• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DISERTAI PEMERKOSAAN (Analisis Putusan Nomor 271/Pid.B/2019/PN Mrb)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DISERTAI PEMERKOSAAN (Analisis Putusan Nomor 271/Pid.B/2019/PN Mrb)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

Apa pertimbangan hukum hakim dalam tindak pidana pemerkosaan disertai pembunuhan menurut putusan Nomor 271/Pid.B/2019/PN Pak. Untuk mengetahui dan menganalisis pertanggungjawaban tindak pidana pemerkosaan disertai pembunuhan dalam putusan Nomor 271/Pid.B/2019/PN Tuan. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi penegakan hukum untuk menyelesaikan permasalahan tindak pidana pemerkosaan disertai pembunuhan.

Untuk dapat menghukum pelakunya, tindak pidana yang dilakukannya perlu memenuhi unsur-unsur yang ditentukan undang-undang.

Kerangka Konseptual

Seseorang yang melakukan tindak pidana, termasuk pidana pengrusakan kamar/bangunan dan fasilitas penjara yang dilakukan oleh narapidana, harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun kerangka konseptual tersebut terkadang masih terasa abstrak sehingga diperlukan definisi operasional yang dapat dijadikan pedoman konkrit dalam proses penelitian. Analisis forensik merupakan kegiatan merangkum sejumlah besar data yang masih mentah, kemudian mengelompokkan atau memisahkan komponen dan bagian yang relevan, kemudian menghubungkan data yang terkumpul untuk menjawab permasalahan.

Analisis adalah upaya untuk menggambarkan pola-pola dalam data secara konsisten agar hasil analisis dapat diperiksa dan diinterpretasikan serta mempunyai makna.51 Hukum adalah sesuatu yang diakui oleh undang-undang, berdasarkan undang-undang, dan sesuatu yang menciptakan ketertiban serta berdampak pada pelanggaran, 52 hukum adalah beberapa aturan yang dianggap sah atau dibenarkan di mata hukum dalam penerapannya, baik berupa peraturan, adat istiadat, etika, bahkan moralitas yang menjadi dasar pengambilan keputusan. Tindak pidana adalah suatu peristiwa yang mengandung unsur-unsur perbuatan yang dilarang oleh undang-undang, sehingga orang yang menyebabkan peristiwa itu dapat dikenai sanksi pidana (dihukum).53 c. Pembunuhan adalah menghilangkan nyawa manusia dengan alasan apapun. perbuatan manusia lainnya.54. Pemerkosaan diatur dalam Pasal 285 KUHP yang berbunyi: “Barangsiapa memaksa perempuan yang bukan isterinya melakukan persetubuhan dengannya dengan kekerasan atau ancaman, karena pemerkosaan, diancam dengan pidana penjara paling lama.” dua belas tahun."

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pemerkosaan adalah : 1) Dilarang melakukan persetubuhan dengan seorang perempuan. Perbuatan persetubuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap seorang perempuan yang bukan istrinya atau tanpa persetujuannya, dilakukan ketika pihak perempuan dalam keadaan ketakutan. Putusan adalah sesuatu yang diucapkan oleh hakim dalam suatu sidang pidana yang terbuka untuk umum setelah melalui proses dan acara hukum acara pidana, yang pada umumnya memuat pidana penjara atau pembebasan atau pembebasan dari tuntutan.

Asumsi

Keaslian Penelitian

Bagaimana penerapan hukum dan pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor 1/Pid.Sus-Anak/2018/PN Srg. Tesis Anderson Peruzzi Simanjuntak yang berjudul: Unsur Permusyawaratan dalam Tindak Pidana Pembunuhan dan Bukti-buktinya yang Berkaitan dengan Yurisprudensi No. Skripsi Rahmat Damaiandi yang berjudul: Mengungkap Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Tingkat Penyidikan di Polsek Tanjung Jabung Timur, dengan permasalahan sebagai berikut: a.

Apa saja faktor penghambat terungkapnya tindak pidana pembunuhan berencana pada tingkat penyidikan di Polsek Tanjung Jabung Timur? Bagaimana upaya mengatasi kendala dalam mengungkap tindak pidana pembunuhan berencana pada tingkat penyidikan di Polsek Tanjung Jabung Timur? Penelitian ini orisinil karena sesuai dengan kaidah ilmiah yaitu adil, rasional, obyektif dan terbuka sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan terbuka terhadap masukan dan saran yang membangun mengenai pendekatan dan rumusan masalah.

Metode Penelitian

Sifat dan Jenis Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif 59. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan cara mengkaji bahan pustaka atau bahan data sekunder yang meliputi buku-buku dan norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. peraturan, asas-asas hukum, kaidah hukum dan sistem hukum, serta peninjauan terhadap ketentuan hukum, putusan pengadilan, dan bahan hukum lainnya yang relevan dengan desain penelitian.60. Jenis penelitian yang dilakukan sehubungan dengan penyusunan tesis ini menggunakan metode penelitian hukum normatif (hukum normatif). Penelitian hukum normatif merupakan penelitian hukum yang mengacu pada norma-norma hukum yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan.

Pendekatan kasus63 dilakukan dengan mengkaji perkara-perkara yang berkaitan dengan permasalahan yang telah menjadi putusan pengadilan, yaitu Putusan Pengadilan Negeri Nomor 534/Pid.B/2020/PN Jbg. Pendekatan Konseptual,64 dilakukan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin dalam ilmu hukum, yang akan menemukan gagasan-gagasan yang dapat melahirkan konsep-konsep hukum, konsep-konsep hukum dan asas-asas hukum yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi.

Alat Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan hasil yang obyektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan metode yaitu penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan cara mengkaji bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Untuk memperoleh hasil yang obyektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dijadikan bahan pertimbangan, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan metode penelitian kepustakaan, dan sebaliknya penelitian dilakukan dengan cara pengumpulan data dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. jadi meliputi surat pribadi, catatan harian, dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah.66. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum dari buku teks yang memuat prinsip-prinsip dasar ilmu hukum dan pandangan-pandangan klasik para ilmuwan yang berkualifikasi tinggi.67. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus, ensiklopedia, dan jurnal yang berkaitan dengan pokok bahasan yang dipelajari.68.

Analisis Data

Andi Hamzah mengartikan kejahatan sebagai suatu perbuatan yang dilakukan di tempat tertentu, pada waktu tertentu dan dalam keadaan yang dilarang (atau diwajibkan) serta diancam dengan pidana. Hukum pidana mengenal beberapa rumusan pengertian kejahatan atau istilah kejahatan sebagai pengganti istilah Strafbaar Feit. Melihat hal tersebut di atas, maka pembentuk undang-undang konsisten dalam menggunakan istilah pidana.

Moeljatno menyatakan, kejahatan adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum pidana, dan siapa pun yang melanggar larangan tersebut akan dikenakan sanksi. Menjamin suatu perbuatan merupakan tindak pidana dilarang oleh hukum pidana dan pelakunya dikenai sanksi pidana, sedangkan keabsahan dan kerugian masyarakat terlihat dari sifat perbuatannya. Perbuatan yang melawan hukum dan merugikan masyarakat belum tentu merupakan tindak pidana, sepanjang dapat dipastikan pelakunya diancam dengan larangan atau hukuman pidana (Pasal 1 KUHP).

Suatu perbuatan termasuk tindak pidana atau tidak harus dilihat pada ketentuan hukum pidana yang berlaku (hukum pidana positif). Dalam hal ini pembunuhan merupakan salah satu bentuk tindak pidana yaitu kejahatan terhadap jiwa orang. 92 Pengertian dan Batasan tindak pidana pembunuhan adalah kejahatan yang ditujukan terhadap jiwa orang dan dilakukan dengan sengaja (pembunuhan delusional). Tindak pidana pembunuhan dalam hukum Indonesia pada umumnya diatur dalam KUHP.

Peraturan jenayah pembunuhan dalam kanun keseksaan Indonesia terdapat dalam Bab XIX, yang berkaitan dengan jenayah terhadap nyawa. Tindak pidana pembunuhan yang diatur dalam Bab XIX merupakan perbuatan pembunuhan yang dilakukan dengan niat, maka setiap perbuatan yang dilakukan harus memenuhi unsur niat yang terdapat pada penulis tindak pidana pembunuhan.

Tindak Pidana Perkosaan

Pembunuhan Berencana

Tindak pidana pembunuhan tingkat pertama diatur dalam Pasal 340 KUHP yang menyatakan: “Barangsiapa dengan sengaja dan terencana menghilangkan nyawa orang lain, diancam dengan pidana pembunuhan tingkat pertama dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara seumur hidup. jangka waktu tertentu, sampai-sampai paling lama dua puluh tahun.” Pembunuhan berencana adalah pembunuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 338 ditambah unsur perencanaan terlebih dahulu.Pembunuhan berencana adalah kejahatan menghilangkan nyawa atau membunuh orang lain setelah merencanakan waktu atau cara, dengan tujuan untuk menjamin berhasilnya pembunuhan. pembunuhan atau penghindaran penangkapan.119 Pembunuhan tingkat satu merupakan tindak pidana dengan ancaman pidana paling berat dibandingkan dengan tindak pidana pembunuhan lainnya yang ancaman terbesarnya adalah hukuman mati.

Selain terancam hukuman mati, pelaku tindak pidana pembunuhan berencana juga bisa dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau paling lama dua puluh tahun. Pembunuhan berencana atau yang disingkat pembunuhan berencana artinya direncanakan terlebih dahulu, ada jangka waktunya, betapa singkatnya mempertimbangkan dan berpikir dengan tenang. Melaksanakan wasiat (tindakan) dalam suasana tenang 120 Memutuskan wasiat dalam suasana tenang maksudnya ketika pelaku memutuskan untuk membunuh maka pelaku melakukannya dalam suasana (batin) yang tenang.

Karena pelaku mempunyai banyak waktu untuk memikirkan bagaimana ia akan melakukan kejahatannya, maka pembunuhan tersebut tergolong pembunuhan berencana dan bukan lagi pembunuhan biasa. Ketiga syarat tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dan harus dibuktikan secara cermat kepada aparat penegak hukum agar tidak salah mengambil keputusan dan apabila syarat tersebut terbukti salah maka unsur pembunuhan berencana tidak terpenuhi. Pembunuhan berencana mempunyai ancaman pidana yang lebih berat dibandingkan dengan pembunuhan biasa (Pasal 338 KUHP) atau pembunuhan sebagaimana diatur dalam (Pasal 339 KUHP), Perbedaan yang membuat pasal ini lebih memberatkan terletak pada perencanaan yang dilakukan oleh pembuatnya.

Pemerkosaan

Ketentuan Pasal 285 KUHP yang mengatur secara hukum tentang tindak pidana pemerkosaan merupakan unsur-unsur yang harus dipenuhi, salah satunya adalah adanya kekerasan. Pasal 286 KUHP: “Barangsiapa menyetubuhi perempuan di luar nikah, meskipun diketahui perempuan itu tidak sadar atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.” Keadaan pingsan dan tidak berdaya memiliki arti yang berbeda-beda, meskipun orang yang tidak sadarkan diri pada dasarnya juga tidak berdaya.

Perbezaan makna ialah seseorang dalam keadaan tidak sedarkan diri adalah tidak sedarkan diri, dalam keadaan ini mereka tidak tahu apa yang dilakukan oleh orang lain jika mereka diserang secara seksual. Seseorang yang dalam keadaan tidur atau disuntik dengan pil tidur, keadaan tidur boleh dipanggil keadaan tidak sedarkan diri. 122. Seseorang dalam keadaan tidak berdaya memahami dan menyedari apa yang telah dilakukan oleh orang lain terhadapnya.

Misalnya, perempuan ditodong pisau, atau kekuatannya tidak kuat menahan kekuatan laki-laki yang memperkosanya, atau dia sakit parah hingga tidak berdaya. Unsur tidak sadar atau tidak berdaya tersebut bukan merupakan akibat perbuatan pelaku, melainkan suatu kondisi yang sudah terjadi. Berbeda dengan Pasal 285 KUHP dan Pasal 286 KUHP yang mengandung unsur tidak adanya persetujuan dari pihak perempuan korban melalui tindakan pemaksaan berupa kekerasan atau ancaman kekerasan, pada Pasal 287 KUHP disebutkan persetubuhan. dilakukan atas persetujuan korban perempuan.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam penelitihan ini adalah Bagaimana Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana membawa pergi seorang wanita yang belum dewasa disertai

Lamintang, bahwa tindak pidana pencurian dengan pemberatan ( gequalificeerde deifstal ) adalah pencurian yang mempunyai unsur-unsur dari perbuatan pencurian di dalam bentuknya

Dalam kasus ini ternyata sejak awal pemeriksaan di penyidik maupun din pengadilan selalu membantah selaku pelaku tindak pidana tersebut, kecuali menurut

Yaitu pelaku tindak pidana yang pada hakekatnya memenuhi semua unsur dari tindak pidana. Dalam arti sempit, pelaku adalah mereka yang melakukan tindak pidana.

Majelis hakim yang mengadili perkara tindak pidana pencucian uang memutuskan terdakwa bersalah melakukan tindak pidana pencucian uang dari tindak pidana narkotika, dan oleh

Pidana Pelaku Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak (Studi Putusan..

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang ingin dibahas dalam skripsi ini yaitu, pedoman hakim dalam menjatuhkan pidana bersyarat terhadap pelaku tindak pidana

Secara teoritis dapat dirumuskan sebagai: “Suatu pelanggaran norma gangguan terhadap tertib hukum yang dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang