Hal ini disebabkan semakin banyaknya masyarakat yang menonton film-film yang menampilkan adegan pornografi, sehingga menyebabkan munculnya tindak pidana kekerasan seksual terhadap anak. Peneliti tertarik untuk menyelidiki permasalahan tindak pidana sodomi terhadap anak akibat banyaknya pelecehan seksual yang diterima anak.
Rumusan Masalah
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Mendeskripsikan dan menganalisis kekhawatiran hukum hakim terhadap pelaku tindak pidana sodomi dalam putusan Pengadilan Negeri Kuningan nomor 2/Pid.Sus-Anak/2021/PN.Kng. Manfaat teoritisnya memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum khususnya yang berkaitan dengan persoalan perlindungan hukum anak atas tindak pidana sodomi dan dapat melengkapi literatur.
Kerangka Teori dan Konseptual
Kerangka Teori
Kegiatan penitipan anak merupakan suatu perbuatan hukum yang mempunyai akibat hukum.23 Oleh karena itu diperlukan jaminan hukum terhadap kegiatan penitipan anak. Undang-Undang Perlindungan Anak merupakan seperangkat ketentuan hukum yang menjadi dasar perlindungan masyarakat dalam pelaksanaannya.
Kerangka Konseptual
Proses perlindungan anak disebut sebagai proses pendidikan terhadap kesalahpahaman dan ketidakmampuan anak dalam menjalankan tugas-tugas sosial. Yang dimaksud dengan batasan umur anak adalah pengelompokan umur maksimal sebagai wujud status hukum anak, sehingga anak tersebut berubah status menjadi dewasa atau menjadi subjek hukum yang dapat secara mandiri bertanggung jawab atas perbuatan dan perbuatan hukum yang dilakukan melalui anak itu, itu. Tindakan ini juga harus dipandang oleh masyarakat sebagai penghambat tatanan sosial yang dicita-citakan masyarakat.43 d.
Asumsi
Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana berat terhadap siapa saja yang melanggar larangan tersebut. Pengaturan hukum tindak pidana sodomi terhadap anak tunduk pada Pasal 82 dan Mistono serta Tohadi tunduk pada Pasal 81 dan 82 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Berkebutuhan Khusus. ancaman pidana penjara maksimal. pidana penjara paling singkat 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp enam puluh juta). Perlindungan hukum terhadap anak korban tindak pidana sodomi dapat berupa perlindungan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 dan Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban No. 13 Tahun 2006 oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
Penerapan sanksi pidana terhadap anak pelaku tindak pidana sodomi terhadap anak di bawah umur dalam putusan nomor 2/Pid.Sus-Anak/2021/PN.Kn memiliki arti bahwa hukuman bagi pelaku tindak pidana sodomi harus seberat-beratnya, agar pelakunya jera dan tidak ada kasus sodomi, pelecehan seksual, tidak ada lagi perasaan terhadap orang tua yang mempunyai anak di bawah umur.
Keaslian Penelitian
Skripsi Neng Siti Fatimah, Mahasiswa Program Magister Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Aceh Tahun 2019 dengan judul skripsi “Sanksi tindak pidana sodomi terhadap anak di bawah umur menurut Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak”. Apa sanksi tindak pidana sodomi terhadap anak di bawah umur menurut Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang UU Jinayat Pasal 63 Ayat 3 tentang Sodomi dan Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Pasal Perlindungan Anak 82. Apa Pertimbangan Hukum dalam Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Perundang-undangan Jinayat dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dalam menentukan sanksi tindak pidana sodomi terhadap anak di bawah umur.
Bagaimana revisi konsep Sadd Al-Dzariah tentang sanksi hukum tindak pidana sodomi terhadap anak di bawah umur menurut Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat dan? Arief, mahasiswa Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara tahun 2018 dengan judul skripsi “Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana sodomi terhadap anak (studi kasus polisi)”. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana sodomi yang melibatkan pembunuhan anak di bawah umur.
Tesis ini membahas topik yaitu pertimbangan hakim dalam memutus perkara pidana sodomi terhadap anak di bawah umur.
Metode Penelitian
- Sifat Penelitian
- Metode Pendekatan
- Alat Pengumpulan Data
- Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
- Analisis Data
Leden Marpaung menyatakan bahwa strafbaarfeit adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang yang perbuatannya dapat diperhitungkan dan dinyatakan oleh undang-undang sebagai perbuatan yang dapat dipidana. Melihat maksud di atas, pembentuk undang-undang selama ini konsisten menggunakan istilah tindak pidana. Hamdan menyatakan, peristiwa pidana adalah serangkaian perbuatan manusia yang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan perundang-undangan lainnya, yang atas perbuatannya dilakukan tindakan yang bersifat pidana.
Soesilo mengatakan tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang atau diwajibkan oleh undang-undang dan apabila dilakukan atau diabaikan maka orang yang melakukannya atau mengabaikannya. Sifat melawan hukum dan sifat dikriminalisasi adalah perbuatan itu melawan hukum, apabila bertentangan dengan hukum. Perbuatan tidak senonoh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak ditujukan kepada orang dewasa yang melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap anak di bawah umur.
Sebelum ada undang-undang no. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, ketentuan mengenai kekerasan seksual terhadap anak, khususnya sodomi anak, secara umum diatur dalam KUHP, khususnya pada Pasal 292 KUHP yang menyatakan bahwa “orang dewasa yang melakukan perbuatan tidak senonoh, merupakan suatu perbuatan dengan anak di bawah umur yang berjenis kelamin sama, yang mengetahui atau patut menduga bahwa ia belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.” Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pengaturan kekerasan seksual terhadap anak berupa pemerkosaan atau pemaksaan hubungan seksual terhadap anak tidak lagi bergantung pada ketentuan KUHP, yaitu menurut ", Jurnal Lembaga Hukum, Jilid 10, Nomor 2 Tahun 2018, hal.18 Asas lex specialis derogat legi generali dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, ketentuan mengenai kekerasan seksual terhadap anak diatur secara khusus dalam
Faktor-Faktor Anak Yang Bermasalah Akibat Melakukan Tindak Pidana Sodomi
Romli Atmasasmita dalam Wagiata Soetojdo mengatakan bahwa kenakalan remaja adalah perbuatan yang dilakukan oleh anak yang dianggap tercela. Selanjutnya anak yang kurang atau tidak mendapat kasih sayang, perhatian, bimbingan dan arahan dalam pengembangan sikap, perilaku, penyesuaian dan kendali dari orang tua, wali atau orang tua asuhnya akan mudah terseret ke dalam arus masyarakat dan lingkungan yang tidak sehat. untuk pengembangan pribadinya.45. Faktor-faktor yang mendorong dilakukannya suatu perbuatan sering juga disebut motivasi, yang mengandung unsur niat, keinginan, keinginan, dorongan, kebutuhan, cita-cita, yang kemudian terwujud dengan lahirnya perbuatan tersebut, begitu pula tindak pidana yang dilakukan oleh anak. tidak lepas dari faktor-faktor yang mendukung anak melakukan kejahatan.
Oleh karena itu, bukan tidak mungkin banyak anak yang melakukan tindakan menyimpang dari norma yang berlaku di masyarakat. Yang perlu diperhatikan adalah, sesuai dengan perkembangan saat ini, tidak semua anak yang bersekolah mempunyai karakter yang baik (misalnya ada yang penakut, ada yang penurut, dan ada juga anak yang bandel dan tidak bisa mengontrol. ). Sikap tidak disiplin Hal seperti ini bisa memberikan pengaruh yang besar pada anak yang awalnya mempunyai mental yang baik.
Hal ini dapat berdampak buruk bagi anak, mengingat pengendalian diri anak yang belum sempurna, serta mudahnya anak melakukan hal-hal yang menantang baginya.
Penyelesaian Perkara Anak Yang Bermasalah Akibat Melakukan Tindak Pidana Sodomi
Anak hendaknya dijunjung tinggi oleh semua orang, tidak lupa menanamkan rasa tanggung jawab untuk memenuhi kewajibannya sebagai warga negara, anggota masyarakat, dan anggota keluarga dalam batas tertentu yang mendorong anak untuk menunaikan kewajibannya. Perlindungan anak dari segi hak dan kebutuhannya secara optimal dan bertanggung jawab merupakan upaya untuk kepentingan masa depan anak dan perkembangan generasi mendatang.50. Pemeriksaan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum dilatarbelakangi oleh filosofi bahwa hal tersebut hanya demi kepentingan terbaik bagi anak.
Bukan itu yang diinginkan oleh SPPA.” SPPA menegaskan bahwa anak yang berhadapan dengan hukum telah melakukan tindak pidana atau tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau Delik penertiban merupakan tindak pidana yang khusus dikenakan kepada anak, yaitu pengawasan oleh pihak yang berwenang. penuntut umum terhadap tingkah laku anak dalam kehidupan sehari-hari di rumah anak dan bimbingan oleh penyuluh kelurahan Anak yang melanggar hukum yang dikembalikan kepada orang tuanya, wali atau orang lain berdasarkan penetapan pengadilan, tidak berarti sepenuhnya berada di bawah kendali orang tua tersebut, namun anak yang bersangkutan tetap berada dalam kendali dan bimbingan masyarakat.konselor.
Dalam perkara yang menyangkut anak yang berkonflik dengan hukum, apabila hakim berpendapat bahwa orang tua, wali atau orang lain tidak dapat memberikan pendidikan dan bimbingan yang lebih baik, maka hakim dapat menetapkan agar anak dalam pemasyarakatan remaja ditempatkan pada suatu lembaga ( sebagai anak sipil) untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan pelatihan kerja.
Analisis Pengaturan Hukum Tindak Pidana Sodomi Terhadap Anak
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh pihak kepolisian, jaksa, hakim dan aparat lainnya harus mengutamakan kepentingan anak atau mempertimbangkan kriteria apa yang terbaik bagi kesejahteraan anak yang bersangkutan, tanpa mengurangi perhatian terhadap kepentingan anak. kepentingan masyarakat. Sedangkan dari segi kriminologi, pemberian sanksi pidana terhadap anak nakal biasanya merugikan perkembangan mental anak di masa depan. Kecenderungan merugikan ini disebabkan oleh dampak pidana, khususnya pidana penjara, yang berupa stigma (label buruk).
Hukuman penjara dapat memberikan stigma yang akan tetap ada meskipun orang yang terlibat tidak melakukan tindak pidana lain. Tujuan pembedaan ketentuan dan tindakan pidana dalam UU SPPA dengan ketentuan pidana dalam KUHP adalah untuk lebih melindungi dan melindungi anak. Pemidanaan adalah upaya untuk menyadarkan pelaku tindak pidana agar menyesali perbuatannya, dan mengembalikannya menjadi warga negara yang baik, taat hukum, menjunjung tinggi nilai-nilai moral, sosial, dan agama, sehingga tercipta masyarakat yang aman, guna mewujudkan masyarakat tertib dan damai.51.
Mengingat kekhususan yang dimiliki anak dalam perilaku dan tindakannya, maka perlu dilakukan upaya untuk memastikan bahwa pemidanaan terhadap anak, khususnya penjatuhan hukuman penjara, merupakan upaya terakhir jika upaya lain tidak berhasil.