• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERUSAKAN LAHAN PERTANINAN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 455 K/PID/2020)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Institutional Repository Universitas Islam Sumatera Utara: ANALISIS HUKUM PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU PERUSAKAN LAHAN PERTANINAN (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 455 K/PID/2020)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

Namun seiring dengan perkembangannya, Indonesia telah melakukan amandemen sehingga menambah konsep negara hukum dalam konstitusinya. Negara hukum Pancasila mempunyai ciri khas Indonesia sesuai dengan sumber hukum Indonesia, salah satunya adalah hukum yang masih berlaku di masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan konstitusi. Selain kedua konsep negara hukum di atas yang diterima secara luas oleh berbagai negara, Indonesia menganut konsep negara hukum Pancasila.

Kerangka Konsep

Keaslian Penelitian

Judul skripsi yang menjadi pokok/topik dalam penelitian ini adalah : “Analisis pertanggungjawaban pidana bagi pelanggar perusakan rambu lalu lintas berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas di Wilayah Hukum Sungai Banyak”. Permasalahan dalam skripsi ini adalah: apa pertanggungjawaban pidana bagi pelanggar perusakan rambu jalan di wilayah hukum Sungai Banyak, apa saja faktor yang menyebabkan pelanggar merusak rambu jalan, kendala apa saja yang dihadapi dalam penerapan sanksi? pelaku perusakan rambu lalu lintas di Sungai Banyak. Permasalahan penulisan skripsi ini adalah apa yang menjadi tanggung jawab negara kepada masyarakat apabila terjadi pencemaran lingkungan yang berdampak langsung terhadap lingkungan hidup, bagaimana penerapan prinsip tersebut.

Berdasarkan kajian yang dilakukan, sejauh yang diketahui penelitian mengenai: Analisis Hukum Pertanggungjawaban Pidana Pelaku Perusakan Lahan Pertanian (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 455 K/PID/2020) belum pernah dilakukan. telah dilakukan ditinjau dari judul atau isi permasalahannya. Penelitian ini asli.

Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

  • Metode Pendekatan
  • Objek Penelitian
  • Alat Pengumpulan Data
  • Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data a. Jenis Data
  • Analisis Data

Pendekatan hukum normatif yang digunakan adalah inventarisasi hukum positif berupa peraturan perundang-undangan dan rancangan peraturan perundang-undangan serta instrumen hukum internasional baik yang bersifat hard law maupun soft law. Maksud penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 455 K/PID/2020. Alat pengumpulan data menjadi landasan utama dalam penyusunan skripsi ini yang didasari oleh : Penelitian kepustakaan, dengan metode ini penulis dapat mengumpulkan bahan-bahan pustaka, baik berupa buku, majalah, dokumen maupun sumber teori lainnya sebagai landasan pemecahan masalah tersebut. permasalahan utama dalam tesis ini.

Data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk verbal dan bukan numerik. Data kualitatif yang dimasukkan dalam penelitian ini merupakan gambaran umum tentang subjek penelitian. Alat pengumpulan data menjadi landasan utama penyusunan skripsi ini, yang didasarkan pada: penelitian kepustakaan; Dengan metode ini penulis dapat mengumpulkan bahan pustaka, berupa kesimpulan dari. Data dan informasi yang dikumpulkan melalui studi kepustakaan dianalisis secara kualitatif untuk menarik kesimpulan mengenai pokok permasalahan yang muncul dengan menggunakan metode deskriptif analitis.

Data hukum yang teridentifikasi akan digunakan untuk menggambarkan dan menjelaskan tindak pidana vandalisme. Meskipun penelitian ini menemukan data kuantitatif berupa angka-angka, namun data tersebut hanya digunakan untuk mendukung analisis kualitatif yang digunakan peneliti.

PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA PERUSAKAN LAHAN DALAM KITAB UNDANG – UNDANG

HUKUM PIDANA

Pengertian Tindak Pidana

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan tindak pidana sebagai suatu perbuatan yang dapat dipidana karena merupakan pelanggaran hukum pidana. Teguh Prasetyo, tindak pidana adalah suatu perbuatan melawan hukum, yang tanpa sengaja dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab, dan pelakunya diancam dengan pidana.51 Moeljatno menggunakan istilah pidana yang ia artikan sebagai suatu perbuatan yang dilarang dengan suatu larangan. peraturan hukum, disertai ancaman (sanksi) berupa hukuman tertentu bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut.52. Orang tersebut tidak mengambil tindakan, tetapi dengan tidak melakukannya, ia telah melakukan kejahatan.

Jadi tindak pidana adalah suatu perbuatan yang melanggar hukum dan dapat dikenakan sanksi pidana bagi siapa saja yang melakukannya.53 Pembuat undang-undang dalam berbagai undang-undang menggunakan kata “tindak pidana”. Namun diketahui bahwa yang dapat dihukum sebenarnya adalah manusia secara individu dan bukan fakta, perbuatan atau perbuatan. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang pada suatu tempat, waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang (wajib) dan diancam dengan pidana, melawan hukum, dan dilakukan secara melawan hukum oleh seseorang (yang mampu mempertanggungjawabkannya). 54 Istilah lain dalam bahasa Indonesia Akibat Pemikiran para ahli hukum di Indonesia menggantikan “strafbaar feit” sebagai tindak pidana, peristiwa pidana, tindak pidana dan tindak pidana.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa tindak pidana adalah perbuatan atau perbuatan yang harus memenuhi syarat-syarat atau harus memenuhi atau mengandung unsur-unsur yang ditentukan dan dirinci oleh ketentuan, sampai perbuatan atau perbuatan itu tidak memenuhi salah satu syaratnya. unsur-unsur atau keterangan-keterangan yang tercantum dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, maka perbuatan atau perbuatan itu bukan merupakan tindak pidana. Jadi seseorang dikatakan melakukan tindak pidana apabila perbuatannya sah, perbuatan orang tersebut sesuai dengan yang ditentukan undang-undang, orang tersebut harus bertanggung jawab, perbuatan itu melawan hukum dan orang tersebut harus bersalah.

Pengertian Tindak Pidana Pengusakan

Oleh karena itu, pemusnahan dapat berarti proses, cara dan tindakan pemusnahan atau pemusnahan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap barang milik orang lain, sehingga menjadi tidak utuh (baik, utuh) kembali. Soesilo memberikan penjelasan mengenai vandalisme dan menetapkan batasan-batasan dalam kategori kejahatan vandalisme sehingga kejahatan vandalisme dapat dipidana. Bahwa terdakwa menghancurkan sesuatu, merusakkannya sehingga tidak dapat dipergunakan lagi atau hilang.

Vandalisme terjadi ketika benda yang dirusak merupakan sesuatu yang bernilai bagi masyarakat. Perusakan benda ini sangat mengganggu ketentraman masyarakat. Sebagaimana aturan Pasal 406 ayat (1) KUHP berbunyi: “Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membuat tidak dapat dipakai, atau menghilangkan seluruhnya suatu benda, atau merusak barang milik orang lain, sangat merugikan pemilik barang itu.” , baik barang tersebut hanya rusak sebagian atau seluruhnya, sehingga pemilik barang tidak dapat lagi menggunakan barangnya.

Selain itu suatu barang yang rusak merupakan sesuatu yang bernilai bagi pemiliknya, pembuangan barang tersebut sangat mengganggu ketenangan pemilik barang tersebut. Setiap kejahatan atau pelanggaran yang terjadi tidak hanya dilihat dari sudut pandang orang yang melakukan kejahatan tersebut, namun dalam hal tertentu juga dapat dilihat dari sudut pandang korban sebagai orang yang dirugikan dalam kejahatan tersebut.

Unsur-Unsur Tindak Pidana Pengrusakan

Soesilo kemudian menjelaskan lebih lanjut pengertian Pasal 406 KUHP, yaitu kata memusnahkan sama dengan pemusnahan atau pemusnahan total, misalnya menghancurkan. memecahkan gelas, cangkir, tempat bunga hingga hancur, sedangkan kata menghancurkan kurang dari kehancuran. misal memukul gelas, gelas dan lain sebagainya, jangan sampai pecah 59. Akan tetapi hanya pecah sedikit saja atau patah pegangannya saja sehingga tidak dapat digunakan lagi, disini harus sedemikian rupa sehingga barang tersebut tidak dapat diperbaiki lagi. 59. Jika pada artikel-artikel sebelumnya hanya ada kata-kata yang merusak, maka disini hanya menghancurkan dan membuatnya tidak dapat digunakan lagi. Kemudian, perusakannya juga terlihat pada pasal 170 KUHP yang mengatur bahwa barangsiapa melakukan kekerasan terhadap orang atau barang di muka umum, diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan.

Kekerasan ini harus dilakukan secara bersama-sama, yaitu oleh paling sedikit dua orang atau lebih.60 Orang yang hanya ikut-ikutan dan tidak benar-benar ikut serta. Kemudian kekerasan tersebut harus ditujukan terhadap orang atau harta benda dan kekerasan tersebut harus dilakukan di muka umum, karena kejahatan tersebut termasuk dalam kategori kejahatan ketertiban umum. Andi Hamzah memberikan penafsiran terhadap Pasal 170 KUHP bahwa inti atau unsur tindak pidana ini adalah dilakukannya kekerasan, baik di muka umum atau terang-terangan (terbuka), secara bersama-sama, dan ditujukan kepada orang atau benda.61 Andi Hamzah menambahkan Apa itu yang dilarang adalah perbuatan kekerasan yang bertujuan, dan bukan merupakan cara atau upaya untuk mencapai kekerasan yang biasa dilakukan untuk merusak atau menyalahgunakan harta benda atau yang dapat juga mengakibatkan penyakit pada orang atau kerusakan harta benda, padahal maksudnya bukan untuk menyakiti. orang atau merusak barang, misalnya melempar batu ke arah kerumunan orang atau suatu benda, menggeledah barang sehingga barang dagangannya berantakan, menjungkirbalikkan kendaraan.

Jadi biasanya sekelompok orang atau massa yang marah dan melakukan kekerasan, tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya, mereka melakukan tindakan kekerasan sehingga mengakibatkan kerusuhan, kebakaran, orang lain terluka atau bahkan meninggal dunia. Kekerasan yang dilakukan ditujukan terhadap orang atau barang atau hewan, baik itu milik dirinya sendiri maupun milik orang lain.

Faktor-Faktor Terjadinya Tindakan Pengusakan

Faktor kontrol sosial menentukan boleh tidaknya seseorang melakukan kejahatan atau sebaliknya, karena kuncinya adalah keluarga atau masyarakat yang memiliki kontrol atau disiplin lingkungan yang ketat. Seseorang yang jauh dari agama akan lebih besar kemungkinannya untuk melakukan tindak pidana, atau sebaliknya jika seseorang yang dekat dengan agama maka kecil kemungkinannya untuk melakukan tindak pidana.62.

Bentuk-bentuk Pengrusakan Barang Yang di Kategorikan Sebagai Tindak Pidana

Bila unsur-unsur delik ini diuraikan secara rinci, maka unsur-unsur delik ini adalah sebagai berikut: Delik-delik tersebut diatur dalam ketentuan Pasal 407 KUHP, dengan pengecualian sebagaimana diatur dalam Pasal 407 KUHP. UU, ayat (2) KUHP. Tindak pidana ini diatur dalam ketentuan Pasal 408 KUHP yang menyatakan: “Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan atau membuat tidak dapat digunakan lagi gedung-gedung, kereta api, trem, telegraf, telepon atau listrik, atau gedung-gedung tempat menyimpan air, berbagi atau penyaluran, pipa gas, air atau kereta api yang digunakan untuk kepentingan umum, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”

Jenis tindak pidana ini diatur dalam ketentuan Pasal 409 KUHP yang menyatakan: “Barangsiapa karena kelalaiannya mengakibatkan benda-benda sebagaimana dimaksud dalam pasal yang lalu itu musnah, rusak, atau tidak dapat dipakai lagi, diancam dengan pidana penjara. " paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 409 adalah perbuatan pidana atau tindak pidana yang didasarkan pada kelalaian, apabila dalam perbuatan itu tidak ada unsur kesengajaan melainkan kelalaian atau kecerobohan saja, maka menurut pasal di atas pidananya dikurangi menjadi pidana penjara paling lama satu bulan atau denda paling lama satu bulan sebesar 1.500,- Unsur Tindak pidana ini diatur dalam ketentuan Pasal 410. KUHP, yang menyatakan: “Barangsiapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan atau menjadikan bangunan atau kapal asing tidak berguna, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”

dimusnahkan atau tidak dimanfaatkan, b. Bangunan gedung atau alat angkut, dan c. Milik seluruhnya atau sebagian milik orang lain. Pasal 412 “Apabila salah satu kejahatan yang dimaksud dalam bab ini dilakukan oleh dua orang atau lebih dalam suatu masyarakat, maka itu merupakan suatu kejahatan. Unsur-unsur Pasal 412 sama dengan unsur-unsur Pasal 406, yang membedakan hanyalah dilakukan oleh dua orang atau lebih yang merupakan sekutu.

Kekerasan yang dilakukan dengan orang lain atau kekerasan yang dilakukan oleh paling sedikit dua orang atau lebih.

Referensi

Dokumen terkait

Pertanggungjawaban pidana mengandung makna bahwa setiap orang yang melakukan tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang, maka orang

Pengertian tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur dalam ketentuan Pasal 362 KUHP yang berbunyi : barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang

Tindak pidana ini diatur dalam Pasal 340 KUHP, unsur-unsur pembunuhan berencana adalah unsur subyektif, yaitu dilakukan dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu,

Dahlan telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan permufakatan jahat secara tanpa hak atau melawan hukum menerima Narkotika

Penjelasan Pasal 26 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.. pidana itu dan ada orang lain yang lagi membantu terlaksananya tindak pidana itu. Hal ini diatur dalam pasal 56 KUHP,

Ada dua permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini yaitu, bagaimana pengaturan tindak pidana kejahatan terhadap ketertiban umum di dalam KUHP dan bagaimana

dalam diri pelaku apakah ingin melakukan suatu tindak pidana atau tidak.Untuk mempermudah pengertian mengenai unsur melawan hukum yang subjektif maka contoh yang tepat

Pengaturan mengenai tindak pidana pemerasan diatur dalam KUHP pasal 368 yang berbunyi : Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan