MINI RESEARCH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUBUKPAKAM
Created By :
Rizki Trisnani ( 2211121033) Iin Sagita Manullang (2213121051)
Cut Alya Sarah (2213121050) Desi Natalia (2213321027)
ENGLISH EDUCATION DEPARTMENT FACULTY OF LANGUAGES AND ARTS
STATE UNIVERSITY OF MEDAN
2021/2022
Table of Contents
I. PENDAHULUAN ... 3
A.Latar Belakang Masalah ...3
B.Identifikasi Masalah ...4
C.Rumusan Masalah ...4
D.Tujuan Survey ...4
E.Manfaat Survey ...4
II.LANDASAN TEORI ... 4
A. Aliran – aliran Filsafat Berlandaskan Pancasila ...5
1.Defenisi Filsafat Pendidikan Pancasila ...5
2.Pandangan FIlsafat Pendidikan Terhadap Pendidikan ...5
3.Dasar Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia ...6
4.Defenisi Pendidikan Karakter...6
B. Konsep dan Nilai – Nilai Filsafat Pendidikan ...7
1.Nilai – Nilai pendidikan berdasarkan Pancasila ...7
2.Pendidikan Karakter berdasarkan nilai nilai Pancasila ...10
III.METODE SURVEY ... 12
A. Tempat dan Waktu Survey ...12
B. Subjek Survey ...12
C.Teknik Pengambilan Data ...12
D.Instrumen Survey ...12
E.Teknik Analisis Data ...12
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14
A. Gambaran Hasil Survey ...14
B. Pembahasan ...15
C.Temuan Lapangan ...15
V.PENUTUP ... 18
A. Kesimpulan ...18
B. Saran ...18
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsungdalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran. Pada kenyataan yang kita lihat di sekolah-sekolah, seringkali guru terlaluaktif di dalam proses pembelajaran, sementara siswa dibuat pasif, sehingga interaksiantara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran tidak efektif. Jika proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru, maka efektifitas pembelajaran tidak akan dapatdicapai. Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif, guru dituntut agar mampumengelola proses pembelajaran yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga iamau dan mampu belajar. Untuk bisa belajar efektif setiap orang perlu mengetahui apa arti belajar sesungguhnya. Belajar adalah sebuah tindakan aktif untuk memahami danmengalami sesuatu. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus danrespon. Jadi, proses belajar terjadi jika anak merespon stimulus (rangsangan) yangdiberikan guru, selain itu untuk meraih pembelajaran yang efektif peserta didik juga dapatdibimbing oleh guru dari pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki yang tersimpandalam ingatan dan pemikiran mereka (kognitif) dengan menggunakan teori dan metode pembelajaran dengan tepat. Jika hal itu belum terjadi maka proses pembelajaran tidakakan berjalan dengan efektif dan optimal tanpa menyiapkan sejumlah perangkat pembelajaran yang tepat. Disini para guru juga bisa mempelajari aliran-aliran dari filsafat pendidikan yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan keadaansiswa dan keefektifan dari penerapan aliran filsafat pendidikan tersebut dalam prakteknyata di sekolah.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi siswa belum sesuai dengan yang diharapkan
2. Pembelajaran yang diterapkan dikelas masih berpusat pada guru sehingga siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran.
3. Guru kurang mampu mengajak siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran 4. Pelajaran berbasis masalah jarang diterapkan guru.
C. BATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, maka perlu adaanya pembatasan masalah agar penelitian lebih terfokus pada permasalahan yang akan diteliti peneliti hanya meneliti kemmampuan komunikasi siswa dengan pembelajaran berbasis masaalh sub materi yang diajarkan di sekolah SMPN 1 LUBUKPAKAM
D. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang dapat kami tuliskan dari laporan observasi (Mini Riset ),ini adalah sebagai berikut
1. Kegiatan belajar yang dilakukan guru 2. Sikap atau respons yang diberikan guru
3. Perencanaan yang dilakukan sebelum pembelajaran dilakukan oleh guru E. TUJUAN SURVEY Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran di SMPN 1 LUBUKPAKAM
B. Untuk mengetahui metode, model, dan strategi dalam proses pembelajaran di SMPN 1 LUBUKPAKAM
C. Untuk mengetahui aliran filsafat pendidikan apa yang diterapkan oleh gurudalam proses pembelajaran di SMPN 1 LUBUKPAKAM Untuk mengetahui kendala yang muncul dalam proses pembelajaran di SMPN 1 LUBUKPAKAM
D. MANFAAT SURVEY
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut . 1. Dapat mengetahui bagaimana proses pembelajaran, metode, model, danstrategi proses
pembelajaran yang digunakan oleh guru, serta untukmengetahui apa saja kendala yang muncul dalam proses pembelajaran di SMPN 1 LUBUKPAKAM
2. .Laporan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber literasi bagi para pembaca.
3. Sebagai evaluasi dan pembelajaran bagi mahasiswa sebagai calon guru dimasa depan bagaimana proses pembelajaran yang baik dan efektif sertamenerapkan aliran filsafat pendidikan dalam proses pembelajaran
BAB II LANDASAN TEORI
A. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan Berlandaskan Pancasila
1. Definisi Filsafat Pendidikan Pancasila
Filsafat berasal dari kata Philosophy yang secara epistimologis berasal dari philos atau phileinyang yang artinya cinta dan shopia yang berarti hikmat atau kebijaksanaan. Secara epistimologis bermakna cinta kepada hikmat atau kebijaksanaan (wisdom) (Sutrisno, 2006).
Pancasila juga merupakan sebuah filsafat karena pancasila merupakan acuan intelektual kognitif bagi cara berpikir bangsa, yang dalam usaha-usaha keilmuan dapat terbangun ke dalam system filsafat yang kredibel. Menurut Abdulgani (dalam Ruyadi, 2003), Pancasila merupakan filsafat negara yang lahir sebagai collective ideologie (cita-cita bersama) dari seluruh bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang kemudian dituangkan dalam suatu
“sistem” yang tepat. Sedangkan Notonagoro (dalam Ruyadi, 2003) menyatakan bahwa Filsafat Pancasila memberikan pengetahuan dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat dari Pancasila.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri yang membedakannya dengan sistem filsafat lain. Secara ontologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila- sila Pancasila. Notonagoro (dalam Ganeswara, 2007) menyatakan bahwa hakikat dasar ontologis Pancasila adalah manusia, sebab manusia merupakan subjek hukum pokok dari Pancasila.
Selanjutnya, hakikat manusia itu adalah semua kompleksitas makhluk hidup, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial. Secara lebih lanjut, hal ini bisa dijelaskan bahwa yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial adalah manusia.
2. Pandangan Filsafat Pendidikan tentang Pendidikan
Secara sederhana, filsafat pendidkan adalah nilai - nilai dan kenyakinan – kenyakinan filsafat yang menjiwai , mendasari dan memberikan identitas (karakteristik) suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah jiwa, roh dan kepribadian sistem pendidikan nasional, karenanya sistem pendidikan nasional , wajarlah dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas pancasila , citra danbangsa kita , atau tujuan nasional dan hasrat luhur indonesian yang tersimpuldalam pambuka undang – undang dasar 1945, sebagai perwujudan jiwa dan nilai pancasila. Dengan begitu sistem pendidkan itu bertumpudan menjiwai oleh suatu kenyakinan, pandangan hidup dan filosofis tertentu. Inilah dasar pemikiran rasional mengapa filsafat pendidikan pancasila merupakantuntutan nasional atau konsekonsi dari sistem kenegaran repoblik indonesia.
Filsafat pancasila suatu kesatuan bulat dan utuh ,atau kesatuan organik yang berdasarkan pancasila.karena itu filosofi yang di pakai itu harus berusaha memenuhi syarat – syarat berfikir sedara keritis , sistematis, menyeluruh dan mendalam. Karena filsafat itu sebagai ilmu untuk memahami semua hal yang timbul dalam hidup manusia, maka di harapkan manusia dapat mengerti dan mempunyai pandangan menyeluruh dan sistematis mengenai filsafat bahwa manusia itu satu kesatuan dari dunia.
Dasar dan tujuan
Dasar pendidikan merupakan salah satu asas untuk mengambarkan bidang pendidikan danpembinaan kepribadian , karena pendidikan memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Di samping itu asas tersebut juga bisa berfungsi sebagai sumber pemegang hidup dan pemegang langkah pelaksanan
Di indonesia secara formal pendidikan mempunyai dasar yang kuat yaitu pancasila. Pancasila merupakan dasar setiap laku dan kegiatan bangsa indinesia. Dasarpokok pendidikan itu untuk mendidik ahlak dan jiwa, dan juga menamkan nilai nilai keutaman dan membiasakan peserta didik dan kesopanan yang tinggi
Dan secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah tingkat kedewasan.
Aritinya membawa anak didik agar dapat mandiri dalam hidupnya di tengah – tengah masnyarakat.
Sebagai ilustrasi pendidikan yang di tingkatkan dan luasnya berlainan yaitu tujuan pendidikan nasional, tujuan insitusional, tujuan intruksional, dan tujuan kulikuler.
Pendidik dan Peserta didik
Pendidik adalah indifidu yang mampu melaksanakan tindakan pendidik dalam suatu situasi pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan (yusuf 1982: 53). Individu yangmampu itu adalah orang dewasa yang bertangung jawab , sehat jasmani dan rohani mampu berdiri sendiri dan mampu menangung resiko dari segala perbuatanya kesedian dan keselaran untuk menerima tangung jawab itulah yang pertama dan utama di tuntut dari seorang pendidik .
Peserta didk adalah adak yang sedang tumbuh dan berkembang , baik di tinjau dari segi fisik maupun dari segi perkembangan mental . setiap individu memerlukan bantuan dan perkembangan pada tingkat anak didik. Dan karena secara kordinati peserta didik itu berbeda, maka pendidikan yang di lakukan harus sesuai dengan perkembangan tiap tiap peserta didik pada tiap tingkat perkembangan sehingga pendidikan yang memberikan tempat dan berdanya guna.karena ketepatan memilih metode penyajian merupakan faktor yang sangat menentukan.
( Friedrich, C. Joachim, 2010. FILSAFAT HUKUM Perspektif Historis )
4. Pengertian Pendidikan Karakter
Pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha manusia secara sadar dan terencana untuk mendidik dan memberdayakan potensi peserta didik guna membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk menanamkan nilai- nilai karakter tertentu kepada peserta didik yang di dalamnya terdapat komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, serta tindakan untuk melakukan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan pendidikan moral dimana tujuannya adalah untuk membentuk dan melatih kemampuan individu secara terus- menerus guna penyempurnaan diri kearah hidup yang lebih baik.
Pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik. ( T. Ramli)
Pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
(Thomas Lickona)
Character education adalah pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan langsung kepada peserta didik untuk menanamkan nilai moral dan memberi kan pelajaran kepada murid mengenai pengetahuan moral dalam upaya mencegah perilaku yang yang dilarang.( John W. Santrock) Tiga landasan dalam penguatan pendidikan karakter, yaitu :
1. Memasukkan nilai-nilai humanisme.
Nilai ini antara lain berupa sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama.Contoh dalam pendidikan karakte bisa di ambil dari negara Jepangr. Tradisi dan nilai-nilai luhur di sana tidak tergerus oleh modernitas.
2. Mengembangkan karakter keilmuan.
Caranya, dengan menciptakan curiosity, rasa ingin tahu yang tinggi (search of inquiry). Dengan begitu, ilmu, kreatifitas, dan inovasi dapat berkembang. Dalam kaitan ini, critical thinking harus diajarkan kepada peserta didik. Dengan bekal penalaran yang baik, seorang peserta didik menjadi problem solver dalam kehidupannya kelak.
3. Menanamkan kecintaan dan kebanggaan kepada Indonesia.
Pancasila, UUD 1945, Persatuan Indonesia, NKRI adalah pilar-pilar kebangsaan yang sudah final. Cinta tanah air adalah bagian yang terintegral dari keimanan
B. Konsep Dan Nilai-Nilai Filsafat Pendidikan.
1. Nilai- Nilai Pendidikan Berdasarkan Pancasila
Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila- sila pancasila merupakan suatu nilai. Oleh karena itu, sila-sila pancasila itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan, meskipun antara sila yang satu dengan sila yang berbeda, tetapi kesemuanya merupakan kesatuan yang sistematis. Implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi bagi peserta didik bisa dilakukan dengan menumbuhkan sifat nasionalisme pada peserta didik (Asmaroini, A. P.
2016 dalam jurnal Fajriyatur Robi’ah & Dinie Anggraen(2021)). Nilai-nilai Pancasila pun dapat diterapkan melalui mata pembelajaran dalam jenjang pendidikan SD, SMP maupun SMA.
Berikut ini beberapa niai Pendidikan berdasarkan Pancasila adalah:
a. Nilai Pendidikan religious.
Berdasarkan sila pertama, yang berbunyi “ketuhanan yang maha esa” menyatakan bahwa kita sebagai umat manusia tidak akan terlepas dengan yang namanya agama dan Tuhan. Tuhan yang mengatur dan menciptakan segalanya yang ada di muka bumi ini.
Untuk itu, kita sebagai manusia tentunya harus mempercayai dan meyakini kalau Tuhan itu ada. Sebagai umat manusia yang beragama, kita tentunya melaksanakan dan menjalankan perintah Tuhan. Nilai-nilai religius bertujuan untuk mendidik agar manusia lebih baik menurut tuntunan agama dan selalu ingat kepada Tuhan.
Dalam sila pertama mengandung nilai ketuhanan. Sehingga dalam hal Pendidikan, siswa di ajak atau di berikan arahan dan bimbingan untuk melaksanakan dan
melakukan kegiatan keagamaan yang di mana di wajibkan untuk semua manusia yang memiliki agama. Penerapan nilai religious dalam kehidupan Pendidikan juga bisa di terapkan melalui beberapa kegiatan yaitu dengan di berlakukannya kurikulum mata pelajaran agama yang mana dari pelajaran tersebut siswa bisa belajar mengenai agama dengan teman-temannya dan tentunya dalam dunia Pendidikan. Penerapan nilai religious dalam dunia Pendidikan yang sesuai dengan pancasila juga bisa diterapkan melalui kegiatan-kegiatan keagamaan seperti jika pada umat muslim yaitu Maulid Nabi Muhammad Saw, israj mi’raj, dan lain sebagainya. Sedangkan pada umat Kristen yaitu perayaan hari natal, hari kebangkitan yesus kristus dan yang lainnya.
Dalam nilai Pendidikan religious siswa dapat mampu belajar dan mengerti bagaimana pentingnya agama sebagai dasar dan fondasi kehidupan manusia di dunia ini. Dengan agama lah sebagai pedoman dan petunjuk bagi manusia untuk menuju jalan kebenaran.
Manusia tanpa agama ibaratkan hidup tanpa tujuan. Jalan kedepan namun tak tentu arah.
b. Nilai Pendidikan kemanusiaan/ sosial
Dalam kehidupan di dunia ini manusia tentunya hidup dalam berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lain. Rasa kemanusiaan yang ada pada diri manusia terwujud pada prilaku dan tindakan sosialnya. Dalam sila kedua yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan beradab” menunjukkan bahwasanya manusia merupakan makhluk sosial yang adil dan beradab. Sila kedua diliputi dan dijiwai oleh sila pertama. Ini artinya, kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indonesia bersumber dari ajaran Tuhan yang Maha Esa, yaitu manusia merupakan makhluk pribadi, anggota masyarakat, sekaligus hamba Tuhan.
Kemanusiaan yang adil dan beradab menjadikan setiap warga negara punya kewajiban dan hak yang sama, juga dijamin haknya serta kebebasannya terkait hubungan baik dengan Tuhan, orang, negara, dan masyarakat. Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menjadikan seseorang memiliki kemerdekaan menyatakan pendapat, serta berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
Penerapan atau implemantasi nilai kemanusiaan dalam dunia Pendidikan yang sesuai dengan sila kedua Pancasila adalah yang pertama menghormati sesama teman, guru dan anggota masyarakat yang ada di lingkungan sekolah tanpa meninjau perrbedaan yang ada. Tidak melakukan perundingan atau mencela orang lain yang memiliki perbedaan dengan kita, karena kodratnya manusia satu berbeda dengan manusia yang lainnya.
c. Nilai Pendidikan Persatuan
Indonesia merupakan negara dengan beragam suku dan budaya yang memberikan banyak perbedaan di setiap warganya. Bukan hanya beragam suku dan budaya, namun
juga beragam ras, agama, bahasa, dan lain sebagainya. Keberagaman yang ada, tidak membuat Indonesia pecah atau retak dengan yang lainnya. Nilai persatuan yang kuat dalam diri setiap warga Indonesia membuat kita bisa hidup rukun tanpa membeda- bedakan satu dengan yang lainnya.
Sesuai dengan sila ketiga yang berbunyi “persatuan Indonesia” menunjukkan bahwa persatuan Indonesia akan selalu di terapkan dalam kehidupan manusia di Indonesia.
Persatuan yang ada membuat kita memiliki jiwa dan kepribadian yang kuat dan sama sehingga kita tidak akan merasa berbeda dengan yang lainnya. pemahaman nilai persatuan Indonesia adalah pemahaman mengenai bersatunya beraneka ragam budaya, agama, suku, ras, kelompok, dan golongan bangsa Indonesia untuk mewujudkan Bhineka Tunggal Ika.
Dalam dunia Pendidikan, dengan di terapkannya nilai Pancasila maka siswa lebih bisa menghargai dan menghormati teman atau guru yang berbeda suka atau yang lainnya tanpa mencela dan menghakimi orang tersebut. Giat dan rajin belajar agar menjadi anak yang cerdas di kemudian hari, selalu menjaga kerukunan antar anggota atau masyarakat di sekolah, baik itu teman, guru, penjaga kantin, satpam sekolah dan lain sebagainya.
d. Nilai Pendidikan Permusyawaratan dan Kesepakatan Bersama
Asas demokrasi permusyawaratan atau kedaulatan rakyat. Penjelmaan dari asas ini dapat dilihat pada persetujuan dari rakyat atas pemerintah itu dapat ditunjukkan bahwa presiden tidak dapat menetapkan suatu peraturan pemerintah, tetapi terlebih dahulu adanya undang-undang artinya tanpa persetujuan rakyat Presiden tidak dapat menetapkan suatu peraturan pemerintah
.
Sesuai dengan sila ke 4 yang berbunyi“kerakyatan yang di pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” sila ke-4 ini menyatakan bahwa diberlakukannya demokrasi di negara ini.
Semua orang berhak untuk menyatakan pendapat sesuai dengan sila ke-4.
Dalam Pendidikan, tentunya penerapan sila ke-4 penting untuk di berlakukan kepada semua siswa. Dalam dunia Pendidikan, penyampaian pendapat guna mencapai tujuan bersama sangat di anjurkan untuk di pelajari.
Penerapan sila ke-4 dapat di berlakukan melalui kerja kelompok atau diskusi, pemilihan ketua kelas dengan cara voting dan mencari kesepakatan untuk tujuan tersebut. Dengan bermusyawarah bersama sama lebih membantu kita
untuk memutuskan tentang apa yang kita tidak ketahui. Bermusyawarah juga memudahkan kita untuk berbagi argumentasi, bertukar argumentasi satu sama lain. Maka dari itu bermusyawarah sangat penting untuk memutuskan tujuan bersama. dan perwakilan rakyat haruslah orang yang benar benar
bertanggung jawab atas tugasnya. Jadi, kesimpulannya bahwa Negara kesatuan republik Indonesia dalam sistem demokrasi harus dipimpin oleh orang yang bertanggung jawab, profesional dan dipilih dengan berfikir dewasa dengan cara bermusyawarah.
e. Nilai Pendidikan keadilan
Bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berarti antara keadilan pribadi dan sosial. Keadilan pribadi adalah keadilan secara individu atau perserorangan, sedangkan keadilan sosial adalah keadilan secara bersama sama. seluruh Rakyat Indonesia berhak mendapatkan keadilan dalam bentuk hukum, ekonomi, politik dan sosial budaya serta Pendidikan. Jadi, seluruh rakyat Indonesian berhak mendapatkan keadilannya masing-masing tanpa perbedaan.
Penerapan sila ke-5 di sekolah tentunya bisa melalui berbagai macam hal, salah satunya dengan Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Dalam lingkungan sekolah, sikap adil tentunya menjadi patokan. Untuk guru, mereka harus bisa adil kepada semua siswanya. Jangan hanya karena siswa satu lebih pintar dengan siswa satunya lagi, maka guru tersebut tidak memberikan kepadanya kesempatan untuk memperbaiki nialinya.
Hal tersebut sungguh tidak adil untuk siswa tersebut. Atau karena ada satu orang siswa yang ibunya ternyata guru di sekolah tempat dia mengajar juga, di berikan nilai yang bagus. Tentunya jika kita menemukan kasus-kasus seperti ini kita pasti akan merasa tidak adil dan kecewa.
2. Pendidikan Karakter Berdasarkan nilai-nilai Pancasila
Pancasila bukan hanya dijadikan sebagai dasar negara, tetapi pancasila juga merupakan pandangan hidup dan ideologi. Fungsi Pancasila sebagai ideologi memberi arah dan landasan bagi pembangunan dan sekaligus memberi gambaran tentang kehidupan masyarakat yang dicita-citakan. Sedangkan fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup memberi arah dan landasan bagi pembangunan karakter bangsa. Fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup membawa implikasi bahwa Pancasila juga sebagai jiwa dan sekaligus sebagai kepribadian bangsa. Ini berarti moral dan karakter bangsa Indonesia adalah Pancasila.(Sulistyarini : 2015).
Karakter adalah watak, tabiat, sifat dan akhlak dari seseorang yang terbentuk dari hasil kebiasaan-kebiasaan yang di lakukannya. Setiap orang mempunyai karakternya masing- masing. Karakter seseorang terbentuk atas dasar pemikiran, cara pandang, bersikap dan bertindak. Adapun pengembangan Pendidikan terbentuk dari hasil interaksi antara masyarakat dan bangsa. Pengembangan Pendidikan karakter tentunnya berasal dari dividedu itu sendiri, sehingga dapat di sebutkan Pendidikan karakter di lakukan individu, namun karena manusia hidup secara berdampingan dan bermasyarakat, maka
pengembangan karakter dapat di lakukan melalui sistem pendidikan.
Pembinaan karakter bangsa dengan nilai-nilai Pancasila bertujuan agar bangsa Indonesia mampu bersikap dan bertingkah laku dengan sepatutnya sehingga mampu mengantar bangsa menuju kesuksesan hidup sesuai dengan cita-cita bangsa. (Sulistyarini : 2015).
Dengan demikian sumber karakter adalah belief system yang telah terpatri dalam sanubari bangsa, serta tantangan dari luar sehingga membentuk sikap dan perilaku yang akan mengantar bangsa mencapai kehidupan yang sukses. Bagi bangsa Indonesia belief system ini tiada lain adalah Pancasila yang di dalamnya terdapat konsep, prinsip dan nilai
yang merupakan faktor endogen bangsa Indonesia dalam membentuk karakternya.(Sulistyarini : 2015).
individu yang telah dijiwai oleh sila-sila Pancasila melaksanakan nilai-nilai berikut : 1. Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa, jujur,
amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani, mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotic.
2. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif, berorientasi iptek dan reflektif.
3. Karakter yang bersumber dari olah raga antara lain: bersih, sehat, sportif,
tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.
4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain, kemanusiaan, saling menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air, bangga mengunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja
keras, dan beretos kerja (Desain IndukPembangunan Karakter Bangsa, 2010: 22 (dalam jurnal karya Sulistyarini : 2015 ).
3. Pendidikan Moral Berdasarkan Pancasila
Saat ini berbagai masalah dihadapi dalam dunia penddikan diantaranya masalah
moral. Dimana moral merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Moral merupakan produk dari budaya dan agama, dimana setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan system nilai yang telah terbangun sejak lama. Moral juga dapat diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dll. Sedangkan pendidikan moral adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk mengubah sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan peserta didik agar mampu berinteraksi dengan lingkungan masyarakatnya sesuai dengan nilai moral dan kebudayaan masyarakat
setempat. Anggun (2013).
Pendidikan di Indonesia memiliki karakter yang yang berlandaskan Pancasila. Setiap aspek dalam karakter tersebut didasari dari kelima sila yang terdapat dalam pancasila. Hal ini dianggap sangat penting bagi bangsa Indonesia karena dapat mebentengi diri dari berbagai fenomena kehidupan yang tak sesuai dengan nilai dan moral. Melalui pendidikan yang berbasis nilai-nilai luhur Pancasila mampu mencetak generasi muda menjadi warga negara yang sadar dan memahami akan Hak dan kewajibannya. Serta memahami ideology secara utuh dan menjadi warga negara Indonesia yang baik, cerdas, terampil dan berkarakter serta bermoral sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
BAB III. METODE SURVEY
A. Tempat dan Waktu Survey
Penelitian ini dilakukan pada Selasa, 16 November 2021. Di SMP N1 LubukPakam.
Tepatnya di JL.Kartini, Tj. Garbus, Kecamatan Lubuk Pakam, Kab. Deli Serdang. Mulai dari pukul 09.00 s/d selesai.
B. Subject Survey
Survey ini dilakukan dan diarahkan kepada siswa / siswi dan Guru kelas VIII – Unggulan SMP N 1 LubukPakam.
C. Teknik Pengambilan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan membatasi penelitian dengan fokus dan memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan penelitian kualitatif subjek penelitian ini adalah guru matematika kelas VIII - Unggulan SMP Negeri 1 LubukPakam . Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, dan wawancara.
D. Instrumen Survey
Kami memberikan 17 pertanyaan kepada siswa dengan opsi jawaban Ya dan Tidak.
Dengan tujuan apakah Guru melaksanakan pendidikan karakter selama dikelas atau tidak.
Kami juga mewawancarai Guru.
E. Teknik Analasisi Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama dan setelah selesai di lapangan. Analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif menggunakan teknik analisis Miles & Huberman. Aktivitas analisis data menurut Miles & Huberman dalam Sugiyono yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/veryficatiion. Langkah-langkahny sebagai berikut :
1. Data reduction (mereduksi data)
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari catatan lapangan. Proses ini berlangsung terus sepanjang
pelaksanaan penelitian. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok memfokuskan pada hal-hal penting dan membuang hal-hal yang dianggap tidak perlu.
Sehingga data yang direduksi akan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya. Semakin lama peneliti berada di lapangan maka data yang
diperolehpun semakin rumit, untuk itu diperlukan reduksi data sehingga data yang diperoleh lebih sederhana dan mempermudah analisis data. Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu diperlukan reduksi data untuk memilih data yang sesuai dengan kebutuhan peneliti dalam memecahkan masalah. Dalam mereduksi data peneliti dipandu oleh pertanyaan penelitian yang harus dijawab, jawaban dari
pertanyaan tersebut merupakan temuan penelitian. Proses reduksi data dilakukan saat peneliti menemukan data yang belum jelas dan belum memiliki pola dengan tujuan agar peneliti lebih memahami makna yang terkandung dalam data tersebut.
2. Data display (penyajian data)
Setelah data terkumpul dan direduksi langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Penyajian data dilakukan dengan cara menyusun data yang telah diperoleh dari hasil reduksi data secara naratif sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan dan keputusan pengambilan tindakan. Pada tahap ini, peneliti menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena yang diperoleh untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi sehingga dapat dievaluasi untuk dapat merencanakan tindakan lebih lanjut untuk mencapai tujuan penelitian. Penyajian data dalam suatu pola tertentu aan memberikan kemudahan bagi peneliti untuk membuat suatu kesimpulan penelitian.
3. Conclusions drawing/verification (menarik kesimpulan)
Penarikan kesimpulan adalah memberikan kesimpulan terhadap hasil akhir dan evaluasi. Kegiatan penarikan kesimpulan ini mencakup pencarian makna data dan memberikan penjelasan. Setelah diperoleh data maka dibuat kesimpulan yang bersifat sementara dan dapat berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung dalam pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan buktibukti ilmiah yang disebut verifikasi data. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukt-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan untuk mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Survey
Penelitian ini dilakukan pada guru matematika kelas VIII- Unggulan di SMP Negeri 1 LubukPakam. Penentuan subjek penelitian ini berdasarkan pada rekomendasi dari tim kurikulum di SMP Negeri 1 LubukPakam . Tim kurikulum SMP Negeri 1 LubukPakam merekomendasikan guru bahasa inggris sebagai subjek penelitian, karena guru tersebut dinilai berkompeten, komunikatif, dan dianggap akan memudahkan peneliti untuk memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data yang diperoleh selama penelitian berupa observasi dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisa untuk menunjukkan bagaimana implementasi
pendidikan karakter, apakah yang menjadi faktor penghambat implementasi pendidikan karakter dan upaya apa yang dilakukan dalam mengimplentasikan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil data di atas diperoleh hasil sebagai berikut
1. Bagaimana Implementasi Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran Kelas VIII- Unggulan SMP N 1 LubukPakam .
Hasil penelitian yang diperoleh melelui analisis dokumentasi, observasi, dan wawancara menunjukkan bahwa guru telah mengimplementasikan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran melalui perencanaan, proses pembelajaran dan penilaian. Pada tahap perencanaan implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran melalui RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). RPP yang dianalisis sebanyak satu RPP Kurikulum 2013 dimana dalam RPP tersebut termuat bebarapa nilai karakter yang ada di KI (Kompetensi Inti).Nilai-nilai yang tercantum di KI pada RPP guru adalah religius, kejujuran, kepedulian, kedisiplinan, tanggung jawab, kritis, santun, rasa ingin tahu, mandiri, komunikatif, dan percaya diri. Nilai-nilai tersebut beberapa diantaranya telah dikembangkan oleh guru dalam pembelajarannya sesuai dengan hasil analisis observasi dan wawancara. Hal ini berdasarkan hasil dokumentasi RPP guru.Pada proses pembelajaran guru mengimplementasikan beberapa nilai karakter dalam pembelajaran matematika seperti implementasi nilai santun melalui salam pembuka dan penutup selalu dilakukan guru. Nilai religius juga selalu
diimplementasikan melalui kegiatan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran.Guru sering mempresensi siswa untuk menanamkan nilai disiplin. Menumbuhkan rasa ingin tahu dapat melalui apresepsi dan penggunaan media, motode, serta strategi. Guru menyatakan selalu
menumbuhkan rasa ingin tahu siswa melalu hal tersebut. Sifat gemar membaca, kritis, dan kreatif di implentasikan dengan kegiatan siswa mencari informasi materi pembelajaran, dalam hasil pengamatan guru sering kali meminta siswa mencari materi. Kegiatan pembelajaran matematika sering kali dengan kegiatan diskusi kelompok untuk menanamkan nilai kerjasama. Pemberian tugas individu juga sering kali dilakukan guru untuk mengimplementasikan nialimandiri, kerja keras, dan tanggung jawab. Kegiatan akhir pembelajaran yaitu menyimpulkan hasil pembelajaran
hal tersebut untuk menanamkan niali percaya diri,guru dalam hasil wawancara guru selalu membimbing siswa untuk menyimpulkan materi. Hal ini berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap guru. Pada tahap penilaian guru hanya merencanakan dan mengembangkan nilainilai yang tercaantum dalam RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) tetapi tidak
melakukan penilaian terhadap karakter siswa ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap guru NF.
2. Faktor Penghambat dalam Implementasi Pendidikan karakter untuk pembelajaran kelas VIII – Unggulan SMP N 1 LubukPakam
Brdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru terdapat beberapa faktor penghambat yang dihadapi guru dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter yaitu :
a. Kurangnya kesadaran siswa dalam menaati aturan Kesadaran siswa untuk menaaati aturan yang berlaku masih kurang, terlihat saat masih ada siswa yang mendapat hukuman karena tidak mengerjakan tugas, tidak segera masuk kelas pada waktunya, dan tidak membuka topi dalam kelas. Hal ini menunjukan bahwa sikap disiplin siswa masih rendah, untuk mengurangi hal itu guru selalu memberi teguran, nasehat kepada semua siswa dan hukuman bagi siswa yang melanggar. Hal ini dikeahui berdasarkan hhasil wawancara bahwa masih masih banyak siswa melakukan pelanggaran, teguran dan hukuman kepada yang diberikan guru diharapkan dapat mengurangi pelanggaran yang dilakukan siswa dan membawa efek jera tidak hanya sesaat tetapi untuk waktu yang lama.
b. Motivasi belajar siswa masih kurang
Kurangnya motivasi belajar siswa dikarenakan siswa malu bertanya saat diskusi kelas, walau belum paham siswa enggan bertanya ke guru. Hal ini disebabkan motivasi belajar siswa masih rendah, untuk mengurangi hal itu guru selalu memberi tugas dan pertanyaan-pertanyaan terkait materi kepada semua siswa. Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara, bahwa masih banyak siswa tidak
berani bertanya saat diberi kesempatan bertanya oleh guru. Berbagai bentuk motivasi yang diberikan guru diharapkan dapat mengurangi sikap malu bertanya dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Kesadaran siswa atas tugas dan tanggung jawab masih kurang .Kesadaran siswa atas tugas dan tanggung jawabnya masih kurang, hal ini dapat di lihat bahwa masih ada siswa yang tidak melaksanakan tugas yang telah ditetapkan seperti jadwal piket kelas dan masih ada yang tidak mengerjakan PR.Untuk mengurangi hal itu guru selalu memberi teguran nasehat kepada semua siswa
yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya. Hal ini dilakukan agar siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Hal ini diketahui berdasarkan hasil wawancara, bahwa masih ada siswa tidak melaksanakan tanggung jawabnya.
C. Temuan Lapangan
P-01 : ibu bagaimana cara menerapkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran matematika?
G-01 : ya… menerapkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran itu biasanya kita laksanakan selama ppm kan., nah untuk edisi 2017 dengan
edisi 2014 yang kemarin terdapat perbedaan untuk kelas 9 sekarang semua
guru mata pelajaran itu berhak memberikan penilaian karakter baik
penilaian sikap spiritual maupun sikap sosial. Namun kelas 7 dan kelas 8 itu kita tidak berhak lagi untuk menilai tetapi untuk memberikan arahan bahwa untuk pertemuan ini kita mau melihat sikap kejujuran anda untuk
menyelesaikan tugasnya seperti itu tetapi tdk berhak lagi untuk memberikan nilai terhadap anak. Guru hanya mengamati saja tetapi untuk menilai kita tidak berhak lagi untuk kelas 7 dan 8 kecuali pelajaran agama dan ppkn.
P-02 : kan bu’ sudah tidak menilai tentang karakter siswa lagi di kelas 8 tetapi apakah ibu masih menerapkan pendidikan karakter?
G-02 : iya masih… masih tetap mengobservasi juga, Seperti itu.
P-03 : terus ibu nilai-nilai apa saja yang ada di dalam pembelajaran ?
G-03 : nilai ppm yahh.. ada namanya nilai kelompok, ada nilai tugas mandiri, nilai tugas terstruktur ya itu penilaian kita.
P-04 : bagaimana ibu menerapkan nilai karakter pada siswa seperti karakter jujur?
G-04 : Dalam menerapkan karakter kejujuran itu kita biasanya menyampaikan ke anak sebelum memberikan tugas. Bahwa, apapun yang kamu selesaikan dari masalah yang diberikan jujurlah bahwa kalau memang asalnya dari teman katakanlah itu dari teman, kalau memang dari buah fikiran sendiri ya
katakanlah dari buah fikiran sendir. Artinya dia seacara jujur menyampaikan hasil karyanya.
P-05 : dan selain karakter jujur, karakter disiplin juga ada ibu?
G-05 : oke ada, seperti dia disiplin dalam mengerjakan tugasnya seperti tidak keluar masuk di dalam ppm berlalu, tidak rebut, tidak bermain itu disiplin.
P-06 : terus ibu kalau karakter rasa ingin tahu?
G-06 : iyaa… seperti tadi kan jika anak-anak itu mau diberikan sebuah masalah terus disuruh untuk mengamatinya jika memang yang diamati itu dia tidak
memahami maka dia secara anak-anak itu menanyakan bagaimana ini ibu saya tidak mengerti? Dia besar ingn tahunya jadi karena dia rajin bertanya.
P-07 : terus ibu apa yang ibu harapkan dalam menerapkan pendidikan karakter?
G-07 : nah, itu harapan kita semoga anak-anaknya itu bisa menunjukkan bahwa dia anak yang beragama, menujukkan bahwa dia anak yang bisa menunjukkan bahwa dia anak yang disiplin, anak yang terpelajar, anak yang bisa
melaksanakan semua peraturan-peraturan di sekolahnya, mengikuti tata tertib maksudnya.
P-08 : iya ibu, terus ibu apakah yang dipersiapkan guru dalam pembelajaran?
G-08 : yahh banyak sih yang mau dipersiapkan utamanya program pembelajaran disiapkan, format penilaian seperti itu. Jadi RPP dan penilaian.
p-09 : apakah ada hal-hal yang menghambat ibu dalam menerapkan pendidikan karakter?
G-09 : faktor penghambatnya itu kurangnya motivasi untuk bertanya walaupun mereka tidak mengerti tapi tetap saja tidak mau bertanya, kesadaran masih kurang, padahal sudah diberikan jadwal piket tapi masih saja kelas kotor , kesadaran siswa untuk mentaati aturan masih yang berlaku masih kurang, contohnya ada siswa yang tidak mengerjakan tugas, terlambat masuk kelas, melanggar aturan dalam kelas (memakai topi dalam kelas) dan lain-lain P-09 : selain itu bu?
G-09 : iya banyak, banyak sekali kendala yang kita peroleh karena anak-anak sekarang apayah khususnya kelas 7 dan 8 dia belum tahu yang manakah yang namanya karakter, jadi walaupun sudah setiap hari anak kamu harus begini seperti ini, harus disiplin, yang namanya anak-anak dimasa transisi dari SD ke SMP Nampak juga jadi kita sebagai guru tidak boleh bosan-bosan
memberikan arahan dengan teguran tentang karakter kepada anak didik seperti P-10 : teguran seperti apa bu?
G-10 : bisa teguran langsung, seperti langsung diberi teguran kepada siswa yang makan di dalam kelas dan biasa juga di beri hukuman.
p-11 : upaya apa sajakah yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan pendidikan karakter?
G-11 : ya.. memberikan bimbingan kepada anak didik supaya setiap hari bersikap yang baik sesuai tata tertib sekolah yang berlaku seperti itu?
P-12 : Apakah ibu melakukan evaluasi setelah pembelajaran?
G-12 : iya selalu melakukan evaluasi terhadap siswa seperti yang anda lihat kan setelah selesai pembelajaran.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan karakter merupakan salah satu hal terpenting yang di terapkan dalam dunia Pendidikan. Seseorang yang memiliki karakter yang baik, akan mempunyai sifat dan sikap yang baik pula. Di sekolah, Pendidikan karakter di terapkan untuk membentuk kepribadian siswa terhadap dirinya sendiri dan lingkungan di sekitarnya. Penerapan Pendidikan karakter yang baik dalam lingkungan sekolah, bukan hanya berguna untuk para siswa tetapi juga untuk para guru dan masyarakat sekolah. Dengan di berlakukannya pendidikan karakter di lingkungan sekolah kepribadian yang baik, taat, sopan dan lain sebagainya dapat di wujudkan dengan baik oleh seluruh masyarakat sekolah. Jika kita hanya mengandalkan kepintaran saja, tanpa mewujudkan karakter yang baik, hal itu sama saja tidak artinya. Karena dengan memiliki kepribadian dan karakter yang baik, manusia akan hidup dalam keadaan damai dan tentram.
Penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika dapat kita gunakan sebagai rujukan implemantasi pendidikan karakter dalam pembelajaran di sekolah.
Ternyata masih banyak siswa yang masih belum mewujudkan pendidikan karakter dengan baik. Rendahnya kesadaran siswa dalam menaati peraturan dan motivasi belajar yang kurang menjadi factor utama pendidikan karakter yang masih belum terlaksana dengan baik. Bukan hanya dari sisi siswa saja, seorang guru terkadang cenderung tidak peduli atau tidak ingin menanggapi lagi penerapan pendidikan karakter untuk siswa, karena pada kenyataan hal seperti itu lah yang terjadi. Penerapan pendidikan karakter yang sesuai dengan nilai pancasila merupakan cita-cita bangsa Indonesia. Pancasila yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia dapat diwujudkan dengan penerapan pendidikan karakter yang baik dan cerdas untuk siswa dan bangsa Indonesia.
B. Saran
Setiap siswa tentunya memiliki karakter yang berbeda-beda. Namun hendaknya kita sebagai guru menuntun dan membimbing mereka membentuk karakter yang cerdas dan baik untuk siswa. Seorang guru di harapkan mampu dan memiliki metode yang efektif untuk membentuk kepribadian dan karakter siswa di sekolah. Penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran seperti jujur dalam mengerjakan tugas, selalu datang tepat waktu, menaati peraturan sekolah dan lain sebagainya, diharapkan berguna dan
bermanfaat dalam membentuk kepribadian dan karakter siswa di sekolah.
Kita sebagai siswa seharusnya bisa mengetahui dan mempelajari pendidikan karakter yang baik. Memiliki kesadaran untuk selalu menaati peraturan sekolah, mewujudkan sikap yang sopan dan tidak curang selama mengerjakan tugas, merupakan perwujudan kita dalam menerapkan pendidikan karakter yang baik. Kita selalu berharap bahwa kedepannya menjadi orang yang cerdas dengan memiliki karakter dan kepribadian yang baik dan cerdas pula sebagai generasi penerus bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, Ilyas. Pendidikan Karakter Suatu Pendekatan Nilai, Makassar: Alauddin University Press, 2012.
Jacques S. Benninga, Marvin W. Berkowitz, dkk, “The Relationship of Character Education Implementation and Academic Achievement In Elementary ”,Journal of Reseach in Character Education, Vol. 1 No. 1 (2003).
Kusyaity, Umi. Psikologi Pembelajaran Panduan Praktis untuk Mehamahami Psikologi dalam Pembelajaran, Cet 1; Makassar: Alauddin University Press, 2014.
Mei Kusumawardani, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Yogyakarta”, Skripsi Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta, (2013)
Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Cet 2;
Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Muhammad Yaumi, pilar-pilar pendidikan karakter, Makassar:
Alauddin university press, 2012.