• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dan Prinsip Keperawatan Gawat Darurat

N/A
N/A
Indah Cahyaningsih

Academic year: 2024

Membagikan "Konsep dan Prinsip Keperawatan Gawat Darurat"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP DAN PRINSIP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

FG 1:

Anna Yulia Damayanti 2206102223 Erna Yuliana 2206102381

Indah Cahyaningsih 2206102444 Lina Sulistyawati 2206102500 Nadya Pornada 2206102583 Patmawati Laelasari 2206102583 Rini Nuraeni 2206102690

(2)

OUTLINE

01

Definisi gawat darurat dan keperawatan gawat

darurat

02

Peran dan fungsi perawat gawat darurat

03

Pengaruh kondisi gawat darurat terhadap pasien

dan keluarga

04

Proses keperawatan dalam konteks gawat

darurat

05

Prinsip-prinsip etik yang perlu diterapkan dalam

kondisi gawat darurat

06

Aspek legal/hukum dalam kondisi gawat

darurat

(3)

Definisi Gawat Darurat dan

Keperawatan Gawat Darurat

01.

(4)

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &

images by Freepik and illustrations

Keperawatan gawat darurat adalah asuhan keperawatan yang diberikan pada individu dari seluruh rentang usia yang mengalami gangguan masalah kesehatan yang bersifat aktual atau berpotensi mengalami gangguan, baik fisik atau emosional, yang membutuhkan intervensi lebih lanjut. Asuhan keperawatan gawat darurat dapat bersifat episodik, primer, akut dan dapat terjadi di berbagai tempat. (Nurses et al., 2017)

Pengertian

Keperawatan

Darurat

(5)

Mencegah kematian dan kecacatan (to save life and climb)

Merujuk penderita gawat

Menanggulangi korban bencana

Tujuan Keperawatan Darurat

(Maria & Wardhani, 2023)
(6)

Ruang Lingkup Praktik Keperawatan Gawat Darurat

Pengkajian (Assessment)

Diagnosis Tindakan

(Treatment )

Evaluasi

(Nurses et al., 2017)

(7)

Prinsip Penatalaksanaan Gawat

Darurat

Tindakan harus cepat, tepat, cermat dalam melakukan triase, diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan, dan evaluasi yang berkelanjutan

➢ Fokus pada penyelamatan hidup dan stabilisasi pasien

➢ Monitoring kondisi pasien secara teratur sesuai dengan kondisi

➢ Alat kesehatan untuk penyelamatan hidup pasien harus selalu siap digunakan dan sesuai;

jaga keamanan diri perawat dan pasien

➢ Pemberian informasi dan pendidikan kesehatan dilakukan dengan cepat, tepat, dan mudah dimengerti

➢ Sistem dokumentasi yang mudah, cepat, dan tepat digunakan; serta tetap menjaga aspek legal etik keperawatan (Makkasau et al., 2022)

(8)

Peran dan Fungsi Perawat Gawat

Darurat

02.

(9)

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

Leadership Researcher

Direct Care Provider Educator Collaborative Practice

Emergency Nurses Association (2010).

Manajer klinis

Pendidik

Peneliti

Praktik Kolaboratif Pemberi Pelayanan Kesehatan

(10)

03.

PENGARUH KONDISI GAWAT DARURAT

TERHADAP PASIEN DAN

KELUARGA

(11)

Keadaan gawat darurat pada pasien serta lingkungannya dapat menyebabkan pasien mengalami berbagai permasalahan diantaranya (Kurniati et al, 2018):

● Pasien dapat mengalami kesakitan atau nyeri dari mulai tingkat sedang hingga berat yang mengancam kehidupan pasien.

● Cemas dengan kondisinya.

● Bingung.

● Konflik peran.

● Merasakan ketakutan.

● Merasakan powerless atau tidak berdaya.

(12)

Masuknya anggota keluarga ke gawat darurat akan menyebabkan berbagai dampak bagi keluarga. Dampak tersebut diantaranya adalah :

● Keluarga merasakan cemas hingga panik.

● Merasakan bingung.

● Sedih, hingga syok.

● Keluarga memikirkan pasien terus menerus.

● Keluarga tidak mau makan.

● Tidak dapat tidur.

● Keluarga mengalami perubahan peran.

(Kurniati et al, 2018)

(13)

PROSES

KEPERAWATAN DALAM KONSEP GAWAT DARURAT

04.

(14)

● Proses keperawatan merupakan suatu kerangka berpikir dalam memberikan asuhan keperawatan yang terdiri dari lima tahap yang saling berkaitan mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

● Menurut ENA (1999), proses keperawatan gawat darurat meliputi assessment, analisis, nursing diagnosis, identifikasi hasil, perencanaan, pelaksanaan intervensi, dan evaluasi respon aktual dan potensial pasien.

PROSES KEPERAWATAN GAWAT

DARURAT

(15)

HIRAID: an emergency nursing

assessment framework diadaptasi dari Curtis et al.,(2017):

a. History

b. Identify Red flags c. Assessment (clinical

examination)

d. Interventions

e. Diagnostics

(16)

HIRAID (Curtis et al., 2017)

HISTORY IDENTIFIKASI

RED FLAGS ASSESSMEN T

INTERVENTION S

DIAGNOSTIK Data aktual atau potensial yang

menunjukkan adanya risiko penyakit atau cedera serius termasuk tanda-tanda vital yang tidak normal,riwayat penyakit, atau time- sensitive presentations

Intervensi

dilakukan simultan dengan assesmen

(History) diperoleh dari pasien, saudara, perawat

atau orang terdekat.

Mencakup rincian tentang keluhan utama dan riwayat

kesehatan individu seperti riwayat kesehatan masa lalu, obat-obatan dan alergi

Pengkajian adalah pemeriksaan klinis.Disarankan untuk menggunakan pendekatan ABCDE dan menilai kembali

ancaman potensial atau aktual terhadap jalan napas,

pernapasan, sirkulasi, kecacatan (status neurologis)

dan exposure sebelum melanjutkan ke penilaian

terfokus

Tes diagnostik dapat dimulai di

lingkungan pra-

rumah sakit,

seperti kinerja

EKG 12 sadapan

(17)

Pengkajian ini dilakukan secara primary survey maupun secondary survey. Primary survey merupakan penilaian cepat dan sistematis bertujuan mengidentifikasi dan mengenali kondisi yang mengancam hidup dan sesegera mungkin memberikan treatmen. Pengkajian ini dilakukan dengan pendekatan melalui inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi dan melalui langkah langkah DRACB yang terdiri dari: Danger; Respon; Airway;

Circulation; dan Breathing (ENA, 2018).

A. ASSESSMENT (ENA, 2018)

(18)

Struktur proses keperawatan untuk Setting gawat darurat :

A. ASSESMENT

➢ Primary Survey

➢ Secondary Survey: History, Vital sign, Clinical Examinations

A. INVESTIGATIONS

B. IDENTIFICATIONS OF PROBLEM C. NURSING INTERVENTIONS

D. RE-ASSESMENT + KOMUNIKASI

(19)

1. Primary Survey

Penilaian cepat dan sistematis bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengenali kondisi mengancam hidup pasien dan menginisiasi treatmen sesegera mungkin, dilakukan dengan inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi.

Primary survey dilakukan dengan menerapkan langkah langkah DRABCDE

Danger → memeriksa situasi dan kondisi bahaya.

Memastikan bahwa lingkungan aman bagi penolong dan bagi pasien.

Cek Respon → mengkaji respon pasien menggunakan AVPU (Alert, Verbal, Pain, dan Unresponsive). Pasien dipastikan apakah dia dalam kondisi alert, berespon terhadap stimulus verbal, berespon terhadap nyeri atau bahkan unresponsive.

A. ASSESSMENT

(20)

Airway adalah mengkaji kebersihan jalan nafas dari sumbatan. Apabila pasien sadar dan terdapat sumbatan di jalan nafasnya, maka dapat dilakukan pertolongan pembebasan jalan nafas seperti pada pasien tersedak. Namun bila menjumpai pasien yang tidak responsif dan terdapat sumbatan jalan nafas dapat dilakukan head tilt dan chin lift. Sangat penting untuk memastikan adanya risiko obstruksi jalan nafas seperti stridor.

Di fase ini dapat dipertimbangkan untuk penggunaan C-Spine, immobilisasi, suctioning dan ETT (Queensland Ambulance Service dalam ENA, 2018)

Lanjutan Assesment Primery Survei…

(21)

Breathing dilakukan dengan cara memeriksa pernafasan. Pada tahap ini dapat dipertimbangkan pemberian oksigen atau assist ventilation.

Circulation → dilakukan dengan cara mengkaji denyut nadi pasien untuk mengetahui keadekuatan denyut nadi dan capillary refill.

Di fase ini dapat dipertimbangkan untuk defibrilasi, resusitasi jantung paru, mengontrol perdarahan, meninggikan area kaki (kecuali pada pasien spinal injury atau fraktur), serta mempertimbangkan akses intravena.

Lanjutan Assesment Primery Survei…

(22)

● Disability → memeriksa trauma neurologis, memeriksa kemampuan gerak ekstremitas, memeriksa GCS, laterarisasi pupil, dan reflek cahaya. Lakukan stabilisasi.

● Exposure → yaitu mengkaji pasien dari kepala sampai kaki, untuk mencari trauma di tempat lain , lepaskan pakaian pasien, cegah kehilangan panas tubuh

Lanjutan Assesment Primery Survei…

(23)

2. Secondary Survey

Menurut Queensland Ambulance Service (2016):

a. Riwayat kesehatan pasien (History) mencakup:

● SAMPLE (Sign, Allergies, Medications, Pertinent Past Medical History, Last Oral Intake, Events Leading to the Illness).

● OPQRST (Onset, Provocation, Quality, Radiation, Severity, Timing)

a. Vital Sign → Pulse, Blood pressure, Blood temperatur, Temperatur

A. ASSESSMENT

(24)

Pertimbangkan pada saat vital sign

● pemasangan saturasi oksigen

● Glasgow Coma Scale,

● cardiac monitor 12 lead

● kadar gula darah

C. Pemeriksaan fisik head to toe

Lanjutan Assement Secondary Survei…

(25)

● Merupakan proses identifikasi terkait dengan ketersediaan hasil diagnostik dan hasil laboratorium yang dibutuhkan untuk menetapkan alur perawatan pasien secara definitive.

● Perawat perlu memahami pemeriksaan diagnostik dan laboratorium yang signifikan untuk tiap kasus yang masuk ke ruang gawat darurat, rasionalisasi pemeriksaan lab serta hasil laboratorium untuk mendeteksi masalah pasien sedini mungkin.

● Tahap ketiga setelah investigasi, dilanjutkan dengan identifikasi masalah untuk dapat dilakukan pengkategorian data sehingga dapat melakukan prioritas intervensi yang harus dilakukan.

B. INVESTIGASI DAN ANALISIS

(26)

Identifikasi masalah untuk dilakukan untuk dapat pengkategorian data sehingga dapat diidentifikasi masalah kesehatan pasien dan prioritas intervensi yang harus dilakukan.

C. IDENTIFIKASI MASALAH

(27)

● Tahap keempat dalam proses keperawatan gawat darurat adalah intervensi keperawatan yang merupakan tindakan terapeutik untuk mengatasi masalah pasien.

● Intervensi keperawatan dan assesment bersifat simultan sehingga dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

● Pengkategorian intervensi meliputi :

● intervensi mandiri yaitu intervensi yang dilakukan tanpa pengawasan dari orang lain

● Intervensi dependen (intervensi delegatif) yang dilakukan dengan instruksi tertulis dari profesi lain yang disertai pendelegasian kewenangan, misalnya pemberian obat obatan intravena dan setting ventilator

● intervensi interdependen dilakukan secara kolaboratif dengan berkonsultasi dengan profesi kesehatan lainnya

D. INTERVENSI

(28)

● Tahap kelima dalam proses keperawatan gawat darurat adalah evaluasi/ re-assesment.. Pada setting gawat darurat, evaluasi ini harus dilakukan secara terus menerus yang dikenal dengan on going assessment. Waktu yang tepat untuk dilakukan on going assessment pada pasien gawat darurat dapat dilakukan setiap saat (bed site monitoring) atau setiap 3 dan 4 jam untuk pasien yang tidak gawat darurat (ENA, 2018).

On going diindikasikan untuk mengidentifikasi respons pasien terhadap intervensi dan untuk menentukan perbaikan atau penurunan status pasien.

● Pada situasi tertentu seperti trauma, on going assessment dilakukan setelah 1 jam kedatangan pasien; pengkajian tanda vital setiap 15 menit untuk pasien yang menerima terapi fibrinolitik; atau pengkajian ulang nyeri 30 menit setelah opioid parenteral diberikan.

E. EVALUASI

(29)

Komunikasi dengan medical staf dimulai sedini mungkin menggunakan metode ISBAR. ISBAR merupakan bentuk komunikasi yang sangat mendukung dalam tercapainya komunikasi yang baik antara tim pelayanan kesehatan di setting gawat darurat.

ISBAR terdiri dari identifikasi, situasi, background, assessment dan recommendation (ENA, 2018).

● Identifikasi tindakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi diri perawat dan memperkenalkan pasien.

● Situasi identik dengan menyampaikan masalah dan hasil observasi terhadap pasien

Background atau latar belakang termasuk didalamnya informasi terkait, riwayat kesehatan masa lalu

Assesment mencakup penilaian klinis dan rencana perawatannya

● Rekomendasi yaitu menguraikan kembali apa saja yang belum terselesaikan, hal hal yang harus diperhatikan dan mengklarifikasi kembali (Curtis, 2016).

KOMUNIKASI

(30)

EWS merupakan deteksi dini, ketepatan waktu, dan kompetensi respon klinis pada penanganan pasien dengan kondisi akut.

EWS pada setting gawat darurat dilakukan dengan cara memberikan skor numerik 0-3. Skor 0 merupakan skor yang paling diharapkan dan skor 3 adalah skor yang paling tidak diharapkan (ENA, 2018)

EARLY WARNING SYSTEM

(31)

Prinsip-Prinsip Etik Yang Perlu Diterapkan

Dalam Kondisi Gawat Darurat

05

(32)

1. Autonomy (kemandirian) 2. Beneficence (Berbuat Baik) 3. Justice (Keadilan)

4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan) 5. Veracity (Kejujuran)

6. Fidelity (Menepati Janji)

7. Confidentiality (Kerahasiaan) 8. Accountability (Akuntabilitas)

Prinsip Etik

(33)

1. Informed Consent

a. Diagnosis masalah kesehatan pasien yang spesifik.

b. Durasi dan tujuan dari pengobatan atau prosedur yang diusulkan.

c. Kemungkinan kesembuhan dari intervensi yang diusulkan.

d. Manfaat dari intervensi medis atau keperawatan.

e. Potensi risiko yang umumnya dianggap berbahaya f. Alternatif intervensi dan kelayakannya.

g. Prognosis jangka pendek dan jangka panjang jika tidak bersedia dilakukan intervensi yang diusulkan.

2. Keputusan mengenai tindakan untuk mempertahankan hidup.

3. Masalah kematian dan menjelang ajal

Masalah Etik

(34)

06

Aspek

Legal/Hukum

Dalam Kondisi

Gawat Darurat

(35)

Aspek Legal Dalam Kondisi Gawat Darurat

Komunikasi Efektif

Hal penting yang harus dilakukan dalam memberikan pelayanan gawat darurat. Apabila klien memiliki keterbatasan, tenaga kesehatan harus dapat segera menilai kebutuhan komunikasinya, seperti menyediakan layanan penerjemah, dan menggunakan alat bantu guna komunikasi berjalan dengan lancar.

Persetujuan

(Informed Consent)

Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari pasien (informed consent). Jika tidak ada persetujuan, tindakan dapat dianggap sebagai penyerangan atau pelecehan.

Rekam Medis

Berisi catatan perawatan pasien. Rekam medis perlu

disimpan untuk peraturan, perawatan terkelola, kebutuhan tagihan, dan memenuhi persyaratan hukum

Health Insurance Portability and Accountsbility Act (HIPAA)

undang-undang federal yang mewajibkan standar nasional untuk melindungi informasi kesehatan klien agar tidak disebarluaskan tanpa izin.

Howard & Steinmann (2013)

(36)

Aspek Legal Dalam Kondisi Gawat Darurat

Emergency Medical Treatment and Active Labor Act (EMTALA)

Merupakan amandemen dari Consolidated Omnibus Budget Reconsiliatin (COBRA). Setiap pasien yang datang ke unit gawat darurat untuk meminta pemeriksaan atau perawatan harus diberikan pemeriksaan medis yang sesuai guna menentukan apakah klien memiliki kondisi darurat atau tidak Kelalaian dan Malpraktek Malpraktik merupakan salah satu bentuk kelalaian yang

membutuhkan keterangan saksi ahli karena berkaitan dengan standar profesional.

Howard & Steinmann (2013)

Lanjutan…

(37)

➢ Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan.

➢ Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.

➢ Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856/Menkes/Sk/Ix/2009 Tentang Standar Instalasi Gawat Darurat ( Igd ) Rumah Sakit.

Kebijakan Yang Memberikan Jaminan Hukum

Terhadap Pelayanan Gawat Darurat di Indonesia,

diantaranya:

(38)

Adapun 4 elemen penting yang diterapkan dalam pengecualian hukum kegawatdaruratan menurut (ENA, 2010) yaitu:

Terdapat keadaan darurat medis

Pengobatan diperlukan untuk melindungi Kesehatan klien

Tidak memungkinkan untuk mendapatkan persetujuan baik dari pasien atau orang lain yang berwenang untuk memberikan persetujuan bagi klien

Tidak ada alasan untuk percaya bahwa klien akan menolak

pengobatan, jika diberi kesempatan untuk menyetujuinya.

(39)

Butarbutar, M. H. (2023). Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: PT Sonpedia Publishing Indonesia.

Crouch, R., Charters, A., Dawood, M., & Bennet, P. (2017). Oxford Handbook of Emergency Nursing 2th Edition.

United Kingdom: Oxford University Press.

Curtis, K., Ramsden C. (2017). Emergency and Trauma Care 2th for Nurses and Paramedics. Australia; Elsevier.

Curtis, K., Ramsden, C., Shaban, R. Z., Fry, M., & Considine, J. (2019). Emergency and Trauma Care: For Nurses and Paramedics (3rd ed.). Australia: Elsevier.

Emergency Nurses Association (2010). Sheehy’s Emergency Nursing, Principles and Practice (6th ed.). St. Louis: Mosby Elsevier.

Hammand, B. B., & Zimmermann, P. G. (2013). Sheehy's Manual of Emergency Care (7th ed.). Missouri: Mosby.

Howard, P., Steinman, R. (2018). Sheehy,s Emergency Nursing: Principle and Practice 6th Edition. Philadephia:

Elsevier.

Jainurakhma, J., et al. (2022). Konsep dan Sistem Keperawatan Gawat Darurat. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Kurniati, A., Trisyani, Y., Theresia S. (2018). Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana Sheehy. Singapore:

Elsevier.

Daftar

Pustaka

(40)

Makkasau, Hidayati, N., Handayani, A. P., Muti, T. R., Afni, N. C. A., Clara, H., Karsim, , D., Nusdin, & Sugiyarto. (2022).

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA. RIZMEDIA PUSTAKA INDONESIA.

Maria, I., & Wardhani, A. (2023). Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan. Deepublish.

Nurses, A. E., Hammond, B. B., & Polly Gerber Zimmermann, R. N. M. S. M. B. A. C. (2017). Sheehy’s Emergency and Disaster Nursing - 1st Indonesian Edition (A. Kurniati, S. Theresia, & Y. Trisyani (eds.)). Elsevier Health Sciences.

Nusdin. (2020). KEPERAWATAN GAWAT DARURAT. Jakad Media Publishing.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Buku ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. Jakarta : EGC

Suwardianto, H. (2020). Buku Ajar Keperawatan Kritis: Pendekatan Evidence Base Practice Nursing. Lembaga Chakra Brahmana Lentera.

Tyas, M. D. C. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan_Keperawatan Kegawatdaruratan & Manajemen Bencana.

Jakarta_BPPSDM Kesehatan, Kemenkes RI.

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan mengangkat judul “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Ny.P dengan

Tujuan: Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien Penyakit Paru Obtruktif Kronis (PPOK) dengan masalah ketidakefektifan pola nafas di Instalasi Gawat

Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Asuhan keperawatan Gawat

Asesmen gawat darurat merupakan asesmen medis yang dilakukan terhadap pasien dengan kondisi gawat darurat (emergensi)... Asesmen gawat darurat dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tujuan: Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan gangguan pola nafas pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Instalasi

Page 17 FORMAT PENILAIAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES YOGYAKARTA NAMA MAHASISWA :……… TEMPAT / RS :……… NO Aspek

Keperawatan Gawat Darurat Pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien & keluarga dengan tujuan tercapainya pelayanan kesehatan yang optimal → secara cepat, tepat

Laporan kasus ini menyajikan asuhan keperawatan pada pasien Ny. I yang mengalami ketoasidosis diabetikum di Instalasi Gawat Darurat RSU Hermina