Nikmatul Kamila, 2023, Pemberian kewenangan hak asuh anak kepada ayah dari sudut pandang hukum positif dan hukum Islam (Putusan Kajian nomor 1909/Pdt.G/2019/Pa.Bdw). Selain itu penulis juga ingin meneliti kriteria pemberian hak asuh anak kepada ayah berdasarkan Hukum Positif dan Hukum Islam yang berlaku di Indonesia. Dalam tesis berjudul Pemberian Kewenangan Hak Asuh Anak Kepada Ayah Dalam Perspektif Hukum Positif dan Hukum Islam (kajian Putusan Nomor 1909/Pdt.G/2019/Pa.Bdw) B.
Tujuan Penelitian
Apa pertimbangan majelis hakim dalam putusan nomor 1909/Pdt.G/2019/Pa.Bdw tentang pemberian hak asuh kepada ayah 1909/Pdt.G/2019/Pa.Bdw tentang pemberian hak asuh kepada ayah menurut hukum positif dan hukum Islam.
Manfaat Penelitian
Selain itu untuk menambah khazanah keilmuan juga dalam urusan perdata khususnya mengenai pemberian hak asuh anak kepada ayah. Bagi mahasiswa UIN KHAS Jember, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penulisan karya ilmiah khususnya mengenai pemberian hak asuh anak kepada ayah. Bagi masyarakat, penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat menambah pemahaman masyarakat umum mengenai dasar hakim dalam memutus suatu perkara yang berkaitan dengan pemberian hak asuh anak kepada ayah.
Definisi Istilah
Hadhanah adalah nafkah anak di bawah umur yang ditentukan setelah terjadi perceraian antara suami dan istri. Hak-hak anak harus dipenuhi, oleh karena itu penentuan hak asuh anak setelah perceraian harus diperhatikan. Dengan demikian, maksud dari gelar ini adalah untuk memberikan kewenangan kepada seseorang dalam mengasuh anak di bawah umur, yang ditentukan setelah terjadinya perceraian berdasarkan sudut pandang hukum orang yang mengikat dan berdasarkan sudut pandang peraturan yang telah ditetapkan. berdasarkan wahyu. Allah dan Sunnah Nabi tentang fenomena atau kejadian dalam keputusan nomor 1909/Pdt.G/2019/Pa/Bdw.
Sistematika Pembahasan
BAB III adalah Metodologi Penelitian yang berisi tentang (a) jenis dan pendekatan penelitian, (b) sumber data (c) teknik pengumpulan data,
Penelitian Terdahulu
Persamaan antara skripsi yang ditulis Mila Nur Viana dengan skripsi ini adalah sama-sama membahas tentang hak asuh anak (hadhana) setelah perceraian. Persamaan antara skripsi ini dengan skripsi yang ditulis oleh Mohamad Subkhan adalah sama-sama membahas tentang pengasuhan anak atau (hadhanah). Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang ditulis Alfitri adalah sama-sama membahas tentang hadana yang diwariskan kepada ayah.
ة َراَج
Ayat (3) Salah satu kerabat dekat anak dapat ditunjuk oleh pengadilan untuk memenuhi hak anak apabila orang tuanya tidak mampu. Jika anak sudah berumur lebih dari 12 tahun, maka anak dapat memilih salah satu orang tuanya sebagai wali. Pengadilan harus memilih antara ibu dan ayah, yang mempunyai hak terbaik atas hak asuh anak.
ةَماَيِق لاَْم وَي
Pertimbangan Majelis Hakim Dalam Putusan Nomor 1909/Pdt.G/2019/Pa.Bdw Terkait Pemberian Hak Asuh Anak Kepada
Namun anak tersebut sempat dibawa paksa oleh responden, ibu responden, dan saudara laki-laki responden saat pulang sekolah untuk dirawat kembali. Namun Pemohon sangat keberatan dengan hal tersebut karena anak tersebut ditelantarkan oleh Termohon atau oleh ibu Tergugat sebelum diasuh oleh Pemohon. Sedangkan terhadap keberatan terdakwa, Majelis Hakim menilai hal tersebut tidak cukup dibuktikan, karena keterangan saksi-saksi terdakwa juga menunjukkan bahwa anak tersebut tidak diasuh dengan baik.
Dari kedua saksi yang dihadirkan penggugat keduanya sama-sama memberikan keterangan yang sama bahwa setelah perceraian anak tersebut diserahkan hak asuh ibu tergugat dan dikawinkan kembali dengan orang lain, namun setelah diserahkan kepada ibu tergugat anak tersebut ditinggal dan ditinggalkan. Oleh karena itu, tetangga ibu responden memanggil pemohon untuk menjemput anak tersebut agar tetap dijaga dan tidak ditinggalkan. Setelah anak tersebut diasuh oleh pemohon, para saksi mengetahui bahwa anak tersebut diasuh lebih baik dari sebelumnya, disekolahkan, mengaji dan tidak ditelantarkan.
Dalam hal ini dijelaskan bahwa hak hadhanah ibu dapat hilang ketika anak tersebut mumayyiz. Hadits di atas juga menyatakan bahwa jika seorang ayah hendak memisahkan ibu dan anaknya, maka tidak boleh karena ibu mempunyai hak lebih atas anaknya. Namun hak asuh seorang ibu atas anaknya tidak hilang bila ia menikah lagi dengan syarat sebagai berikut: pertama, ibu menikah dengan anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan mahram dengan anak tersebut, misalnya kakek atau paman.
Jika kita melihat kasus yang diuraikan di atas, kita dapat menemukan bahwa anak tersebut ditelantarkan, baik oleh responden, ibu responden, atau pamannya, sehingga anak tersebut tidak bersekolah dan tidak mengaji. Berdasarkan kasus yang diuraikan maka dapat disimpulkan bahwa selama 3 tahun kehidupan pemohon, kebutuhan anak telah terpenuhi, baik dari segi sandang, pangan, papan, maupun dari segi kesehatan anak. Berdasarkan keputusan no. 1909/Pdt.G/2019/Pa.Bdw hak asuh anak dialihkan kepada pemohon karena anak tersebut ditelantarkan selama dalam pengasuhan tergugat oleh karena itu hak asuh anak dialihkan kepada pemohon demi kemajuan anak tersebut. diurus.
Kriteria Pemberian Hak Asuh Anak Kepada Ayah Berdasarkan Hukum Positif dan Hukum Islam
Hal ini sesuai dengan Keputusan no. 1909/Pdt.G/2019/Pa.Bdw bahwa anak tidak mendapat kasih sayang dari responden (ibu kandung), sehingga dikhawatirkan akan mengganggu psikologi anak. Putusan bernomor 1909/Pdt.G/Pa.Bdw menyatakan bahwa anak tersebut ditelantarkan, terdakwa meninggalkan anak tersebut dalam pengasuhan ibu terdakwa, namun ibu terdakwa meninggalkan anak tersebut untuk bekerja di Gresik. Dengan niat yang baik, anak akan merasa nyaman dengan Hadhin dan berpeluang lebih besar untuk memenangkan hak asuh anak di pengadilan.
Dalam keputusan no. 1909/Pdt.G/2019/Pa.Bdw, berdasarkan keterangan para saksi, pemohon sebagai ayah kandung mempunyai itikad baik sehingga memudahkan majelis hakim dalam menentukan dan memutus hak asuh anak tersebut dapat diambil alih. dialihkan kepada pemohon sebagai ayah kandung anak tersebut. Berdasarkan Pasal 49 UU Perkawinan, seorang ayah atau ibu dapat kehilangan hak asuh atas anak apabila ada yang mengajukan permohonan pemindahan hak asuh atas anak tersebut. Dalam konteks hahana, hadhan harus berakal, artinya mampu memilah, memilih, dan melakukan perbuatan yang terbaik bagi anak.
Dengan sifat Amanah, maka ia dapat menahan diri dari segala perbuatan yang tidak halal atau tidak sesuai dengan norma yang berlaku, oleh karena itu, jika seorang hadhin tidak memiliki sifat Amanah, ia tidak berhak mengasuh dan mendidik tidak. kanak-kanak.108 . Dalam Islam, syarat untuk menjadi seorang hadhin ialah bebas daripada pasangan, bermakna seorang hadhin tidak berkahwin lagi, ini untuk mengelakkan hadhin daripada memberikan sepenuh perhatian kepada anak. Oleh itu, apabila seorang hadhin berkahwin lagi, dikhuatiri si hadhin akan sibuk dengan keluarga barunya dan meninggalkan anak.
Demi kepentingan anak, seorang hadhin harus mempunyai tempat tinggal yang layak agar anak nyaman dalam pengasuhan hadhin pilihannya.
هيِبَأ
Syarat-syarat yang telah diatur harus dipenuhi demi menjaga kemaslahatan umat, kecuali syarat-syarat yang menghalalkan sesuatu yang haram.
نوُمِل سُملا َو «
ع لا
Saran
Dengan kesimpulan penelitian tentang pemberian hak asuh anak kepada ayah dari sudut pandang hukum positif dan Islam dalam kajian putusan no. 1909/Pdt.G/Pa.Bdw. Penulis berharap pemerintah menerbitkan atau membuat pasal dalam undang-undang tersebut yang menjelaskan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi oleh seorang hadhin untuk mendapatkan hak asuh anak. Hal ini bertujuan untuk menjadi acuan hakim dalam memutus suatu perkara yang berkaitan dengan peralihan hak asuh anak.
Penerapan Model Shared Parenting dalam Penyelesaian Sengketa Hak Asuh Anak.” Al-Iqtishadiyah 5, no. “Pelaksanaan Eksekusi Hak Asuh Anak (Hadhanah) terhadap Wanita Murtad dalam Perkara Nomor: 398/P.Dt.G/2013/PA.Pbr di Pengadilan Agama Pekanbaru).” Teraju: Jurnal Syariah dan Hukum 2, no. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Penyelesaian Hak Asuh Anak Pasca Perceraian di Banda Aceh.” Syariah: Jurnal Hukum Islam 3, no.
“Sahihnya Penitipan Anak di Bawah Umur (Hadhanah) Kepada Ayah Setelah Cerai.” Adil: Jurnal Hukum 10, no. “Hak nafkah anak (Hadhanah) akibat perceraian ditinjau dari hukum positif dan hukum Islam.” Keadilan 1, tidak. “Hak-Hak Anak yang Belum Dimumikan dengan Ayah Kandungnya Ditinjau dari Hukum Islam (Studi Desa Kincang Wetanmadiun,).” Koleksi Hukum 1, no.
Kewenangan orang tua pasca perceraian akibat murtadnya salah satu orang tua menurut hukum positif dan hukum Islam (studi banding pengadilan negeri dan pengadilan agama di makasar).” Disertasi, Universitas Islam Negeri Aluddin Makasar, 2017.
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
Bahwa saksi mengetahui bahwa setelah Pemohon dan Termohon berpisah anak tersebut diasuh oleh Termohon, namun setelah Termohon menikah lagi anak tersebut diserahkan kepada ibu Termohon; Bahwa saksi mengetahui bahwa pada saat diasuh oleh ibu Termohon, anak tersebut ditelantarkan karena jauh untuk bekerja di Gersik; Bahwa saksi mengetahui bahwa setelah Pemohon dan Termohon berpisah anak tersebut diasuh oleh Termohon, namun setelah Termohon menikah lagi anak tersebut diserahkan kepada saksi;
Bahwa pada saat anak tersebut diasuh oleh saksi, saksi pernah tinggal dan bekerja jauh di Gersik selama 8 bulan ; Bahwa saksi mengetahui bahwa selama bersama ibu tergugat, anak tersebut tidak diasuh karena ditinggal bekerja jauh di Gersik; Bahwa saksi mengetahui bahwa ibu terdakwa bekerja di wilayah Gresik dan anak tersebut berada di rumah pamannya;
Bahwa setelah pemohon dan tergugat bercerai, anak tersebut diasuh oleh tergugat, namun setelah tergugat menikah lagi, anak tersebut diserahkan kepada ibu tergugat; bahwa pada saat anak tersebut bersama ibu responden, anak tersebut ditelantarkan karena ditinggal bekerja jauh di Gersik; Bahwa anak jarang bersekolah dan tidak mengaji, kehidupannya tidak terurus (makanan sering disediakan tetangga);
Sedangkan pemohon telah mengasuh anaknya dan merawat anak tersebut selama kurang lebih 3 tahun;
Kantor Pendaftaran Mahkamah Agung Republik Indonesia berupaya untuk selalu memuat informasi terkini dan akurat sebagai wujud komitmen Mahkamah Agung terhadap pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan fungsi peradilan. Namun dalam hal tertentu masih mungkin timbul kendala teknis terkait keakuratan dan kemutakhiran informasi yang kami sajikan, yang akan terus kami tingkatkan dari waktu ke waktu. Jika Anda menemukan ketidakakuratan informasi yang terdapat pada halaman ini atau informasi yang seharusnya ada tetapi belum tersedia, harap segera menghubungi Panitera Mahkamah Agung Republik Indonesia melalui
نق
وس
حك
ةي
شرط احتل فإن زوج مأن ولاخلو المميز تها
Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Majelis Hakim berpendapat permohonan Pemohon dapat dikabulkan dengan mewajibkan Pemohon memberikan akses/kesempatan kepada Termohon untuk menunjukkan kasih sayang kepada anak melalui anak berjalan-jalan atau menginap di rumahnya. rumah saat liburan sekolah. atau pada hari acara keluarga;. Mengingat hal tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2006. Memperhatikan semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan perundang-undangan syariah yang berlaku. terkait dengan hal ini.
Menetapkan nama anak tersebut adalah ANAK NYATA, laki-laki, tempat lahir, Bondowoso, 20 Juli 2011, dan diasuh oleh pemohon dengan mewajibkan pemohon memberikan akses/kesempatan kepada termohon untuk menunjukkan kasih sayang kepada anak tersebut. anak dengan mengajak anak Anda berjalan-jalan atau tinggal di rumahnya selama beberapa hari ke depan. Menghukum tergugat untuk memindahtangankan anak yang bernama ANAK ASLINYA, berjenis kelamin laki-laki, tanggal lahir Bondowoso 20 Juli 2011, kepada pemohon tanpa ada beban apa pun sejak putusan ini diambil, dan apabila tergugat tidak menuruti putusan ini, maka anak tersebut dapat dikenai sanksi. dieksekusi. Hal ini diputuskan dalam musyawarah Majelis Umum yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 11 Februari 2020 dalam rangka Jumadil Akhir 17 1441 Hijriyah, oleh kami Harun JP., S.Ag., M.H.I.