DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Adisumatro, Harsono. 1990. Hak Milik Perindustrian, Jakarta: Akademika
Pressindo.
Amiruddin, Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta:
Rajawali Pers.
Djumhana, Muhammad dan R.Djubaedilah. 2011. Hak Milik Intelektual (Sejarah,
Teori, dan Praktiknya di Indonesia). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
_______. 2006. Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan
Intelektual. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Durianto, Darmadi, dkk. 2011. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas
Perilaku Merek. Jakarta: Gramedia Utama Pustaka.
Firmansyah, Hery. 2011. Perlindungan Hukum terhadap Merek. Yogyakarta:
Pustaka Yustisia.
Gambiro, Ita.2000. Hukum Merek Beserta Peraturan Perundang-undangan di
Bidang Merek. Jakarta: CV Sebelas Printing.
Gautama, Soedargo. 1977. Hukum Merek Indonesia. Bandung: Alumni.
______. 1994. Hak Merek Dagang Menurut Perjanjian TRIPs-GATT dan
Undang-Undang Merek RI. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hartono, Sunaryati. 1991. Politik Hukum Menuju Sistem Hukum Nasional.
Bandung: Alumni.
Kaligis, O.C. 2008. Teori dan Praktik Hukum Merek di Indonesia. Jakarta:
Alumni.
Lindsey, Tim. 2006. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung:
Alumni.
Margono, Suyud dan Longginus Hadi. 2002. Pembaharuan Perlindungan Hukum
Merek, Jakarta: Inti Ilmu.
Maulana, Insan Budi. 1999. Perlindungan Merek Terkenal dari Masa ke Masa.
______. 1997. Sukses Bisnis Melalui Merek, Paten, dan Hak Cipta. Bandung: PT. Citra Adtya Bakti.
Mertokusumo. 1999. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty.
Miru, Ahmadi. 2005. Hukum Merek. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muhammad, Abdulkadir. 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan
Intelektual. Bandung: Cira Aditya Bakti.
Priapantja, Cita Citrawinda. 2000. Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia.
Bogor: Biro Oktroi Rooseno.
Purwaningsih, Endang. 2005. Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights.
Jakarta: Ghalia Indonesia
S., Margono dan Angkasa A. 2002. Komersialisasi Aset Intelektual-Aspek Hukum
Bisnis, Jakarta: Grasindo.
Saidin, OK. 2013. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Soekanto, Soerjono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Soeryodiningrat, R. M. 1975. Pengantar Ilmu Hukum Merek, Jakarta: Pradnya
Paramitha.
Subekti, R. 1987. Hukum Perjanjian Jakarta: Intermasa.
Sunggono, Bambang. 2003. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Supramono, Gatot.1995. Pendaftaran Merek Menurut Undang-Undang Nomor 19
Tahun 1992. Semarang: Djambatan.
_______, 2008. Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sutedi, Adrian 2009. Hak atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika.
Usman, Rachmadi. 2003. Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual (Perlindungan
Wahyuni, Erma, dkk. 2002. Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek. Yogyakarta: YPAPI.
Waluyo, Bambang. 1991. Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar
Grafika.
Yuhassarie, Emmy. 2004. Hak Kekayaaan Intelektual dan Perkembangannya.
Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum.
Jurnal:
Agus Mardianto. 2010. Penghapusan Pendaftaran Merek Berdasarkan Gugatan
Pihak Ketiga. Jurnal Dinamika Hukum. Unsoed Purwokerto. Vol. 10 No. 1.
Skripsi:
Ismono, Gatot. 2005. Perlindungan Hak atas Merek Terdaftar dalam Persaingan
Usaha Tidak Sehat, Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro.
Susanto, Fery. 2001. Perlindungan Hukum terhadap Merek Terdaftar menurut
Ketentuan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 tentang Merek, Magister Hukum Universitas Sumatera Utara.
Telaumbanua, Kurniawan. 2008. Penyelesaian Sengketa Merek Terdaftar yang
Mempunyai Persamaan dengan Merek Terdaftar Lainnya. Magister Ilmu Hukum, Universitas Sumatera Utara.
Peraturan Perundang-Undangan :
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1993 tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek.
Konvensi Internasional:
The Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Konvensi Paris).
Internet :
Purwandoko, Prasetsyo Hadi. Problematika Perlindungan Merek Di Indonesia.
http://prasetyohp.wordpress.com/problematika-perlindungan-Merek-di-indonesia/ (online). Diakses pada tanggal 26 Desember 2014.
Problematika Perlindungan Merek di Indonesia, http://www.daftarhaki.com Diakses pada tanggal 14 Oktober 2014.
(Studi Putusan Mahkamah Agung No. 699K/PDT. SUS/2009)
S K R I P S I
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
SUSAN OKTAVIANA NIM : 110200289
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(Studi Putusan Mahkamah Agung No. 699K/PDT. SUS/2009)
SKRIPSI
Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh:
SUSAN OKTAVIANA NIM : 110200289
DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA DAGANG
Disetujui Oleh
Ketua Departemen Hukum Keperdataan
Dr. H. HASIM PURBA, S.H., M.HUM NIP. 196603031985081001
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. OK. SAIDIN, S.H., M. HUM SYAMSUL RIZAL, S.H., M.HUM NIP. 196202131990031002 NIP. 196402161989111001
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
NAMA : SUSAN OKTAVIANA
NIM : 110200289
JUDUL SKRIPSI : ASPEK HUKUM KESAMAAN MEREK TERDAFTAR
DALAM KELAS YANG BERBEDA DITINJAU DARI
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001
(Studi Putusan Mahkamah Agung No. 699K/PDT.
SUS/2009)
Dengan ini menyatakan:
1. Bahwa isi skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak
merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.
2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan maka
segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari pihak manapun.
Medan, 23 April 2015
i
Puji dan syukur tiada henti penulis ucapkan kepada Sang Pemilik Semesta
Alam, Allah SWT, karena atas kuasa dan karunia-Nya yang begitu melimpah
senantiasa menyertai penulis sehingga penulis diberi kesempatan, kesehatan, dan
kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk
menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara. Tanpa izin dan pertolongan-Nya, penulis
tidak akan mampu menempuh pendidikan dan menyelesaikan tugas akhir ini
dengan tepat waktu di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Shalawat beriring salam kepada Muhammad SAW, Rasul dan Nabi utusan
Allah yang mengubah zaman jahiliyah menuju masa yang diberkahi oleh-Nya,
Nabi yang dengan kasih sayang luar biasa tulus kepada manusia, yang telah
membawa Islam ke muka Bumi, menuntun seluruh umat menuju jalan lurus
hingga akhir waktu nanti.
Adapun skripsi ini berjudul “Aspek Hukum Kesamaan Merek
Terdaftar dalam Kelas yang Berbeda Ditinjau dari UU No. 15 Tahun 2001 (Studi Putusan Mahkamah Agung No.699k/Pdt.Sus/2009)”
Pelaksanaan pendaftaran merek harus dilandasi dengan itikad baik tanpa
ada niat untuk mendompleng ketenaran dari suatu merek barang dan/atau jasa lain
ii
adanya pelaku bisnis yang beritikad tidak baik ini, maka Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual sepatutnya memperketat pemeriksaan dalam proses
pendaftaran merek sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2001 tentang Merek.
Dalam pelaksanaan penulisan skripsi ini jelas penulis menemukan
hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, arahan, bantuan, dan motivasi
dari berbagai pihak maka penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Untuk itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
3. Syafruddin Hasibuan, S.H., M.H., DFM, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. OK. Saidin S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga Dosen Pembimbing I yang
dengan sepenuh hati telah membimbing, mengajar, mengarahkan, dan
memberi banyak masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
iii
Keperdataan.
7. Sinta Uli Pulungan, S.H., M.Hum., selaku Ketua Program Khusus Perdata
Dagang
8. H. Syamsul Rizal, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang
dengan sepenuh hati dan penuh rasa sabar telah membimbing, mengajar,
mengarahkan, dan memberi banyak masukan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik tanpa banyak mengalami
kesulitan.
9. Hemat Tarigan, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penasehat Akademik selama
penulis menjalani perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
10.Dr. Utary Maharany Barus, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing saat
penulis mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Muslim Law Fair Tingkat
Nasional Tahun 2013 oleh Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, DI
Yogyakarta, yang dengan sabar dan tanpa membimbing proses
penyelesaian karya tulis ilmiah hingga akhirnya karya ilmiah penulis
berhasil masuk sebagai karya 5 besar terbaik.
11. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum, Dosen pengasuh mata kuliah Metode
Penelitian dan Penulisan Hukum, Dosen terbaik di Fakultas Hukum
iv
Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu kepada penulis.
13. Terutama dan terpenting, Kedua orangtua penulis; Papaku Faisal Syam
yang telah beristirahat dengan tenang di sana, namun masih dapat penulis
rasakan kasih sayangnya hingga hari ini dan Mamaku Silvia Anggraini
yang tiada henti memberikan perhatian, dukungan, doa, dan kasih sayang
kepada penulis dari kecil hingga penulis dewasa dan menyelesaikan studi
di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
14.Kakakku Femy Septiani, S.Pd. yang telah banyak membantu penulis
terutama dalam hal penerjemahan abstrak skripsi (hehehe) beserta bojonya
Ahmad Rivai Ritonga S.Pd. yang mengisi amunisi dapur dalam hal divisi
cemilan sore.
15.Adik-adikku Ibnu Sina dan Nadiya (pada belum punya gelar) yang telah
menjadi partner setia dalam hal meramaikan, meriuhkan dan
menggaduhkan rumah dengan canda tawa, pertengkaran, akur, dan
bertengkar lagi, hingga penulis terbawa suasana santai dan akhirnya sering
lupa menyelesaikan tugas akhir ini.
16. Keluarga besarku; Nenek, Pak Ai, Bu Ana, dan Bu Upik yang telah
memberikan dukungan moril dan materil selama penulis menyelesaikan
v
terburuk, terpuruk, tersulit, terberat, tersibuk, mulai dari masa SMA
hingga akhirnya penulis berhasil menyelesaikan studi di Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara dan memperoleh gelar akademik perdana
dalam hidup penulis.
18.Teman-temanku sejak masa SMP, terkhusus personil geng 50 RINGGIT
yang saat ini sama-sama sedang berjuang menyelesaikan tugas akhir: ukhti
Nurul Putri Yanti, Nesti Gayatri, dan Ratih Nur Indah Siregar.
19.Anggota-anggota MAMAN (Manis Manja) yang dipertemukan oleh Allah
saat penulis di bangku SMA: Baba Tri Oktaviani, Meong Yosi Farah, dan
Ogiana, yang sampai saat ini masih saling berbagi kehangatan
persahabatan, berbagi pundak ketika sedih, dan menguatkan di saat rentan.
20.Rika Hanifah dan Hirmawaty Fanny Tampubolon, dua sahabat yang tidak
pernah berhenti membantu dan menolong penulis, meski dalam keadaan
tersulit sekalipun.
21.Mothia Yolandari, sahabat penulis yang tidak banyak bercerita, tetapi
sangat banyak menampung dan mendengar keluh kesah gelisah penulis
selama menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
22.Rekan-rekan klinis Perdata, Pidana dan PTUN yang telah bersama-sama
vi
Miauw, Panda, kura-kura, kelinci-kelinci: Tami dan Puti, marmut-marmut;
Tamtam, Mutmut, Nini, Milo, Puti, beserta keturunan-keturunannya.
24. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan
skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dalam upaya penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata,
dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam praktik perkembangan hukum di
Indonesia. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua. Amin.
Medan, Maret 2015
vii
………
DAFTAR ISI ……….………... vii
ABSTRAK ……….. x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1
B. Perumusan Masalah ………...……… 9
C. Tujuan Penulisan ………...……… 10
D. Manfaat Penulisan ………...……… 10
E. Metode Penelitian ………...………… 11
F. Sistematika Penulisan ………...……….…... 15
G. Keaslian Penulisan ………...……… 15
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK A. Pengertian dan Dasar Hukum Merek ……….. 18
B. Jenis-jenis Merek ……… 26
C. Persyaratan Merek ……… 29
D. Prosedur Pendaftaran Merek di Indonesia ………... 38
E. Penghapusan dan Pembatalan Merek ………. 51
F. Berakhirnya Merek ……….. 55
viii
menurut Ketentuan Hukum Merek Indonesia ………… 57
B. Perlindungan Hukum atas Merek secara Preventif ..…... 63
C. Perlindungan secara Represif terhadap Pelanggaran
Hak atas Merek melalui Gugatan di Pengadilan Niaga .. 71
BAB IV ASPEK HUKUM KESAMAAN MEREK
TERDAFTAR DALAM KELAS BERBEDA
DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 699K/Pdt.Sus/2009)
A. Tata Cara Mengajukan Gugatan Pembatalan Merek
Terdaftar dan Permohonan Kasasi atas Putusan
Pengadilan Niaga ……….... 76
B. Pokok-pokok Gugatan dalam Suatu Gugatan
Pembatalan Merek Terdaftar yang Mempunyai
Persamaan dengan Merek Terdaftar Lainnya …....……. 82
C. Penyelesaian Sengketa Merek dengan Kondisi
Terdaftarnya Dua Merek yang Sama dari Kelas
Berbeda di Direktorat Jenderal HKI (Studi Putusan
ix
DAFTAR PUSTAKA ……….………. 110
LAMPIRAN
x
H. Syamsul Rizal S.H., M.Hum.
Merek merupakan identitas kegiatan atau produk dari para pelaku usaha yang membedakan dapat suatu produk dari produk-produk lain yang sejenis. Ramainya dunia perdagangan tidak jarang menimbulkan ide untuk melakukan peniruan terhadap merek lain yang sudah dikenal konsumen, baik yang berada dalam kelas yang sama maupun tidak. Oleh karena itu sangat menarik untuk
membahas tentang “Aspek hukum kesamaan merek terdaftar dalam kelas yang berbeda ditinjau dari UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek”. Di dalam skripsi ini permasalahan yang dibahas adalah ketentuan merek secara umum, perlindungan hukum terhadap merek terdaftar, dan penyelesaian terhadap sengketa merek dengan kondisi terdaftarnya dua merek yang sama dari kelas yang berbeda di Direktorat Jenderal HAKI.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah yuridis normatif yang bersifat deskriptif. Dilakukan dengan meneliti data sekunder, yaitu penelusuran terhadap norma-norma hukum serta berbagai literatur yang berkaitan dengan hukum merek, dan didukung dengan studi putusan Mahkamah Agung No. 699 K/Pdt.Sus/2009. Alat pengumpul data yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini adalah
melalui studi dokumen dan metode studi pustaka (library research). Metode
analisis data menggunakan metode kualitatif, yaitu data yang didapat disusun secara sistematis dan dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan gugatan pembatalan merek di Pengadilan Niaga dapat dilakukan kapan saja apabila merek melanggar ketertiban umum dengan prosedur gugatan diatur pada Pasal 80 UU No.15 Tahun 2001, sedangkan terhadap permohonan kasasi dapat diajukan dalam jangka waktu empat belas hari sejak putusan Pengadilan Niaga dibacakan dengan prosedur yang diatur dalam Pasal 83 UU No.15 Tahun 2001. Pokok-pokok gugatan yang harus ada dalam suatu gugatan pembatalan merek terdaftar yang memiliki persamaan dengan merek terdaftar lainnya adalah adanya kesamaan merek, pihak pendaftar pertama, dan adanya itikad tidak baik. Penyelesaian terhadap sengketa merek dengan kondisi terdaftarnya dua merek yang sama di Direktorat Jenderal HAKI adalah diberikan perlindungan kepada pendaftar pertama, sedangkan pendaftar yang mendaftar kemudian terhadap mereknya dinyatakan batal sebab memiliki itikad tidak baik dan mendompleng merek milik orang lain.
Kata Kunci: Merek Terdaftar, Perlindungan Merek, Kesamaan Merek
Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.
Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.
x
H. Syamsul Rizal S.H., M.Hum.
Merek merupakan identitas kegiatan atau produk dari para pelaku usaha yang membedakan dapat suatu produk dari produk-produk lain yang sejenis. Ramainya dunia perdagangan tidak jarang menimbulkan ide untuk melakukan peniruan terhadap merek lain yang sudah dikenal konsumen, baik yang berada dalam kelas yang sama maupun tidak. Oleh karena itu sangat menarik untuk
membahas tentang “Aspek hukum kesamaan merek terdaftar dalam kelas yang berbeda ditinjau dari UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek”. Di dalam skripsi ini permasalahan yang dibahas adalah ketentuan merek secara umum, perlindungan hukum terhadap merek terdaftar, dan penyelesaian terhadap sengketa merek dengan kondisi terdaftarnya dua merek yang sama dari kelas yang berbeda di Direktorat Jenderal HAKI.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah yuridis normatif yang bersifat deskriptif. Dilakukan dengan meneliti data sekunder, yaitu penelusuran terhadap norma-norma hukum serta berbagai literatur yang berkaitan dengan hukum merek, dan didukung dengan studi putusan Mahkamah Agung No. 699 K/Pdt.Sus/2009. Alat pengumpul data yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini adalah
melalui studi dokumen dan metode studi pustaka (library research). Metode
analisis data menggunakan metode kualitatif, yaitu data yang didapat disusun secara sistematis dan dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan gugatan pembatalan merek di Pengadilan Niaga dapat dilakukan kapan saja apabila merek melanggar ketertiban umum dengan prosedur gugatan diatur pada Pasal 80 UU No.15 Tahun 2001, sedangkan terhadap permohonan kasasi dapat diajukan dalam jangka waktu empat belas hari sejak putusan Pengadilan Niaga dibacakan dengan prosedur yang diatur dalam Pasal 83 UU No.15 Tahun 2001. Pokok-pokok gugatan yang harus ada dalam suatu gugatan pembatalan merek terdaftar yang memiliki persamaan dengan merek terdaftar lainnya adalah adanya kesamaan merek, pihak pendaftar pertama, dan adanya itikad tidak baik. Penyelesaian terhadap sengketa merek dengan kondisi terdaftarnya dua merek yang sama di Direktorat Jenderal HAKI adalah diberikan perlindungan kepada pendaftar pertama, sedangkan pendaftar yang mendaftar kemudian terhadap mereknya dinyatakan batal sebab memiliki itikad tidak baik dan mendompleng merek milik orang lain.
Kata Kunci: Merek Terdaftar, Perlindungan Merek, Kesamaan Merek
Mahasiswa Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.
Dosen Pembimbing I, Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum USU.
1
A. Latar Belakang
Hak merek merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual yang timbul
dari kemampuan intelektual manusia.1 Merek sebagai salah satu hak intelektual
memiliki peranan penting bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan barang
atau jasa dalam kegiatan perdagangan dan penanaman modal. Merek dengan
brand image nya dapat memenuhi kebutuhan konsumen akan tanda pengenal atau tanda pembeda yang teramat penting dan merupakan jaminan kualitas produk atau
jasa dalam suasana persaingan bebas. Tanpa adanya merek maka akan sulit bagi
konsumen untuk membedakan kualitas dari suatu produk. Itulah sebabnya merek
merupakan salah satu aset terpenting bagi perusahaan.2
Pemberian merek pada suatu produk diharapkan mampu membangun
reputasi sehingga nantinya merek tersebut memiliki nilai lebih pada harga jualnya.
Sebuah merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga secara komersial
bahkan merek suatu perusahaan sering kali lebih bernilai dibandingkan dengan
aset riil perusahaan tersebut.3 Merek produk (baik barang maupun jasa) tertentu
yang sudah menjadi terkenal dan laku di pasar tentu saja akan cenderung
1
Erma Wahyuni, dkk, Kebijakan dan Manajemen Hukum Merek, YPAPI. Yogyakarta, 2002, hlm. 2.
2
Cita Citrawinda Priapantja, Perlindungan Merek Terkenal di Indonesia, Biro Oktroi Rooseno, Bogor, 2000, hlm. 1.
3
membuat produsen atau pengusaha lainnya memacu produknya bersaing dengan
merek terkenal.4
Pada umumnya persaingan adalah baik, sebab dapat mendorong
pengusaha untuk menambah hasil produksi, mempertinggi mutu/kualitas barang,
memperlancar produksi dalam dunia perdagangan yang pada akhirnya tidak hanya
menguntungkan konsumen, masyarakat, bangsa, dan negara. Tetapi bila
persaingan usaha itu sudah sampai pada suatu keadaan, dimana pengusaha yang
satu berusaha menjatuhkan lawannya untuk keuntungan sendiri tanpa
mengindahkan kerugian yang diderita oleh pihak lain, maka inilah titik awal dari
keburukan suatu kompetitif yang menjurus pada pelanggaran hukum. Dengan
perbuatan yang melanggar hukum tersebut, dan juga mungkin melanggar
norma-norma sopan santun, moral, dan norma-norma-norma-norma sosial lainnya dalam lalu lintas
perdagangan, maka persaingan itu dapat menjurus pada persaingan curang atau
tidak sehat.5
Dengan ramainya dunia perdagangan di tingkat nasional maupun
internasional, maka hal ini memberi dampak dengan bermunculan ratusan, bahkan
ribuan merek sehingga tidak jarang menimbulkan ide peniruan/pemalsuan.6
Muncul merek yang sama atau mirip dengan merek lain, sehingga
membingungkan konsumen, dan tentu saja akan merugikan pemilik merek yang
asli. Di sinilah dibutuhkan perlindungan hak atas merek secara tegas, yang
4
Insan Budi Maulana, Sukses Bisnis Melalui Merek, Paten, dan Hak Cipta, Citra Adtya Bakti, Bandung, 1997, hlm. 60.
5
OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayanan Intelektual, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2013, hlm. 356.
6
diserukan tidak hanya secara nasional, melainkan terlebih pada seruan
internasional untuk menyelenggarakan perlindungan hak atas merek terdaftar dan
terkenal, sehingga memunculkan iklim persaingan usaha yang kompetetif dan
sehat.
Seseorang atau badan hukum yang ingin mendapatkan perlindungan atas
penggunaan suatu merek, maka harus terlebih dahulu melakukan proses
permohonan perdaftaran merek di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
Perlindungan hukum atas suatu merek yang dimiliki oleh seseorang atau
badan hukum perlu diberikan oleh pemerintah kepada pemilik yang sah secara
tepat. Bagi pemegang merek yang sesungguhnya jelas dapat mengurangi
pemasukannya karena volume penjualan menurun atau bilamana barang yang
diproduksi si pemalsu merek tidak memadai kualitasnya, sehingga pada akhirnya
nama baik merek itu akan tercemar. Begitu juga konsumen akan kehilangan
jaminan (kepercayaan atau reputasi) atas kualitas barang yang dibelinya.7
Usulan pendaftaran merek ini didasarkan pada kemungkinan pendaftar
dengan memperhatikan beberapa kriteria yakni; apakah permohonan didasarkan
pada itikad tidak baik seperti niat meniru, membonceng, menjiplak merek orang
atau badan hukum lain yang telah terdaftar terlebih dahulu baik di Indonesia
maupun di luar negeri; apakah merek bertentangan dengan peraturan, moralitas
agama, kesusilaan dan ketertiban umum; apakah merek yang dimohonkan
memiliki daya pembeda dengan merek lain yang sudah terdaftar; apakah merek
7
yang dimohonkan mengandung tanda yang telah menjadi milik umum; apakah
merek yang dimohonkan merupaka keterangan atau berkaitan dengan barang/jasa
yang dimohonkan pendaftarannya; apakah merek yang dimohonkan memiliki
persamaan pada pokok atau keseluruhannya dengan merek sejenis yang telah
terdaftar di Indonesia; apakah merek yang dimohonkan memiliki persamaan pada
pokok atau keseluruhannya dengan indikasi geografis yang sudah dikenal; merek
yang dimohonkan merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau
nama badan hukum yang dimiliki oranag lain; apakah merek yang dimohonkan
merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang,
simbol, atau emblem negara atau lembaga nasional atau internasional; apakah
merek yang dimohonkan merupakan tiruan, atau menyerupai tanda, cap, atau
stempel resmi yang digunakan negara atau lembaga pemerintah.8 Dengan kata
lain, agar suatu merek dapat didaftarkan maka terlebih dahulu merek tersebut
harus dapat dibuktikan telah memenuhi persyaratan merek, dan tidak terdapat
padanya faktor-faktor yang menyebabkan merek tersebut ditolak atau tidak dapat
didaftarkan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6
Undang-Undang Merek Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
Namun ternyata permasalahan merek ini juga dapat muncul terkait dengan
keunikan tanda dari sebuah merek, ada kalanya beberapa produsen baik secara
disengaja maupun tidak sengaja menginginkan suatu tanda yang berupa gambar
atau nama yang sama sebagai merek untuk produk mereka. Bahkan permasalahan
yang terkait dengan merek tersebut juga dapat terjadi ketika ada sebuah produsen
8
yang menginginkan untuk memiliki dan menggunakan suatu merek yang sama
dengan yang telah digunakan oleh produsen lainnya.9 Tanda yang berupa gambar
atau logo, nama, atau ciri khusus yang dibuat oleh produsen pertama yang
mendaftarkan merek tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa merek yang telah
didaftarkan ada yang sama, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.10
Padahal, era perdagangan global hanya dapat dipertahankan jika terdapat iklim
persaingan usaha yang sehat.11
Pemakaian merek terkenal atau pemakaian merek yang mirip dengan
merek terkenal milik orang lain secara tidak berhak ini tentu dapat menyesatkan
konsumen terhadap asal-usul, dan /atau kualitas barang dan/atau jasa. Pemakaian
merek terkenal secara tidak sah dikualifikasi sebagai pemakaian merek yang
beritikad tidak baik. Penggunaan dengan merek-merek tertentu di samping good
will yang dimiliki oleh mereknya sendiri selain itu juga sifat fanatik dari
konsumen terhadap merek tersebut yang dianggap mempunyai kelebihan atau
keunggulan dari merek yang lain. Sifat fanatik yang dimiliki oleh konsumen tidak
semata-mata untuk memenuhi kebutuhan saja, tetapi ada juga mengutamakan
prestis dan memberikan kesan tersendiri dari pemakainnya sehingga dengan
memakai persepsi mereka adalah suatu simbol yang menimbulkan gaya hidup
baru (life style).12
Dewasa ini permasalahan yang muncul dalam persaingan bisnis tidak
hanya terbatas pada munculnya produk-produk bajakan untuk jenis barang atau
9
Ibid.
10
Tim Lindsey, Op. Cit, hlm. 134.
11
Ahmad Miru, Hukum Merek, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 1.
12
jasa yang sama. Produsen yang merasa dirugikan dengan digunakannya merek
mereka oleh pihak lain, kemudian mengajukan keberatan berupa gugatan
pembatalan pendaftaran merek.13 Pemilik merek terdaftar dapat mengajukan
gugatan kepada Pengadilan Niaga sebagai Pengadilan tingkat pertama, hingga
kasasi ke Mahkamah Agung terhadap pihak lain yang secara tanpa hak
menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau
keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis berupa gugatan ganti rugi,
dan/atau penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek
tersebut.14
Adanya perbedaan persepsi di dalam masyarakat mengenai merek
menimbulkan berbagai penafsiran, tetapi meskipun begitu tindakan orang-orang
yang memproduksi suatu barang dengan mendompleng ketenaran milik orang lain
tidak bisa dibenarkan begitu saja, karena dengan membiarkan tindakan yang tidak
bertanggung jawab maka secara tidak langsung menghasilkan dan membenarkan
seseorang untuk menipu dan memperkaya diri secara tidak langsung.15
Di sinilah pentingnya sistem pengaturan merek yang memadai. Oleh sebab
itu di Indonesia lahir Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek
untuk menggantikan Undang-Undang terdahulu yang dibentuk dengan dasar
pemikiran/pertimbangan sebagai berikut:
13
Tim Lindsey, Op. Cit., hlm. 4.
14
Insan Budi Maulana, Op. Cit., hlm. 26.
15
1. Dalam era perdagangan global, sejalan dengan konvensi-konvensi
internasional yang telah diratifikasi di Indonesia, peranan merek menjadi
sangat penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang sehat
2. Berdasarkan hal tersebut diperlukan pengaturan yang memadai tentang
merek guna memberikan peningkatan layanan bagi masyarakat.
3. Berdasarkan kedua hal di atas serta memerhatikan pengalaman dalam
melaksanakan Undang-Undang Merek yang ada, maka dipandang perlu
untuk mengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek
sebagimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang
Merek.16
Terdapatnya pengaturan mengenai hak atas merek ini sekaligus sebagai
salah satu upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang
terdapat di dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu
untuk memajukan kesejahteraan umum. Maka untuk itu, perlu dilakukan
pembaruan, pembangunan, dan pengaturan di segala bidang. Salah satu bidang
pembangunan yang perlu dikembangkan dan diatur yaitu bidang hak kekayaan
intelektual yang di dalamnya terkait masalah hak merek yang berkaitan langsung
dengan dunia perdagangan baik di tingkat regional, nasional, maupun
internasional.
16
Adapun dasar hukum pembentukan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2001 tentang Merek adalah :
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement
Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3564).
Dengan diperbaharuinya Undang-Undang tentang Merek maka diharapkan
mampu menjaga iklim persaingan usaha tetap sehat. Merek mampu mencegah
terjadinya persaingan usaha tidak sehat, sebab dengan merek produk barang atau
jasa sejenis dapat dibedakan asal muasalnya, kualitasnya serta keterjaminan
bahwa produk itu original.17
Namun dewasa ini permasalahan yang timbul mengenai sengketa merek
akibat adanya kesamaan keseluruhan atau kesamaan pada pokoknya tidak hanya
terjadi pada dua produk barang dan/atau jasa yang sekelas dan sejenis, melainkan
juga dapat terjadi pada dua produk barang dan/atau jasa yang tidak sekelas tetapi
sejenis. Sebagai contoh, terdapat bisnis jasa kecantikan dan perawatan kulit
dengan merek Natasha (kelas jasa nomor 44) yang telah lama terdaftar di
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia dan sudah menjadi
merek terkenal di bidangnya. Pada tahun 2009 owner bisnis jasa kecantikan dan
17
perawatan kulit Natasha menggugat badan usaha yang mengeluarkan produk
kecantikan dengan merek Natasha (kelas barang nomor 3), yang juga telah
terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Meski berasal dari
kelas barang dan jasa yang berbeda pula, namun karena kesamaan Merek ini
konsumen secara keliru menilai bahwa jasa perawatan dan kecantikan kulit
Natasha dengan produk kosmetik Natasha adalah berasal dari pelaku usaha yang sama, sehingga dalam hal ini pelaku usaha jasa kecantikan dan perawatan kulit
Natasha sebagai merek yang pertama sekali didaftarkan merasa dirugikan sebab
produk kosmetik Natasha dianggap mendompleng ketenaran merek jasa
kecantikan dan perawatan kulit Natasha.
Dengan uraian di atas tersebut, maka dipilih skripsi dengan judul
“ASPEK HUKUM KESAMAAN MEREK TERDAFTAR DALAM KELAS
YANG BERBEDA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2001 (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 699K/ PDT.SUS/2009). ”
A. Perumusan Masalah
Dari uraian sebelumnya, penulisan skripsi ini akan membahas
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana tata cara mengajukan gugatan pembatalan merek atas pelanggaran
hak atas merek di Indonesia dan tata cara permohonan kasasi atas putusan
2. Apa sajakah pokok-pokok yang harus ada dalam suatu gugatan pembatalan
merek terdaftar yang mempunyai persamaan dengan merek terdaftar lainnya?
3. Bagaimana penyelesaian terhadap sengketa merek dengan kondisi terdaftarnya
dua merek yang sama dari kelas yang berbeda di Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual ?
B. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami tata cara mengajukan gugatan atas
pembatalan merek terdaftar di Indonesia dan permohonan banding atas
putusan Pengadilan Niaga di Mahkamah Agung.
2. Untuk mengetahui dan memahami apa sajakah pokok-pokok yang harus ada
dalan suatu gugatan pembatalan merek terdaftar yang mempunyai persamaan
dengan merek terdaftar lainnya.
3. Untuk mengetahui dan memahami penyelesaian terhadap sengketa merek
dengan kondisi terdaftarnya dua merek yang sama dari kelas yang berbeda di
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
C. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan
menambah wawasan khususnya di bidang ilmu hukum baik dalam konteks teori
dan asas-asas hukum, serta memperdalam mengenai aspek hukum terhadap
penggunaan merek di Indonesia yang telah terdaftar di Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual.
2. Secara Praktis
Secara praktis, penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih
dan bahan masukan terhadap perkembangan hukum positif dan memberikan
sumbangan pemikiran untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dan Kementerian Hukum dan HAM
dalam hal peningkatan pemeriksaan suatu merek yang hendak didaftarkan oleh
pelaku usaha, serta dapat menjadi masukan bagi aparat penegak hukum dan bagi
pencari keadilan dalam rangka menemukan kepastian hukum khususnya mengenai
sengketa merek.
D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari:
1. Sifat/Jenis Penelitian
Untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka harus didukung dengan fakta-fakta/
dasarnya merupakan suatu upaya pencarian dan bukannya sekedar mengamati
dengan teliti terhadap sesuatu objek yang mudah terpegang di tangan.18
Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
memperkuat, membina, serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan yang merupakan kekuatan pemikiran, pengetahuan manusia
senantiasa dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis, akan berkembang terus atas
dasar penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pengasuh-pengasuhnya. Hal itu
terutama disebabkan oleh karena penggunaan ilmu pengetahuan bertujuan agar
manusia lebih mengetahui dan mendalami.19
Metode merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh manusia,
merupakan logika dari penelitian ilmiah, studi terhadap prosedur dan teknik
penelitian, maupun sistem dari prosedur dan teknik penelitian.20
Sifat atau jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah yuridis normatif yang bersifat deskriptif yang dilakukan dengan meneliti
bahan pustaka atau data sekunder, yaitu melakukan penelusuran terhadap
norma-norma hukum serta berbagai literatur yang berkaitan dengan aspek hukum
terhadap kesamaan merek yang telah terdaftar di Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual, kemudian didukung dengan studi putusan terhadap putusan
Mahkamah Agung No.699K/Pdt.Sus/2009.
18
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 27.
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1984, hlm. 30.
20
2. Bahan Hukum
Materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder. Data sekunder adalah
mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang
berwujud laporan, dan sebagainya.21 Adapun data sekunder yang dimaksud
adalah:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah dokumen-dokumen hukum yang mengikat
dan diterapkan oleh pihak yang berwenang seperti peraturan
perundang-undangan. Dalam penulisan skripsi ini antara lain menggunakan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek,
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1993 tentang Kelas
Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek, Putusan Mahkamah Agung No.
699K/Pdt.Sus/2009 serta bahan hukum primer lainnya yang terkait dengan
pembahasan skripsi ini.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian terkait dengan
merek, seperti, buku-buku, jurnal-jurnal, serta karya tulis ilmiah lainnya maupun
tulisan-tulisan yang terdapat pada website yang terpercaya yang mengulas tentang
praktik mengenai penggunaan merek dan hal lainnya yang berkaitan dengan
pembahasan pada skripsi ini sebagai bahan acuan di dalam penulisan skripsi ini.
21
c. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini adalah
bahan-bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan dari bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder, kamus bahasa umum, kamus hukum, serta
bahan-bahan hukum di luar bidang hukum yang relevan dan dapat digunakan untuk
melengkapi data di dalam penulisan skripsi ini.
3. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini adalah
melalui metode studi pustaka (library research) yang merupakan pengumpulan
data-data yang dilakukan melalui literatur atau dari sumber bacaan buku-buku,
peraturan perundang-undangan, karya ilmiah, dan bahan bacaan lain yang terkait
dengan penulisan skripsi ini, yang semua itu dimaksudkan untuk memperolah
data-data atau bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar
dalam penelitian.
4. Analisis Data
Penelitian yang dilakukan penulis dalam skripsi ini termasuk dalam
penelitian hukum normatif. Pengelolaan data pada hakekatnya merupakan
kegiatan untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akandibahas.
analisis data dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan
dengan permasalahan yang diteliti, memilih kaidah-kaidah hukum yang sesuai
dengan penelitian, menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep pasal
yang ada, serta menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif dan induktif
Dengan spesifikasi demikian, diharapkan penulisan skripsi ini dapat
mendeskripsikan mengenai aspek hukum terhadap kesamaan merek yang telah
terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan
permasalahan yang diteliti.
E. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul: Aspek Hukum Kesamaan Merek Terdaftar Dalam
Kelas Yang Berbeda Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 (Studi Putusan Mahkamah Agung No. 699K/ Pdt.Sus/2009) adalah judul yang belum pernah dibahas oleh pihak manapun dan belum pernah dipublikasikan di
media manapun.
Berdasarkan penelusuran perpustakaan dan hasil-hasil pembahasan skripsi
yang sudah ada maupun yang sedang dilakukan ternyata belum pernah dilakukan
pembahasan skripsi yang berjudul di atas dan ini adalah murni hasil penelitian dan
pemikiran dalam rangka melengkapi tugas memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi dari skripsi ini dan agar
membuat sistematika secara teratur dalam bagian-bagian yang semuanya saling
berhubungan satu sama lain, maka penulis membaginya ke dalam beberapa bab
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai Latar Belakang,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MEREK
Dalam bab ini akan membahas mengenai Pengertian dan Dasar
Hukum Merek, Jenis-Jenis Merek, Persyaratan Merek, Syarat dan
Tata Cara Pendaftaran Merek, Penghapusan dan Pembatalan
Merek, dan Berakhirnya Perlindungan Merek.
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP MEREK
TERDAFTAR
Dalam bab ini akan membahas mengenai Perlindungan Hukum
terhadap Merek Terdaftar Menurut Ketentuan Hukum Merek
Indonesia, Perlindungan Hukum secara Preventif, Perlindungan
Hukum Secara Represif Melalui Gugatan di Pengadilan Niaga.
BAB IV ASPEK HUKUM TERHADAP KESAMAAN MEREK
TERDAFTAR DALAM KELAS YANG BERBEDA DI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN
2001 (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
NO.699K/PDT.SUS/2009)
Dalam bab ini akan membahas mengenai Tata Cara Mengajukan
Banding atas Putusan Pengadilan Niaga, Pokok-pokok Gugatan
dalam Suatu Gugatan Pembatalan Merek Terdaftar yang Memiliki
Persamaan dengan Merek Terdaftar lainnya, dan Penyelesaian
terhadap Sengketa Merek dengan Kondisi Terdaftarnya Dua Merek
yang Sama dari Kelas yang Berbeda di Direktorat Jenderal HAKI.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai Kesimpulan dan Saran
18
A. Pengertian dan Dasar Hukum Merek
Merek merupakan bagian dari hak atas kekayaan intelektual yang
keberadaannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang
Merek (selanjutnya disingkat menjadi UUM No.15 Tahun 2001).
Merek selalu diidentikkan dengan identitas bagi suatu produk yang
dihasilkan oleh produsen, yang kemudian menjadi asset bagi produsen. Identitas
suatu produk juga menjelaskan kualitas suatu barang, hal tersebut juga
menandakan barang tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Dalam kehidupan
sehari-hari di sekitar kita banyak sekali terjadi pembajakan terhadap suatu merek.
Pembajakan merek tidak jarang pula dilakukan dengan kualitas barang yang
berbeda, sehingga akan berdampak kepada dua hal, yaitu, Pertama akan
mengganggu stabilitas ekonomi, dan Kedua, terkait jaminan perlindungan
konsumen terhadap barang tersebut.22
Merek adalah suatu tanda yang pada dirinya terkandung daya pembeda
yang cukup (capable of distrugling) dengan barang-barang lain yang sejenis.
Kalau tidak ada pembedaan, maka tidak mungkin disebut merek.23
Secara eksplisit Merek disebut sebagai tanda immaterial dalam
konsiderans UUM No. 15 Tahun 2001 bagian menimbang butir a, yang berbunyi:
22
Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek, Pustaka Yustisia, Jakarta, 2001, hlm. 29.
23
Bahwa di dalam era perdagangan global, sejalan dengan
konvensi-konvensi internasional yang telah diratifikasi Indonesia, peranan merek
menjadi sangat penting, terutama dalam menjaga persaingan usaha yang
sehat.
Merek merupakan sesuatu yang ditempelkan atau dilekatkan pada suatu
produk, tetapi ia bukan produk itu sendiri, karena setelah barang dibeli, yang
dinikmati pembeli bukanlah merek melainkan benda materinya. Merek mungkin
hanya menimbulkan rasa kepuasan saja bagi pembeli. Merek hanya benda
immateriil yang tidak dapat memberikan apapun secara fisik. Inilah yang
membuktikan bahwa merek itu merupakan hak kekayaan immaterial.24
Adapun definisi Merek yang diatur dalam UUM No. 15 Tahun 2001 pada
Pasal 1 butir 1;
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang
memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan
barang atau jasa.
Selain batasan juridis di atas, beberapa sarjana juga memberikan
pendapatnya tentang merek, diantaranya:
1. H.M.N. Purwo Sutjipto, memberikan rumusan bahwa,
Merek adalah suatu tanda, dengan mana suatu benda tertentu dipribadikan ,
sehingga dapat dibedakan dengan benda lain yang sejenis.25
24
OK Saidin, Op. Cit, hlm. 330.
25
2. R. Soekardono memberikan rumusan bahwa,
Merek adalah suatu tanda (Jawa: cirri atau tengger) dengan mana dipribadikan
sebuah barang tertentu, dimana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau
menjamin kualitetnya barang dalam perbandingan dengan barang-barang
sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh orang-orang atau badan-badan
perusahaan lain.26
3. Harsono Adisumarto, merumuskan bahwa,
Merek adalah tanda pengenal yang membedakan milik seseorang dengan
milik orang lain, seperti pada pemilikan ternak dengan memberi tanda cap
pada punggung sapi yang kemudian dilepaskan di tempat penggembalaan
yang luas. Cap seperti itu memang merupakan tanda pengenal untuk
menunjukkan bahwa hewan yang bersangkutan adalah milik orang tertentu.
Biasanya,untuk membedakan tanda atau merek digunakan inisial dari mana
pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan.27
4. Iur Soeryatin, mengemukakan rumusannya dengan meninjau merek dari aspek
fungsinya yaitu,
Suatu merek dipergunakan untuk membedakan barang yang bersangkutan dari
barang sejenis lainnya oleh karena itu, barang yang bersangkutan dengan
diberi merek tadi mempunyai: tanda asal, nama, jaminan terhadap mutunya.28
26
Ibid, hlm. 344.
27
Harsono Adisumatro, Hak Milik Perindustrian, Akademika Pressindo, Jakarta, 1990, hlm.44.
28
5. Soeryatin, merumuskan bahwa,
Barang-barang yang dihasilkan oleh pabriknya dengan dibungkus dan pada
bungkusnya itu dibubuhi tanda tulisan dan/atau perkataan untuk
membedakannya dari barang-barang sejenis hasil pabrik pengusaha lain.
Tanda itu disebut merek perusahaan.29
6. OK. Saidin mengemukakan bahwa,
Merek adalah suatu tanda (sign) untuk membedakan barang-barang atau jasa
yang sejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan seseorang atau kelompok
orang atau badan hukum dengan barang-barang atau jasa yang sejenis yang
dihasilkan oleh orang lain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai
jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan perdagangan atau jasa.30
Adapun dari pengertian merek yang diatur dalam UUM No. 15 Tahun
2001 dapat diketahui tentang siapa yang dapat menjadi pemilik merek, yaitu:
a. Perorangan,
b. Beberapa orang secara bersama-sama
c. Badan hukum
Merek dapat dimiliki secara perorangan atau satu orang karena pemilik
merek adalah orang yang membuat merek itu sendiri. Dapat pula terjadi seseorang
memiliki merek berasal dari pemberian atau membeli dari orang lain.31
29
R.M. Soeryodiningrat., Pengantar Ilmu Hukum Merek, Pradnya Paramitha, Jakarta, 1975, hlm. 30.
30
OK. Saidin, Op.Cit., hlm. 345.
31
Selain perorangan, merek juga dapat dimiliki oleh beberapa orang
misalnya dua atau tiga orang namun kepemilikan merek harus secara
bersama-sama. Satu merek sebagai milik berbersama-sama. Demikian pula hak atas merek ada pada
mereka bersama yang tidak mungkin dapat dibagi-bagi karena merupakan satu
kesatuan yang utuh.32
Kemudian badan hukum dapat memiliki merek karena badan hukum
termasuk sebagai subjek hukum. Di samping manusia atau orang ada badan
hukum yang kedudukannya sama yaitu sebagai subjek hukum. Badan hukum
termasuk sebagai subjek hukum karena badan hukum sebagai pendukung hak dan
kewajiban sebagaimana halnya manusia pada umumnya.33 Hal ini sejalan dengan
Mertokusumo, bahwa yang disebut sebagai badan hukum ialah organisasi atau
kelompok manusia yang mempunyai tujuan tertentu yang dapat menyandang hak
dan kewajiban. Hak dan kewajiban badan hukum dilaksanakan oleh
pengurusnya.34
Berdasarkan definisi merek di atas pula, kita ketahui bahwa fungsi utama
dari suatu merek adalah untuk membedakan barang-barang atau jasa sejenis yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan lainnya, sehingga merek dikatakan memiliki
fungsi pembeda.35
Merek merupakan ujung tombak perdagangan barang dan jasa. Melalui
merek pengusaha dapat menjaga dan memberikan jaminan atas kualitas
(guarantee of quality) barang dan/atau jasa yang dihasilkan dan mencegah
32 Ibid.
33
Ibid.
34
Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, 1999, hlm. 68.
35
persaingan yang tidak jujur dari pengusaha lain yang beritikad tidak baik yang
bermaksud membonceng reputasinya.36
Adapun fungsi-fungsi merek yang lain adalah:37
a. Menjaga persaingan usaha yang sehat
Hal ini berlaku dalam hal menjaga keseimbangan antarkepentingan pelaku
usaha dan kepentingan umum dengan menimbulkan iklim usaha yang
kondusif melalui terciptanya persaingan usaha yang sehat dan menjamin
kepastian kesempatan berusaha yang sama bagi setiap orang dan mencegah
persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan pelaku usaha dengan
menciptakan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha;
b. Melindungi konsumen
Berdasarkan UUM No. 15 Tahun 2001 di dalam konsiderannya menyebutkan
bahwa salah satu tujuan diadakannya undang-undang ini adalah untuk
melindungi khalayak ramai terhadap peniruan barang-barang. Dengan adanya
merek, para konsumen tidak perlu lagi menyelidiki kualitas dari barangnya.
Apabila merek telah dikenal dengan baik kualitasnya oleh para konsumen dan
membeli barang tersebut, konsumen akan yakin bahwa kualitas dari barang itu
adalah baik sebagaimana diharapkannya;
c. Sebagai sarana dari pengusaha untuk memperluas bidang usahanya
Merek dari barang barang yang sudah dikenal oleh konsumen sebagai tanda
untuk barang yang bermutu tinggi akan memperlancar usaha pemasaran
barang bersangkutan;
36
Insan Budi Maulana, Op. Cit., hlm. 47.
37
d. Sebagai sarana untuk dapat menilai suatu barang
Kualitas barang tentunya tidak selalu baik atau dapat memberikan kepuasan
bagi setiap orang yang membelinya. Baik atau buruknya kualitas suatu barang
tergantung dari prudusen sendiri dan penilaian yang diberikan oleh
masing-massing pembeli. Suatu merek dapat memberi kepercayaan kepada pembeli
bahwa semua barang yang memakai merek tersebut, minimal mutu yang sama
seperti yang telah ditentukan oleh pabrik yang mengeluarkannya;
e. Untuk memperkenalkan barang atau nama barang
Merek mempunyai fungsi pula sebagai sarana untuk memperkenalkan barang
ataupun nama barangnya (promosi) kepada khalayak ramai. Para pembeli
yang telah mengenal nama merek tersebut, baik karena pengalamannya sendiri
ataupun karena telah mendengarnya dari pihak lain, pada saat membutuhkan
barang tersebut cukup dengan mengingat nama mereknya saja. Misalnya,
seseorang ingin membeli minuman bermerek Fanta, maka cukup hanya
menyebut Fanta saja;
f. Untuk memperkenalkan identitas perusahaan
Ada kalanya suatu merek digunakan untuk memperkenalkan nama perusahaan
yang menggunakan mereknya. Misalnya, merek dagang Djarum, Djarum
adalah merek yang digunakan oleh perusahaan rokok Djarum.
Sehubungan dengan hal tersebut menurut Margono dan Angkasa, fungsi
merek dapat dari tiga sudut, yaitu sudut:38
a. Produsen,
38
b. Pedagang
c. Konsumen.
Dari pihak produsen, merek digunakan untuk jaminan nilai hasil
produksinya, khusus mengenai kualitas dan pemakaiannya. Untuk pihak
pedagang, merek digunakan untuk promosi barang-barang dagangannya guna
mencari dan meluaskan pasaran. Sedangkan dari pihak konsumen, merek
digunakan untuk mengadakan pilihan barang yang akan dibelinya.39
Dengan ketiga aspek tersebut kiranya dapat dikatakan bahwa penggunaan
merek menjadi sangat penting artinya dalam dunia perdagangan karena merek
mempunyai peranan yang besar dalam menggerakkan aktivitas perdagangan ke
arah yang lebih maju. Adapun keterkaitan yang sangat erat antara produsen,
pedagang, dan konsumen dalam penggunaan merek dapat diibaratkan sebagai
mesin yang menggerakkan roda perdagangan. Hal ini disebabkan di satu pihak
dengan merek sebuah produk dikenal di masyarakat dan lain pihak barang
terjamin kualitasnya serta harga barang yang terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat, menjadikan perdagangan dapat berjalan dengan lancar dan
mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan demikian kemajuan
perdagangan akan membawa akibat peningkatan ekonomi yang semakin pesat di
masyarakat.40
Dari uraian tersebut terlihat bahwa merek selalu berhubungan dengan
masalah perdagangan. Hal ini juga terlihat dalam UUM No. 15 Tahun 2001 yang
39
Ibid.
40
menegaskan bahwa ruang lingkup merek berada dalam kepentingan perdagangan
barang maupun jasa.
A. Jenis-jenis Merek
Pengaturan mengenai jenis-jenis merek ini terdapat pada Pasal 1 butir 2
dan 3 UUM No. 15 Tahun 2001, yaitu merek dagang dan merek jasa.
Menurut Pasal 1 butir 2 UUM No. 15 Tahun 2001:
Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.
Sedangkan dalam Pasal 1 butir 3 UUM No. 15 Tahun 2001:
Merek jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan
oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.
Walaupun dalam UU Merek digunakan istilah merek dagang dan merek
jasa, sebenarnya yang dimaksudkan dengan merek dagang adalah merek barang,
karena mereka yang digunakan pada barang dan digunakan sebagai lawan dari
merek jasa. Sebenarnya pengakuan terhadap merek jasa belum begitu lama.
Perkembangan yang ditandai dari Konvensi Nice atau dikenal dengan The Nice
Convention of the International Classification of Good and Service for the Purposes of the Registration of Mark (1957). Mulai dari Konvensi Nice, maka pengakuan untuk pendaftaran merek jasa kemudian berkembang di beberapa
Di Indonesia, pendaftaran merek jasa baru dapat dilakukan mulai tahun
1992, yaitu berdasarkan Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 Tentang Merek.
Semua negara yang mengatur adanya pendaftaran untuk merek jasa, pada
dasarnya akan melandaskan daripada klasifikasi jasa yang ditetapkan dalam
Konvensi Nice, terdiri sebanyak 8 (delapan) kelas yang meliputi:41
1. Kelas 35 : Advertising and Business
2. Kelas 36 : Insurance and Financial
3. Kelas 37 : Construction and Repair
4. Kelas 38 : Communication
5. Kelas 39 : Transportation and Storage
6. Kelas 40 : Material Treatment
7. Kelas 41 : Educational and Entertainment
8. Kelas 42 : Miscellaneous.
Khusus untuk merek kolektif sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai
jenis merek yang baru oleh karena merek kolektif ini sebenarnya juga terdiri dari
merek dagang dan jasa. Hanya saja merek kolektif ini pemakaiannya digunakan
secara kolektif, sebagaimana pada Pasal 1 butir 4 UUM No. 15 Tahun 2001 yang
berbunyi;
Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa
dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang
atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan
barang dan/atau jasa sejenis lainnya.
41
Selain pembagian jenis-jenis merek menurut UUM Tahun 2001 di atas,
terdapat pula pembagian merek ditinjau dari bentuk atau wujudnya. Bentuk atau
wujud merek itu menurut Soeryatin, adalah dimaksudkan untuk membedakannya
dari barang sejenis milik orang lain. Oleh karena adanya pembedaan itu, maka
terdapat beberapa jenis merek, yakni:42
1. Merek lukisan (beel mark)
2. Merek kata (word mark)
3. Merek bentuk (form mark)
4. Merek bunyi-bunyian (klank mark)
5. Merek judul (tittle mark)
Selanjutnya R.M. Suryodiningrat mengklasifikasikan merek dalam tiga
jenis, yaitu:
1. Merek kata yang terdiri dari kata-kata saja
Misalnya; Good Year dan Dunlop sebagai merek untuk ban mobil dan ban
sepeda;
2. Merek lukisan, yaitu merek yang terdiri dari lukisan saja yang tidak pernah,
setidak-tidaknya jarang sekali dipergunakan;
3. Merek kombinasi kata dan lukisan yang banyak sekali dipergunakan
Misalnya; rokok putih merek Escort yang terdiri dari lukisan iring-iringan
kapal laut dengan “Escort”;
The wangi merek “Pandawa Lima” yang terdiri dari lukisan wayang pendawa
dengan perkataan di bawahnya “Pendawa Lima”.
42
Lebih lanjut lagi R. Soekardono mengemukakan pendapatnya bahwa
tentang bentuk atau wujud dari merek itu undang-undang tidak memerintahkan
apa-apa, melainkan harus berdaya pembeda, yang diwujudkan dengan:43
1. Cara yang oleh siapapun mudah dapat dilihat (beel mark)
2. Merek dengan perkataan (word mark)
3. Kombinasi dari merek atas penglihatan dan merek perkataan.
B. Persyaratan Merek
Adapun syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi oleh setiap orang
ataupun badan hukum yang ingin memakai suatu merek, agar supaya merek itu
dapat diterima dan dipakai sebagai merek atau cap dagang adalah bahwa merek
itu harus mempunyai daya pembedaan yang cukup. Dengan lain perkataan, tanda
yang dipakai ini haruslah sedemikian rupa, sehingga mempunyai cukup kekuatan
untuk membedakan barang hasil produksi suatu perusahaan atau barang
perniagaan (perdagangan) atau jasa dari produksi seseorang dengan barang-barang
atau jasa yang diproduksi oleh orang lain. Karena adanya merek itu barang-barang
atau jasa diproduksi menjadi dapat dibedakan. 44
Prof Soedargo Gautama mengemukakan bahwa:
Untuk mempunyai daya pembedaan, maka adalah syarat mutlak bahwa merek bersangkutan ini harus dapat memberikan penentuan atau
individulisering daripada barang bersangkutan. Pihak ketiga akan melihat juga dan dapat membedakan karena adanya merek ini, barang-barang hasil
produksi seorang dari pada hasil produksi orang lain.45
Prof.Soedargo Gautama mengemukakan pula bahwa:
43
Ibid, hlm. 347.
44
Ibid, hlm. 348.
45
Merek ini harus merupakan suatu tanda. Tanda ini dapat dicantumkan pada barang bersangkutan atau bungkusan dari barang itu. Jika suatu barang hasil produksi suatu perusahaan tidak mempunyai kekuatan pembedaan dianggap sebagai tidak cukup mempunyai kekuatan pembedaan dan karenanya bukan merupakan merek. Misalnya, bentuk, warna, ataun ciri lain dari barang atau pembungkusnuya. Bungkus yang
khas atau warna, warna dari sepotong sabun atau doos, tube dan botol.
Semua ini tidak cukup mempunyai daya pembedaan untuk dianggap sebagai suatu merek, tetapi dalam praktiknya kita saksikan bahwa warna-warna tertentu yang dipakai dengan suatu kombinasi yang khusus dapat
dianggap sebagai suatu merek.46
Mengenai syarat-syarat membuat merek di dalam UUM No.15 Tahun
2001 ternyata tidak dengan tegas disebutkan secara terperinci. Meskipun demikian
untuk dapat membuat merek sesuai dengan maksud undang-undang perlu
dihubungkan dengan syarat-syarat pendaftaran merek karena suatu merek akan
mendapat perlindungan hukum jika merek itu didaftarkan.47
Orang yang membuat merek atau pemilik merek syaratnya wajib beritikad
baik.48Merek tidak dapat didaftar atas dasar permohonan yang diajukan oleh
pemohon yang beritikad tidak baik. Pemohon yang baik adalah pemohon yang
mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk
membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi
kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain itu atau
menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan
konsumen.49 Dalam kehidupan sehari-hari pihak yang jujur (beritikad baik) patut
memperoleh perlindungan hukum sedangkan pihak yang beritikad tidak baik (te
46
Ibid, hlm. 34.
47
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 16.
48
Ibid, hlm. 17.
49
kwader trouw) tidak perlu mendapat perlindungan hukum tanpa mengabaikan atau mengurangi arti pentingnya hal-hal sebagaimana diatur oleh Pasal 549 KUH
Perdata.50
Pentingnya pemilik merek beritikad baik ditetapkan sebagai salah satu
syarat pendaftaran merek, tujuannya untuk mencari kepastian hukum mengenai
siapa yang sesungguhnya orang yang menjadi pemilik merek. Dalam sistem
konstitutif dimaksudkan supaya negara tidak keliru memberikan hak atas merek
kepada orang yang tidak berhak menerimanya.51
Ketentuan UUM No.15 Tahun 2001 mengatur lebih lanjut apa saja yang
tidak dapat dijadikan suatu merek atau yang tidak dapat didaftarkan sebagai suatu
merek.
Menurut Pasal 5 UUM Tahun 2001 merek tidak dapat didaftarkan apabila
mengandung salah satu unsur di bawah ini:
1. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas
agama, kesusilaan, atau ketertiban umum.
2. Tidak memiliki daya pembeda
3. Telah menjadi milik umum
4. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya.
Keempat unsur di atas diatur dalam ketentuan Pasal 5 UUM No.15 Tahun
2001 dianggap cukup dapat mewakili ketentuan merek yang tidak dapat didaftar
50
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 17.
51
dalam UUM Tahun 1961 dan UUM Tahun 1992 jo. UUM Tahun 1997.52Adapun
Masing-masing unsur di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Termasuk dalam pengertian bertentangan dengan moralitas agama, kesusilaan,
atau ketertiban umum adalah apabila penggunaan tanda tersebut dapat
menyinggung perasaan, kesopanan, ketentraman, atau keagamaan dari
khalayak umum atau dari golongan masyarakat tertentu.53
Di dalam UUM Tahun 1961 dan UUM Tahun 1992 jo. UUM Tahun 1997
tidak terdapat tentang unsur “hal yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan moralitas agama” ini. Unsur tersebut
baru ada atau diatur dalam UUM Tahun 2001.