• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal Pendidikan Matematika - stkip ypup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Journal Pendidikan Matematika - stkip ypup"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Journal Pendidikan Matematika

Volume 1, Nomor 6, November 2021

1

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL

BELAJAR MATEMATIKA

Reski Novianti1*, Hery Bongga Upa’2, Ruslan B3

1* Manajemen

Universitas Muhammadiyah Mamuju, Email: novianti_reski@yahoo.com

2 Pendidikan Matematika

STKIP YPUP Makassar, Email: hery.bongga@gmail.com

3 Pendidikan Matematika

STKIP YPUP Makassar, Email: ruslan.baddu@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sumarorong tahun ajaran 2018/2019. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen. Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil analisis statistik deskriptif menunjukkan bahwa, Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 70,86 yang dikategorikan tinggi dan standar deviasi 10,46.

Rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung adalah 48,8 yang dikategorikan sedang dengan standar deviasi 9,41. Kemudian berdasarkan hasil analisis inferensial diperoleh thit = 8,54 dan ttabel = 1,663 sehingga thit > ttabel yang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran langung. Dengan demikian berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe teams games tournament (TGT) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sumarorong.

Keywords: Hasil belajar matematika, Pembelajaran kooperatif, Teams games tournament.

Pendahuluan

Dunia pendidikan merupakan bagian dari budaya keseluruhan yang diciptakan oleh manusia dalam perannya sebagai subjek utama terhadap kehiodupan nyata di alam dunia ini. Pendidikan tidak hanya dimaknai secara fundamental yang berorientasi pada hasil atau produk sajanamun lebih dari pada itu ia merupakan substansi dari proses menjadi manusia seutuhnya (humanisassi). Karena sesuai amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab XIII tenntang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 dinyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan, maka semua warga Negara Indonesia pun berhak dijadikan sebagai manusia yang seutuhnya (humanis) melalui proses Pendidikan.

Paradigma menjadi manusia seutuhnya adalah tujuan utama dari suatu pendidikan yang dilakukan oleh

(Received: 19-8-2021; Reviewed: 24-9-2021; Revised: 27-10-2021; Accepted: 12-11-2021; Published: 2-12-2021)

(2)

manusia itu sendiri. Jadi boleh dikatakan pendidikan itu memerlukan dua dimensiyaitu dimensi praktis dan substantif. Prndidikan memang harus dilakukan dengan cara-cara faktual (dimensi praktis) yang berorientasi menjadikan manusia lebih beradab dan berbudaya (dimensi substantif) melalui sinergi transfer of knowladge dan transfer of value (Sya’bani, 2018).

Memperhatikan dengan adanya penyelenggaraan pendidikan harus dilaksanakan dalam dimensi factual dan bertujuan untuk memproses manusia menjadi manusia yang seutuhnya (dimensi substantife), maka seharusnya segala hal yang berkaitan dengan pendidikan dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, bukan dipersiapkan dengan seadanya ataupun asal-asalan (Sya’bani, 2018).

Pendidikan melingkupi segala hal yang kompleks tentunya, baik ini seperti sistem pendidikannya, kurikulum, guru, muruid, pembiayaan, strategi, dan metode, lingkungan sarana dan prasarana, serta masih banyak aspek yang belum disebutkan disini, kesemuanya juga itu harus dan mesti diupayakan dan persiapkan dengan sebaik-baiknya demi terwujudnya pendidikan nasional yang berkualitas (Sya’bani, 2018).

Dengan kata lain, pendidikan dapat diartikan sebagai hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat), yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita pernyataan tujuan pendidikannya. Sekaligius menunjukkan cara, bagaimana Negara bangsanya berfikir dan berperilaku secara turun temurun, hingga kepada generasi berikutnya. Dalam perkembangannya, akan sampai pada tingkat peradaban yang maju atau meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih sempurna (Anwar, 2017).

Sebagai bangsa yang besar dengan potensi sumber daya alam yang begitu menjanjikan serta didukung oleh iklim yang baik, Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang bisa digali dalam rangka menjadi bangsa yang lebih besar dan lebih maju lagi seperti yang menjadi harapan bangsa Indonesia.

Akan tetapi hal itu tidak mudah melainkan harus melalui proses yang panjang dan sistematis untuk menciptakan manusia Indonesia yang berkualitas.

Pendidikan merupakan usaha yang terencana untuk mewujudkan pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan diri sendiri dan masyarakat. Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan tekhnologi modern dan penunjang bagi ilmu pengetahuan lainnya seperti ekonomi, sosial, fisika, dan kimia. Paling dalam Risnawati (Roji’ah, 2015) mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia yaitu cara menggunakan informasi, menggunakan tentang bentuk dan ukuran, menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.

Selain itu, matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan matematika merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting untuk diberikan di setiap jenjang pendidikan (Roji’ah, 2015).

Pembelajaran matematika harus dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatifitas serta kemampuan bekerja sama. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VII SMPN 1 Sumarorong menyatakan bahwa, hasil belajar matematika masih banyak yang rendah dan sebagian besar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan disekolah yaitu 60. Selain hasil belajar matematika yang masih rendah, siswa juga masih banyak yang belum memiliki minat untuk mempelajari mata pelajaran matematika. Hal tersebut

(3)

dikarenakan pembelajaran masih berpusat pada guru. Saat proses pembelajaran langsung, siswa terlihat pasif dan merasa jenuh untuk memperhatikan guru tersebut menjelaskan materi.

Berbagai upaya juga dilakukan oleh guru tersebut dengan cara mencoba menggunakan alternatif metode pembelajaran lain seperti pemberian tugas, berbasis latihan dan diskusi. Namun kenyataanya, siswa masih tidak aktif, tidak mandiri dan siswa hanya mengandalkan guru sebagai pusat informasinya sehingga hasil belajar siswa dibawah rata-rata. Dari hasil belajar matematika tersebut, guru harus memahami karakteristik siswa dan mencari salah satu alternatif model pembelajaran yang seperti apa yang dapat memotivasi siswa dapat lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, terlihat kesenjangan yang terjadi didalam pembelajaran matemetika. Hal tersebut memunculkan permasalahan yang perlu diatasi. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang berpusat pada aktifitas siswa, yang lebih bervariasi dan inovatif sehingga dapat menuntut siswa untuk lebih aktif dan mandiri selama proses pembelajaran berlangsung.

Melihat permasalahan di atas peneliti tertarik untuk menawarkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) sebagai solusi. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT sangat sesuai dengan karakteristik pembelajaran matematika, karena dalam pembelajaran matematika siswa sering dihadapkan pada latihan-latihan soal atau pemecahan masalah. Bagi siswa tertentu, bertanya kepada teman sebaya untuk mendapatkan penjelasan terhadap apa yang telah dijelaskan oleh guru akan lebih mudah dipahami oleh siswa karena mereka biasanya menggunakan bahasa dan ungkapan yang biasa digunakan oleh anak sebaya dan mereka dalam berkomunikasi tidak ada beban Haryadi (Darmayanti, 2016).

Menurut Rusman (Darmayanti, 2016) model pembelajaran TGT merupakan model pembelajaran kooperatif dengan bentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri atas 3-5 siswa yang heterogen, baik dalam hal akademik, jenis kelamin, ras maupun etnis. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah modelm pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan akitifitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Sementara itu, pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur sebagai berikut (Fathurrohman, 2015).

1. Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja permainan, 1 lembar jawaban, 1 kotak kartu nomor, dan 1 lembar skor permainan.

2. Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca 1 (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang 1 dan II.

3. Pembaca 1 mengocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.

4. Pembaca 1 membaca soal sesuai pada nomor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.

5. Jika penentang 1 dan II memiliki jawaban yang berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban secara bergantian.

6. Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada).

7. Selanjutnya, jika berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.

8. Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.

9. Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat BAik (kriteria tengah), dan

(4)

Tim Baik (kriteria bawah). Untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini diharapkan mampu memberikan pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa, dapat meningkatkan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar matematika siswa.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen, menggunakan dua kelas berbeda, dilaksakan di SMPN 1 Sumarorong. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII yang terdiri dari 5 kelas homogen. Populasi dikatakan homogen karena pada sekolah tersebut tidak diklasifikaskan siswa yang berprestasi pada kelas tertentu. Sampel terdiri dari 2 kelas yaitu kelas VII-2 dan kelas VII-5 yang dipilih dengan cara cluster rendom sampling. Penentuan sampel dilakukan dengan cara berkelompok/perkelas dan bukan perindividu agar kelas yang telah dibentuk oleh pihak sekolah tidak berubah, sehingga metode yang dipilih adalah cluster rendom sampling.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah randommized subjects posttest only control group design (Sukardi, 2014) dengan dua kelompok perlakuan berbeda. Kedua kelompok akan dirandom untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Dua kelas ini akan diberikan bahan pelajaran yang sama oleh peneliti diruangan yang terpisah setelah diberikan perlakuan.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Random Kelompok Perlakuan Hasil

R Eksperimen T1 O1

R Kontrol T2 O2

(Tuti, 2014) Keterangan:

R : Random

T1 : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe TGT T2 : Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran langsung

O1 : Hasil belajar setelah perlakuan pada kelas eksperimen O2 : Hasil belajar setelah perlakuan kelas kontrol.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan skor hasil belajar matematika yanng diperoleh dari tes hasil belajar siswa dan aktivitas siswa selama pembelajaran. Untuk keperluan analisis digunakan tabel distribusi frekuensi, rata-rata, standar deviasi, median, modus, rentang dan skor ideal. Sedangkan standar atau kriteri ketuntasan minimum (KKM) di Kelas VII SMP Negeri 1 Sumarorong adalah 70, dan kriteri ketuntasan klasikal yaitu minimal 85% siswa mencapai ketuntasan individu (Nurhusain, 2021a, 2021b; Nurhusain & Hadi, 2021; Trianto, 2009). Pedoman yang digunakan mengikuti prosedur yang diterapkan oleh Depdiknas (2006) dalam Nurhusain (2017) sesuai pada Tabel 3.

Tabel 3. Kategori Hasil Belajar Siswa

Tingkat Penguasaan (%) Kategori Hasil Belajar 0-54

55-64 65-79 80-89 90-100

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

(5)

Analisis statistik inferensial dengan uji pra-syarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat ada dua yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data-data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan rumus Chi-kuadrat yang dirumuskan sebagai beikut:

(Misbahuddin dan Hasan. 2013) Keterangan:

= Nilai Chi-kuadrat hitung

= Frekuensi hasil pengamatan

= Frekuensi Harapan

Kriteria pengujian normal bila dimana diperoleh dari daftar dengan pada taraf signifikansi maka data berdistribusi normal. Rumus

yaitu .

Untuk pengujian homogenitas data tes hasil belajar digunakan uji homogenitas dengan rumus sebagai berikut:

(Misbahuddin dan Hasan, 2013) Kriteria pengujian adalah jika pada taraf maka data dinyatakan homogen dan dalam keadaan lain, maka data tidak homogen. dimana dan

.

Selanjutnya analisis statistik untuk menguji hipotesis, “Rata-rata hasil belajar matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar sebelum melalui model pembelajaran langsung” menggunakan uji-t sampel bebas, dengan rumus sebagai berikut:

Dimana, atau

(Tiro, 2015) Keterangan:

= Variansi gabungan S = Standar deviasi gabungan

= Mean kelas eksperimen = Mean kelas kontrol

= Jumlah anggota kelas eksperimen = Jumlah anggota kelas kontrol = Standar deviasi kelas eksperimen = Standar deviasi kelas kontrol

(6)

Untuk uji hipotesis pihak kanan, diterima jika dan ditolak jika dengan

taraf signifikansi dan derajat kebebasan .

Hipotesis statistik berdasarkan hipotesis penelitian yang diuji yaitu:

Keterangan:

rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran langsung

Hasil dan Pembahasan Hasil

Data dari tes hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terlebih dahulu diadakan uji prasyarat data sebelum data dianalisis. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui syarat untuk dianalisis atau tidak. Uji prasyarat analisis yang digunakan adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

Berdasarkan hasil analisis data kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) pada taraf signifikan α = 0,05, dengan derajat kebebasan (dk) = 6, diperoleh chi-kuadrat tabel ( 2tabel) = 11,070 dan chi-kuadrat hitung ( 2hitung) = 7,1061. Oleh karena

2hitung < 2tabel, dapat disimpulkan bahwa skor hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) berdistribusi normal. Demikian juga kelompok siswa yang diajar pada dengan model pembelajaran langsung pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh chi-kuadrat tabel ( 2tabel) = 11,07 dan chi- kuadrat hitung ( 2hitung) = 9,9166. Oleh karena 2hitung < 2tabel dapat disimpulkan bahwa skor hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung berdistribusi normal.

Selanjutnya analisis uji homogenitas menggunakan uji levene untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok control memiliki varians yang sama. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh Fhitung = 0,348. Pada taraf signifikan α = 0,05, dengan derajat kebebasan (dk)(v1,v2) = (28,29), diperoleh Ftabel = 1,87. Oleh karena Fhitung < Ftabel maka skor hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sumarorong yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dan model pembelajaran langsung bersifat homogen.

Setelah dilakukan analisis deskriptif pada kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), maka diperoleh rata-rata skor tes hasil belajar matematika siswa adalah 70,86 sedangkan pada kelas control rata-rata skor hasil belajar siswa adalah 48,8.

Berdasarkan rumusan hipotesis yang digunakan yaitu : Melawan : dikaitkan dengan hasil penelitian yang diuji dengan statistic inferensial diperoleh thitung = 8,54 dan pada taraf signifikan α = 0,05 (1 – α = 0,95), dk = 57, diperoleh ttabel = 1,6635, sehingga thitung>ttabel, maka

ditolak dan diterima. Berarti bahwa hasil belejar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung. Jadi disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

c c

c c

c

c c c

(7)

Pembahasan

Penelitian ini melibatkan dua kelompok yang berbeda, yaitu kelompok eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) dan kelompok kontrol dengan menerapkan model pembelajaran langsung.

Dari hasil analisis deskripitif diperoleh rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) sebesar 70,86 dengan standar deviasi 11.237 dan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung sebesar 48,80 dengan standar deviasi 12,98. Selain itu, hasil analisis inferensial diperleh bahwa hipotesis awal (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima, yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar matematika yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar matematika yang diajar dengan model pembelajaran langsung.

Secara teoritik, Penerapan model pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang beragam, termasuk pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT). Selama proses pembelajaran siswa diberikan tugas yang berupa permasalahan yang akan diselesaikan secara berkelompok. Hal ini dilakukan agar siswa lebih menambah kekompakan dan rasa percaya diri kemudian siswa di arahkan untuk berkompetisi melalui permainan turnamen, sehingga siswa lebih berorientasi dan aktif. Oleh karena itu cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerangkan sendiri, berkreasi dalam menyelesaikan permasalahan dapat memperkaya wawasan atau pengetahuannya sehingga prestasi atau hasil belajar siswa dapat meningkat dengan baik (Nurhusain, 2017).

Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari et al. (2018), bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Selain itu, Cahyaningsih (2017) menjelaskan ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar matematika.

Berdasarkan hasil analisis dan didukung oleh teori dan hasil penelitian yang relevan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat memberikan hasil belajar yang tinggi, bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran langsung pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sumarorong.

Kesimpulan

Hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran langung. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis statistik deskriptif diperoleh bahwa rata- rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) yaitu 70,86, sedangkan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran langung lebih rendah yaitu 48,8. Selain itu, berdasarkan hasil analisis inferensial diperoleh thit = 8,54 dan ttabel = 1,663 sehingga thit > ttabel yang menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) lebih tinggi dari hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran langung. Dengan demikian disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe teams games tournament (TGT) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sumarorong.

Adapun saran yang disampaikan oleh penulis berdasarkan pengalaman selama melaksanakan penelitian di SMP Negeri 1 Sumarorong.

1. Siswa seharusnya terlibat langsung dalam proses pembelajaran dengan adanya kerjasama dalam kelompok sehingga memudahkan siswa untuk memahami materi yang diajarkan.

(8)

2. Diharapkan kepada guru matematika khususnya untuk mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam proses pembelajaran, sehingga siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

3. Kepada peneliti yang ingin mengembangkan model pembelajaran ini supaya benar-benar memahami konsep model pembelajaran ini sehingga dapat mempersiapkan instrument sebaik mungkin agar data yang diperoleh benar-benar menggambarkan kemampuan responden yang sebenarnya.

Referensi

Anwar, Muhammad. (2017). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Cahyaningsih, U. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD. Jurnal Cakrawala Pendas, 3(1), 1–5.

https://jurnal.unma.ac.id/index.php/CP/article/view/405

Darmayanti, K.A. (2016). Pengaruh Model TGT Terhadap Hasil Belajar Matemetika dengan Konvariabel Kemampuan Numerik pada Siswa Kelas V. E-journal PGSD Universitas Pendidikan Jurusan PGSD, 4(1): 1-10.

Fathurrohman, Muhammad. (2015). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.

Lestari, S. E. C. A., Hariyani, S., & Rahayu, N. (2018). Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika. Pi: Mathematics Education Journal, 1(3), 116–126. https://doi.org/10.21067/pmej.v1i3.2785

Misbahuddin dan Hasan, Iqbal. 2013. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nurhusain, M. 2013. Peningkatan Hasil Belajar Matematika melalui Pembelajara Kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan Mengintensifkan Scaffolding pada Siswa Kelas VII.2 SMP Negeri 1 Bontoramba. Jurnal Panrita, 8(3): 266-274.

Nurhusain, M. (2017). Impact Analysis of Cooperative Learning Model Application Type Two Stay Two Stray (TSTS) Toward Learning Outcomes of Mathematics. JPMI (Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia), 2(2), 46–53. https://doi.org/10.26737/jpmi.v2i2.220

Nurhusain, M. (2021a). Efektivitas Model Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange Dalam Pembelajaran Logaritma. Journal of Honai Math, 4(1), 19–34. https://doi.org/10.30862/jhm.v4i1.164

Nurhusain, M. (2021b). Penelitian Tindakan: Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Model Eliciting Activities (Mea). ELIPS: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 16–23.

https://doi.org/10.47650/elips.v2i1.188

Nurhusain, M., & Hadi, A. (2021). Desain Pembelajaran Statistika Terapan Berbasis Kasus Berkualitas Baik (Valid, Praktis, dan Efektif) untuk Mahasiswa Pendidikan Matematika. Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 03(02), 105–119.

Roji’ah, Deswita, H., & Arcat. (2015). Pengaruh Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs Thamrin Yahya Rambah Hilir Pada Materi Operasi Aljabar. Jurnal Mahasiswa Prodi Matematika UPP, 1(1): 1-6.

Sukardi. (2014). Metodologi penelitian pendidikan kompetensi dan praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sya’bani, Muhammad Ahyan Y. (2018). Profesi Keguruan. Gresik: Caremedia Communitation.

Tiro, Muhammad Arif. (2015). Dasar-dasar Statistika. Makassar: Andira Publisher.

(9)

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group.

Tuti, Lusia. (2014). Perbandingan Hasil Belajar Siswa Yang Diajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jig Shaw dan Model Pembelajaran Langsung Pada Sub Pokok Bahasan Persegi Panajang Dan Persegi Siswa Kelas VII SMP Dharmayadi. Disajikan Pada Seminar STKIP YPUP.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti, bahwa dengan penerapan model kooperatif tipe Teams Games Tournament TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar