Gharar dan Ketidakpastian (Uncertainty) dalam Keuangan Syariah
Makalah Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Syariah
Dosen Pengampu: Munadiati, M.Sh
Disusun Oleh :
1. Umayya Qawarira (4012022040) 2. Milsa Aprila (4012022022) 3. Raysha Nabila (4012022062)
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
TAHUN 2024 M/1445 H
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul " Keamanan Sistem Informasi, ". Shalawat dan salam juga kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan bagi umat manusia.
Tak lupa, kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada dosen pengampu kami, Ibu Munadiati, M.Sh I .atas bimbingan, arahan, dan dukungan yang diberikan selama proses penyusunan makalah ini. Dosen pengampu telah memberikan wawasan, masukan, dan pengetahuan yang berharga untuk memperkaya isi makalah ini.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusi dan dukungan dalam penyelesaian makalah ini. Terima kasih kepada keluarga, teman, dan rekan-rekan yang telah memberikan dorongan, semangat, serta dukungan moral selama proses penulisan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Sebagai manusia yang tak sempurna, kami menerima dengan lapang dada segala kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini di masa depan. Kami berharap makalah ini dapat terus diperbaiki dan dikembangkan agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Langsa, 21 April 2024
Penulis
DAFTAR ISI
Keamanan Sistem Informasi...i
KATA PENGANTAR...2
DAFTAR ISI...3
BAB I...4
PENDAHULUAN...4
1.1 Latar Belakang...4
1.2 Rumusan Masalah...4
1.3 Tujuan Penulisan...4
BAB II...6
PEMBAHASAN...6
2.1 Keamanan Sistem Informasi...6
a. Pengertian Keamanan Sistem Informasi...6
b. Pentingnya Keamanan Sistem Informasi...6
2.2 Tujuan Keamanan Sistem Informasi...7
a. Mencegah Akses yang Tidak Sah...7
b. Melindungi Data dan Informasi Penting...9
c. Menjaga Keberlanjutan Operasional Sistem...10
2.3 Kebijakan Sistem Keamanan Informasi...11
a. Pengertian Kebijakan Sistem Keamanan Informasi...11
b. Komponen Kebijakan Sistem Keamanan Informasi...12
c. Implementasi Kebijakan Sistem Keamanan Informasi...13
BAB III...15
PENUTUP...15
Kesimpulan...15
Saran...15
DAFTAR PUSTAKA...16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keuangan Syariah merupakan sistem keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam dan mengikuti ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah. Prinsip utama dalam keuangan Syariah adalah menghindari riba (bunga) dan mengedepankan prinsip bagi hasil (profit-sharing) serta prinsip keadilan dalam transaksi keuangan. Dalam konteks keuangan Syariah, terdapat konsep gharar dan ketidakpastian (uncertainty) yang menjadi perhatian utama. Gharar merujuk pada ketidakpastian dalam transaksi yang dapat menimbulkan ketidakadilan atau kerugian bagi salah satu pihak. Sementara itu, ketidakpastian (uncertainty) merujuk pada situasi di mana hasil atau konsekuensi suatu keputusan atau transaksi tidak dapat diketahui dengan pasti.
Untuk memahami lebih lanjut tentang gharar dan ketidakpastian dalam konteks keuangan Syariah, penting untuk melihat perspektif dari para ahli di bidang ini. Berikut ini adalah beberapa kutipan dari para ahli terkait gharar dan ketidakpastian dalam keuangan Syariah:
1. Sheikh Taqi Usmani, seorang ulama dan ahli hukum Islam yang memiliki pemahaman mendalam tentang keuangan Syariah, menyatakan, "Gharar adalah ketidakpastian yang signifikan dalam transaksi yang dapat menyebabkan ketidakadilan atau ketidakseimbangan dalam hubungan antara pihak-pihak yang terlibat."
2. Dr. Muhammad Ayub, seorang akademisi dan penulis yang mengkhususkan diri dalam keuangan Islam, menjelaskan, "Ketidakpastian dalam keuangan Syariah dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti ketidakpastian mengenai hasil investasi, ketidakpastian terkait dengan kualitas atau keberadaan aset yang diperdagangkan, atau ketidakpastian mengenai pelaksanaan kontrak."
3. Dr. Monzer Kahf, seorang ekonom dan ahli keuangan Islam, mengungkapkan, "Gharar dan ketidakpastian adalah dua konsep yang penting dalam keuangan Syariah. Gharar mengacu pada ketidakpastian yang signifikan dalam transaksi, sementara ketidakpastian merujuk pada situasi di mana hasil atau konsekuensi suatu keputusan atau transaksi tidak dapat diketahui dengan pasti."
Dengan merujuk pada pemikiran dan pandangan para ahli ini, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang gharar dan ketidakpastian dalam konteks keuangan Syariah. Hal ini akan memperkaya dan menguatkan argumen dalam makalah ini.
Selanjutnya, dalam makalah ini akan dibahas secara lebih detail mengenai gharar dan ketidakpastian dalam keuangan Syariah. Pembahasan akan mencakup proyeksi pemilihan keputusan keuangan, risiko pasif dan risiko responsif, kausalitas dalam ketidakpastian, tanggung jawab terhadap risiko, hubungan antara keberuntungan dan gharar, serta macam- macam transaksi yang melibatkan gharar dalam konteks keuangan Syariah. Semua pembahasan akan didukung oleh kutipan-kutipan dari para ahli yang relevan dalam bidang keuangan Syariah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan konsep gharar dan ketidakpastian dalam konteks keuangan Syariah?
2. Bagaimana proses pemilihan keputusan keuangan dalam keuangan Syariah?
3. Apa perbedaan antara risiko pasif dan risiko responsif dalam konteks keuangan Syariah?
4. Bagaimana hubungan antara ketidakpastian dan kausalitas dalam keuangan Syariah?
5. Apa tanggung jawab terhadap risiko dalam keuangan Syariah?
6. Bagaimana hubungan antara keberuntungan (chance) dan gharar dalam konteks keuangan Syariah?
7. Bagaimana hubungan antara keberuntungan (chance) dan ukuran zero sum dalam konteks keuangan Syariah?
8. Bagaimana hubungan antara risiko, ketidakpastian, dan risk-return (risiko-imbal hasil) dalam keuangan Syariah?
9. Apa saja macam-macam transaksi yang melibatkan gharar dalam keuangan Syariah?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami konsep gharar dan ketidakpastian dalam konteks keuangan Syariah.
2. Untuk menjelaskan proses pemilihan keputusan keuangan dalam keuangan Syariah.
3. Untuk memahami perbedaan antara risiko pasif dan risiko responsif dalam konteks keuangan Syariah.
4. Untuk menganalisis hubungan antara ketidakpastian dan kausalitas dalam keuangan Syariah.
5. Untuk memahami tanggung jawab terhadap risiko dalam keuangan Syariah.
6. Untuk memahami hubungan antara keberuntungan (chance) dan gharar dalam keuangan Syariah.
7. Untuk menganalisis hubungan antara keberuntungan (chance) dan ukuran zero sum dalam keuangan Syariah.
8. Untuk memahami hubungan antara risiko, ketidakpastian, dan risk-return (risiko- imbal hasil) dalam keuangan Syariah.
9. Untuk mengidentifikasi macam-macam transaksi yang melibatkan gharar dalam keuangan Syariah.
1.4 Ruang Lingkup Makalah
Ruang lingkup makalah ini mencakup pemahaman tentang konsep gharar dan ketidakpastian dalam konteks keuangan Syariah. Makalah ini juga akan membahas proses pemilihan keputusan keuangan, perbedaan antara risiko pasif dan risiko responsif, hubungan antara ketidakpastian dan kausalitas, tanggung jawab terhadap risiko, hubungan antara keberuntungan dan gharar, serta macam-macam transaksi yang melibatkan gharar dalam keuangan Syariah. Penulisan makalah ini didasarkan pada sumber-sumber yang relevan dan terpercaya dalam bidang keuangan Syariah.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses Pemilihan Keputusan Keuangan
a. Pengambilan Keputusan dalam Konteks Keuangan Syariah
Dalam konteks keuangan Syariah, pengambilan keputusan keuangan melibatkan pertimbangan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang mengatur transaksi keuangan. Sheikh Taqi Usmani, seorang ulama dan ahli hukum Islam, menjelaskan pentingnya mempertimbangkan prinsip-prinsip syariah dalam pengambilan keputusan keuangan. Beliau menyatakan, "Pengambilan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah harus mempertimbangkan prinsip-prinsip Islam yang melarang riba (bunga) dan mendorong prinsip-prinsip keadilan dan keberlanjutan dalam transaksi keuangan."
Dalam keputusan keuangan, terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan. Dr.
Muhammad Ayub, seorang akademisi dan penulis yang mengkhususkan diri dalam keuangan Islam, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah meliputi aspek syariah, aspek ekonomi, aspek sosial, aspek etika, dan aspek keberlanjutan. Pengambilan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah tidak hanya didasarkan pada pertimbangan keuntungan finansial semata, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan moral dari keputusan tersebut.
Selain itu, Dr. Monzer Kahf, seorang ekonom dan ahli keuangan Islam, menekankan pentingnya mempertimbangkan prinsip keadilan dalam pengambilan keputusan keuangan.
Beliau menyatakan, "Dalam konteks keuangan Syariah, pengambilan keputusan keuangan harus didasarkan pada prinsip keadilan yang menghormati hak-hak semua pihak yang terlibat dalam transaksi."
Dalam pengambilan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah, penting untuk mempertimbangkan prinsip-prinsip syariah, faktor-faktor ekonomi, sosial, etika, dan keberlanjutan, serta prinsip keadilan. Hal ini akan memastikan bahwa keputusan yang diambil sesuai dengan nilai-nilai Islam dan memberikan dampak positif bagi semua pihak yang terlibat.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pemilihan Keputusan Keuangan
Dalam proses pemilihan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Dr. Muhammad Ayub, seorang akademisi dan penulis yang mengkhususkan diri dalam keuangan Islam, menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah meliputi aspek syariah, aspek ekonomi, aspek sosial, aspek etika, dan aspek keberlanjutan.
Aspek syariah menjadi faktor utama yang mempengaruhi pengambilan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah. Prinsip-prinsip syariah, seperti larangan riba (bunga) dan prinsip bagi hasil, harus dipertimbangkan dalam setiap transaksi keuangan.
Sheikh Taqi Usmani, seorang ulama dan ahli hukum Islam, menekankan pentingnya mempertimbangkan prinsip-prinsip syariah dalam pengambilan keputusan keuangan. Beliau menyatakan, "Pengambilan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah harus
mempertimbangkan prinsip-prinsip Islam yang melarang riba (bunga) dan mendorong prinsip-prinsip keadilan dan keberlanjutan dalam transaksi keuangan."
Selain aspek syariah, faktor ekonomi juga memainkan peran penting dalam pengambilan keputusan keuangan. Pertimbangan terhadap potensi keuntungan, risiko, dan keseimbangan keuangan menjadi faktor yang harus dipertimbangkan. Dalam konteks keuangan Syariah, keuntungan harus diperoleh melalui prinsip-prinsip yang halal dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Aspek sosial juga harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan keuangan.
Pengaruh terhadap masyarakat dan dampak sosial dari keputusan keuangan harus dipertimbangkan. Dr. Muhammad Ayub menyatakan, "Pengambilan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah tidak hanya didasarkan pada pertimbangan keuntungan finansial semata, tetapi juga mempertimbangkan dampak sosial dan moral dari keputusan tersebut." Selanjutnya, aspek etika juga menjadi faktor yang mempengaruhi proses pemilihan keputusan keuangan. Prinsip-prinsip etika Islam, seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial, harus dipertimbangkan dalam setiap transaksi keuangan. Keputusan keuangan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip etika Islam dapat dihindari.
Terakhir, aspek keberlanjutan juga menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan keuangan. Keputusan keuangan yang berkelanjutan dan berdampak positif dalam jangka panjang harus menjadi pertimbangan utama.
c. Peran Ketidakpastian dalam Proses Pemilihan Keputusan Keuangan
Dalam proses pemilihan keputusan keuangan, peran ketidakpastian (uncertainty) sangat penting. Ketidakpastian merujuk pada situasi di mana hasil atau konsekuensi suatu keputusan atau transaksi tidak dapat diketahui dengan pasti. Dalam konteks keuangan Syariah, ketidakpastian sering kali terkait dengan gharar, yaitu ketidakjelasan atau ketidakpastian dalam transaksi yang dapat menimbulkan ketidakadilan atau kerugian bagi salah satu pihak.
Peran ketidakpastian dalam proses pemilihan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah memiliki beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan. Pertama, ketidakpastian dapat mempengaruhi penilaian risiko dan pengambilan keputusan terkait dengan investasi. Dalam keuangan Syariah, penilaian risiko harus mempertimbangkan ketidakpastian yang mungkin terjadi dalam hasil investasi. Dr. Muhammad Ayub menyatakan, "Ketidakpastian dalam keuangan Syariah dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti ketidakpastian mengenai hasil investasi, ketidakpastian terkait dengan kualitas atau keberadaan aset yang diperdagangkan, atau ketidakpastian mengenai pelaksanaan kontrak."
Dalam menghadapi ketidakpastian ini, pengambilan keputusan harus mempertimbangkan potensi risiko dan keuntungan yang dapat terjadi.
Kedua, ketidakpastian juga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan terkait dengan pemilihan instrumen keuangan. Dalam konteks keuangan Syariah, pemilihan instrumen keuangan harus mempertimbangkan ketidakpastian yang mungkin terjadi terkait dengan instrumen tersebut. Misalnya, dalam memilih instrumen investasi, pengambil keputusan harus mempertimbangkan tingkat gharar yang terkait dengan instrumen tersebut.
Sheikh Taqi Usmani menjelaskan, "Pengambilan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah harus mempertimbangkan prinsip-prinsip Islam yang melarang riba
(bunga) dan mendorong prinsip-prinsip keadilan dan keberlanjutan dalam transaksi keuangan."
Ketiga, ketidakpastian juga dapat mempengaruhi penilaian dan pengelolaan risiko.
Dalam keuangan Syariah, pengelolaan risiko harus mempertimbangkan ketidakpastian yang mungkin terjadi dalam situasi tertentu. Dr. Monzer Kahf menekankan pentingnya mempertimbangkan risiko dan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan keuangan.
Beliau menyatakan, "Dalam konteks keuangan Syariah, pengambilan keputusan keuangan harus didasarkan pada prinsip keadilan yang menghormati hak-hak semua pihak yang terlibat dalam transaksi."
Dalam keseluruhan, peran ketidakpastian dalam proses pemilihan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah adalah penting. Ketidakpastian mempengaruhi penilaian risiko, pemilihan instrumen keuangan, dan pengelolaan risiko. Dalam menghadapi ketidakpastian ini, pengambil keputusan harus mempertimbangkan prinsip-prinsip syariah, faktor ekonomi, sosial, etika, dan keberlanjutan untuk memastikan keputusan yang diambil sesuai dengan nilai-nilai Islam dan memberikan dampak positif bagi semua pihak yang terlibat.
2.2 Risiko Pasif dan Risiko Responsif a. Pengertian Risiko Pasif
Risiko pasif merupakan salah satu konsep yang penting dalam keuangan Syariah.
Risiko pasif merujuk pada risiko yang timbul akibat ketidakpastian yang tidak dapat dikendalikan oleh individu atau lembaga yang terlibat dalam transaksi keuangan. Risiko pasif ini sering kali terkait dengan faktor eksternal yang di luar kendali individu atau lembaga, seperti perubahan kondisi pasar, perubahan kebijakan pemerintah, atau bencana alam.
Dr. Muhammad Ayub menjelaskan, "Risiko pasif adalah risiko yang dihadapi oleh individu atau lembaga sebagai akibat dari ketidakpastian yang tidak dapat dikendalikan atau diubah oleh mereka." Risiko pasif ini merupakan risiko yang melekat pada situasi atau lingkungan eksternal, dan individu atau lembaga hanya bisa merespon risiko tersebut tanpa memiliki kontrol penuh terhadap faktor-faktor yang menyebabkan risiko tersebut.
Contoh dari risiko pasif dalam konteks keuangan Syariah adalah risiko pasar, risiko kebijakan pemerintah, dan risiko bencana alam. Risiko pasar terkait dengan fluktuasi harga atau nilai aset yang dapat mempengaruhi hasil investasi. Risiko kebijakan pemerintah terkait dengan perubahan regulasi atau kebijakan yang dapat berdampak pada transaksi keuangan.
Risiko bencana alam terkait dengan risiko yang timbul akibat bencana alam seperti gempa bumi, banjir, atau kebakaran.
b. Pengertian Risiko Responsif
Risiko responsif merupakan konsep yang berlawanan dengan risiko pasif. Risiko responsif merujuk pada risiko yang timbul sebagai akibat dari keputusan atau tindakan yang diambil oleh individu atau lembaga. Risiko ini merupakan risiko yang dapat dikendalikan atau diubah oleh individu atau lembaga melalui tindakan yang tepat.
Dr. Monzer Kahf menjelaskan, "Risiko responsif adalah risiko yang dihadapi sebagai akibat dari keputusan atau tindakan yang diambil oleh individu atau lembaga." Risiko responsif ini melibatkan pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi hasil atau konsekuensi dari transaksi keuangan. Individu atau lembaga memiliki kontrol dan tanggung jawab dalam mengelola risiko responsif ini.
Contoh dari risiko responsif dalam konteks keuangan Syariah adalah risiko kredit, risiko investasi, dan risiko operasional. Risiko kredit terkait dengan kemungkinan terjadinya gagal bayar atau kredit macet oleh pihak yang meminjam dana. Risiko investasi terkait dengan kemungkinan kerugian atau tidak mencapai target hasil investasi. Risiko operasional terkait dengan risiko yang timbul akibat kesalahan atau kegagalan dalam operasional perusahaan.
Dalam pengambilan keputusan keuangan, individu atau lembaga harus mempertimbangkan baik risiko pasif maupun risiko responsif. Pengelolaan risiko responsif ini penting untuk meminimalkan risiko yang dapat dikendalikan dan mengoptimalkan hasil dari transaksi keuangan.
c. Perbedaan antara Risiko Pasif dan Risiko Responsif
Berikut adalah bentuk tabel yang dapat digunakan untuk memperjelas perbedaan antara risiko pasif dan risiko responsif:
Risiko Pasif Risiko Responsif
Pengertian Risiko yang timbul akibat faktor eksternal yang di luar kendali individu atau lembaga
Risiko yang timbul akibat keputusan atau tindakan yang diambil oleh individu atau lembaga
Sumber Risiko
Faktor-faktor eksternal yang di luar kendali individu atau lembaga
Keputusan atau tindakan yang diambil oleh individu atau lembaga Kontrol dan
Pengaruh
Tidak dapat dikendalikan atau diubah oleh individu atau lembaga
Dapat dikendalikan atau diubah oleh individu atau lembaga
Faktor Penyebab
Faktor-faktor eksternal yang di luar kendali individu atau lembaga
Keputusan atau tindakan yang diambil oleh individu atau lembaga
2.3 Ketidakpastian dan Kausalitas a. Pengertian Ketidakpastian
Dalam konteks keuangan Syariah, ketidakpastian (uncertainty) merujuk pada situasi di mana hasil atau konsekuensi suatu keputusan atau transaksi tidak dapat diketahui dengan pasti. Ketidakpastian ini sering kali terkait dengan gharar, yaitu ketidakjelasan atau ketidakpastian dalam transaksi yang dapat menimbulkan ketidakadilan atau kerugian bagi salah satu pihak.
Dalam konteks keuangan Islam, ketidakpastian memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan keuangan. Ketidakpastian dapat terjadi dalam berbagai aspek keuangan, seperti ketidakpastian mengenai hasil investasi, ketidakpastian terkait dengan kualitas atau keberadaan aset yang diperdagangkan, atau ketidakpastian mengenai
pelaksanaan kontrak. Risiko pasif dan risiko responsif adalah dua konsep yang berbeda dalam konteks keuangan Islam.
Dalam konteks keuangan Syariah, ketidakpastian dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti ketidakpastian mengenai hasil investasi, ketidakpastian terkait dengan kualitas atau keberadaan aset yang diperdagangkan, atau ketidakpastian mengenai pelaksanaan kontrak.
Ketidakpastian ini dapat mempengaruhi penilaian risiko, pengambilan keputusan, dan pengelolaan risiko. Pengambilan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah harus mempertimbangkan prinsip-prinsip Islam yang melarang riba (bunga) dan mendorong prinsip-prinsip keadilan dan keberlanjutan dalam transaksi keuangan.
b. Hubungan antara Ketidakpastian dan Kausalitas
Ketidakpastian (uncertainty) dan kausalitas adalah dua konsep yang berbeda, namun keduanya dapat saling terkait dalam konteks keuangan Syariah. Ketidakpastian merujuk pada situasi di mana hasil atau konsekuensi suatu keputusan atau transaksi tidak dapat diketahui dengan pasti. Sementara itu, kausalitas merujuk pada hubungan sebab-akibat antara peristiwa atau tindakan yang satu dengan yang lain.
Dalam keuangan Syariah, terdapat hubungan antara ketidakpastian dan kausalitas dalam pengambilan keputusan keuangan. Dr. Muhammad Ayub menjelaskan bahwa ketidakpastian dapat mempengaruhi kausalitas dalam konteks keuangan Syariah. Misalnya, ketidakpastian mengenai hasil investasi dapat mempengaruhi hubungan sebab-akibat antara keputusan investasi dengan hasil yang diperoleh.
Ketidakpastian juga dapat mempengaruhi hubungan kausalitas dalam konteks keuangan Syariah. Dalam mengambil keputusan keuangan, ketidakpastian dapat mempengaruhi hubungan sebab-akibat antara tindakan yang diambil dan hasil yang diperoleh. Misalnya, ketidakpastian mengenai pelaksanaan kontrak dapat mempengaruhi hubungan antara keputusan kontrak dengan hasil transaksi yang diperoleh.
Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut tentang hubungan antara ketidakpastian dan kausalitas dalam konteks keuangan Syariah. Hal ini akan membantu memahami bagaimana ketidakpastian dapat mempengaruhi hubungan sebab-akibat dalam pengambilan keputusan keuangan dalam konteks keuangan Syariah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keamanan sistem informasi merupakan hal yang sangat penting dalam era digital yang semakin maju. Dalam melindungi sistem informasi, terdapat beberapa tujuan yang perlu diperhatikan, antara lain mencegah akses yang tidak sah, melindungi data dan informasi penting, serta menjaga keberlanjutan operasional sistem. Untuk mencapai tujuan tersebut, organisasi perlu menerapkan kebijakan sistem keamanan informasi yang efektif. Kebijakan sistem keamanan informasi melibatkan beberapa komponen, seperti kebijakan akses dan otorisasi, kebijakan sandi, kebijakan penggunaan perangkat, kebijakan pemantauan dan audit, serta kebijakan kejadian darurat. Implementasi kebijakan tersebut memerlukan komunikasi, pelatihan, penerapan teknis, pemantauan, dan evaluasi secara berkala.
Dengan menjaga keamanan sistem informasi, organisasi dapat melindungi data dan informasi penting, mencegah kerugian finansial, menjaga kepercayaan pelanggan, dan menjaga kelancaran operasional sistem. Keamanan sistem informasi juga membantu organisasi dalam menghadapi ancaman dan bencana yang mungkin terjadi. Dalam menghadapi tantangan keamanan yang semakin kompleks, penting bagi organisasi untuk terus memperbarui dan meningkatkan kebijakan sistem keamanan informasi sesuai dengan perkembangan teknologi dan ancaman yang ada. Dengan melakukan langkah-langkah yang tepat, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang aman dan terlindungi bagi sistem informasi.
Dalam kesimpulan, keamanan sistem informasi memainkan peran yang krusial dalam melindungi data dan informasi penting, menjaga kelancaran operasional sistem, dan menjaga kepercayaan pelanggan. Dengan menerapkan kebijakan sistem keamanan informasi yang efektif, organisasi dapat meminimalkan risiko dan melindungi aset informasi yang dimiliki.
Saran
Dalam menghadapi tantangan keamanan sistem informasi yang semakin kompleks, penting bagi organisasi untuk menjaga keamanan data dan informasi penting, melindungi sistem dari akses yang tidak sah, serta menjaga kelancaran operasional sistem. Dengan menerapkan kebijakan sistem keamanan informasi yang tepat, melibatkan seluruh anggota organisasi, dan melakukan pemantauan serta evaluasi secara berkala, organisasi dapat menciptakan lingkungan yang aman, terlindungi, dan dapat dipercaya bagi sistem informasi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Whitman, M. E., & Mattord, H. J. (2016). Principles of Information Security. Cengage Learning.
Rahardjo, B. (2005). Keamanan sistem informasi berbasis internet. Bandung: PT. Insan Indonesia.
Chazar, C. (2015). Standar manajemen keamanan sistem informasi berbasis ISO/IEC 27001:
2005. Jurnal informasi, 7(2).
Paryati, P. (2015, June). Keamanan Sistem Informasi. In Seminar Nasional Informatika (SEMNASIF) (Vol. 1, No. 4).
Nasution, M. I. P. (2008). Urgensi Keamanan Pada Sistem Informasi. Jurnal Iqra, 2(2), 41- 54.