• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: TINJAUAN HUKUM ATAS SENGKETA SURAT KEPUTUSAN PERSETUJUAN PENGOPERASIAN KAPAL ANGKUTAN PENYEBRANGAN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 105 K/TUN/2022)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: TINJAUAN HUKUM ATAS SENGKETA SURAT KEPUTUSAN PERSETUJUAN PENGOPERASIAN KAPAL ANGKUTAN PENYEBRANGAN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 105 K/TUN/2022)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

Berbeda dengan keputusan yang dalam konteks birokrasi pemerintahan dikenal sebagai keputusan tata usaha negara yang merupakan produk hukum yang bersifat konkrit. Bersifat final artinya keputusan tata usaha negara itu bersifat final dan oleh karena itu dapat menimbulkan akibat hukum.

Kerangka Konsep

Melihat sejarah terbentuknya peraturan perundang-undangan di Indonesia, keberadaan keputusan selalu termasuk dalam kategori norma hukum yang berlaku terus-menerus dalam jangka waktu yang tidak terbatas, dan sifat substansinya pada umumnya bersifat abstrak. Menurut Nurnaningsih Amriani, perselisihan adalah perselisihan yang terjadi antara para pihak dalam suatu perjanjian karena adanya wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam perjanjian.48. Surat keputusan adalah surat yang berisi keputusan yang diambil oleh pimpinan suatu organisasi atau lembaga pemerintah mengenai kebijakan organisasi atau lembaga tersebut.49.

Keaslian Penelitian

Judul penelitian/tesis: “Dinamika kebijakan kelautan dan perikanan di Kabupaten Rembang pada masa Reformasi dan otonomi daerah. Kabupaten Rembang memasuki masa transisi menuju reformasi Dinamika kebijakan kelautan dan perikanan pada masa tersebut otonomi daerah.

Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

  • Metode Pendekatan
  • Objek Penelitian
  • Alat Pengumpulan Data
  • Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data a. Jenis Data
  • UUD 1945;
  • Analisis Data

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan konseptual, suatu pendekatan konseptual yang bertujuan untuk menganalisis bahan-bahan hukum sehingga dapat diketahui makna yang terkandung dalam istilah-istilah hukum. Alat pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penulisan undang-undang ini adalah studi literatur atau studi dokumen. Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian kepustakaan hukum, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder yang berupa bahan-bahan.

54 Hajar M, Model Pendekatan dalam Penelitian Hukum dan Fiqh (Pekanbaru: UIN Suska Riau, 2015) hal. 41. hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier... bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis, dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan mengenai masalah yang diteliti. Menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara mengkaji bahan pustaka atau data sekunder. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti hasil karya ilmiah peneliti, hasil penelitian, buku, jurnal, internet, e-book, dan makalah.

Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif yaitu uraian metode analisis berupa kegiatan pengumpulan data yang kemudian diolah terlebih dahulu kemudian dijadikan bahan kualitatif yaitu data yang memberikan sejumlah penjelasan dan wawasan mengenai isi dan kualitas isi serta fenomena sosial yang menjadi sasaran atau objek penyelidikan.56.

ATURAN OPERASIONAL ATAS BERLAYARANYA SEBUAH KAPAL PENGANGKUTAN

Pengertian dan Dasar Hukum Transportasi Angkutan Laut

Menurut H.M.N Purwosutjipto, disebutkan bahwa “pengangkutan adalah suatu perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim, dimana pengangkut menyanggupi untuk melaksanakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim menyanggupi untuk membayar biaya pengangkutan”.59 Yang Yang dimaksud dengan pengangkutan sebagai suatu proses adalah serangkaian tindakan yang dimulai dari pemuatan, pengangkutan, kemudian dibawa ke tempat yang telah ditentukan, kemudian dibongkar di tempat tujuan. 60 Sedangkan pengertian lainnya, angkutan niaga adalah serangkaian kegiatan atau peristiwa yang memindahkan penumpang dan/atau barang dari tempat pemuatan ke tempat pembongkaran dan/atau pembongkaran penumpang. Pengangkutan merupakan perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim, pengangkut berjanji untuk mengangkut barang dan/atau orang dengan aman dari suatu tempat ke tujuan tertentu, sedangkan pengirim berjanji untuk membayar biaya pengangkutan tersebut. 61 Definisi ini hampir sama dengan definisi sebelumnya. pengertiannya, namun sedikit berbeda, yaitu menekankan pada aspek fungsional kegiatan transportasi, yaitu perpindahan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain, dengan tujuan untuk meningkatkan kegunaan atau nilai, perpindahan tempat, baik benda maupun manusia, melalui perpindahan tersebut. menjadi mutlak diperlukan untuk mewujudkan dan meningkatkan pendapatan dan efisiensi 62. Angkutan laut adalah setiap kegiatan angkutan yang menggunakan kapal laut untuk mengangkut penumpang, barang, dan/atau hewan dalam satu atau lebih perjalanan dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain yang dilakukan oleh suatu perusahaan angkutan laut yang diselenggarakan. "

Angkutan air, angkutan laut khusus, pelayaran umum, pelayaran pertama, kapal laut, kapal asing, trayek, agen umum, perusahaan jasa terkait, pelabuhan, pelabuhan utama, pelabuhan pengumpul, pelabuhan suplai, terminal khusus, badan usaha dan setiap orang sebagaimana diatur karena dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang Angkutan Laut (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849). pemberian izin angkutan laut bagi kapal laut dan lainnya untuk membantu sistem transportasi nasional khususnya untuk daerah pedalaman, terpencil dan terpencil.66 Undang-Undang Pelayaran Nomor 17 Tahun 2008 yang diundangkan memuat banyak landasan atau asas yang menjadi landasan diundangkannya Undang-undang tersebut.

Keselamatan penumpang tidak hanya diserahkan pada perlindungan asuransi saja, namun pengangkut juga harus berupaya menyediakan dan memelihara alat angkut yang memenuhi standar keselamatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan konvensi internasional.

Fungsi dan Tujuan Transportasi Angkutan Penyeberangan Laut Fungsi transportasi angkutan penyeberangan laut adalah untuk

  • Jenis-jenis Sarana dan Prasarana Transportasi Angkutan Penyeberangan Laut

Fungsi transit maritim tidak hanya cocok untuk perdagangan, tetapi juga untuk pemerintahan, politik, masyarakat, pendidikan, pertahanan dan keamanan nasional.70 Pelayaran pada hakikatnya berfungsi untuk mengangkut barang-barang yang dianggap kurang sempurna untuk memenuhi kebutuhan di negara lain. dimana barang menjadi lebih bermanfaat dan berguna. Tujuan pelayaran adalah membantu perpindahan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain secara efektif dan efisien. Berdasarkan Pasal 6 UU No. 17 Tahun 2008 untuk angkutan laut, angkutan air terdiri atas: Angkutan Laut, Angkutan Sungai dan Danau, dan Angkutan Penyeberangan.72.

Inland waterways adalah istilah yang dipinjam dari bahasa Inggris yaitu inland waterways, atau bahasa Perancis yaitu Navigation d'Interieure atau navigable voies dengan arti yang sama yaitu kegiatan pelayaran atau angkutan yang dilakukan di perairan pedalaman seperti sungai, danau dan kanal yang ada di perairan pedalaman. dilintasi angkutan tersebut. Lalu lintas lintas adalah angkutan sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan kereta api yang terputus oleh air. Lintasan adalah suatu jalur air di laut, selat, teluk, sungai, dan danau yang diperuntukkan sebagai lintasan.73 Alat angkut penyeberangan laut merupakan alat angkut utama untuk berpindah dari suatu tempat atau berpindah ke tempat lain.

Sarana angkutan penyeberangan laut meliputi kapal laut, kapal feri, perahu, kapal motor, kapal pesiar, kapal barang/barang, kapal tanker, dan kapal kontainer.

Konsep Kelaiklautan

Galangan Kapal adalah suatu tempat yang diperuntukkan bagi perbaikan dan pembangunan kapal, kapal-kapal tersebut dapat berupa yacht, armada militer, kapal pesiar, kapal kargo atau penumpang.74. surat perjalanan bagi pelaut yang akan menaiki kapal di luar negeri atau berangkat ke Indonesia setelah turun dari kapal di luar negeri. Kapal tersebut harus memiliki awak yang memadai, kompeten dan memiliki sertifikat yang diperlukan serta sehat jasmani dan rohani berdasarkan pemeriksaan oleh rumah sakit yang ditunjuk pemerintah. Setiap awak kapal harus paham dengan tugasnya di kapal dan menguasai perlengkapan yang ada di kapal serta mampu berkoordinasi dengan baik dalam menghadapi keadaan darurat.

Jumlah minimum awak kapal sesuai dengan sertifikat awak kapal aman dan komposisi petugas sesuai dengan peraturan pemerintah. Jumlah kamar mandi dan persediaan air bersih harus mencukupi kebutuhan awak kapal dan penumpang, ketentuan mengenai persyaratan diatur dalam peraturan pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 dan Konvensi ILO 147. Tentu bukan hal yang mudah untuk menjaga kondisi kapal tetap memenuhi kebutuhan. keamanan. persyaratannya, pencegahan pencemaran laut, pengawasan pemuatan, kesehatan dan kesejahteraan anak buah kapal (SWC), karena semua itu memerlukan modal yang cukup besar. Selain itu, usaha pelayaran tersebut juga memerlukan kerjasama dan pendampingan penuh dari pihak galangan kapal, sedangkan kondisi galangan kapal saat ini juga dihadapkan pada kelesuan.

77 Hari Utomo, “Siapa yang secara hukum bertanggung jawab atas kecelakaan kapal (Legally Responsible Parties in Ship Accident)”, vol.

Izin Kelayakan Transportasi Angkutan Penyeberangan Laut 1. Pengertian Izin dan Izin Kelayakan

  • Dasar Hukum dan Syarat-syarat Izin Kelayakan
  • Pihak Yang Berhak Mengajukan Dan Mengatur Izin Kelayakan Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
  • Bentuk-Bentuk Sanksi Penegakan Hukum Terhadap Pelanggar Izin Kelayakan

Dalam Pasal 219 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, setiap kapal yang berlayar wajib memiliki Surat Persetujuan Berlayar yang diterbitkan oleh Syahbandar. Lebih lanjut, dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 82 Tahun 2014 tentang tata cara penerbitan surat persetujuan berlayar diatur bahwa surat persetujuan berlayar (SPB) adalah dokumen pemerintah yang diterbitkan oleh pemerintah. syahbandar kepada setiap kapal yang akan berlayar. Dasar hukum izin laik laut ada pada Pasal 219 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menyatakan bahwa setiap kapal yang berlayar wajib mempunyai Surat Persetujuan Berlayar yang diterbitkan oleh Syahbandar.

Sesuai dengan Pasal 42(3) UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, diatur bahwa setiap kapal dan/atau perahu perikanan yang akan berlayar untuk menangkap ikan dan/atau mengangkut ikan dari pelabuhan perikanan harus memiliki Surat Persetujuan Navigasi yang diterbitkan oleh Syahbandar di pelabuhan perikanan tersebut. Pemberian izin navigasi merupakan kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Syahbandar terhadap kapal layar yang akan berlayar berdasarkan keterangan nakhoda. Surat izin berlayar merupakan dokumen pemerintah yang dikeluarkan oleh Syahbandar kepada setiap kapal yang akan berlayar.

Setiap kapal yang berlayar wajib memiliki Surat Persetujuan Berlayar yang diterbitkan oleh Syahbandar Angkut, atau Syahbandar di pelabuhan perikanan.Untuk memperoleh Surat Persetujuan Berlayar, setiap kapal harus memenuhi persyaratan kelaikan kapal dan kewajiban lainnya. Dalam menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar, Syahbandar dapat menunjuk pejabat dan/atau pejabat yang mempunyai kompetensi di bidang kesyahbandaran. Pencabutan Surat Persetujuan Berlayar dapat dilakukan oleh Syahbandar dalam hal kapal tidak meninggalkan pelabuhan, melebihi waktu 24 (dua puluh empat) jam sejak jangka waktu penerbitan, dan/atau perintah tertulis dari pengadilan.

Tinjauan Tentang Transportasi Penyeberangan Laut Menurut Undang Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

Dari kehidupan manusia pada era yang paling sederhana (tradisional) hingga kehidupan manusia yang modern, aktivitas transportasi selalu didukung. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran menyatakan bahwa angkutan di perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal laut.97 Sedangkan angkutan perairan dalam negeri dilakukan melalui laut nasional. perusahaan angkutan yang berbendera Indonesia dan dikelola oleh awak kapal yang berkewarganegaraan Indonesia. Penggunaan kapal berbendera Indonesia oleh perusahaan angkutan nasional yang melintasi laut dimaksudkan untuk menerapkan asas cabotage (keharusan bagi perusahaan pelayaran dalam negeri untuk berkembang agar perusahaan pelayaran dalam negeri tidak tetap bergantung pada pihak asing) sehingga dapat melindungi kedaulatan.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa keterangan saksi HASYIM HASIBUAN bukan keterangan saksi yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP, karena ber- dasarkan uraian dari keterangannya di

Sesuai dengan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Pasal 1 angka 26 yang

Bahwa berdasarkan pada Pasal 1 angka 11 dan angka 12 Undang-Undang Pengadilan Pajak, maka tanggal dikirim salinan Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.27644/PP/M.II/12/2010 tanggal

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran. Negara Republik Indonesia Nomor

Berdasarkan ketentuan Pasal 19 junto Pasal 20 junto Pasal 23 ayat (1) junto Pasal 24 PP Pendaftaran Tanahterhadap hak milik atas tanah yang diperoleh Nagok Grace Pohan sesuai

Angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum tidak dalam trayek menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 32 Tahun 2016 Pasal 1 angka 3

Kemudian dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang No- mor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Pasal 1 angka 2 Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5108