• Tidak ada hasil yang ditemukan

implementasi ice breaking dalam mengembangkan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "implementasi ice breaking dalam mengembangkan"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Saat menerapkan ice breaking, guru dapat menyesuaikan bahan ajar dengan tema yang sedang digarap. Untuk itu diperlukan upaya dari guru untuk menggunakan ice breaking sebagai sarana pengembangan aspek perkembangan anak.

Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa untuk mengoptimalkan hasil belajar perkembangan aspek perkembangan anak diperlukan metode yang menarik yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. pada usia ini mereka tidak mau tidak dipaksa untuk mengikuti perintah, tetapi mereka hanya ingin dibimbing, diarahkan dan diajak untuk menggali ilmu dan keterampilan dalam proses belajar yang menyenangkan. Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Aplikasi ice breaking dalam perkembangan 6 aspek tumbuh kembang anak di Raudatul Athfal Perwanida II Mataram”.

Tujuan dan Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pendidikan anak usia dini dalam mendukung aspek perkembangan anak multi talenta sebagai bekal untuk memasuki pendidikan lebih lanjut b. Berdasarkan hasil penelitian ini, kami berharap dapat menjadi panduan bagi penelitian lain untuk menyelidiki penelitian icebreaker lebih lanjut.

Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Sebagai bahan masukan untuk kepentingan pendidikan anak usia dini, agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan siswa berperan aktif dalam melaksanakan proses pembelajaran. Setting atau lokasi penelitian ini dilakukan di Raudhatul Atfal Perwanida II Mataram yang beralamat di Perumnas Jalan Barito VI Kelurahan Tanjung Karang Permai Kecamatan Sekarbela Kota Mataram. ditangani oleh guru kelas B3 yang menggunakan ice break dalam perkembangan 6 (enam) aspek perkembangan anak.

Telaah Pustaka

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Indriati Husi dkk yang membahas tentang penggunaan ice breaking untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas X SMA Babussalam Pekanbaru. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Fila Milati Qutsi adalah penelitian ini berfokus pada implementasi ice breaking dalam pengembangan 6 aspek pembangunan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Fila Milati Qutsi berfokus pada implementasi pendidikan agama Islam di 6 aspek perkembangan anak. menggunakan metode yang berbeda.

Kajian Teori

  • Ice Breaking (Pemecah Kebekuan)
  • Enam Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
  • Ice Breaking dalam Enam Aspek Perkembangan
  • Modalitas dan Gaya Belajar Siswa

Ice break digunakan secara spontan dalam proses pembelajaran, biasanya tanpa perencanaan tetapi digunakan karena situasi pembelajaran yang ada pada saat itu membutuhkan dorongan agar pembelajaran dapat kembali fokus. Mengoptimalkan seluruh aspek perkembangan anak dapat dilakukan melalui kegiatan ice breaking yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar seperti keterampilan motorik fisik yang dapat dikembangkan melalui ice brain games dan gerakan sederhana.

Metode Penelitian

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data seperti kata-kata dan tindakan. Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi non partisipan, dimana peneliti tidak ikut dalam kegiatan pembelajaran dan mengamati dengan mencatat data yang diperlukan dengan keadaan yang sebenarnya. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data ketiga yang digunakan peneliti untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian. Sementara itu, Sugiyono mengatakan dalam bukunya bahwa “dokumentasi adalah rekaman peristiwa masa lalu. Dokumentasi dapat berupa tulisan (catatan harian, riwayat hidup, cerita, biografi), gambar (foto), atau karya monumental seseorang.”44 .

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang menggabungkan data dari beberapa teknik pengumpulan data yang ada dan sumber data serta sumber data yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari sumber yang berbeda dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda (triangulasi) dan dilakukan secara terus menerus sampai data tersebut jenuh.

Sistematika Pembahasan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif sebaiknya berupa pengetahuan baru yang belum ada sebelumnya.Temuan dapat berupa gambaran atau gambaran suatu objek yang masih kabur atau belum pasti, sehingga menjadi lebih jelas saat diteliti. Penelitian Kedua Implementasi Ice Breaking Dalam Perkembangan 6 (Enam) Aspek Perkembangan Anak Kelompok B3 RA Perwanida II Mataram. Ketiga, Jenis ice breaking yang digunakan guru RA Perwanida II Mataram dalam mengembangkan 6 aspek perkembangan anak Kelompok B3 RA Perwanida II Mataram dan keempat, Konsekuensi penggunaan ice breaking dalam 6 aspek perkembangan anak Kelompok B3 RA Perwanida II Mataram.

Bagian pembahasan menjelaskan pemaparan dan analisis pemaparan data data dan temuan pada Bab II, antara lain: Pelaksanaan ice breaking dalam perkembangan 6 (enam) aspek perkembangan anak Kelompok B3 RA Perwanida II Mataram, Jenis ice breaking yang digunakan oleh guru RA Perwanida II Mataram dalam Mengembangkan 6 Aspek Tumbuh Kembang Anak Kelompok B3 RA Perwanida II Mataram dan Implikasi Penerapan Ice Breaking Terhadap 6 Aspek Tumbuh Kembang Anak Kelompok B3 RA Perwanida II Mataram.

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis, Raudhatul Athfal Perwanida II Mataram terletak di Perumnas Jalan Barito VI, Kelurahan Tanjung Karang Permai, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram. Batas tapak Raudhatul Athfal Perwanida II Mataram adalah sebagai berikut: sebelah timur SDN No. 37 Ampenan, sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk dan sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk. Rangkuman data mahasiswa Raudhatul Athfal Perwanida II Mataram dalam tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini:.

Rekapitulasi jumlah siswa tiga tahun terakhir48 No. Status Guru Raudhatul Athfal Perwanid II Mataram Tabel 2.2. Dari segi sarana dan prasarana RA Perwanida II Mataram sangat lengkap, baik untuk ruang indoor maupun outdoor. Alat bermain pintu bagian dalam yang kondisinya masih bagus terdiri dari 40 alat rajut, 4 plastisin, 4 papan hilang, 4 figur pohon, 30 meron, 30 alat jahit dan 20 puzzle.

Implementasi Ice Breaking dalamProses Pembelajaran pada Kelompok B3

Selain itu berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelompok B3 yang menjelaskan bahwa penerapan ice breaking dalam RPPH dimaksudkan untuk mencegah kebosanan belajar, sehingga ice breaking diperlukan untuk mencairkan suasana atau. Tidak semua ice breaking yang dilakukan perlu dimasukkan ke dalam RPPH, karena ada ice breaking spontan ketika anak sudah tidak mampu melakukannya. Penerapan ice breaking, baik secara spontan maupun dengan perencanaan penuh, memiliki fungsi dalam proses pembelajaran, baik di awal pembelajaran, di inti, maupun di akhir pembelajaran.

Di awal pembelajaran, aplikasi ice breaker bertujuan untuk membuka wawasan anak untuk menemukan topik yang akan dibahas. Jenis ice breaker yang digunakan guru dalam pengembangan 6 aspek perkembangan anak di kelompok B3 RA Perwanida II.

Jenis-Jenis Ice Breaking yang digunakan Guru dalam Mengembangkan 6

Selain itu, menurut hasil wawancara dengan peneliti dan kepala sekolah juga dikatakan bahwa guru RA Perwanida II Mataram khususnya guru kelompok B3 menggunakan berbagai jenis ice breaker dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa ice breaker jenis teriakan dilakukan oleh guru dengan memberikan kata-kata semangat untuk memotivasi siswa agar selalu aktif dan semangat dalam belajar. Sedangkan permainan tipe ice breaker dilakukan ketika anak sudah selesai beraktivitas namun masih ada waktu tersisa.

Dalam ice breaking, perilaku sosial-emosional anak dapat mengarah pada hal yang lebih positif, misalnya anak yang cenderung melakukannya.Melalui hasil observasi, ice breaking juga berperan penting dalam mengembangkan aspek perkembangan agama dan moral, yaitu dilakukan melalui kegiatan menyanyi dan permainan sesuai dengan topik yang dibahas.

Gambar 2.6  Ice Breaking Jenis Game 86
Gambar 2.6 Ice Breaking Jenis Game 86

PEMBAHASAN

Implementasi Ice Breaking dalamProses Pembelajaran pada Kelompok B3

Icebreaking dilakukan dengan dua cara, yaitu icebreaking terencana dan icebreaking spontan. Dalam ice breaking plan yang dilaksanakan berdasarkan apa yang tertuang dalam dokumen RPPH lebih tepat. Pencairan es pada inti pelajaran dilakukan ketika kondisi siswa sudah mengalami kejenuhan dalam pelaksanaan tugas belajar, karena pada intinya.

Untuk itu, penggunaan ice breaking pada inti pembelajaran diperlukan untuk mengembalikan stamina siswa agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan optimal. Jenis ice breaker yang digunakan guru untuk mengembangkan 6 aspek perkembangan anak Kelompok B3 RA Perwanida II Mataram.

Jenis-Jenis Ice Breaking yang digunakan Guru dalam Mengembangkan 6

Tepuk tangan pemecah kebekuan merupakan salah satu jenis kegiatan permainan yang mudah dan sering digunakan oleh guru untuk meningkatkan semangat dan perhatian siswa. Mode permainan icebreaking digunakan oleh guru ketika ada waktu tersisa dari kegiatan yang direncanakan. Berdasarkan pemaparan jenis-jenis ice breaking yang digunakan oleh guru kelompok B3 RA Perwanida II Mataram di atas, mereka telah mampu menstimulasi 6 aspek perkembangan anak dalam praktik dengan menerapkan berbagai jenis ice breaking yang dijelaskan oleh peneliti dalam kajian teori.

Dengan menerapkan berbagai jenis ice breaker, siswa tampak begitu antusias dan aktif dalam pembelajaran. Implikasi penerapan ice breaker pada 6 aspek tumbuh kembang anak di Kelompok B3 RA Perwanida II Mataram Tahun Ajaran 2019/2020.

Implikasi Penerapan Ice Breaking terhadap 6 Aspek Perkembangan Anak

PENUTUP

Kesimpulan

Pelaksanaan ice breaking dalam proses pembelajaran di RA Perwanida II Mataram kelompok B3 dalam kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan baik, guru mampu melaksanakan ice breaking dengan benar baik secara spontan maupun terencana. Teknik pelaksanaan icebreaker terencana dilakukan dengan memasukkan icebreaker dalam RPPH yang disesuaikan dengan topik untuk mencapai tujuan pembelajaran dan dilakukan pada awal atau akhir kegiatan. . Sedangkan ice breaking spontan dilakukan tanpa ada perencanaan guna menenangkan dan mengalihkan perhatian siswa selama proses pembelajaran baik dari kegiatan awal, tengah, dan akhir pembelajaran, sehingga diperhatikan kondisi dan waktu, sehingga muncul siswa. aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan.

Jenis ice breaker yang digunakan guru untuk mengembangkan 6 aspek perkembangan anak kelompok B3 RA Perwanida II Mataram adalah teriakan, tepuk tangan, lagu yang diiringi gerak tubuh sederhana dan permainan. Mengenai implikasi penerapan ice breaking terhadap 6 aspek perkembangan anak di kelompok B3 RA Perwanida II Mataram bahwa ice breaking berdampak pada perkembangan aspek sosial-emosional melalui berbagai jenis kegiatan ice breaking yang dilakukan secara bersama-sama. dan menyenangkan, religius. dan aspek moral dapat dikembangkan melalui kegiatan ice breaking jenis bernyanyi dan bermain, bahasa dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan ice breaking khususnya jenis lagu ice breaking untuk meningkatkan penguasaan kosa kata siswa, aspek kognitif dapat dikembangkan melalui kegiatan ice breaking Jenis tepuk tangan dan nyanyian yang disesuaikan dengan tema kegiatan, seni gerak fisik dan perkembangan dapat dikembangkan melalui berbagai jenis mulut es yang dapat dilihat dari kemampuan anak dalam menyanyi dan mengungkapkan isi kosa kata yang diucapkan melalui berbagai bahasa yang sesuai. gerakan.

Saran

Gambar

Gambar 2.6  Ice Breaking Jenis Game 86

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan Media Komputer Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak TK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil penelitian yang menunjukkan implementasikan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Scientific Approach baru mencapai 44,44 % telah mampu mengembangkan multiple

Menurut (Rasyid, 2012) banyak metode bermain dapat dikembangkan untuk meningkatkan atau mengembangkan aspek perkembangan anak usia dini khususnya pada nilai-nilai agama

Dalam rencana pembelajaran, guru sudah mengembangkan keterampilan berpikir kreatif. Aspek berpikir kreatif yang paling banyak dikembangkan guru adalah kelancaran

Pengembangan Keterampilan Berpikir Kreatif Dalam Perencanaan Pembelajaran Proses analisis RPP guru dilakukan dengan cara melihat ada tidaknya setiap aspek keterampilan

Temuan penelitian menunjukkan bahwa metode bernyanyi membantu perkembangan berbicara pada anak usia dini, seperti: 1 membantu perkembangan kosa-kata anak 2 mengembangkan ekspresi anak

Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan media bahan alam dalam kegiatan proses pembelajaran dapat membantu mengembangkan aspek perkembangan anak seperti motorik halus,

• Rekomendasi Maka rekomendasi yang dapat di berikan oleh penulis yaitu di harapkan guru atau tenaga pengajar mampu menciptakan metode pembelajaran yang lebih kreatif, dan menyenangkan