan sabun. Mereka
bersifat tidak tetap dan menjadi busuk, mengeluarkan bau – bauan yang tidak sedap.
Sifat – sifat khas sampah inilah yang membuat perlunya pembenahan sampah dan
menyebabkan kesulitan – kesulitan yang maha besar dalam pembuangannya. Benda –
benda padat anorganik biasanya tidak merugikan (Mahida, 1984).
2.2. Jenis Limbah Industri Kelapa Sawit
Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses
pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan dalam tiga jenis yaitu limbah
2.2.1. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit ialah tandan kosong,
serat dan tempurung.
Tabel 2.1 : Rendemen Limbah Padat
Jenis Persentase Terhadap TBS Hasil Proses
Basah Kering
Tandan Kosong 21 – 23 10 - 12 Bantingan
Serat 8 – 11 5 - 8 Screw press
Tempurung 5 4 Shell Separator
Limbah padat tandan kosong kadang – kadang mengandung buah tidak lepas
di antara celah – celah ulir dibagian dalam. Kejadian ini timbul, bila perebusan dan
bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan buah sangat sulit.
Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone mempunyai
kandungan cangkang, minyak dan inti. Kandungan tersebut tergantung pada proses
ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre cyclone. Tempurung yang
dihasilkan dari kernel plant yaitu shell separator masih mengandung biji bulat dan inti
2.2.2. Limbah Cair
Limbah cair juga dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit. Limbah ini berasal
dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari hidrosiklon. Limbah kelapa sawit memiliki
kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya kadar tersebut menimbulkan beban
pencemaran yang besar, karena diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar
pula.
Tabel 2.2 : Sumber Dan Bobot Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Sumber BOD
Produksi
Tandan buah Minyak
Segar (ton) (ton)
Air Kondensat 25 – 30.000 0,15 0,9
Air lumpur 20 – 60.000 0,35 0,5
Air hidrosiklon 3 – 9.000 0,10 0,1
Sumber : Loebis dan Tobing, 1989
Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari proses
klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam proses pengolahan
kelapa sawit, sedangkan lumpur yang telah mengalami proses sedimentasi disebut
lumpur sekunder. Kandungan bahan organik lumpur juga tinggi yaitu pH berkisar
Tabel.2.3. Karakteristik Limbah Cair Industri Kelapa Sawit
Parameter Lumpur Primer Lumpur Sekunder
pH
Sumber : Nurcahyo, 1993
Tabel 2.4. Hasil Analisa Parameter Mutu Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Parameter Konsentrasi (mg/l)
COD (chemical oxygen demand)
Padatan Total (total solids)
Padatan tersuspensi (suspended solid)
Minyak (oil & grease)
48.000
29.000
18.750
5.000
2.2.3. Limbah Gas
Selain limbah padat dan cair, industri pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan
limbah bahan gas. Limbah gas ini antara lain gas cerobong dan uap air buangan pabrik
kelapa sawit (Yan Fauzi, 2002).
2.3. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
2.3.1. Sumber Limbah Cair
Jumlah limbah cair yang dihasilkan dari beberapa unit pengolahan adalah 120 m3/hari
berupa kondensat rebusan, 450 m3/hari dari stasiun klarifikasi, dan 30 m3/hari dari
buangan hidrosiklon. Total volume limbah dari setiap pabrik kelapa sawit dengan
kapasitas 30 ton tandan buah segar/hari adalah 600 m3/hari.
2.3.2. Kandungan Limbah Cair
Limbah cair pabrik kelapa sawit memiliki potensi sebagai pencemar lingkungan
tinggi. Untuk mengendalikan pencemaran maka diperlukan pengolahan LCPKS secara
biologik, kimia, atau fisik. Penanganan limbah cair secara biologik lebih disukai
karena dampak akhirnya terhadap pencemaran lingkungan minimal.
Limbah cair PKS mengandung padatan melayang dan terlarut maupun emulsi
minyak dalam air. Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke sungai maka sebagian
akan mengendap, terurai secara perlahan, mengonsumsi oksigen terlarut,
menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau yang sangat tajam, dan dapat merusak
daerah pembiakan ikan. Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung senyawa
anorganik dan organik yang dapat dan tidak dapat dirombak oleh mikroorganisme.
Limbah yang mengandung senyawa organik umumnya dapat dirombak oleh bakteri
dan dapat dikendalikan secara biologis. Pengolahan limbah cair secara biologis dapat
dilakukan dengan proses aerobik dan anaerobik. Pengolahan limbah cair pabrik kelapa
sawit dimulai dengan proses anaerobik dan dilanjutkan dengan proses aerobik (Said,
1996).
2.3.3. Dampak Limbah Industri
Limbah dari industri dapat membahayakan kesehatan manusia karena dapat
merupakan pembawa suatu penyakit (sebagai vehicle), merugikan segi ekonomi
karena dapat menimbulkan kerusakan pada benda/bangunan maupun tanam – tanaman
seperti ikan dan binatang peliharaan lainnya, dan dapat merusak keindahan (aestetika),
karena bau busuk dan pemandangan yang tidak sedap dipandang terutama di daerah
hilir sungai yang merupakan daerah rekreasi (Sugiharto, 1987)
Sebagian besar senyawa kimia dalam air termasuk dalam kategori kimia
organik maupun anorganik. Parameter kimia paling dominan dalam mengukur kondisi
badan air akibat buangan industri. Barangkali parameter ini yang paling banyak
menciptakan kecemaran dan bahaya terhadap lingkungan. Oksigen mempunyai
peranan penting dalam air. Kekurangan oksigen dalam air mengakibatkan tumbuhnya
mikroorganisme dan bakteri. Bakteri berfungsi untuk merugikan zat organik dalam
air. Dalam air terjadi reaksi oksigen dengan zat organik oleh adanya bakteri aerobik.
Atas dasar reaksi ini dapat diperkirakan bahan pencemar oleh zat organik (Perdana
Gintings, 1992).
2.4. Pelaksanaan Pengolahan Limbah Cair Kelapa Sawit
Penanganan limbah cair secara umum dapat dikelompokkan menjadi enam bagian,
antara lain, penanganan pendahuluan (pretreatment), penanganan pertama (primary
treatment), penanganan kedua (secondary treatment), penanganan ketiga (tertiary
treatment), pembunuhan kuman (disinfection), dan pembuangan lanjutan (ultimate
disposal). Penanganan buangan cair tidak harus melalui tahap – tahap seperti di atas,
Penanganan pendahuluan dan penanganan pertama mencakup proses
pemisahan bahan – bahan mengapung dan mengendap, baik secara fisik maupun
kimia. Penanganan kedua umumnya mencakup proses biologi, untuk mengurangi
bahan – bahan organik melalui mikroorganisme yang ada di dalamnya. Penanganan
ketiga merupakan kelanjutan dari penanganan sebelumnya bila masih terdapat bahan
yang berbahaya. Beberapa jenis penanganan ketiga ini adalah penyaringan pasir,
penyerapan, vakum filter, dan lain – lain. Penanganan lanjutan dilakukan untuk
menangani lumpur yang dihasilkan pada penanganan sebelumnya.
Limbah lumpur aktif maupun limbah organik lainnya dapat ditangani dengan
proses pencernaan aerobik. Beberapa keuntungan proses pencernaan aerobik antara
lain hasil pencernaan aerobik tidak berbau, bersifat seperti humus, mudah dibuang,
dan mudah dikeringkan. Selain itu, pencernaan aerobik lebih mudah dilakukan dan
biayanya lebih murah dibandingkan pencernaan anaerobik. Beberapa kerugian
pencernaan aerobik adalah penambahan energi untuk memasok oksigen sehingga
biaya operasinya lebih mahal, tidak menghasilkan gas metana, dan lebih banyak
menghasilkan lumpur sisa dibandingkan pencernaan anaerobik (Said, 1996).
2.4.1. Pendinginan
Air limbah segar yang keluar dari pabrik umumnya masih panas (50 – 700C) dan
bakteri. Pengendalian limbah yang menggunakan bakteri mesophill memerlukan
pendinginan hingga 400C, sedangkan pengendalian dengan menggunakan bakteri
thermophill memerlukan suhu pengendalian 600C, maka tidak perlu didinginkan.
Pendinginan dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a. Menara pendingin, yaitu pendinginan air limbah dengan menggunakan
menara, yang kemudian dibantu dengan bak pendingin. Menara dibuat dari
plat stainlessteel yang tahan karat atau dengan konstruksi kayu. Alat ini
mampu menurunkan suhu limbah dari 600C menjadi 400C.
b. Kolam pendingin, yaitu pendinginan limbah dengan kolam. Pendinginan ini
dikombinasikan dengan pengutipan minyak. Pendinginan di dalam kolam
dilakukan selama 48 jam. Pendinginan sering mengalami kegagalan terutama
akibat aliran di dalam kolam pendingin tidak baik, yaitu seolah – olah ada
aliran yang terlokaliser. Oleh sebab itu dicoba memperbesar ukuran kolam
pendingin yang mampu menampung limbah 10 hari olah.
2.4.2. Deoling Pond
Deoling pond berfungsi untuk mengutip minyak hingga kadar minyak 0,4%. Deoling
pond ini merupakan instalasi tambahan membantu fat pit yang hanya mampu
2.4.3. Pengasaman
Limbah yang segar mengandung senyawa organik yang mudah dihidrolisa dan
menghasilkan senyawa asam. Agar senyawa ini tidak mengganggu proses
pengendalian limbah maka dilakukan pengasaman (acidification). Dalam kolam ini
pH limbah umumnya berkisar 3 – 4, dan kemudian pHnya naik setelah asam – asam
organik terurai kembali oleh proses hidrolisa yang berlanjut.
2.4.4. Netralisasi
Seperti dikemukakan di atas bahwa limbah yang masih asam tidak sesuai untuk
pertumbuhan mikroba, oleh sebab itu perlu dinetralkan dengan penambahan bahan
kimia atau cairan alkali. Bahan yang sering ditambahkan ialah soda api, kapur tohor,
abu tandan kosong dan cairan limbah yang sudah netral.
Pemakaian bahan penetral didasarkan kepada keasaman limbah dan kadar
minyak yang terkandung. Pemakaian ini dapat diketahui secara uji laboratorium.
Dengan dasar pencapaian pH maka dianjurkan pemakaian kapur tohor yang sedikit
lebih murah dari soda api dan lebih mahal dari abu tandan kosong. Jumlah kapur tohor
yang diperlukan adalah 25 kg/m3 limbah. Netralisasi dapat dibantu dengan perlakuan
sirkulasi yaitu memakai sludge yang berasal dari kolam fakultatif yang telah
2.4.5. Kolam Pembiakan Bakteri
Kolam pembiakan bakteri dibuat untuk membiakkan bakteri pada awal pengoperasian
kolam pengendalian limbah. Untuk membiakkan bakteri diperlukan kondisi yang
optimum dalam hal :
a. pH netral yaitu 7,0.
b. Suhu 30 – 400C untuk bakteri mesophill, 57 – 650C untuk bakteri thermophill.
c. Nutrisi yang cukup mengandung nitrogen dan posfat.
d. Kedalaman kolam 5 – 6 m.
e. Ukuran kolam diupayakan dapat menampung air limbah 2 hari olah atau setara
400 m3 untuk PKS kapasitas 30 ton TBS/jam.
2.4.6. Kolam Anaerobik
Limbah yang telah dinetralkan dialirkan ke dalam kolam anaerobik untuk diproses.
Proses perombakan limbah dapat berjalan lancar jika kontak antara limbah dengan
bakteri yang berasal dari kolam pembiakan lebih baik.
Untuk mengefektifkan proses perombakan dalam kolam anaerobik maka perlu
1. Sirkulasi
Untuk mempertinggi frekuensi persinggungan antara bakteri dengan substart
maka dilakukan sirkulasi dalam kolam itu sendiri. Hisapan sirkulasi
ditempatkan didasar kolam limbah dan dicegah agar tidak bersinggungan
dengan udara.
2. Resirkulasi
Resirkulasi ialah pemasukan hasil olah limbah dari kolam dihilir ke kolam
dihulu dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi substrat dalam hal pH,
nutrisi dan kelarutan.
3. Kandungan Minyak
Kandungan minyak yang masuk ke dalam kolam akan mempengaruhi aktifitas
bakteri, yaitu minyak tersebut berperan sebagai isolasi antara substrat dengan
bakteri. Juga minyak tersebut jika bereaksi dengan alkali dapat membentuk
sabun berbusa yang sering mengapung dipermukaan kolam dan bercampur
dengan benda – benda yang lain dan disebut dengan “scum”.
Untuk mengaktifkan proses perombakan maka scum yang terlalu tebal di atas
permukaan limbah perlu dibuang. Karena scum yang tebal sangat menyulitkan
gas methan yang terbentuk keluar ke udara terbuka. Juga scum ini dapat
menghambat pergerakan limbah sehingga penyebaran bakteri dan lumpur aktif
yang dimasukkan tidak merata.
4. Kedalaman dan Volume Kolam
Kedalaman kolam anaerobik tetap harus dipertahankan, yaitu dengan
menyebabkan aktifitas bakteri menurun, ini jika terlihat pada kedalaman yang
kurang dari 3 m.
Volume kolam yang kecil akan menurunkan retention time, yang berarti
menghentikan perombakan bahan organik pada tingkat BOD tertentu.
5. Jenis Bakteri yang Dikembangkan
Seperti diterangkan di atas bahwa bahan organik yang terkandung dalam
limbah didominasi oleh karbohidrat, selulosa, protein, lignin dan minyak. Oleh
sebab itu dalam perombakannya perlu dikembangkan jenis bakteri spesifik
yang mampu merombak bahan organik tersebut. Seperti halnya yang
dikembangkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit yang terdiri dari beberapa
bakteri dan disebut “Betagen”.
2.4.7. Kolam Fakultatif
Kolam ini adalah kolam peralihan dari kolam anaerobik menjadi aerobik. Volume
kolam ini dipersiapkan untuk menahan limbah selama 25 hari. Di dalam kolam ini
proses perombakan anaerobik masih tetap berjalan, yaitu menyelesaikan pekerjaan –
pekerjaan yang belum diselesaikan pada kolam anaerobik. Pada bagian hulu kolam
masih menunjukkan adanya gelembung – gelembung udara yang keluar dari dalam air
limbah sedangkan pada bagian hilir kolam hampir tidak ada. Karakteristik limbah di
dalam fakultatif yaitu pH 7,6 – 7,8; BOD 600 – 800 ppm; COD 1250 – 1750 ppm
2.4.8. Kolam Aerobik
Proses yang terjadi pada kolam aerobik adalah proses aerobik. Pada kolam ini telah
tumbuh ganggang dan mikroba heterotrop yang membentuk flok. Hal ini merupakan
proses penyediaan oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba dalam kolam, metoda
pengadaan oksigen dapat dilakukan secara alami dan atau menggunakan aerator.
2.4.9. Masa Tinggal
Dari seluruh rangkaian proses tersebut di atas, masa tinggal limbah selama proses
berlangsung mulai kolam pendingin sampai air dibuang ke badan penerima
membutuhkan waktu masa tinggal selama lebih kurang minimal 100 hari (Jan Polman
Sitindaon, 2004).
2.5. Lemak
2.5.1. Pengertian Lemak
Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau
manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia ialah lipid. Untuk
termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia
dan fungsi biologinya juga berbeda – beda. Walaupun demikian para ahli biokimia
bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisika seperti
lemak, dimasukkan dalam satu kelompok yang disebut lipid. Adapun sifat fisika yang
dimaksud ialah: (1) tidak larut dalam air, tetapi larut dalam satu atau lebih dari satu
pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzene yang sering juga disebut
“pelarut lemak”; (2) ada hubungan dengan asam – asam lemak atau esternya;
(3) mempunyai kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup. Kesepakatan ini telah
disetujui oleh Kongres Internasional Kimia Murni dan Terapan (International
Congress of Pure and Applied Chemistry). Jadi berdasarkan pada sifat fisika tadi, lipid
dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan cara ekstraksi menggunakan
alkohol panas, eter atau pelarut lemak yang lain. Macam senyawa – senyawa serta
kuantitasnya yang diperoleh melalui ekstraksi itu sangat tergantung pada bahan alam
sumber lipid yang digunakan.
Asam lemak adalah asam organik yang terdapat sebagai ester trigliserida atau
lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini adalah asam
karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang dengan rumus umum :
O
R – C – OH
Yang dimaksud dengan lemak di sini ialah suatu ester asam lemak dengan
gliserol. Gliserol ialah suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom karbon.
satu, dua atau tiga molekul asam lemak dalam bentuk ester, yang disebut
monogliserida, digliserida atau trigliserida. Pada lemak, satu molekul gliserol
mengikat tiga molekul asam lemak, seperti ditunjukkan pada reaksi berikut :
HO – CH2 R1 – COO – CH2
HO – CH + 3RCOOH R2 – COO – CH + 3H2O
HO – CH2 R3 – COO – CH2
gliserol asam lemak trigliserida air
Lemak adalah suatu trigliserida. R1 – COOH, R2 – COOH dan R3 – COOH ialah
molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga molekul asam lemak itu boleh
sama, boleh berbeda. Asam lemak yang terdapat dalam alam ialah asam palmitat,
stearat, oleat dan linoleat.
2.5.2. Penggolongan
Senyawa – senyawa yang termsuk lipid ini dapat dibagi dalam beberapa golongan.
Ada beberapa cara penggolongan yang dikenal. Bloor membagi lipid dalam tiga
golongan besar yakni; (1) lipid sederhana, yaitu ester asam lemak dengan berbagai
alkohol, contohnya lemak atau trigliserida dan lilin (waxes); (2) lipid gabungan yaitu
serebrosida; (3) derivat ipid, yaitu senyawa yang dihasilkan oleh proses hidrolisis
lipid, contohnya asam lemak, gliserol, dan sterol. Di samping itu berdasarkan sifat
kimia yang penting, lipid dapat dibagi dalam dua golongan yang besar, yakni lipid
yang dapat disabunkan, yakni dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak, dan
lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (Anna Poedjiadi, 2006).
2.5.3. Sifat Fisik Lemak
Lemak netral dalam ilmu gizi adalah apa yang dikenal sebagai lemak dan minyak.
Lemak berbentuk padat pada suhu kamar sedangkan minyak berbentuk cair. Berat
jenis lemak lebih rendah daripada air, oleh karena itu mengapung ke atas dalam
campuran air dan minyak atau cuka dan minyak. Sifat fisik trigliserida ditentukan oleh
proporsi dan struktur kimia asam lemak yang membentuknya (Sunita Almatsier,
2001).
2.5.4. Analisa Lemak
Gravimetri adalah penentuan kadar langsung dengan melakukan pengukuran massa
zat murni yang dipisahkan dalam bentuk senyawa yang diketahui susunan kimianya
Pemisahan analit dapat dilakukan dari larutannya, jadi sampel padat harus
dilarutkan lebih dulu, baru dilakukan pengendapan dengan pereaksi pengendap atau
dipisahkan dengan cara ekstraksi. Untuk memurnikan endapan diperlukan proses
pencucian atau pengkristalan ulang dan pengeringan sampai berat konstan. Demikian
juga halnya dengan wadah endapan, cawan, baik pada waktu penimbangan awal
cawan kosong, maupun cawan yang sudah berisi endapan yang menggunakan suatu
cara pengeringan tertentu harus ditimbang sampai berat konstan. Gravimetri
memerlukan tanur listrik atau pembakar, penangas udara dan timbangan analitik yang
peka dan akurat, baik penimbang konvensional atau timbangan listrik atau elektronik
(Kosasih, 2004).
Pada pengolahan minyak dan lemak, pengerjaan yang dilakukan tergantung
pada sifat alami minyak atau lemak tersebut dan juga tergantung dari hasil akhir yang
dikehendaki. Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam – macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical
expression dan solvent extraction.
1. Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada
semua cara rendering , penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifikasi,
untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh
minyak atau lemak yang terkandung di dalamnya.
2. Pengepresan Mekanis (Mechanical Expression)
Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji – bijian. Cara ini dilakukan untuk
memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30 – 70 persen).
Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum
minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut
mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering
atau pemasakan.
3. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent Extraction)
Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam
pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar
minyak yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak
kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller
pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut
minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan
pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfida, karbon
tetraklorida, benzene dan n – heksan. Perlu diperhatikan bahwa jumlah pelarut
menguap atau hilang tidak boleh lebih tinggi dari 5 persen. Bila lebih, seluruh
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1. Prinsip Analisa
Lemak larut dengan baik pada pelarut minyak seperti heksan dan dapat dipisahkan
dengan cara ekstraksi pelarut. Penentuan kadar lemak (oil grease) pada limbah cair
kelapa sawit yang terdapat pada kolam land application yang merupakan limbah dari
hasil pengolahan kelapa sawit dilakukan dengan metode gravimetri dimana lemak
dalam sampel dipisahkan secara sokletasi melalui beberapa tahap yaitu ekstraksi dan
destilasi, kemudian kadarnya ditetapkan dengan metode gravimetri.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1Alat
- Alat Soklet
- Oven gallenkamp
- Neraca analitik sartorius
- Labu alas pyrex
- Cawan porselin pyrex
- Kondensor pyrex
- Kertas
- Timbel
3.2.2. Bahan
- n - heksan p.a (E.Merck)
- H2SO4 p.a (E.Merck)
- Sampel air limbah
3.3. Prosedur
- Ditimbang cawan porselin kosong dan kertas yang sudah dikeringkan di oven
dan didinginkan
- Ditimbang sampel dalam cawan porselin yang dilapisi kertas dan tambahkan
beberapa ml H2SO4 hingga pH 3,0 dan diaduk
- Kemudian sampel dimasukkan ke dalam oven hingga kering
- Setelah itu kertas dimasukkan ke dalam timbel ekstraksi
- Dirangkai alat soklet dan dimasukkan n – heksan secukupnya kedalam labu
alas yang kosong ( 4
3 dari volume labu alas)
- Diekstrakasi selama ± 4 jam
- Diangkat sampel hasil ekstraksi dan pelarut didestilasi
- Dikeringkan labu ekstraksi yang berisi sampel hasil ekstraksi dalam oven pada
suhu 1300C
- Lalu didinginkan pada desikator selama 15 menit dan labu alas ditimbang
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Percobaan
Tanggal Analisa
Berat
Sampel (g)
Berat Labu Alas Oil
Grease
(mg/l) Kosong (g) Kosong + Lemak
Hasil Ekstraksi (g)
18 Januari 2010 75,0009 107,5513 107,9802 5718,6
19 Januari 2010 75,0110 107,1703 107,6128 5899,1
20 Januari 2010 75,0002 88,0949 88,5345 5861,3
21 Januari 2010 75,0211 106,1918 106,6270 5801
22 Januari 2010 75,0010 106,1862 106,6314 5935,9
4.2. Perhitungan
Minyak dan Lemak (mg/l) = − ×1000.000 BC
BL HE
Dimana : HE = Berat labu alas + sampel lemak hasil ekstraksi
BL = Berat labu kosong
BC = Berat sampel yang dianalisa
Contoh :
Kelapa sawit adalah salah satu komoditas nonminyak dan gas bumi andalan Indonesia.
Peningkatan produksi bahan mentah berupa minyak mentah kelapa sawit telah
membuka peluang untuk pengembangan industri.
Sudah tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa kita saat ini sedang giat – giatnya
melalui proses industrialisasi. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan industri yang
beraneka – ragam ini, sudah barang tentu akan semakin beraneka – ragam pula hasil
buangan sampingannya. Salah satu dari buangan tersebut adalah yang berupa buangan
air limbah industri. Dengan adanya air limbah industri mau tidak mau akan mengotori
sumberdaya alam yang di sekitarnya.
Dengan ditingkatkannya sektor industri maupun sektor pertanian diharapkan
taraf hidup masyarakat akan dapat ditingkatkan lagi. Akan tetapi, disamping tujuan –
tujuan tersebut, maka dengan munculnya industri perlu dipikirkan juga efek
sampingnya yang berupa limbah. Selain itu perlu dipikirkan juga apakah industri
tersebut menghasilkan limbah yang berbahaya atau tidak, sehingga segera dapat
ditetapkan perlu tidaknya disediakan bangunan pengolah air limbah serta teknik yang
dipergunakan dalam pengolahan. Air limbah suatu industri baru diperbolehkan
dibuang ke badan – badan air apabila telah memenuhi syarat – syarat yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Penanganan dan pemanfaatan limbah merupakan jawaban
untuk mengatasi pencemaran yang disebabkan oleh industri pengolahan. Penanganan
limbah yang efektif dan efisien akan menghasilkan buangan industri yang dapat
diterima oleh lingkungan, bahkan merupakan nilai positif bagi industri. Limbah yang
dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit dapat memberikan manfaat yang besar bagi
kehidupan.
Dari hasil analisis kadar lemak (oil grease) dari limbah cair kelapa sawit yang
terdapat pada kolam land application yang dilakukan dengan menggunakan metode
lemak (oil grease) pada sampel yang beratnya 75,0009 gram memiliki nilai oil grease
5718,6 mg/l; sampel yang beratnya 75,0110 gram memiliki nilai oil grease 5899,1
mg/l; sampel yang beratnya 75,0002 gram memiliki nilai oil grease 5861,3 mg/l;
sampel yang beratnya 75,0010 gram memiliki nilai oil grease 5801 mg/l; sampel yang
beratnya 75,0010 gram memiliki nilai oil grease 5935,9 mg/l; sampel yang beratnya
75,0035 gram memiliki nilai oil grease 5619,7 mg/l. Sehingga dari hasil analisis
tersebut dapat diketahui bahwa kadar lemak (oil grease) yang terkandung dalam
limbah cair kelapa sawit yang terdapat pada kolam land application telah memenuhi
baku mutu standar yang telah ditetapkan yaitu kadarnya 5.000 – 12.000 mg/l. Oleh
karena itu, bila limbah tersebut dibuang ke badan penerima atau sungai maka limbah
tersebut tidak akan menimbulkan pencemaran bagi lingkungan sekitarnya. Namun
sebaliknya limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman kelapa
sawit atau tanaman lainnya karena limbah tersebut mengandung unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman.
Dalam menganalisis limbah cair kelapa sawit yang diperlukan ketelitian dan
kercematan serta pengendalian limbah yang efektif dan efisien. Sehingga limbah yang
akan dibuang ke badan penerima atau sungai tidak melebihi baku mutu standar atau
norma yang telah ditetapkan. Sehingga tidak berdampak buruk bagi lingkungan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh kadar lemak (oil grease) yang
terkandung dalam limbah cair kelapa sawit pada kolam land application yaitu berkisar
antara 5619,7 – 5935,9 mg/l. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa kadar lemak
yang terkandung dalam limbah cair kelapa sawit pada kolam land application telah
memenuhi baku mutu standar yang telah ditetapkan yaitu di antara 5.000 – 12.000
mg/l sehingga dapat dibuang atau juga disalurkan ke badan air penerima karena hasil
analisis ini menunjukkan bahwa kadar lemak yang terkandung pada limbah cair pabrik
kelapa sawit masih dibawah ambang batas standar baku mutu yang diperbolehkan.
5.2. Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan terutama pada perairan,
sebaiknya pabrik industri yang terdapat dimana saja mengolah limbah cairnya secara
Setiap pabrik harusnya mempunyai usaha dalam penanganan dan pemanfaatan limbah
yang dihasilkan agar lingkungan di sekitar pabrik maupun masyarakat yang
DAFTAR PUSTAKA
Almatseir, S., 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Fauzi, Y., Widyastuti, Y.E., Satyawibawa dan Hartono, R., 2008. Kelapa Sawit: Budi
Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan
Pemasaran.Cetakan I, Jakarta: Penebar Swadaya.
Gintings, P., 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Cetakan
Pertama, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Ketaren, S., 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:
Universitas Indonesia – Press.
Kosasih, S., Mulja, M., Tjahjono, D.H. dan Kartasasmita, R.E., 2004. Asas
Pengembangan Prosedur Analisis. Edisi I, Cetakan Pertama. Surabaya:
Airlangga University Press.
Mahida, U.N., 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan
Pertama, Jakarta: C.V.Rajawali.
Naibaho, P.M., 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian
Kelapa Sawit.
Poedjiadi, A., 2006. Dasar –Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia – Press.
Said, E.G., 1996. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Cetakan
Sugiharto. 1987. Dasar – Dasar Pengolahan Air Limbah. Cetakan Pertama. Jakarta:
Universitas Indonesia – Press.
LAMPIRAN II. PERHITUNGAN KADAR LEMAK (OIL GREASE) PADA LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT
LAMPIRAN III. KARAKTERISTIK LIMBAH YANG MASUK KE KOLAM PENGENDALIAN LIMBAH
No Parameter Satuan Kisaran