INTEGRASI ILMU DALAM BERMASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
Anggota
Zulfikar Tegar Salim 2201085009 Fayi Evan Nuri 2201085015 Muhammad Faishal Ramdani 2201089001
UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR HAMKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAHUN 2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang senantiasa menyertai langkah kami, sehingga kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini yang berjudul “Integrasi Ilmu dalam Bermasyarakat dan Berkebudayaan” dengan baik dan lancar. Tanpa pertolongan dan izin-Nya, tentunya penyusunan karya ilmiah ini tidak akan dapat terlaksana sebagaimana mestinya.
Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu bentuk kontribusi pemikiran kami terhadap pentingnya integrasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan.
Di era globalisasi dan kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat seperti sekarang ini, ilmu pengetahuan tidak lagi dapat dipandang sebagai entitas yang berdiri sendiri, melainkan harus senantiasa diintegrasikan dengan nilai-nilai sosial dan budaya agar mampu memberi dampak yang positif dan berkelanjutan bagi kehidupan manusia.
Kami menyadari bahwa keberhasilan dalam menyusun karya ilmiah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berkontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada para guru, dosen, dan pembimbing yang telah memberikan arahan, motivasi, serta ilmu yang sangat bermanfaat dalam proses penyusunan karya ini. Tidak lupa, kami juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga, teman-teman, dan semua pihak yang telah memberikan semangat serta doa yang tidak henti-hentinya.
Sebagai manusia biasa, kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Tentu terdapat kekurangan, baik dari segi isi, struktur penulisan, maupun penggunaan tata bahasa. Oleh karena itu, kami sangat terbuka terhadap segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, demi perbaikan dan penyempurnaan karya kami di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat yang nyata bagi para pembaca, menambah wawasan serta menjadi sumber inspirasi dalam memahami pentingnya integrasi ilmu dalam kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan. Kami juga berharap karya ini dapat menjadi langkah awal untuk melahirkan pemikiran-pemikiran baru yang lebih luas dan mendalam dalam bidang yang relevan.
Akhir kata, semoga apa yang kami tuangkan dalam karya ilmiah ini dapat diterima dengan baik dan menjadi amal jariyah yang bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Terima kasih
Jakarta,17 April 2025
Penulis
Daftar isi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar belakang
Keragaman budaya, tradisi dan agama adalah suatu keniscayaan hidup, sebab setiap orang atau komunitas pasti mempunyai perbedaan sekaligus persamaan. Di sisi lain pluralitas budaya, tradisi dan agama merupakan kekayaan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Namun jika kondisi seperti itu tidak dipahami dengan sikap toleran dan saling menghormati, maka pluralitas budaya, agama atau tradisi cenderung akan memunculkan konflik bahkan kekerasan (violence).
Oleh karena itu memahami pluralitas secara dewasa dan arif merupakan keharusan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika tidak, perbedaan budaya, tradisi atau kultur seringkali menyebabkan ketegangan dan konflik sosial. Kenyataan di lapangan menyebutkan bahwa perbedaan budaya atau tradisi dalam suatu komunitas masyarakat tidak selamanya dapat berjalan damai. Penulis mempunyai asumsi bahwa konflik yang muncul akibat perbedaan budaya salah satunya disebabkan oleh sikap fanatisme sempit serta kurangnya sikap tasamuh (toleran) di kalangan umat. Fanatisme dan intoleransi hanya akan memyebabkan terjadinya desintegrasi bangsa dan konflik di masyarakat. Tidak berlebihan jika pluralitas tradisi dan budaya diasumsikan dalam masyarakat ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi ia merupakan 2 kekayaan masyarakat Indonesia, namun di sisi lain ia dapat menjadi faktor pemicu konflik horisontal. Persoalanya adalah bagaimana menjembatani perbedaan tradisi dan budaya tersebut. Mampukah Islam sebagai agama yang diklaim “ rahmatan lil alamin dan sholihun li kulli zaman wa makan” menjadi mediator bagi perbedaan-perbedaan budaya tersebut.
Bagaimana menampilkan Islam yang bersifat akomodatif sekaligus reformatif dan tidak hanya bersifat purikatif terhadap budaya-budaya atau tradisi-tradisi yang plural tersebut. Kenyataan di atas, menunjukkan masih ada rasa khawatir terhadap hubungan antara agama dan kebudayaan. Kekhawatiran ini sesungguhnya dapat dijawab secara sederhana, karena bila diruntut ke belakang kekhawatiran itu bersumber dari ketakutan teologis mengenai relasi antara yang sakral dan profan. Secara eksistensial, bila ketuhanan (agama) difahami dan dihayati sebagai tujuan akhir yang kemudian, menghasilkan apa yang disebut aktualisasi, maka aktualisasi kesadaran akan Tuhan (Allah SWT) dalam perilaku menjadi tidak mengenal dualisme antara yang suci dan duniawi. Dengan demikian, agama sebagai yang sakral mejadi substansi atau inti kebudayaan. Kebudayan merupakan perwujudan konfigurasi semangat Agama. Manifestasi agama dalam berbagai bentuk budaya lokal
Rumsan masalah
1. Konsep hidup bermasyarakat dan kebudayaan
2. Teori perubahan social,strategi kebudayaan,dan transaksional dalam masyarakat 3. Penerimaan terhadap kasus Madinah alfadillah/piagam Madinah dan masyarakat
islam yang sebenar benarnya
Tujuan
1. Pendorong penerapan ilmu untuk memecahakan masalah nyata dalam kehidupan bermasyarakat
2. Membantu melestarikan dan memperkuat kebudayaan local dengan mengintograsikan aspek-aspek modern tanpa menghilangkan identitas budaya
3. Menciptakan masyarakat yang tidak hanya menguasai ilmu tetapi juga bertanggung jawab dalam menggunakannya sesuai dengan nilai nilai moral dan etika
BAB II PEMBAHASAN
A Konsep hidup bermasyarakat dan kebudayaan
Manusia akan merasa dirinya berharga bila berada bersama dengan manusia lainnya. Interaksi manusia dengan sesamanya tidak hanya dalam lingkungan kelompok melainkan dapat melintasi batas negara. Hubungan sosial yang dilakukan manusia adalah sebuah kebutuhan bagi manusia itu sendiri oleh karena itu manusia disebut sebagai makhluk social. Konsep social dalam arti masyarakat, menurut Ranjabar, 2013 : 17. Adalah segala sesuatu yang bertalian dengan system hidup bersama atau hidup bermasyarakat dari orang atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai social, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya.
Menurut Joko Tri Prasetyo dalam Ishomudin, 2005 : 83. Kebudayaan berasal dari bahasa Latin colere yang artinya mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti berkembang arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.”
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang kita pikirkan, percaya,, lakukan, dan memiliki sebagai anggota masyarakat tertentu. Karena perilaku manusia tidak dikendalikan secara genetic. Budaya adalah warisan sosial kita, yang memberikan struktur untuk kehidupan kita.
B Teori perubahan Sosial
Perubahan sosial pada masyarakat merupakan suatu yang pasti, baik secara lambat ataupun secara cepat, direncanakan ataupun tidak. Perubahan sosial merupakan dinamika masyarakatnya bersikap terbuka, secara alamiah menciptakan kondisi perubahan terutama dalam bidang ekonomi dan gaya hidup sehari-hari. Setiap perubahan akan pasti akan memberikan dampak, baik yang positif maupun negatif.
Dengan keberagaman serta pemahaman agama yang baik, maka diharapkan terjadi perubahan sosial yang positif, sebab segala bentuk perubahan sosial akan berdampak menyeluruh terhadap kehidupan tatanan masyarakat. Perubahan di satu bidang, akan menyebabkan perubahan di sektor lainnya. Salah satu faktor perubahan sosial di masyarakat adalah adanya lapisan sosial di masyarakat. Untuk itu perlu adanya perisai terhadap nilai dan norma yang dapat menuntun manusia dalam mengikuti proses perubahan sosial di masyarakat yang perkembangannya begitu cepat. Agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakat dengan berbagai fenomena, keadaan dan fakta-fakta sosial yang terjadi dalamnya. Dalam pergaulan kehidupan sosial di masyarakat, terjadinya berbagai macam kemajuan yang jelas mempengaruhi prilaku dan pola bersikap masyarakat.
Paradigma Perubahan Sosial Menurut Ibnu Khaldun
Masyarakat tidak bersifat statis, tidak mandeg dan tidak bersifat monolitik, masyarakat selalu berubah, dinamis dan heterogen, antara satu masyarakat dan masyarakat lain memiliki akar sejarah yang berbeda, memiliki kerangka norma, nilai dan aturan yang khas, memiliki identitas dan ideologi yang dianut secara kolektif, umumnya masyarakat-masyarakat yang telah mengenal peradaban berorientasi pada kemajuan.
a Teori Masyarakat Badui Versus Masyarakat Kota
Dalam Muqaddimah-nya, Ibn khaldun memandang manusia sebagai makhluk yang pada dasarnya diciptakan sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk penisbatan nama Ibnu Khaldun kepada Khalid bin Utsman ini karena Khalid bin Utsman merupakan nenek moyangnya yang pertama memasuki Andalusia bersama pembebasan oleh Bangsa Arab pada abad ke-8M. Yaitu di kota Karmona yang terletak diantara segitiga Cordova, Sevilla, dan Garnada. Di kota Karmona inilah silsilah keluarga Khaldun berkembang yang dikenal sebutan Banu Khaldun yang melahirkan sejarawan Abdu al-Rahman Ibnu Khaldun. yang selalu membutuhkan orang lain dalam mempertahankan kehidupannya, baik dalam hal memperoleh makanan, pekerjaan, sampai dengan kebutuhan untuk melindungi dirinya dari bahaya, sehingga kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan sebuah keharusan.
b Teori Ashabiyah dan Siklus Perubahan Sosial
Secara etimologis ashabiyah berasal dari kata ashaba yang berarti mengikat. Secara fungsional ashabiyah menunjuk pada ikatan sosial budaya yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan kelompok sosial. Selain itu, ashabiyah juga dapat dipahami sebagai solidaritas sosial, dengan menekankan pada kesadaran, kepaduan dan persatuan kelompok. Dapat dikatakan bahwa ashabiyah sangat menentukan kemenangan dan keberlangsungan hidup suatu negara, dinasti, ataupun kerajaan. Tanpa dibarengi ashabiyah, maka keberlangsungan dan eksistensi suatu negara tersebut akan sulit terwujud, serta sebaliknya, negara tersebut berada dalam ancaman disintegrasi dan menuju pada kehancuran. Di sinilah Ibn Khaldun dengan Konsep ashabiyah nya sangat teliti dalam menganalisis persoalan politik dan negara.
Ashabiyah merupakan kunci awal lahir dan terbentuknya sebuah negara.
Jika unsur ashabiyah suatu negara sudah melemah, maka negara itu berada dalam ancaman keruntuhan. Oleh karena itu teori ashabiyah ini tidak bisa disangkal keadaannya, dan bahkan teori ashabiyah ini menjadi inspirasi bagi pergerakan politik kontemporer.
C Strategi kebudayaan
Strategi Kebudayaan menurut C A Van Peursen adalah upaya manusia untuk belajar dan merancang kebudayaannya. Strategi Kebudayaan tidak hanya menyangkut masalah kebijakan pemerintah tentang kebudayaan, tapi lebih luas dari itu. Strategi Kebudayaan berakar dari pertanyaan dalam diri manusia yang diperjuangkan oleh semua kalangan.
Pertanyaan itu seperti misalnya: bagaimana manusia dapat memberikan jawaban tepat mengenai pertanyaan-pertanyaan besar yang menyangkut tujuan hidupnya, makna kehidupan ini, norma-norma yang mengatur kontak antar manusia dan perkembangan masyarakat secara tepat dan lain-lain. Semuanya itu bukanlah sesuatu yang secara alami bisa diketahui oleh manusia. tetapi harus melalui proses belajar. Dalam memahami keterkaitan kebudayaan sebagai hal dasar dari manusia dan kebudayaan sebagai perencanaan masa depan, maka oleh karena itu, kebudayaan disini diletakkan sebagai sebuah instrumen.
D Transaksional dalam masyarakat
transaksi adalah hal sangat biasa. Tawar-menawar harga merupakan bagian dari kehidupan politik antar usahawan atau antara penjual dan pembeli. Dalam dunia politik, tawarmenawar politik juga hal biasa.
Artinya, sebuah keputusan akhir politik dapat berubah karena adanya transaksi-transaksi demi terjadi perubahan sikap atau tindakan politik dari orang yang dipengaruhi. Di dalam politik transaksional itu kekuasaan atau power amat bermain. Mereka yang menginginkan adanya perubahan sikap dan tindakan politik dari para aktor politik (kawan atau lawan) akan menggunakan power.
Adi Surya Purba dalam tulisannya mengemukakan pengertian politik menurut Harold Lasswell mengatakan bahwa Politics: who gets what and when. Pesan yang ingin
disampaikan dari pengertian ini adalah politik tidak lepas dari tawar menawar yang sifatnya pragmatis. Defenisi lain tentang politik yang umum adalah politik sebagai seni kemungkinan (art of possibility) yang menyiratkan tidak ada yang tidak mungkin dalam ranah politik sehingga memunculkan sebuah adagium tidak ada teman atau musuh abadi, yang ada hanyalah kepentingan.
E Penerimaan terhadap kasus Madinah Al Fadillah/piagam Madinah
F Masyarakat islam yang sebenar benarnya
Karakteristik Masyarakat Islam Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa umat Islam adalah umat terbaik (khaira ummah). Khaira ummah inilah karakteristik dari masyarakat Islam yang sebenarbenarnya. Meskipun demikian, tidak lantas dalam praktiknya predikat khaira ummah itu melekat dengan sendirinya tanpa ada upaya apa pun. Ada syarat- syarat yang harus terpenuhi untuk sampai pada predikat khaira ummah itu. Tanpa memenuhi syaratsyarat itu, mustahil cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenarbenarnya itu akan tercapai. Perjuangan Muhammadiyah dalam mencapai cita-citanya dirumuskan dengan jelas dalam tujuannya, yaitu: “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar- benarnya”. Dalam Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968 di Yogyakarta
diformulasikan sepuluh ciri dari masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Di antaranya adalah:
1. Ber-Tuhan dan beragama.
2. Persaudaraan.
3. Berakhlak dan beradab.
4. Berhukum syar’i.
5. Berkesejahteraan.
6. Bermusyawarah.
7. Ihsan.
8. Berkemajuan.
9. Berpemimpin, dan 10. Tertib
Dalam perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah berkeyakinan akan dapat memberikan kontribusi sebanyak mungkin kepada negara dan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, menuju terbentuknya masayarakat adil dan makmur, sejahtera dan bahagia lahir batin
Dalam QS. Āli-‘Imrān (3) ayat 110 disebutkan syarat-syarat untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-sebenarnya itu. Jika syarat-syarat itu terpenuhi, maka tidak hanya terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya semata, tapi seiring dengan itu melekat pulalah dalam tubuh umat itu predikat sebagai khaira ummah. Untuk mengetahui syarat-syarat itu, mari kita perhatikan dan resapi QS.
Āli-‘Imrān (3) ayat 110 berikut ini. Allah SWT menuturkan
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’rūf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Dalam ayat di atas terbagi menjadi empat bagian. Pertama, kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Kedua, karena kamu menyuruh (berbuat) yang ma’rūf. Ketiga, kamu mencegah dari yang munkar. Keempat, kamu beriman kepada Allah. Hamka menuturkan bahwa keempat bagian dari ayat tersebut saling memiliki keterkaitan yang erat. Oleh sebab itu, keempat bagian dari ayat tersebut merupakan satu ayat yang utuh dan tidak boleh dipotong-potong Berdasarkan ayat di atas juga, maka dapat diformulasikan karakteristik masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (khaira ummah) secara garis besar. Di antara karakteristik itu antara lain: Pertama, umat yang secara terus menerus menyuruh kepada yang ma’rūf, yakni apa yang dinilai baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-nilai Islam dan akal sehat.
Kedua, umat yang mencegah perbuatan yang munkar, yakni apa yang dinilai tidak baik dalam masyarakat dan bertentangan dengan nilai-nilai Islam serta akal sehat.
Ketiga, beriman kepada Allah SWT. Dengan iman yang benar maka akan membebaskan manusia dari segala belenggu perbudakan dan kejahiliyahan. Iman
yang benar akan menuntun kita untuk menjadi manusia auntentik dan merdeka.
Iman yang benar akan mengarahkan kita untSelama umat Islam masih melaksanakan ketiga syarat di atas, maka selama itulah predikat khaira ummah akan melekat dalam tubuh umat Islam. Namun sebaliknya, jika ketiga syarat itu tidak dilaksanakan dengan sesungguhsungguhnya, maka boleh jadi umat ini akan terpuruk dan menjadi seburuk-buruk umat. Kalau umat Islam sudah terpuruk menjadi seburuk-buruk umat, niscaya cita-cita perjuangan untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya akan sulit terwujudkan.