• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

and Educational Technology Studies

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jktp

Kendala Pelaksanaan Layanan Teknologi Informasi &

Komunikasi dalam Kurikulum 2013

Radjab Sutrisno,1, Wahyu Widyaningsih,1 Nur Asih,2 Istyarini2

1 Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kudus , Kudus, Indonesia

2 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia DOI: http://dx.doi.org/10.15294/ijcets.v3i1.8675

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan layanan TIK di SMP 1 Kudus tahun 2015/ 2016. Jenis penelitian adalah studi evaluasi pendekatan kualitatif dengan menggunakan model evaluasi Stake. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, ob- servasi dan dokumentasi. Hasil dari penelitian di SMP 1 Kudus me-nunjukan 1) Perencanaan layanan TIK sudah berjalan cukup baik, masih ada beberapa warga sekolah kurang paham konsep layanan TIK, 2) Pelaksanaan layanan TIK sudah baik sesuai dengan indikator keberhasilan program, dan 3) Hasil layanan TIK masih belum terlaksana dengan baik, bentuk penilaian ja-rang digunakan dan tidak ada bentuk pelaporan

Abstract

The purpose of this research is to describe and analyse the implementation of the ICT Service in SMP 1 Kudus in the academic year of 2015/ 2016. This was an evaluation study research with qualitative approach. It used Stake Evaluation model. The sources of the research were informant, observation result, and bibliography. The technique of data collection used interiew, observation, and documentation. The result of the study in SMP 1 Kudus showed: 1) The plan- ning of ICT service has been running quite well, there are still some people in schools do not understand the concept of ICT service. 2) The implementation of ICT service has been running well based on the indicator of program success.

3) The result of ICT service still hasn’t been implemented well, rarely used form of assessment and no report form.

Article History

Received : December 2016 Accepted : January 2016 Published : April 2017

Keywords

Curriculum 2013, ICT teacher, ICT sercvice

Corresponding author : © 2017 Universitas Negeri Semarang

(2)

PENDAHULUAN

Kontribusi Teknologi Informasi dan Ko- munikasi (TIK) dalam pendidikan di era globa- lisasi pendidikan dapat dipandang dari berbagai aspek, namun pada dasarnya TIK dapat mem- fasilitasi suatu proses dalam mengumpulkan, mengelola, menyimpan, menyelidiki, membuk- tikan, dan menyebarkan informasi penting seca- ra efektif dan efisien (Munir, 2009:3).

Keberadaan TIK dalam dunia pendidikan sudah tidak diragukan lagi. Di era modern ini, seperti pada implementasi Kurikulum 2013. Da- lam implementasinya, TIK tidak berdiri sendiri sebagai mata pelajaran melainkan melebur ke- dalam setiap mata pelajaran. Hal tersebut meng- haruskan semua elemen di sekolah harus melek TIK. Akan tetapi pada kenyataannya semua elemen di sekolah, tidak seluruhnya dapat me- manfaatkan TIK dalam pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan, TIK secara umum bertujuan agar siswa memahami alat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara umum termasuk komputer (computer literate) dan memahami informasi (information litera- te), dimana siswa mengenal istilah-istilah yang gunakan pada TIK dan khususnya pada kompu- ter yang umum digunakan (Rusman, dkk, 2011:

74). Hal ini berkaitan erat dengan Kurikulum 2013, dimana dalam implementasinya, salah satu prinsip yang diterapkan adalah pemanfaatan TK untuk meningkatan efisien dan efektivitas pem- belajaran.

Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di Kurikulum 2013 semakin besar. Penggunaan pembelajaran berbasis TIK secara tidak langsung dapat menambah pengetahuan siswa tentang perkembangan teknologi, guru memanfaatkan media sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, guru memanfaatkan banyak media pembelaja- ran berbasis TIK yang sudah ada sesuai dengan mata pelajaran dan materi yang diajarkan (Iman, 2015:13).

Penghapusan mata pelajaran TIK mem- berikan dampak tersendiri. Salah satu yang me- rasakan dampak dari dihapusnya mata pelajaran TIK dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah guru TIK. Mereka beralih fungsi menjadi guru prakarya. Padahal, hal ini tidak sesuai dengan keahlian mereka dalam mengajar peserta didik.

Selain guru TIK, guru mata pelajaran juga me- rasakan dampaknya. Para guru mata pelajaran ini selain mengajarkan ilmu kepada peserta di- dik sesuai dengan bidang keahliannya, mereka

juga membimbing peserta didik dalam TIK.

Berbagai dampak yang muncul dari peng- hapusan mata pelajaran TIK, sehingga dikelu- arkan kebijakan baru oleh pemerintah terkait nasib mata pelajaran TIK dalam implementasi Kurikulum 2013. Menurut Peraturan Menteri dan kebudayaan Republik Indonesia (Permen- dikbud) Nomor 45 tahun 2015 telah memutus- kan tentang perubahan atas peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Rebuplik Indonesia No. 68 Tahun 2014 tentang peran guru Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan guru Kete- rampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) dalam Implementasi Kurikulum 2013.

Kebijakan baru ini menjawab dilema yang dirasakan para guru TIK dan KKPI, yaitu menga- dakan TIK di Kurikulum 2013 dalam bentuk lay- anan. Jadi, TIK pada kurikulum 2013 bukan lagi sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai lay- anan atau bimbingan TIK. Layanan TIK di sini tidak hanya memberikan pelayanan TIK kepada murid saja, tetapi juga kepada guru dan tenaga kependidikan di sekolah.

Layanan TIK merupakan program yang masih baru dalam implementasi Kurikulum 2013. Setelah kebijakan baru tentang layanan TIK resmi dikeluarkan oleh Kementrian Pendi- dikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada tanggal 11 Juli 2014, sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013 mulai menerapkan layanan TIK.

Selain Permendikbud No. 45 Tahun 2015, Ke- mendikbud juga mengeluarkan petunjuk teknik pelaksanaan layanan TIK di sekolah.

Salah satu sekolah yang menyelengga- rakan layanan TIK adalah SMP 1 Kudus. SMP 1 Kudus merupakan salah satu seolah eks Rinti- san Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kudus sebagai sekolah percontohan Kurikulum 2013 diantara enam sekolah pada jenjang SMP di Kabupaten Kudus. Sekolah ini sudah menerapkan layanan TIK selama dua tahun, sejak resmi dikeluarkan kebijakan baru tentang layanan TIK pada Kuri- kulum 2013

SMP 1 Kudus memiliki fasilitas yan men- dukung pelaksanaan layanan TIK, antara lain infrastuktur sekolah sudah maju, sumber daya manusia guru kebanyakan sudah menempuh minimal S1, fasilitas pembelajaran berbasis TIK seperti LCD dan proyektor terpasang di setiap ruangan, menerapkan e-learning, perpustakaan online, dan wifi yang terpasang hampir di setiap gedung sekolah.

(3)

Dalam pelaksanaannya, guru TIK di SMP 1 Kudus mengacu pada Permendikbud No. 45 Tahun 2015 dan juknis pelaksanaan layanan TIK.

Artikel ini menjelaskan hasil penelitian evaluatif menggunakan model stake untuk mengetahui pelaksanaan layanan TIK di SMP 1 Kudus tahun 2015/ 2016. Lebih dari evaluasi pelaksanaan lay- anan TIK yang terbagi menjadi tiga tahapan pe- rencanaan (antecedents), pelaksanaan (transac- tion), dan hasil (outcomes) sesuai dengan tahap pada model Stake.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi evaluasi berpendekatan kualitatif den- gan model evaluasi yang digunakan adalah mo- del Stake (countenance). Model evaluasi Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi yaitu descriptions dan judgement dan membedakan tiga tahap dalam program pendi- dikan, yaitu antecedents (context), transaction (proccess), dan outcomes (output). Stake men- gatakan apabila evaluator akan menilai suatu program pendidikan, melakukan perbandingan yang relatif antara satu program dengan yang lain, atau perbandingan yang absolut (satu pro- gram dengan standard) (Tayibnappis, 2008: 22).

Impelementasi model Stake dalam men- gevaluasi progam layanan TIK yaitu (1) peren- canaan (antecedents), mengumpulkan dan menganalisi data tentang gambaran awal dan persiapan pelaksanaan layanan TIK di SMP 1 Ku- dus yang terdiri dari beberapa komponen, anta- ra lain pemahaman konsep layanan TIK, Sumber Daya Manusia guru TIK, penyusunan perangkat layanan, penjadwalan, penentuan sasaran pe- serta didik, dan sarana dan prasarana, (2) pe- laksanaan (transaction), mengumpulkan dan meng-analisis data terkait dengan pelaksanaan layanan TIK di lapangan yang terdiri dari bebe- rapa komponen meliputi proses layanan TIK kepada peserta didik, guru, dan tenaga kepen- didikan, dukungan dan kerjasama, dan tempat pemberian layanan, dan (3) hasil (outcomes), mengumpulkan dan menganalisis data terkait dengan hasil dari pelaksanaan layanan TIK di SMP 1 Kudus yang terdiri dari beberapa kompo- nen, antara lain bentuk penilaian kepada peserta didik, bentuk pelaporan, dan hasil.

Sumber penelitian yaitu informan, hasil observasi dan sumber pustaka. Informan di- bedakan menjadi dua, yaitu informan utama (guru TIK) dan informan pendukung (peneri- ma layanan TIK, antara lain peserta didik, guru

mata pelajaran, dan tenaga kependidikan). Da- lam pengambilan sampel informan pendukung menggunakan purposive sampling, dimana da- lam menentukan sampel menggunakan bebera- pa pertimbangan.

Teknik pengumpulan data menggunakan (1) wawancara dengan informan utama dan in- forman pendukung, (2) observasi kegiatan pe- laksanaan layanan TIK di SMP 1 Kudus mulai dari perencanaan, pelaksanaan pemberian laya- nan, dan proses evaluasi hasil layanan TIK, dan (3) dokumentasi berupa dokumen resmi seperti juknis layanan TIK, program tahunan, program semester, silabus, Rencana Perangkat Layanan, dan Permendikbud No. 45 Tahun 2015. Doku- mentasi pribadi berupa catatan harian peneliti, foto dan video kegiatan layanan TIK.

Ada beberapa teknik pemeriksaan data yang dapat digunakan untuk meningkatkan atau mengetahui validitas data, seperti trian- gulasi data, review informan, member check, menyusun database, dan penyusunan mata ran- tai bukti penelitian (Moleong, 2000: 330). Tek- nik keabsahan data dalam penelitian, peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Triangulasi yang digunakan adalah trian- gulasi sumber dan triangulasi teknik. Pada trian- gulasi teknik peneliti memvalidasi data dengan cara mengecek kepada informan utama dan pen- dukung yang sama dengan teknik yang berbeda, sedangkan triangulasi teknik, peneliti melaku- kan kroscek dengan cara mewawancarai sum- ber, hasil wawancara dengan guru TIK dikroscek dengan hasil wawancara penerima layanan.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis (Sugiyono, 2013: 335). Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan mem- bandingkan membandingkan data dari tiga tahapan model Stake, yaitu antecedents, tran- saction, dan outcomes antara hasil temuan dila- pangan tentang pelaksanaan layanan TIK den- gan standar pelaksanaan layanan TIK, kemudian disimpulkan. Dalam menganalisis penelitian ini sesuai dengan teknik analisis penelitian, meli- puti pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan selama satu bu- lan, teritung mulai tanggal 7 Maret- 31 Maret 2016. Hasil penelitian evaluasi pelaksanaan laya-

(4)

nan TIK di SMP 1 Kudus tahun 2015/ 2016 meng- gunakan model Stake (countenance) diperoleh dari 3 cara, yaitu wawancara dengan guru TIK dan penerima layanan, observasi pelaksanaan layanan TIK di SMP 1 Kudus serta dokumenta- si. Informan yang diwawancarai berjumlah 20 orang, yang terdiri dari tiga orang guru TIK, ke- pala sekolah, Waka kurikulum, Sekbid sarana dan prasarana, sasaran penerima layanan, antara lai empat guru mata pelajaran, dua tenaga ke- pendidikan, dan sembilan peserta didik.

Patokan yang digunakan terdiri dari dari tiga tahapan penelitian yang meliputi perenca- nanan (antecedents), pelaksanaan (transaction), dan hasil (outcomes) yang terdiri dari beberapa konponen dalam setiap tahapan. Dalam peny- ajian hasil penelitian dan pembahasan terbagi menjadi 3 bagian yaitu (1) evaluasi perencanaan (antecedents), (2) evaluasi pelaksanaan (tran- saction), dan (3) evaluasi hasil (outcomes), serta perbanding-an hasil temuan layanan TIK di SMP 1 Kudus dengan standar pelaksanaan layanan TIK (Permendikbud No 45 Tahun 2015 dan Juk- nis Pelaksanaan layanan TIK) di lapangan.

A. Evaluasi Perencanaan (antecedents) Pada evaluasi aspek perencananan laya- nan TIK di SMP 1 Kudus, indikator komponen untuk mengukur keberhasilan program antara lain pemahaman konsep layanan TIK, sumber daya manusia, penyusunan perangkat (Prota, Promes, Silabus, dan Rencana Perangkat Laya- nan), penjadwalan, sasaran penerima layanan, dan sarana dan prasarana yang memadai.

Menurut Permendikbud No. 45 Tahun 2015 pasal 3 ayat 2 yang berisi tentang guru TIK memiliki peran untuk membimbing perserta di- dik pada SMP/ MTs, SMA/MA, SMK/MAK atau yang sederajat untuk mencapai standar kompe- tensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, selain itu memfasilitasi sesama guru pada SMP/

MTs, SMA/MA, SMK/MAK atau yang sedera- jat dalam menggunakan TIK untuk persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah, serta memfa- silitasi tenaga kependidikan SMP/ MTs, SMA/

MA, SMK/MAK atau yang sederajat dalam men- gembangkan sistem manajemen sekolah berba- sis TIK. Pemahaman konsep layanan TIK terse- but haruslah dipahami seluruh warga sekolah.

Ketiga guru TIK di SMP 1 Kudus sudah pa- ham tentang tugas mereka yang baru pada Kuri- kulum 2013 ini. Terbukti dengan para guru TIK sudah paham dengan jelas perbedaan konsep

layanan TIK dengan mata pelajaran TIK, seperti yang diungkapkan dibawah ini:

“... jadi untuk layanan TIK itu konsepnya ham- pir sama dengan layanan bimbingan konseling (BK). Jadi kita melayani anak tidak hanya di kelas. Kita memberikan layanan di kelas bisa saja di luar kelas, diluar jam pelajaran. Kita memang masuk kelas satu jam pelajaran pera- turan per kelas, itu untuk layanan klasikal dan untuk layanan individu, anak boleh langsung menghubungi guru yang bersangkutan diluar jam tersebut” (Bapak Radjab Sutrisno, guru TIK kelas IX)

“... kalau mata pelajaran kan itu lebih bany- ak gurunya ya mba yang berperan, tapi kalau yang layanan itu memang siswanya, kecuali mereka menmukan masalah, silakan melak- sanankan layanan/ bimbingan” (Ibu Alif Noor Saidah, guru TIK kelas VIII)

“... bedanya dengan layanan TIK kita tidak hanya melayani siswa, tetapi kita juga melaya- ni guru. ketika ada guru yang kesulitan nanti kita bantu. Nah bukan hanya guru saja, ada te- naga kependidikan (TU). Kalau mereka kesu- litan bisa dibantu” (Ibu Wahyu Widyaningsih, guru TIK kelas VII).

Selain guru TIK, warga sekolah di SMP 1 Kudus juga mengetahui konsep layanan TIK di SMP 1 Kudus, mulai dari kepala sekolah, Waka kurikulum, serta sasaran penerima layanan TIK yang terdiri dari empat guru mata pelajaran, dua tenaga kependidikan dan sembilan peserta didik. Walaupun masih ada beberapa warga se- kolah yang kurang paham akan konsep layanan TIK. Jadi dapat disimpulkan, indikator kompo- nen untuk pemahaman konsep layanan TIK dari warga SMP 1 Kudus sudah cukup baik.

Menurut Permendikbud No. 45 Tahun 2015, Guru TIK wajib memiliki kualifikasi aka- demik sekurang-kurangnya sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dalam bidang teknolo- gi informasi dan/atau memiliki sertifikat pen- didik dalam bidang TIK atau KKPI. Serta guru TIK yang tidak memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dalam bidang teknologi informasi tetapi memiliki ser- tifikat pendidik dalam bidang TIK atau KKPI yang diperoleh sebelum tahun 2015, tetap mem- bimbing peserta didik sesuai dengan sertifikat pendidiknya.

Guru TIK di SMP 1 Kudus memiliki latar belakang di bidang Teknologi Informasi dan tingkatan pendidikan yang ditempuh minimal S1. Dengan demikian, untuk kualifikasi aka- demik guru TIK di SMP 1 Kudus sudah sesuai dengan Permendikbud No. 45 Tahun 2015. Jadi untuk indikator sumber daya manusia sudah

(5)

terpenuhi dengan baik.

Guru TIK di SMP 1 Kudus menyusun pe- rangkat layanan TIK secara mandiri berdasarkan petunjuk teknis (Juknis) pelaksanaan layanan TIK yang telah diterima. Mulai dari menyusun program tahunan. Dalam penyusunan program tahunan, guru TIK menyesuaian dengan Juknis yang diberikan pemerintah. Perumusan materi yang akan disampaikan selama satu tahun, guru TIK di SMP 1 Kudus mengunakan referensi se- perti Buku Siswa Elektronik dan buku-buku TIK lainnya.

Berdasarkan Juknis pelaksanaan TIK dan Permendikbud No 45 Tahun 2015 pasal 4 ayat 2, dalam penentuan peserta didik pada saat pe- nyusunan program tahunan memuat tentang akumulasi dari jumlah peserta didik yang di- bimbing memenuhi beban kerja guru TIK mem- bimbing sekurang-kurangnya 150 peserta didik.

Guru TIK di SMP 1 Kudus menyesuaikan den- gan yang diberikan sekolah. Guru TIK di SMP 1 Kudus ada 3 guru dan mereka mendapat tugas mengampu per tingkatan kelas, jumlah siswa ke- las IX sebanyak 267 peserta didik, kelas VIII se- banyak 256 peserta didik dan kelas VII sebanyak 268 peserta didik.

Dalam penyusunan program semester dan silabus guru TIK menyusun secara mandiri ber- dasarkan Juknis pelakasanaan layanan TIK serta kebutuhan dari SMP 1 Kudus. Begitupun juga dalam penyusunan Rencana Perangkat Layanan TIK, para guru TIK menyusun secara mandiri tidak melibatkan MGMP di Kota Kudus karena dalam MGMP masih didominasi para guru TIK yang masih menerapkan TIK sebagai mata pe- lajaran.

Gambar 1, Bimbingan kepada peserta didik secara klasikal

Indikator keberhasilan program tentang penyusunan Prota, Promes, Silabus, dan renca-

na perangkat layanan sudah terpenuhi dalam perencanaan layanan TIK di SMP 1 Kudus. Guru TIK mampu menyusun mandiri perangkat yang digunakan untuk pelaksanaan layanan TIK sesu- ai dengan standar pelaksanaan yang ada.

Bimbingan kepada peserta didik dapat dilaksanakan dengan cara klasikal maupun indi- vidual. Bimbingan klasikal yang terjadwal dilak- sanakan berkala dan sekurang-kurangnya 5 kali pertemuan dalam satu semester, di mana materi yang tertuang di dalam progam semester dan program tahunan. Pelaksanaan bimbingan indi- vidual dilakukan sesuai dengan jam kerja guru dengan cara memberikan konsultasi kepada pe- serta didik di sekolah.

Penjadwalan layanan TIK di SMP 1 Kudus untuk secara klasikal sudah masuk kedalam jad- wal sekolah. Guru TIK mendapat 1 jam pelajaran untuk masuk ke kelas memberikan layanan TIK secara klasikal. Penjadwalan di sekolah diten- tukan oleh pihak sekolah. Jadi, apabila diaku- mulasikan guru TIK dalam memberikan layanan TIK secara kasikal lebih dari 5 kali dalam setiap semester di setiap kelas. Kemudian untuk jadwal bimbingan secara individual untuk peserta didik berjalan natural sesuai dengan kebutuhan indi- vidu dari peserta didik.

Pembimbingan kepada guru dan tenaga kependidikan secara tatap muka (klasikal) ter- jadwal paling tidak 2 (dua) kali per semester dan berkala yang tertuang dalam program tahunan yang dirinci dalam program bulanan. Untuk bimbingan secara klasikal dilakukan sesuai den- gan kebutuhan dan pada saat jam kerja sekolah

Penentuan jadwal layanan TIK kepada guru dan tenaga kependidikan di SMP 1 Kudus untuk secara klasikal terjadwal tetapi menye- suaikan waktu dan kebutuhan pada waktu ter- tentu. Seperti In House Training (IHT) untuk input soal di Ujian Nasional Berbasis Komputer (UBNK) dan pelatihan e-learning yang tercover dalam Rencana Kerja Anggaran Sekolah. Ke- mudian untuk layanan yang bersifat individual, guru TIK menyesuaikan kebutuhan dari guru dan tenaga kependidikan, tidak ada jadwal ter- tentu.

Pada era globabalisasi ini hampir semua pekerjaan dituntut menggunakan Teknologi In- formasi (TI). Seperti guru, tenaga kependidikan di SMP 1 Kudus dalam menjalankan tugasnya juga menggunakan sistem TI. Tenaga kependi- dikan di SMP 1 Kudus, seperti petugas perpusta- kaan dan staff tata usaha dalam menjalankan tu-

(6)

gasnya sudah menggunakan komputerisasi dan sistemnya sudah online. Maka dari itu, dengan adanya layanan TIK, tenaga kependidikan dapat meminta layanan baik secara individual mau- pun secara klasikal kepada guru TIK, sehingga kemampuan mereka bisa bertambah dalam tek- nologi dan tentunya pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan tuntutan dari sekolah.

Sebagai sasaran utama dari layanan TIK, peserta didik tidak serta merta hanya menerima saja layanan TIK dari guru TIK. Peserta didik ha- rus memiliki motivasi khusus dalam melaksana- kan layanan TIK, sehingga dengan alasan yang kuat peserta didik dapat mengetahui, bentuk la- yanan TIK seperti apa yang dia butuhkan untuk membantuk permasalahan di bidang TIK. Sem- bilan peserta didik di SMP 1 Kudus, mengung- kapkan alasan perlunya mendapatkan layanan TIK. Hal ini didukung dengan pernyataan dari tiga peseta didik di SMP 1 Kudus,

“... perlu karena kan ngga semua siswa bisa kaya gitu, mungkin dari SD sudah bisa, kan perlu ilmu TIK yang lebih banyak lagi” (Elsa- fadia, peserta didik kelas IX).

“... perlu banget karena kita nanti kalau ngga perlu jadi gagap teknologi” (Uli, peserta didik kelas VIII).

“... sangat perlu sekali, karena ini untuk masa depan kita dan agar terhindar dari buta TIK”

(Daffa, peserta didik kelas VII)

Guru TIK di SMP 1 Kudus memberikan la- yanan sudah sesuai dengan sasaran penerima la- yanan TIK, yaitu kepada peserta didik, guru dan tenaga kependidikan. Hal ini didukung dengan pernyataan-pernyataan yang mendukung dari para penerima layanan TIK. Walaupun ada bebe- rapa guru yan merasa tidak perlu mendapatkan layanan TIK, karena sudah bisa mengatasi sen- diri permasalahan tentang TIK yang dialaminya.

SMP 1 Kudus merupakan salah satu se- kolah di Kudus yang memiliki fasilitas yang mendukung dalam pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Hal ini ditunjukan dengan adanya 3 laboratorium komputer den- gan masing-masing lab komputer berisi fasilitas antara lain 36 seperangkat komputer, printer, LCD, full koneksi internet dan total ada 5 ser- ver yang tersebar di semua lab komputer yang dikhususkan untuk UNBK pada bulan Mei 2016 nanti. Selain itu, sarana prasarana yang mendu- kung adanya TIK di SMP 1 Kudus antara lain se- perti LCD dan proyektor sudah terpasang ham- pir disetiap kelas, gadget, laptop serta Wi-Fi yang terpasang hampir di semua gedung sekolah.

Gambar 2, Laboratorium komputer SMP 1 Kudus Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasio- nal, terdapat delapan standar dalam pendidikan salah satunya standar sarana dan prasarana.

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kri- teria minimal tentang ruang belajar, tempat be- rolahraga, tempat ibadah, perpustakaan, labora- torium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berkreasi, serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Berbagai perlengkapan TIK yang luma- yan lengkap di SMP 1 Kudus sudah sesuai den- gan kriteria standar nasional pendidikan yaitu standar sarana dan prasarana khususnya dalam penggunaan teknologi informasi dan komuni- kasi (TIK). Jadi, sarana dan prasarana di SMP 1 Kudus sudah memadai dan sesui dengan standar sarana prasarana pendidikan nasional.

Berdasarkan dari dari keenam indikator keberhasilan, dapat disimpulkan bahwa peren- canaan layanan TIK di SMP 1 Kudus cukup baik.

Masih ada beberapa warga sekolah yang kurang paham akan konsep layanan TIK, kualifikasi akademik guru TIK di SMP 1 Kudus S1 dan S2 dalam bidang teknologi Informasi. Selain itu, guru TIK di SMP 1 Kudus menyusun perangkat layanan TIK secara mandiri berdasarkan Juknis pelaksanaan layanan TIK, adanya jadwal layanan TIK yang jelas dan sesaui dengan Permendikbud No. 45 Tahun 2015, adanya sasaran penerima la- yanan tepat, serta adanya sarana prasarana yang mendukung layanan TIK.

B. Evaluasi Pelaksanaan (transaction)

Menurut Permendikbud No. 45 Tahun 2015 dan juknis pelaksanan layanan TIK yang

(7)

diterbitkan oleh kemendikbud, guru TIK mem- berikan layanan TIK baik kepada peserta didik, guru, maupun tenaga kependidikan. Dalam pemberian layanan TIK kepada peserta didik, guru TIK menggunakan dua tipe layanan yaitu secara klasikal dan individual. Klasikal yang di- maksudkan adalah bimbingan langsung di kelas yang terjadwal serta minimal 5 kali masuk ke ke- las dalam 1 semester.

Guru TIK di SMP 1 Kudus berjumlah 3 orang, yaitu Bapak Radjab Sutrisno, M. Pd men- gampu layanan TIK di kelas IX, Ibu Alif Nor Sai- dah, S. Kom mengampu layanan TIK kelas VIII, dan Ibu Wahyu Widyaningsing mengampu lay- anan TIK kelas VII. Layanan TIK yang diberikan dapat secara klasikal maupun individual.

Proses layanan TIK yang diberikan Pak Radjab Sutrisno, S. Pd di kelas IX sudah cukup baik. Pak Radjab sering memberikan layanan TIK kepada peserta didik secara klasikal di kelas, tetapi apabila ada peserta didik yang akan me- lakukan layanan secara individual, beliau akan memberikan layanan TIK. Proses penyampaian layanan yang tidak tegang merupakan salah satu strategi yang beliau terapkan saat memberi la- yanan. Materi di kelas IX di semester dua ten- tang aplikasi corel draw, sehingga media yang digunakan pada saat layanan TIK di kelas antara lain, laptop, LCD, serta aplikasi coreldraw. Serta gedget untuk selalu aktif membuka edmodo.

Proses layanan TIK yang diberikan Ibu Alif Noor Saidah, S. Kom kepada kelas VIII lebih sering secara klasikal walaupun individual juga beliau siap melayani. Metode yang digunakan dalam bentuk tanya jawab dan presentasi di depan kelas. Materi yang diberikan terkait den- gan power point dan internet (email dan blog).

Media yang digunakan pada saat proses layanan yaitu laptop dan LCD.

Proses layanan TIK yang diberikan Ibu Wahyu Widyaningsih, M. Pd kepada kelas VII lebih seringnya secara individul di edmodo, wa- laupun beliau tetap masuk ke dalam kelas untuk memberikan layanan secara klasikal. Aplikasi edmodo merupakan saah satu media yang di- gunakan Ibu Wahyu untuk membagikan materi layanan selama 1 tahun ajaran, selain itu juga untuk berkomunikasi dengan peserta didik ter- kait permasalahan yang dialami tentang TIK.

Sehingga ketika dikelas, bukan memaparkan materi tetapi berdiskusi tentang materi yang be- lum dipahami dan yang ingin ditanyakan. Ma- teri yang dibagikan dalam aplikasi edmodo yaitu seputar TIK dan aplikasi pengolah kata. Media

yang digunakan saat layanan antara lain laptop, gadget, dan LCD.

Gambar 3. Proses layanan TIK secara klasikal pada kelas IX

Guru TIK di SMP 1 Kudus telah melak- sanakan layanan TIK kepada peserta didik baik secara klasikal maupun individual. Layanan se- cara klasikal, guru TIK mendapatkan jadwal 1 jam pelajaran setiap minggunya di setiap kelas.

Dalam satu semester, jika guru TIK rajin ma- suk ke kelas, berarti 12 kali pertemuan guru TIK memberikan layanan TIK kepada peserta didik secara klasikal dan itu susah memenuhi kriteria dari yang ditentukan oleh pemerintah, sedang- kan untuk layanan secara individual, guru TIK tidak membuat jadwal khusus, tetapi menye- suaikan kebutuhan dari peserta didik.

Pemberian layanan TIK kepada guru dan tenaga kependidikan tujuannya membantu dan memfasilitasi para guru dan tenaga kependidi- kan pada SMP/MTs SMA/MA, SMK/MAK atau yang sederajat untuk mencari, mengolah, me- nyimpan, menyiapkan, serta menyebarkan data dan informasi dalm berbagai cara untuk persia- pan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran dan dalam mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasis TIK.

Layanan TIK kepada guru dan tenaga kependidikan di SMP 1 Kudus bersifat natural menyesuaikan kebutuhan dari guru dan tenaga kependidikan. Tidak ada jadwal khusus lay- anan klasikal maupun individual. Cara guru TIK memberi layanan kepada guru dan tenaga kependidikan yaitu dengan cara problem solv- ing. Apabila guru dan tenaga kependidikan menemui masalah terkait TIK dan berkonsultasi maka guru TIK siap membantu dan membimb- ing hingga permasalahan dapat teratasi.

Layanan klasikal kepada guru di SMP 1 Kudus yang telah dilaksanakn adalah input soal

(8)

pada aplikasi UNBK dan pelatihan e-learning kepada guru dan tenaga kependidikan. Apabila materi layanan yang kepada peserta didik sudah tercantum dalam silabus sesuai dengan tingka- tan kelas. Materi layanan untuk guru dan tenaga kependidikan menyesuaikan kebutuhan dari para guru dan tenaga kependidikan, yaitu ten- tang cara input soal di aplikasi UNBK dan pen- genalan e-learning (chamilo)

Untuk memperlancar layanan TIK kepada guru dan tenaga kependidikan, tentu ada me- dia yang mendukung antara lain laptop, Access Point untuk koneksi internet, printer dan apli- kasi-aplikasi seperti microsoft office, aplikasi tc exam untuk try out UNBK, SLIM untuk perpus- takaan dan driver- driver pendukung.

Berdasarkan hasil penelitian, ada bebera- pa guru yang merasa tidak perlu mendapatkan layanan TIK dari guru TIK karena sudah bisa se- cara mandiri dalam menyelesaikan permasala- han yang terkait TIK. Akan tetapi, masih banyak guru dan tenaga kependidikan yang memerlu- kan layanan TIK dari guru TIK.

Dukungan dari warga sekolah tentang pelaksanaan layanan TIK di SMP 1 Kudus tentu akan berpengaruh kepada pelaksanaan layanan.

Program yang terbilang masih baru, tentu harus diketahui dan mendapat dukungan dari berba- gai pihak di sekolah agar program tersebut ber- jalan lancar. Adanya dukungan/kerjasama dari warga sekolah dalam pelaksanaan layanan TIK sudah terpenuhi. Terbukti dari adanya bentuk dukungan dari kepala sekolah, waka kurikulum dan sekretaris bidang sarana dan prasarana.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 ta- hun 2005 pasal 26 ayat 1 tentang standar sarana dan prasarana, satuan pendidikan yang memili- ki peserta didik, pendidik, dan atau tenega ke- pendidikan yang memerlukan layanan khusus wajib menyediakan akses ke sarana dan prasara- na yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Guru TIK di SMP 1 Kudus sebagai pem- beri layanan TIK kepada peserta didik, guru dan tenaga kependidikan mengetahui dimana tem- pat yang kondusif untuk memberikan layanan.

Dalam pemberian layanan TIK kepada peserta didik secara klasikal, guru TIK sering menggu- nakan kelas ataupun lab komputer, sedangkan untuk secara individual, tempat yang sering di- jadikan bisa di mana saja di lingkungan sekolah.

Layanan kepada guru secara klasikal dilakukan di lab komputer atau ruang IMR (ruang mee- ting), sedangkan untuk layanan individual dila-

kukan di ruang guru atau ruang smart.

Berdasarkan uraian dari keempat indika- tor yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan TIK sudah baik se- suai dengan indikator program yang telah diten- tukan. Proses layanan TIK kepada peserta didik secara individual dan klasikal berjalan lancar, proses layanan TIK kepada guru dan tenaga ke- pendidikan secara individual dan klasikal sesuai dengan kebutuhan, adanya dukungan atau ker- jasama dari berbagai pihak, dan adanya tempat yang kondusif untuk layanan.

C. Evaluasi Hasil (outcomes)

Evaluasi hasil sebagai tolak ukur untuk menilai dari proses pelaksanaan layanan TIK yang telah dilakukan serta menjadi umpan ba- lik perbaikan atas hambatan-hambatan selama menjalankan program. Dengan adanya evaluasi, pihak penyelenggara program layanan TIK, yai- tu guru TIK dapat memperbaiki segi atau aspek yang masih kurang agar ke depannya program berjalan lancar tanpa menemukan hambatan.

Evaluasi aspek hasil layanan TIK dapat diketahui tercapainya indikator keberhasilan layanan TIK seperti, adanya bentuk penilaian la- yanan TIK kepada peserta didik secara tertulis, adanya bentuk pelaporan hasil layanan TIK ke- pada peserta didik, guru dan tenaga kependidi- kan, serta hasil layanan TIK yang dirasakan oleh peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan.

Pada akhir dari proses pemberian laya- nan, tentunya ada umpan balik yang diberikan guru kepada peserta didik agar mereka menge- tahui perkembangan setelah menerima layanan, yaitu dengan adanya penilaian. Guru TIK di SMP 1 Kudus melaksanakan penilaian layanan TIK dengan ruang lingkup, penilaian kompetensi si- kap, pengetahuan, dan keterampilan.

Berdasarkan Juknis pelaksanaan layanan TIK yang diterbitkan oleh Kemendikbud, Ru- ang lingkup penilaian layanan TIK mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampi- lan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi re- latif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam penilaian kompetensi sikap mencakup seperti penilaian diri, peni- laian antar peserta didik, dan jurnal guru TIK.

Penilaian kompetensi pengetahuan mencakup seperti instrumen tes tulis, instrumen tes lisan dan instrumen penugasan. Penilaian kompe-

(9)

tensi ketrampilan mencakup seperti tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Hal ini didu- kung dengan pernyataan dari guru TIK di SMP 1 Kudus,

“... jadi untuk penilaian layanan TIK itu kan meliputi tentang kompetensi sikap, pengeta- huan serta keterampilan. Kami harapkan se- muanya tercakup. Selama ini yang saya laku- kan mengamati mereka bekerja hanya karna apa ya hambatannya waktu yang diberikan ke- pada kami terbatas, jadi 1 jam masuk ke kelas itu saya anggap terbatas untuk pembelajaran secara klasikal” (Bapak Radjab Sutrisno, guru TIK kelas IX).

“... saya kira sudah ya mba, saya disitu sudah melaksanakan tadi seperti sikap, pengeta- huan, keterampilan. Penilaian ke diri siswa, meskipun itu langsung misalnya saya yang mengamati” (Ibu Alif Noor Saidah, guru TIK kelas VIII).

Berdasarkan hasil wawancara dengan ke- tiga guru TIK, dapat disimpulkan bahwa guru TIK di SMP 1 Kudus telah melakukan penilaian layanan TIK kepada peserta didik dimulai aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan telah di- lakukan. Penilaian dilakukan secara lisan. Pe- nilaian aspek sikap yang dilakukan guru TIK yaitu dilihat dari keaktifan peserta didik saat melaksanakan layanan TIK. Peserta didik aktif di sini mereka sering bertanya kepada guru TIK baik ketika layanan secara klasikal maupun in- dividual. Penilaian diri terhadap peserta didik adalah tidak dilakukan oleh peserta didik pada mata pelajaran umumnya, teapi dilakukan oleh guru TIK secara objektif. Dalam aspek penilaian kompetensi sikap, guru TIK hanya melaksana- kan penilaian diri dan membuat jurnal kegiaan layanan TIK.

Aspek penilaian selanjutnya adalah aspek kompetensi pengetahuan. Penilaian layanan TIK di SMP 1 Kudus untuk aspek kompetensi pengetahuan jarang dilakukan kepada peserta didik. Guru hanya secara lisan dalam melakukan penilaian dalam aspek ini, semisal guru bertanya sesuatu kepada peserta didik jika mereka bisa menjawab pertanyaan tersebut, guru menga-ng- gap bahwa peserta didik tersebut sudah paham tentang materi yang diajarkan.

Penilaian aspek yan terakhir adalah aspek kompentensi keterampilan. Pada umumnya TIK lebih sering ke praktek dibandingkan dengan teori. Dalam layanan TIK yang sifatnya klasikal, di SMP1 Kudus, waktu layanan diberi satu jam pelajaran untuk guru TIK masuk ke kelas. Dalam penilaian aspek keterampilan, terapat tiga jenis penilaian yaitu tes praktik, projek dan penilaian

portofolio. Guru lebih cenderung mengunakan penilaian berbasis proyek dibandingkan dengan penilaian kinerja.

Gambar 4 Daftar tugas layanan TIK di kelas IX secara klasikal

Jadi, bentuk penilaian kepada peserta didik di SMP 1 Kudus belum memadai karena masih banya teknik penilaian yang belum digu- nakan guru TIK dalam menilai layanan kepada peserta didik. Selain itu bentuk penilaian ma- sih secara lisan, tidak ada bentuk tertulis yang dilakukan guru TIK. Kendalanya adalah waktu yang diberikan untuk layanan secara klasikal hanya satu jam, dan guru TIK yang hanya meng- gunakan juknis pelaksanaan layanan TIK karena tidak adanya pelatihan di kota Kudus membuat sistem penilaian kurang diketahui cara yang be- nar oleh guru TIK.

Sistem penilaian layanan TIK di SMP 1 Ku- dus kepeda peserta didik hanya sebatas lisan dan tidak tertulis, mengakibatkan tidak ada bentuk pelaporan yang dilakukan guru TIK baik kepa- da sasaran penerima layanan TIK (peserta didik, guru, dan tenaga kependidikan) maupun atasan di sekolah. Dengan demikian, pelaksanaan laya- nan TIK tidak memiliki administrasi tertulis ten- tang pelaksanaan layanan TIK yang tersimpan di sekolah. Hanya guru TIK saja yang mempunyai dokumen-dokumen seadanya sebagai pacuan untuk pelaksanaan layanan TIK pada semester depannya.

Walaupun tidak ada bentuk pelaporan se- cara tertulis yang diterima oleh sasaran peneri- ma layanan, namun ada manfaat yang dirasakan yaitu berupa penembahan skill dan menyelesai- kan masalah yang dihadapi khususnya dibidang TIK. Pelaksanaan layanan TIK di SMP 1 Kudus memberikan manfaat tersendiri bagi guru dan tenaga kependidikan. Ada keterkaitan antara layanan TIK dengan tugas yang diemban para guru dan tenaga kependidikan di sekolah.

Bagi guru, layanan TIK memiliki kaitan dengan mata pelajaran yang sering menerap-

(10)

kan TIK pada saat pembelajaran. Sedangkan untuk tenaga kependidikan, kaitan dengan tu- gas yang diemban yaitu mengembangkan sistem manajemen sekolah berbasis digital.

Berdasarkan wawancara dengan guru dan tenaga kependidikan tentang manfaat setelah mendapatkan layananTIK.

“... yang jelas saya menjadi lebih tahu, lebih bisa dan lebih bisa mengembangkan. Jadi ti- dak hanya tahu programnya tapi mengem- bangkannya. Lebih ke skillnya kalau untuk saya. Jadi kemampuan saya lebih meningkat”

(Bapak Drs. H. Achmad Siswoyo, guru IPA).

“... dalam pekerjaan tahu tentang informasi TIK, sangat membantu memperlancar tugas atau pekerjaan, dan yang terpenting yaitu paham apa itu TIK dan bisa melakukan atau mempraktekannya” (Bapak Gunawan P, Staff Tata Usaha).

Selain kepada guru dan tenaga kependi- dikan, peserta didik juga merasakan maanfaat setelah mendapatkan layanan TIK baik secara klasikal maupun individual. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik dengan ber- bagai tingkatan kelas, manfaat yang diperoleh setelah mendapatkan layanan TIK dari guru TIK antara lain: (1) bagi peserta didik kelas IX, manfaat yang diperoleh yaitu lebih mengenal aplikasi desain grafis dan peningkatan skill ter- kait desain grafis; (2) bagi kelas VIII, manfaat yang diperoleh yaitu dapat menambah wawasan tentang teknologi jaman sekarang; dan (3) kelas VII, dapat mengetahui cara akses internet, lebih tahu dan paham materi yang diajarkan, serta mengenal teknologi jaman sekarang.

Berdasarkan uraian dari ketiga indikator pada aspek evaluasi hasil yang telah, dapat di- simpulkan bahwa evaluasi hasil layanan TIK di SMP 1 Kudus masih belum terlaksana dengan baik sesuai dengan standar pelaksanaan laya- nan TIK. Tidak adanya bentuk pelaporan secara tertulis kepada sasaran penerima layanan serta ben-tuk penilaian hasil layanan kepada peserta didik yang masing jarang dilakukan men-jadi- kan evaluasi aspek hasil layanan kurang me- madai. Akan tetapi, ada berbagai manfaat yang dirasakan dari penerima layanan setelah melak- sanakan layanan TIK. Selain itu. Layanan TIK juga memiliki keterkaitan dengan tugas yang diemban para guru dan tenaga kependidikan.

Dalam pelaksanaan layanan TIK di SMP 1 Kudus, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi hasil layanan, ada hambatan- hambatan yang dialami baik dari pelaksana la-

yanan maupun sasaran penerima layanan. Beri- kut ini hasil wawancara dengan pemberi layanan dan penerima layanan TIK terkait hambatan- hambatan yang dialami:

“... nah ini di evaluasi tadi ya mba, kita belum punya dokumentasinya secara tertulis, kemu- dian belum semua siswa itu aktif melaksa- nakan layanan. Jadi apa namanya, mungkin kesadarannya sendiri untuk melaksanakan la- yanan itu dari siswanya belum” (Ibu Alif Noor Saidah, guru TIK kelas VIII).

“... nah untuk yang perencanaannya ini tadi e hambatannya sebenarnya kita dituntut untuk lebih kreatif lagi dalam mengem-bangkannya dari silabus yang sudah kita dapatkan dari sana dan kita jabarkan di RPL. Nah untuk pelak-sa- naan, lab itu tidak bisa digunakan dandi kelas- kelas pun banyak LCD yang rusak, kabelnya rusak, tiba-tiba nda bisa dinyalakan atau disitu buram seperti itu” (Ibu Wahyu Widyaningsih, guru TIK kelas VII).

Hambatan-hambatan yang dialami dari sisi pelaksana layanan TIK yaitu dari segi sara- na dan prasarana, laboratorium komputer yang belum maksimal digunakan untuk layanan TIK.

Banyaknya peserta didik yang tidak membawa laptop ketika proses layanan TIK berlangsung di kelas. Ada beberapa LCD proyektor yang eror di kelas. Kesadaran para penerima layanan TIK untuk aktif dalam proses layanan TIK khususnya saat layanan individual. Belum paham sepenuh- nya tentang bentuk penilaian di layanan TIK.

Belum ada bentuk pelaporan hasil layanan seca- ra tertulis kepada sasaran penerima layanan TIK.

Berikut ini pernyataan-penyataan terkait hambatan yang dialami dari sisi penerima laya- nan TIK yaitu:

“... yak kendalanya itu kalau saya masih pro- gram-program yang agak ruwet sedikit. Nah itu yang memerlukan waktu yang lama” (Ba- pak Achmad Siswoyo, guru mata pelajaran IPA).

“... kendalanya kadang sulit menemukan wak- tu yang tepat. Waktu si sebenarnya. Karena kita membutuhkan bantuan beliau sedang menerapkan la-yanan ke siswa atau layanan di guru lain. Ya terpaksa menunggu, seperti itu akan menghambat kinerja juga” (Ibu Nurul Azkiyah, kepala perpustakaan).

“... hambatannya itu sebenarnya bukan dari gurunya ya, hambatannya itu kalau misalnya lagi nerangin di kelas itu pada suka rame sen- diri trus banyak yang ngobrol sendiri” (Uli, peserta didik kelas VIII).

“... waktu terlalu singkat, kelas terlalu ramai”

(Firza, peserta didik kelas VII).

(11)

Berdasarkan standar pelaksanaan laya- nan TIK, guru TIK memiliki kemampuan untuk melaksanakan tindak lanjut hasil evaluasi den- gan memperbaiki bimbingan dan layanan TIK.

Hambatan yang dialami tidak serta merta mem- buat terhambatnya pelaksanaan layanan TIK di SMP 1 Kudus. Menurut pendapat guru TIK, ada cara untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada dalam pelaksanaan layanan TIK yaitu:

(1) adanya kebijakan dari pemerintah untuk memasukan nilai layanan TIK kedalam rapot, sehingga ada bentuk tertulis laporan kepada peserta didik; (2) dari pihak pimpinan ada pen- garahan khusus tentang adanya layanan TIK ke- pada warga sekolah; (3) sosialisasi tentang pen- genalan tentang konsep layanan TIK yang benar kepada peserta didik, dan warga sekolah lainnya;

(4) Guru TIK harus lebih kreatif dalam membe- rikan layanan TIK, agar siswa lebih tertarik saat melaksanakan layanan; dan (5) dibentuk MGMP khusus TIK sebagai layanan bukan mata pelaja- ran lagi.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian terhadap evaluasi pelaksanaan layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP 1 Kudus tahun 2015/ 2016 dengan mengunakan model Stake, dapat dita- rik simpulan sebagai berikut 1) evaluasi aspek perencanaan (antecedents) layanan TIK di SMP 1 Kudus cukup baik, masih ada beberapa warga sekolah kurang paham konsep layanan TIK, 2) Evaluasi aspek pelaksanaan (transaction) la- yanan TIK sudah baik sesuai dengan standar pelaksanaan layanan TIK yang di tentukan, 3) Evaluasi aspek hasil (outcomes) layanan TIK di SMP 1 Kudus masih belum terlaksana dengan baik, bentuk penilaian jarang digunakan dan ti- dak ada benuk pelaporan hasil layanan, dan 4) Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan laya- nan TIK di SMP 1 Kudus, antara lain: media la- yanan, keaktifan peserta didik, bentuk penilaian dan bentuk pelaporan, waktu mengajar, waktu layanan, pemahaman aplikasi, pemahaman guru

tentang konsep layanan TIK, dan kondisi kelas.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih ke- pada Bapak Sugeng Purwanto, Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Bapak Akhsan Noor, Kepala SMP 1 Kudus yang telah memberi izin penelitian, juga Bapak Radjab Sut- risno selaku guru pembimbing yang telah mem- bantu penulis dalam pelaksanaan penelitian, DAFTAR PUSTAKA

Iman, F. N. (2015) Evaluasi pemanfaatan TIK pada pembelajaran oleh guru-guru SMP N 1 Un- garan dalam rangka implementasi kurikulum 2013. Indo-nesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies (IJCETS) 3(1):

9- 15

Kemendikbud. (2015) Materi Pelatihan Guru Imple- mentasi Kurikulum 2013 Tahun 2015; Teknologi Informasi Dan Komunikasi jenjang SMP/SMA/

SMK . Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan

Moleong, L. J. (2006) Metodologi Peneltian kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Rosdakarya

Munir. (2009) Kontribusi Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) dalam Pendidikan di Era Globalisasi Pendidikan Indonesia. Jurnal Pen- didikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK) 2(2): 1- 4

Republik Indonesia. (2015) Peraturan Menteri Pen- didikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2015 tentang Peran guru TIK dan guru KKPI dalam implementasi Kurikulum 2013. Jakarta.

Republik Indonesia. (2005) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta.

Rusman, Kurniawan, D., dan Cepi, R.. (2011) Pembela- jaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komu- nikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Sugiyono. (2013) Metode Penelitian Kuantitatif Kuali- tatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tayibnapis, F. Y. (2008) Evaluasi Program dan Instru- men Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian.Jakarta: Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan penyelidikan terhadap isi LKS, yaitu untuk mengetahui bagaimana keadaan LKS

penampilan bahan ajar secara keseluruhan menarik, isi atau cakupan sesuai dengan perkembangan anak, penyajian materi didalam bahan ajar tersusun secara sistematis, materi

Berdasarkan hasil penelitian Sjukur tersebut peneliti menganggap perlu adanya pengembangan media blended learning ber- basis edmodo yang digunakan sebagai suple- men

Setelah mendapat perlakuan yang berbeda yaitu pembelajaran dengan pengimplementasian APIK (Alat Permainan Inovatif kreatif) dalam bentuk kartu pintar pada kelompok

Berdasarkan hasil penelitian uji pemakaian, dapat diketahui bahwa dalam pengujian hipotesis diketahui ada perbedaan yang signifikan antara hasil pembelajaran yang

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan dari 34 responden yang menjawab pertanyaan ini terdapat 16 orang siswa atau 47% memberikan jawaban sangat setuju sedangkan responden

does technology displace teachers and schools, does technology improve learning and etc., he seem asks to us to discuss more broadly all of the questions to make us consider that many

The coverage of this questionnaire include some categories namely the teachers’ problems in understanding different ways how students learn, the teachers’ perception towards the app-