Alhamdulillah, saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan juga kesempatan yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir (disertasi) ini dengan penuh suka, duka dan air mata. Tn. dan Ny. Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Bengkulu yang mengajar dan membimbing serta memberikan berbagai ilmu dengan penuh keikhlasan. Staf dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu yang telah memberikan pelayanan yang baik dalam hal administrasi.
Kepada keluarga FEBI IAIN Bengkulu dan Alma Mater Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu yang menempah saya. Asnaini, MA, selaku penyelia saya yang telah memberikan tunjuk ajar, motivasi, semangat, input dan tunjuk ajar kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulisan artikel jurnal ini dapat disempurnakan. Khairiah Elwardah, M.Ag selaku penyelia II yang telah banyak memberi tunjuk ajar, motivasi, semangat, cadangan dan nasihat dengan penuh kesabaran sehingga penulisan tesis ini dapat disempurnakan.
Latar Belakang Masalah
Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat, karena mampu menggambarkan secara riil keberhasilan pembangunan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Parameter untuk mengukur tingkat kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga dapat dilihat dari keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu kebijakan yang efektif untuk mengatasi kondisi perekonomian yang tidak stabil di suatu negara adalah kebijakan fiskal.
Stabilitas perekonomian suatu negara antara lain tercermin pada stabilitas harga, dalam arti tidak terjadi fluktuasi harga dalam jumlah besar yang dapat merugikan. perusahaan, baik konsumen maupun produsen, yang akan merugikan kesimpulan perekonomian.3. Tingkat inflasi yang terlalu tinggi dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat dan juga dapat mempengaruhi distribusi pendapatan serta alokasi faktor-faktor produksi di suatu negara. Sumber daya alam terbengkalai dan terbengkalai, ekspor dan impor terhambat, nilai tukar rupee terhadap dolar AS juga melemah, banyak upaya penurunan gaji karyawan dan banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya sehingga menyebabkan masyarakat menganggur sementara angka pengangguran meningkat. telah menjadi simbol rendahnya output nasional, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Menurut Derajatnya
Menurut Penyebabnya
Faktor-faktor Penyebab Inflasi
Pada masa pemerintahan Orde Lama, defisit anggaran seringkali dibiayai dari dalam negeri dengan mencetak uang baru, mengingat orientasi kebijakan untuk membangun perekonomian yang memandang politik dari dalam sehingga menimbulkan tekanan inflasi yang kuat. Namun, sejak masa Orde Baru, defisit anggaran tersebut ditutupi oleh pinjaman luar negeri, yang tampaknya relatif aman terhadap tekanan inflasi. Metode Penelitian dan Jenis Penelitian Karya ilmiah ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari perilaku yang diamati, didukung dengan studi literatur atau studi literatur berdasarkan literatur yang mendalam. . peninjauan kembali dalam bentuk data dan angka, sehingga realitasnya dapat dipahami dengan baik.
Sumber Data dan Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik Analisis Data
Seperti yang lazim terjadi di negara-negara berkembang, inflasi di Indonesia relatif lebih disebabkan oleh masalah struktural ekonomi dibandingkan masalah kebijakan moneter. Jadi dapat dikatakan bahwa pengaruh inflasi yang didorong oleh makanan lebih besar dibandingkan dengan inflasi yang didorong oleh permintaan. Memang pada tahun-tahun tertentu, misalnya pada masa oil boom, tekanan inflasi di Indonesia disebabkan oleh peningkatan jumlah uang beredar.
Namun hal ini tidak bisa mengabaikan dampak yang bersifat struktural pada perekonomian, karena pada periode tersebut masih terdapat kesenjangan antara penawaran agregat dan permintaan agregat, misalnya pada subsektor pertanian, sehingga dapat meningkatkan laju inflasi. Secara umum, pemerintah Indonesia menggunakan pendekatan yang lebih moneter untuk mencoba mengendalikan tingkat harga secara keseluruhan. Pemerintah Indonesia lebih memilih menggunakan instrumen moneter sebagai alat untuk menurunkan inflasi, misalnya dengan mekanisme pasar terbuka atau giro wajib minimum.
Dengan demikian, jika pendekatan moneter ini dijadikan sebagai alat utama pengendalian inflasi di negara-negara berkembang, maka pendekatan ini tidak akan mampu menyelesaikan permasalahan inflasi di negara-negara berkembang yang umumnya bersifat jangka panjang. Seperti yang terjadi di Indonesia pada masa krisis moneter yang kemudian menjadi krisis ekonomi, inflasi di Indonesia disebabkan oleh naiknya harga komoditas impor (imported inflasi) dan membengkaknya utang luar negeri akibat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan lainnya. mata uang asing. Oleh karena itu, untuk mengendalikan tekanan inflasi, perlu dilakukan stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS.
Dalam menstabilkan nilai tukar, pemerintah Indonesia cenderung lebih banyak menggunakan instrumen moneter melalui otoritas moneter dengan kebijakan moneter yang ketat sehingga diharapkan dapat menarik minat pemegang mata uang. Kebijakan moneter ketat yang dilakukan melalui kenaikan suku bunga SBI (melalui mekanisme pasar terbuka) sangat tinggi, di satu sisi akan efektif mengurangi jumlah uang beredar dan di sisi lain akan meningkatkan suku bunga pinjaman ke sektor riil. Apabila suku bunga bank (deposito) terlalu tinggi sehingga aset-aset produktif (alat produksi atau usaha) yang ada di masyarakat ikut terserap ke perbankan, maka hal ini akan menyebabkan stagnasi atau bahkan penurunan produksi dalam negeri (disebut Cavallo). memengaruhi).
Jika demikian, maka kebijakan pengendalian inflasi tidak hanya harus melalui konsep monetaris saja, namun juga harus memperhatikan sudut pandang masyarakat.
Meningkatkan Supply Bahan Pangan
Mengurangi Defisit APBN
Kedua, upaya yang dilakukan untuk mengurangi ketergantungan industri dalam negeri terhadap barang luar negeri, misalnya dengan lebih fokus pada pengembangan industri hulu yang mengolah sumber daya alam yang tersedia di pasar dalam negeri untuk dijadikan bahan baku industri hilir. Selain itu, perlu juga dikembangkan industri yang mampu menghasilkan barang modal bagi industri dalam negeri. Ketiga, mengubah sifat industri dari substitusi impor menjadi lebih mempromosikan ekspor, sehingga terjadi efisiensi di bidang harga dan meningkatkan ekspor neto.
Keempat, membangun industri yang mampu menghasilkan nilai tambah tinggi dan mengandung komponen lokal dalam jumlah relatif besar.
Pengendalian Inflasi di Indonesia saat ini
Upaya-upaya dilakukan untuk meningkatkan empat pilar utama ke depan: Keterjangkauan, Ketersediaan Cadangan, Kemudahan Pengiriman dan Komunikasi Efektif (4K). Membangun kesinambungan lini kementerian atau lembaga dengan dukungan pemerintah daerah dalam diagram keberhasilan program kegiatan TPIP Tahun 2021; Sinergi kebijakan yang dilakukan pemerintah dan Bank Indonesia melalui penerapan berbagai inovasi program yang bertujuan menjaga stabilitas pasokan dan pemerataan di masa pandemi dapat menopang inflasi indeks harga konsumen (IHK).
Rendahnya inflasi ini dipengaruhi oleh permintaan domestik yang belum kuat akibat pandemi Covid-19, sementara pasokan mencukupi. Rapat tersebut juga menyepakati sasaran inflasi tiga (tiga) tahun ke depan menyusul berakhirnya Peraturan (PMK) No. pembentukan ekspektasi inflasi masyarakat ke depan, khususnya untuk mendukung proses pemulihan ekonomi nasional dan reformasi struktural.
Ke depan, pemerintah dan Bank Indonesia, baik pusat maupun daerah, berkomitmen untuk terus meningkatkan sinergi untuk menjaga inflasi IHK. Upaya ini diharapkan semakin memacu peningkatan daya beli masyarakat sebagai bagian dari pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Inflasi yang rendah dan stabil diharapkan dapat mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan menuju Indonesia maju.
Permasalahan inflasi di Indonesia bukan hanya merupakan fenomena jangka pendek saja, namun juga merupakan fenomena jangka panjang. Dalam arti tertentu, inflasi di Indonesia tidak hanya disebabkan oleh kegagalan penerapan kebijakan di bidang moneter oleh pemerintah yang sering dilakukan dalam rangka menstabilkan fluktuasi tingkat harga umum dalam jangka pendek, namun juga menunjukkan bahwa masih terdapat kendala struktural perekonomian Indonesia yang belum terselesaikan sepenuhnya. Jika mengacu pada upaya menghilangkan hambatan struktural tersebut, mau tidak mau kita harus memperhatikan pembangunan ekonomi di sektor riil.
Dengan adanya perbaikan yang tepat waktu di sektor riil, bahkan mungkin mencapai tingkat ekonomi messo dan mikro, maka stabilitas basis perekonomian Indonesia dapat diperkuat.
Saran
EKONOMIKAWAN: Jurnal Ilmu Ekonomi dan Kajian Pembangunan “Pengendalian Inflasi di Indonesia Berdasarkan Kebijakan Fiskal dengan Model Regresi yang Tampaknya Tidak Berhubungan”, 20 (1).
ANALISIS RELEVANSI PEMIKIRAN UMER CHAPRA TENTANG PENGENDALIAN INFLASI
DIERA KONTEMPORER
The data collection technique used in this study is library research, and the subject of the study is M Umer Chapra's ideas on inflation control as expressed in his writings. This research shows that the line of thought of M Umer Chapra is of great importance when it comes to tackling the Indonesian inflation problem. While M Umer Chapra's thesis suggests that one strategy to contain inflation is to ensure price stability by abolishing usury.
Teori inflasi M Umer Chapra terutama mengenai “sistem pengendalian inflasi dalam sistem ekonomi Islam”, dimana ekonomi Islam sebagai suatu sistem ekonomi mempunyai berbagai proses dan taktik untuk menghadapi inflasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan tesis M Umer Chapra dengan situasi inflasi saat ini. Teknik pengumpulan data disertasinya adalah penelitian bibliografi, dan topik disertasinya adalah pemikiran M Umer Chapra tentang sintesis chapra terhadap ilmu pengetahuan tradisional, sains.
Penelitian menemukan bahwa ajaran M Umer Chapra sangat relevan untuk memerangi kenaikan inflasi di Indonesia jika diterima. Umer Chapra mengkaji tiga sistem ekonomi Barat dalam penelitiannya: kapitalisme, sosialisme, dan gabungan keduanya, "negara damai". Dia mewakili dirinya melalui keseimbangan ketiga dalam hal pencapaian dan kegagalannya. Oleh karena itu, ada beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dengan memperhatikan uraian di atas, antara lain: 1) cara pengendaliannya. inflasi menurut pemikiran Umer Chapra, 2) bagaimana pengendalian inflasi di Indonesia saat ini, dan 3) relevansi pemikiran Umer Chapra tentang pengendalian inflasi dengan pengendalian inflasi Indonesia.
Pandangan M Umer Chapra penting dalam kaitannya dengan pengembangan sistem perbankan syariah yang merupakan alat stabilitas moneter dan fiskal. Dalam kaitan ini, pandangan M Umer Chapra terhadap kemajuan sistem perbankan syariah di Indonesia telah diuji dalam sistem perbankan ganda atau dual banking system dalam arsitektur perbankan Indonesia (API) untuk berbagi kehidupan dengan warga negara Indonesia. Umer Chapra berpendapat bahwa hanya prinsip ekonomi Islam yang dapat digunakan untuk menjamin keseimbangan sistem moneter.
Berdasarkan kajian di atas, dapat ditarik benang merahnya: walaupun gagasan M Umer Chapra tentang pengendalian inflasi belum terbentuk saat ini, namun masih relevan dengan kehidupan saat ini. Beberapa gagasan M Umer Chapra mengenai pengendalian inflasi dapat dan telah dimasukkan dalam pelaksanaan pengendalian inflasi di Indonesia karena pemahaman pengendalian inflasi yang diutarakan oleh M Umer Chapra selaras dengan cita-cita ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan Islam. Dari uraian pokok-pokok perdebatan di atas, dapat dikatakan bahwa dalam pandangan M Umer Chapra sudah ada kaitannya dengan pengelolaan inflasi Indonesia saat ini.