KONSEP INVESTASI SUKUK
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pasar Modal Syariah
Dosen Pengampu;
Annida Karima Sovia, S.E.I., M.Si.
Disusun Oleh;
Mery Damayanti Pulungan (2140600014) Liza Rahima (2140600002)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY PADANGSIDIMPUAN
Jl.T Rizal Nurdin No.4,4 Sihitang, Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara T.A. 2024/2025
i
KATA PENGANTAR
ميحرلا نمحرلا الله مسب
Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunianya sehingga makalah dengan berjudul “Konsep Investasi Sukuk” dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kelompok semester 7 dari dosen pengampu Annida Karima Sovia, S.E.I., M.Si., pada mata kuliah Akuntansi Pasar Modal Syriah . selain itu makalah ini bertujuan yaitu untuk menambah wawasan kepada pembaca mengenai Akuntansi Internasional.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan dalam makalah ini masih banyak melakukan kesalahan. Oleh karena itu kami memohon maaf atas kesalahan dan ketidak sempurnaan yang pembaca temukan dalan makalah ini ,kami juga mengharapkan adanya keritik dan saran dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih
Padangsidimpuan, September 2024
Penulis
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... …….i
DAFTAR ISI ... ……ii
PENDAHULUAN ... …….1
A. Latar Belakang ... ...1
B. Rumusan Masalah ... ...2
C. Tujuan ... ...2
PEMBAHASAN ... …….3
Titik Kritis dalam Praktik Obligasi ... …….3
A. Pengertian Obligasi ... ...3
B. Perkembangan dan Tantangan Obligasi Syariah di Indonesia…….4
Konsep Sukuk yang Berbeda dengan Obligasi………5
A. Pengertian Sukuk...5
B. Praktik dan Perkembangan Sukuk di Indonesia………..….6
C. Karakteristik Perbedaan Investasi Sukuk dan Obligasi………7
Sukuk Pemerintah dan Sukuk Korporasi………...10
A. Sukuk Pemerintah...10
B. Sukuk Korporasi...11
C. Perbedaan Sukuk Pemerintah dan Sukuk Korporasi...12
Inovasi Sukuk……….14
A. Cash Wakaf Linked Sukuk...14
B. Green Sukuk...16
KESIMPULAN………..18
DAFTAR PUSTAKA………19
1
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dalam Islam investasi merupakan kegiatan muamalah yang sangat dianjurkan, karena dengan berinvestasi harta yang dimiliki menjadi produktif dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain. Al-Quran dengan tegas melarang aktivitas penimbunan (iktinaz) terhadap harta yang dimiliki. Untuk mengimplementasikan seruan investasi tersebut, maka harus diciptakan suatu sarana untuk berinvestasi. Banyak pilihan orang untuk menanamkan modalnya dalam bentuk investasi. Salah satu bentuk investasi adalah menanamkan hartanya di pasar modal.
Dewasa ini perkembangan investasi bergeser dari yang hanya mementingkan unsur keuntungan dan kepuasan financial menjadi investasi yang juga mementingkan aspek spiritual. Investasi konvensional dianggap banyak membawa dampak negatif dibandingkan dengan dampak positif, selain itu investasi konvensional banyak memberikan kontribusi kerugian sosial dengan unsur spekulasi yang tinggi. Unsur spekulasi dalam investasi konvensional diyakini memberikan andil dalam resesi keuangan dunia yang menyebabkan perekonomian dunia berguncang.
Obligasi syariah atau sukuk semakin disukai karena ada upaya investor terutama Timur Tengah untuk menarik modal yang terkumpul di lembaga perbankan barat kembali ke lembaga kuangan islam. Dukungan solidaritas untuk aktivitas pasar modal syariah ini berdasarkan kesamaan ideology-spirit dari Negara- negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerjasama Islam). Pasar modal syariah pun mulai diterima secara umum dengan masuknya investor non-muslim di pasar sukuk. Sukuk dipandang sebagai sasaran baru yang lebih menguntungkan.
Kepopuleran dari sukuk ini juga tidak terlepas dari akses modal secara global sudah terbuka, sehingga terjadilah manajemen likuiditas lintas batas.
2
Indonesia sebagai salah satu Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia memiliki potensi yang sangat besar bagi masuknya dana dari Timur Tengah yang memiliki likuiditas keuangan yang tinggi. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang dan proyek investasi jangka panjang, Indonesia merupakan Negara yang memiliki potensi bagi berkembangnya ekonomi islam secara dinamis.
Penerbitan sukuk di Indonesia saat ini lebih didasari pada perkembangann institusi syariah seperti perbankan syariah, asuransi syariah, dan reksadana syariah yang membutuhkan alternatif investasi obligasi syariah. Sukuk pemerintah diperkirakan akan berkembang dengan mulai berlakunya UU No.19 tahun 2008 tentang surat berharga syariah Negara. Pada makalah ini penulis akan membahs lebih lanjut tentang konsep investasi sukuk.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana titik kritis praktik obligasi di Indonesia?
2. Bagaimana perbedaan konsep sukuk dengan obligasi?
3. Apa yang dimaksud dengan sukuk pemerintah dan sukuk korporasi?
4. Bagaimana perbedaan sukuk pemerintah dan sukuk korporasi?
5. Apa yang dimaksud dengan Cash Wakaf Linkeded Sukuk?
6. Apa yang dimaksud dengan Green Sukuk?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana titik kritis paraktik obligasi di Inonesia.
2. Untuk mengetahui perbedaan konsep sukuk dengan obligasi.
3. Untuk mengetahui dan memahami sukuk pemerintah dan sukuk korporasi.
4. Untuk mengetahui perbedaan sukuk pemerintah dengan sukuk korporasi.
5. Untuk mengetahui dan memahami cash wakaf linkeded sukuk.
6. Untuk mengetahui dan memahami green sukuk.
3
PEMBAHASAN
Titik Kritis dalam Praktik Obligasi Syariah A. Pengertian Obligasi
Obligasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu obligatie yang da lam bahasa Indonesia disebut dengan obligasi yang berarti kontrak. Dalam Keputusan Presiden RI Nomor: 775/KMK 001/1982 disebutkan bahwa obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan utang atas pinjaman uang dari masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun dengan menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta saat pembayarannya telah ditentukan terlebih dahulu oleh emiten (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh emiten yang memerlukan dana untuk kebutuhan operasional maupun ekspansi dalam mengajukan investasi yang mereka laksanakan. Investasi dengan cara menerbitkan obligasi memiliki potensial keuntungan lebih besar dari produk perbankan. Keuntungan berinvestasi dengan cara menerbitkan obligasi akan memperoleh bunga dan kemungkinan adanya capital gain (keuntungan yang didapatkan dari jual beli saham di pasar modal atau bursa efek).1
Sedangkan menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 32/DSN-MUI/IX/2002 (2003: 200), obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil (margin/fee) serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.2
1 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggraan Investasi di Pasar Modal Syariah
Indonesia, (Jakarta:Kencana 2009), hal 118.
2 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, (Malang: UIN-Maliki Press,2010), hal 153-154.
4
B. Perkembangan dan Tantangan Obligasi Syariah di Indonesia
Diawali dengan gebrakan Indosat pada akhir 2002 bahkan sebelum Pasar Modal Syariah resmi berdiri yang menerbitkan obligasi syariah mudarabah (skim bagi hasil) senilai Rp 175 miliar, instrumen ini mulai menarik perhatian pelaku pasar modal. Obligasi syariah mudarabah Indosat memberikan nisbah bagi hasil indikatif sebesar 15,5% hingga 16% per tahun. Nisbah bagi hasil ini berarti sama dengan rate yang diberikan oleh obligasi Indosat konvensional. Bedanya nisbah obligasi syariah bersifat indikatif (bisa berubah tapi cenderung stabil), sedang nisbah obligasi konvensional bersifat tetap. Penawaran obligasi Syariah Indosat ini mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sampai dua kali lebih.
Jumlah nilai obligasi syariah Indosat dinyatakan sebanyak-banyaknya Rp 100 miliar, sampai akhir bookbuiding jumlah permintaan yang masuk Rp 200 miliar.
Kenyataan ini cukup menggembirakan karena sebelumnya banyak pihak yang skeptis menyambut kemunculan Islamic bond pertama di Indonesia.
Karena berhasilnya penerbitan obligasi syariah dari Indosat, maka pada 2003 mulailah sejumlah perusahaan menerbitkan instrumen sejenis, yakni PT Ciliandra Perkasa, PT Pembangunan Perumahan, PT Berlian Laju Tanker, dan PT Sinar Baru Lampung. Tentu saja tak ketinggalan sejumlah Lembaga Keuangan Syariah seperti Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bukopin Syariah.
Tantangan Obligasi Syariah, Obligasi syariah dinilai prospektif, tetapi menghadapi tantangan yang tak sedikit. Sosialisasi yang belum cukup. Harus diakui bahwa masyarakat kita belum begitu terbiasa dengan sistem bagi hasil maupun sistem syariah lainnya. Padahal, potensi investor obligasi syariah dari ritel tergolong besar. Hal ini dimungkinkan karena denominasi obligasi syariah yang diterbitkan bisa senilai Rp 10 juta. Sekaligus menjadi edukasi bagi masyarakat untuk mulai berinvestasi dalam jangka yang lebih panjang, alih-alih hanya di
5
deposito yang berjangka pendek. Tantangan berikut menyangkut opportunity cost yang secara sederhana diterjemahkan sebagai "second best choice". Langsung atau tak langsung ada pembandingan atas pilihan yang ada. Karena investor base obligasi syariah secara potensial sangat luas, mau tidak mau, obligasi syariah berdasarkan bagi hasil akan menghadapi ini.
Tantangan lain adalah menyangkut perdagangan obligasi syariah di pasar sekunder yang mengemukan kepentingannya karena tujuan likuiditas (as-suyulah).
Hampir semua Islamic bonds dibeli untuk investasi jangka panjang, sampai jatuh tempo. Lebih banyaknya investor yang buy and hold memang akan membuat pasar sekundernya kurang likuid. Hal ini terjadi pada Obligasi Syariah Mudarabah Indosat. Suksesnya sebuah pasar dan instrumen keuangan, baik syariah maupun lainnya, akan tergantung pada faktor kepercayaan atas sistem dan proses, keragaman dan kualitas produk, serta keyakinan investor dan emiten untuk menggunakan produk keuangan tersebut. Dengan kondisi yang telah diuraikan di atas, masa depan obligasi syariah masih tetap dipandang prospektif sejaian de- ngan perkembangan lembaga keuangan syariah lainnya.
Konsep Sukuk yang Berbeda dengan Obligasi A. Pengertian Sukuk
Kata-kata Sakk, Sukuk dan Sakaik dapat ditelusuri dengan mudah pada literatur Islam komersial klasik. Kata-kata tersebut terutama secara umum digunakan untuk perdagangan internasional di wilayah muslim pada abad pertengahan, bersamaan dengan kata hawalah (menggambarkan transfer/pengiriman uang) dan mudarabah (kegiatan bisnis persekutuan) Akan tetapi, sejumlah penulis barat tentang sejarah perdagangan Islam/Arab abad pertengahan memberikan kesimpulan bahwa kata Sakk merupakan kata dari suara Latin "cheque" atau "Check" yang biasanya digunakan pada perbankan kon- temporer.
6
Pada prinsipnya, sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga sebagai instrumen investasi yang diterbitkan berdasar suatu transaksi atau akad syariah yang melandasinya (underlying transaction), yang dapat berupa ijarah (sewa), mudarabah (bagi-hasil), musyarakah, atau yang lain. Sukuk yang sekarang sudah banyak diterbitkan adalah berdasar akad sewa (sukuk al-ijarah), di mana hasil investasi berasal dan dikaitkan dengan arus pembayaran sewa aset tersebut. Meskipun demikian, sukuk dapat pula diterbitkan berdasar akad syariah yang lain.
Penerbitan instrumen investasi ini dapat dipandang se- bagai inovasi baru dalam keuangan syariah sukuk bukan instrumen utang piutang dengan bunga (riba), seperti obligasi yang kita kenal dalam keuangan konvensional, tetapi sebagai instrumen investasi. Sukuk diterbitkan dengan suatu underlying asset dengan prinsip syariah yang jelas.3
B. Praktik dan Perkembangan Sukuk di Indonesia
Kelembagaan Pasar Modal Struktur kelembagaan pasar modal di Indonesia diatur di dalam UU Pasar Modal. Berdasarkan UU itu pengawasan Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan yag kemudian diganti oleh Otoritas Jasa Keuangan(OJK) berdasarkan UU No. 21 Tahun 2011, termasuk di dalamnya lembaga dan profesi terkait dengan pasar modal, yaitu:
1. Manajer Investasi 2. Biro Administrasi Efek 3. Bank Kustodian 4. Pemeringkat Efek
5. Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
3 Nurul huda, Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta:
Kencana 2007), hal 136-140
7 6. Wali Amanat
7. Bursa Efek Indonesia (BEI) 8. Lembaga Kliring dan Penjaminan 9. Penjamin Emisi
10. Perantara Perdagangan Efek
11. Lemgaa Penitipan, Penyimpanan dan penyelesaian
Selain itu implementasi sukuk di Indonesia dilakukan melalui tahap-tahap:
1. Tahap Persiapan, dimana perusahaan yang akan gopublic melakukan persiapannya,
2. Tahap penerbitan sukuk, yang dilakukan oleh perusahaan penerbit sukuk (untuk sukuk korporasi), sedangkan sukuk Negara (Sukuk global) dilakuka oleh SPV.
3. Pemasaran sukuk Mekanisme perdagangan efek tidak hanya melibatkan BEI tetapi juga melibatkan perusahaan efek sebagai perantara pedagang efek dan juga PT Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai lembaga kliring, serta PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
C. Karakteristik Perbedaan Investasi Sukuk dan Obligasi
Pemerintah dalam rangka mencari biaya untuk modal pembangunan selama ini menerbitkan surat berharga berupa Surat Utang Negara (SUN), Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN). Surat- surat harga negara itu yang ditawarkan di pasar modal semuanya termasuk surat hutang yang berbasis bunga (base of funds), bukan berbasis pendapatan (base of income). Maka dalam pandangan ekonomi syariah baik SUN, ORI ataupun SPN adalah obligasi yang mengandung riba, sehingga tidak layak untuk transaksi, karena keharamannya. Terbitnya Undang-Undang SBSN menjadi landasan legal sebagai alternatif kehalalan dalam transaksi sukuk negara di pasar modal bagi para investor muslim atau siapa pun.
8
Dalam sukuk dengan adanya asset yang mendasarinya (underlying asset) sukuk tidak jatuh ke dalam perilaku gharar. Underlying asset adalah aset yang dijadikan sebagai obyek atau dasar transaksi dalam kaitannya dengan penerbitan sukuk. Aset yang dijadikan underlying dapat berupa barang berwujud seperti tanah, bangunan, berbagai jenis proyek pembangunan, atau aset tidak berwujud seperti jasa, hak manfaat atas tanah, bangunan, dan peralatan.
Berkaitan dengan underlying asset sebagai dasar diterbitkannya sukuk menurut Undang-Undang SBSN disebutkan : “Aset SBSN adalah objek pembiayaan SBSN dan/atau Barang Milik Negara yang memiliki nilai ekonomis, berupa tanah dan/atau bangunan maupun selain tanah dan/atau bangunan, yang dalam rangka penerbitan SBSN dijadikan sebagai dasar penerbitan SBSN.” (Pasal UndangUndang No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN).
Perbedaan sukuk dapat dilakukan berdasarkan tiga kategori yaitu, jenis akad yang dipakai, pembayaran pendapatan yang akan dibagikan kepada pihak- pihak yang berakad, dan basis pembiayaan, serta multiple sukuk. Berdasarkan jenis akad sukuk terbagi ke dalam enam jenis, yaitu: sukuk murabahah, sukuk mudarabah, sukuk musyarakah, sukuk salam, sukuk istishna’ dan sukuk ijarah.
Sebagai sebuah produk ekonomi syariah yang sudah dipraktekkan sejak zaman pertengahan, karaktristik sukuk dapat dirinci antara lain:
1. Dalam penertbitannya memerlukan adanya underlying asset;
2. Underlying asset merupakan bukti kepemilikan;
3. Jenis akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk menjadi dasar imbal hasil (return) yang diberikan berupa upah/sewa (ujrah), selisih harga lebih (margin), dan bagi hasil;
4. Tidak boleh ada unsur riba, gharar, dan maysir
5. Penggunaan dana harus sesuai dengan prinsip syariah;
9
Kemudian beberapa perbedaan antara sukuk dengan obligasi adalah sebagai berikut:
1. Obligasi adalah surat berharga berupa pernyataan utang dari penerbit (emiten) kepada investor (obligor). Sukuk adalah surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah dan merepresentasikan kepemilikan investor atas aset yang menjadi dasar penerbitan sukuk (underlying asset).
2. Underlying asset tidak diperlukan ketika menerbitkan obligasi, sedangkan saat sukuk diterbitkan dipererlukan adanya underlying asset sebagai dasar penerbitan sukuk dan sebagai sumber pembayaran imbalan, yang diatur dalam suatu skema transaksi berberdasarkan akad syariah.
3. Penerbitan obligasi tidak memerlukan landasan syariah. Sementara sukuk diterbitkan memerlukan landasan syariah berupa fatwa serta pernyataan kesesuaian sukuk terhadap prinsip-prinsip syariah dari lembaga yang berwenang di bidang syariah.
4. Peggunaan dana hasil penerbitan obligasi tidak ada pembatasan secara syariah, tetapi penggunaan dana hasil penerbitan sukuk hanya boleh digunakan untuk hal-hal yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah (halal).
5. Pemegang obligasi mendapat return atau imbalan berupa bunga (interest) yang tidak terkait secara langsung dengan tujuan pendanaannya. Sementara dalam sukuk, return yang diberikan terkait dengan aset, akad dan tujuan pendanaannya. Return tersebut dapat berupa imbalan yang berasal dari uang sewa (ujrah), fee, margin, bagi hasil atau sumber lainnya sesuai dengan akad/ kontrak yang digunakan dalam transaksi underlying
6. Perdagangan obligasi di pasar sekunder mencerminkan penjualan atas surat utang. Sedangkan penjualan sukuk di pasar sekunder
10
mencerminkan penjualan atas kepemilikan aset yang menjadi dasar penerbitan.
7. Meskipun berbasis syariah sukuk memiliki basis investor yang lebih luas yakni investor konvensional dan investor syariah. Sementara obligasi terbatas pada investor konvensional dan tidak akan dipilih sebagai insturmen investasi bagi investor syariah.4
Sukuk Pemerintah dan Sukuk Korporasi A. Sukuk Pemerintah
Di Indonesia, pada awalnya sukuk lebih dikenal dengan istilah obligasi Syariah.Namun, sejak peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM) No.IX.13.A mengenai Penerbitan Efek Syariah dan ditetapkannya UU.No.19/2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, istilah sukuk menjadi lebih sering digunakan. Berdasarkan peraturan tersebut, sukuk didefinisikan sebagai efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas; kepemilikan aset berwujud tertentu; nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu; atau kepemilikan atas aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
Pemerintah mulai menggunakan sukuk sebagai instrumen pembiayaan berbasis syariah seiring dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Berdasarkan Undang-Undang SBSN tersebut, SBSN atau Sukuk Negara didefinisikan sebagai surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Penetapan kebijakan penerbitan Sukuk negara
4 Hapil Hanapi, “Penerapan Sukuk Dan Obligasi Syariah Di Indonesia,” (2019).
11
sebagai instrumen pembiayaan fiskal merupakan bukti bahwa sistem keuangan Islam menjadisalah satu pilar penopang perekonomian Indonesia.5
Salah satu perbedaan prinsip antara SBSN dengan surat berharga negara lainnya adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah menggunakan konsep Imbalan bukan bunga sebagaimana dikenal dalam instrumen keuangan konvensional. Selain itu, sejumlah aset tertentu diperlukan sebagai dasar untuk melakukan transaksi dengan menggunakan akad berdasarkan prinsip syariah (underlying asset). Pengelolaan SBSN baik yang diterbitkan secara langsung oleh Pemerintah maupun melalui Perusahaan Penerbit SBSN diselenggarakan oleh Menteri. Berdasarkan pasal 18 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008, pengelolaan SBSN meliputi penetapan strategi, kebijakan pengelolaan SBSN, dan kebijakan pengendalian risiko.
B. Sukuk Korporasi
Sukuk korporasi adalah sukuk yang diterbitkan oleh korporasi atau perusahaan, baik perusahaan swasta maupun BUMN.6 Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sukuk korporasi adalah instrumen berpendapatan tetap yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah. Pendapatan sukuk jenis ini berdasarkan akad-akad yang tertuang dalam ketentuan OJK tentang Akad-akad Efek Syariah seperti akad istishna dan akad musyarakah. Kesesuaian sukuk korporasi dengan prinsip-prinsip syariah berbasis pada sejumlah fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). Antara lain fatwa No.32/DSN- MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah, fatwa No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang
5 Eri Hariyanto, “Efektivitas Penerbitan Sukuk Negara Sebagai Instrumen Pembiayaan APBN,”
Indonesian Treasury Review Jurnal Perbendaharaan Keuangan Negara dan Kebijakan Publik 2, no. 1 (June 6, 2017): 79–98, https://doi.org/10.33105/itrev.v2i1.15.
6 Imroatus Sholiha and Nani Hanifah, “Eksistensi Obligasi Syariah (Sukuk) Korporasi di
Indonesia pada Masa Pandemi,” Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam 5, no. 2 (October 14, 2021): 143–51, https://doi.org/10.35316/istidlal.v5i2.346.
12
Obligasi Syariah ijarah, dan fatwa No.59/DSN-MUI/V/2007 tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi.
Jadi, sukuk korporasi adalah salah satu instrumen investasi berjangka yang berdasarkan pada kaidah syariah. Itulah alasan mengapa banyak yang menyebutnya sebagai obligasi syariah. Jangka waktu yang ditawarkan pun cukup lama dengan nominal investasi yang relatif besar pula.7
C. Perbedaan Sukuk Pemerintah dan Sukuk Korporasi
Sukuk menjadi instrumen pasar modal yang digemari banyak orang, lantaran menawarkan keuntungan investasi dengan prinsip syariah. Bila dilihat dari penerbitnya, ada dua jenis sukuk syariah yang dapat dimiliki oleh masyarakat yakni Sukuk Negara dan Sukuk Korporasi. Meski sama-sama diterbitkan dengan prinsip syariah berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), tetapi ternyata Sukuk Negara dan Sukuk Korporasi berbeda. Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara sukuk pemerintah dan sukuk korporasi:
Sukuk Pemerintah Sukuk Korporasi Penerbit Dan
Tujuan Investasi
Melansir laman Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Djppr.kemenkeu.go.id, Sukuk Negara diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan utamanya
Sukuk Korporasi diterbitkan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia. Umumnya, perusahaan yang menerbitkan Sukuk Korporasi bergerak di bidang perkebunan,
transportasi, lembaga
7Muhammad Ikhsan Harahap, Imsar Imsar, and Rahmah Nur Dongoran, “Pengaruh Sukuk Korporasi dan Total Aset Perbankan Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2016- 2020,” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 8, no. 1 (March 8, 2022): 370, https://doi.org/10.29040/jiei.v8i1.3592.
13 untuk membiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan pembangunan proyek infrastruktur.
keuangan, telekomunikasi, hingga industri wisata.
Tujuan Sukuk Korporasi yakni untuk mendapatkan pendanaan, selain dari dana internal perusahaan atau pembiayaan dari perbankan, yang akan digunakan
perusahaan untuk
menjalankan aktivitas bisnis.
Varian Produk Sukuk
Pada Sukuk Negara jenis instrumen yang bisa dimiliki oleh masyarakat antara lain, Sukuk Ritel, Sukuk
Tabungan, dan Sukuk Wakaf atau dikenal juga dengan nama Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS).
Sukuk Korporasi tidak memiliki variasi jenis produk investasi.
Jangka Waktu Investasi
Produk Sukuk Negara memiliki tenor investasi yang lebih singkat, mulai dari 2 tahun hingga 3 tahun.
Beberapa di antaranya sampai 4 tahun.
Sukuk Korporasi memiliki variasi jangka waktu yang lebih beragam, dari 3 tahun, 5 tahun, 7 tahun, dan
di atas 10 tahun.
Keuntungan Imbal Hasil
Sukuk Negara, keuntungan yang didapatkan sesuai jenis yang mereka miliki.
Keuntungan atau besaran nilai imbalan Sukuk Korporasi bisa tetap atau
14
tidak tetap, tergantung pada akad yang digunakan.
Inovasi sukuk: Cash Wakaf Linked Sukuk, Dan Green Sukuk 1. Cash Wakaf Linked Sukuk
Sukuk waqf merupakan instrument gabungan antara wakaf uang dan sukuk Negara, dengan istilah wakaf linked sukuk atau kini dikenal cash waqf linked sukuk. CLWS termasuk produk creative financing baru dari Indonesia dan pertama di dunia, yang memberikan dampak keberkahan sepanjang waktu. Di Indonesia pemanfaatan wakaf produktif menjadi indikator pengembangan perwakafan yang progresif, karena bila asetnya dikelola dapat memberikan keuntungan secara ekonomis.8
Sukuk yang diterbitkan dalam kaitannya dengan wakaf, basisnya adalah wakaf uang yang dihimpun melalui penerbitan sukuk dapat bersifat temporer ataupun permanen. Wakaf linked Sukuk transaksi dasarnya adalah Wakaf uang yang pemanfatannya digunakan untuk membangun aset- aset sosial. Pengembangan Instrumen Wakaf Berbasis Investasi Sosial.
Beberapa model wakaf linked sukuk ini sebenarnya lebih sering kita jumpai, namun umumnya berbasiskan akad konvensional, di antaranya pengembangan model endowment fund yang dihimpun oleh sejumlah Universitas seperti UI, ataupun dana Socially Responsible Investment (SRI) melalui investasi dana abadi seperti yang dilakukan Yayasan KEHATI dan banyak lagi.
8 Magfirah Maulidia Putri, Hendri Tanjung, And Hilman Hakiem, “Strategi Implementasi Pengelolaan Cash Waqf Linked Sukuk Dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Umat : Pendekatan Analytic Network Process (ANP),” Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam 11, no. 2 (December 26, 2020): 204, https://doi.org/10.32507/ajei.v11i2.836.
15
Gambar. 1 Mekanisme Wakaf Linkeded Sukuk
Adapaun sifat dari instrumen Wakaf linked Sukuk ini dapat bersifat temporer dengan minimum jangka waktu 5 tahun ataupun bersifat perpetual.
Adapun sumber pelunasan bila sifatnya temporer dapat berasal dari crowfunding wakaf ataupun budget pemerintah (bila proyek yang dibangun beririsan dengan proyek pemerintah yang telah diagendakan di dalam APBN/APBD).9
Keterangan Gambar:
a. Lembaga nazhir menerbitkan sukuk yang akan digunakan untuk pembangunan asset social.
b. Sukuk wakaf dibeli oleh masyarakat (investor/ wakif) yang memang berniat untuk berwakaf.
c. Proceed digunakan untuk pembangunan asset social, asset social dimaksud merupakan milik negara sehingga nanti pelunasannya dapat menggunakan sumber-sumber dana public (APBN).
d. Nazhir mendapatkan sumber pelunasan (reimbursement), baik berasal dari APBN ataupun social crowdfund .
9 Imam T Saptono, “Pengembangan Instrumen Wakaf Berbasis Investasi Sosial Studi Wakaf
Linkeded SukuK” 11, no. 2 (2018).
16
e. Mobilisasi dana pelunasan melalui APBN.
f. Mobilisasi dana pelunasan melalui crowdfund.
g. Bagi hasil dan cicilan pokok diterima oleh investor (wakif).
2. Green Sukuk
Kehadiran sukuk menguatkan perkembangan sektor dari pasar modal syariah di Indonesia. Saat ini, orientasi negara-negara di dunia menyorot pertumbuhan ekonomi berbasis lingkungan. Salah satu produk sukuk di Indonesia yaitu Green Sukuk biasa disebut Sukuk Hijau ialah investasi dengan prinsip syariah dimana pengalokasian dananya dipergunakan untuk financing dan refinancing proyek-proyek ramah lingkungan. Green Sukuk sebagai investasi hijau inovatif yang belum lama muncul berpotensi tinggi untuk dikembangkan, didukung dengan background Indonesia dengan mayoritas penduduk seorang muslim. Green Sukuk menjadi salah satu wujud dari komitmen pemerintah Indonesia dalam upaya menanggulangi krisis perubahan iklim.10
Green Sukuk diterbitkan dengan harapan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat atau awareness dengan adanya isu-isu lingkungan terutama krisis perubahan iklim. Green Sukuk (Sukuk Hijau) sangatlah penting untuk direalisasikan di Indonesia. Menilik bahwa Indonesia adalah negara yang rentan terjadi bencana alam, yakni sekitar 80% merupakan bencana hidrometeorologi karena semakin meningkatnya perubahan iklim yang disebabkan oleh peningkatan perubahan iklim akibat pembangunan secara terus menerus yang tidak memperhatikan lingkungan. Selain itu, Indonesia merupakan penyumbang gas efek rumah kaca kelima terbesar di dunia dan terkahir karena perubahan iklim yang meningkat secara global.11 Green Sukuk merupakan opsi bagi masyarakat untuk
10 Angrahita Grahesti, Dzul Fahma Nafii"ah, and Elyana Pramuningtyas, “Green Sukuk:
Investasi Hijau Berbasis Syariah Dalam Mewujudkan Ketahanan Terhadap Perubahan Iklim Di Indonesia,” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 8, no. 3 (November 2, 2022): 3374, https://doi.org/10.29040/jiei.v8i3.6443.
11 Riana, D. (2022). Investasi dan Pasar Modal. Penerbit NEM.
17
berkontribusi dalam upaya memelihara lingkungan dengan berinvestasi sesuai prinsip syariah di produk keuangan yang ramah lingkungan. Berinvestasi di Green Sukuk, artinya selain mendapatkan keuntungan dari imbal hasil yang diterima juga telah berpartisipasi dalam mendukung gerakan pembangunan proyek proyek ramah lingkungan serta al-falah.
Green sukuk ini sebenarnya hampir sama dengan sukuk negara lainnya karena sukuk negara saat ini hasil penerbitannya mayoritas digunakan untuk pembangunan berkelanjutan seperti pembiayaan infrastruktur. Hanya saja infrastruktur yang digunakan sebagai dasar penerbitan (underlying) harus memenuhi kriteria green Infrastruktur. Misalnya Infrastruktur dari sektor pertanian seperti pembangunan waduk, irigasi, dan PLTA sangat potensial dikategorikan sebagai greenInfrastruktur karena menunjang pemanfaatan air yang lebih berguna.12
Di Indonesia peraturan yang mengatur khusus tentang Green Sukuk masih belum ada. Pada saat ini landasan hukum Green Sukuk mengacu pada:13
a. Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 19 Tahun 2008.
b. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 32/DSN-MUI /IX/2002 Tentang Obligasi Syariah .
c. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6 /PJOK.04/2017 Tentang penerbitan Green Bond termaktub pada pasal 1 ayat 2 bahwa, Green bond adalah efek yang diterbitkan untuk membiayai ulang sebagian proyek atau keseluruhan proyek yang berbasis lingkungan, dan green bond termasuk efek yang berbasis utang. Pada pasal 1 ayat 3 bahwa KUBL (Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan)
12 Maurizka Alifia Risanti, Farouk Abdullah Alwyni, and Prameswara Samofa Nadya, “Peran
Green Sukuk dalam Mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan,” 2020.
13 Siti Mutmainnah and Muhammad Ryan Romadhon, “Pendayagunaan Green Sukuk dalam
Menghadapi Perubahan Iklim di Indonesia,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JEBI) 3, no. 1 (March 31, 2023): 187–200, https://doi.org/10.56013/jebi.v3i1.2021.
18
adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk menjaga, memperbaiki, dan meningkatkan fungsi lingkungan.
KESIMPULAN
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 32/DSN-MUI/IX/2002 (2003: 200), obligasi syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil (margin/fee) serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), SBSN atau Sukuk Negara didefinisikan sebagai surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan, Sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga sebagai instrumen investasi yang diterbitkan berdasar suatu transaksi atau akad syariah yang melandasinya (underlying transaction), yang dapat berupa ijarah (sewa), mudarabah (bagi-hasil), musyarakah, atau yang lain. Sukuk yang sekarang sudah banyak diterbitkan adalah berdasar akad sewa (sukuk al-ijarah), di mana hasil investasi berasal dan dikaitkan dengan arus pembayaran sewa aset tersebut.
Sukuk berdasarkan penerbitnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu sukuk pemerintah atau sukuk negara dan sukuk korporasi. Pada era ini terdapat beberapa inovasi sukuk yang sudah dikenal di wilayah pasar modal syariah. Inovasi sukuk yang sudah dikenal yaitu cash wakaf linked sukuk dan green sukuk.
Wakaf linked Sukuk transaksi dasarnya adalah Wakaf uang yang pemanfatannya digunakan untuk membangun aset-aset sosial atau dengan kata lain pengembangan instrumen wakaf berbasis investasi sosial. Sedangkan green sukuk ialah investasi dengan prinsip syariah dimana pengalokasian dananya dipergunakan untuk financing dan refinancing proyek-proyek ramah lingkungan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan. 2009. Aspek Hukum Dalam Penyelenggraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia. Jakarta:Kencana.
Grahesti, Angrahita, Dzul Fahma Nafii"ah, and Elyana Pramuningtyas. “Green Sukuk:
Investasi Hijau Berbasis Syariah Dalam Mewujudkan Ketahanan Terhadap Perubahan Iklim Di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 8, no. 3 (November 2, 2022): 3374. https://doi.org/10.29040/jiei.v8i3.6443.
Hanapi, Hapil. “Penerapan Sukuk Dan Obligasi Syariah Di Indonesia,” (2019).
Harahap, Muhammad Ikhsan, Imsar Imsar, and Rahmah Nur Dongoran. “Pengaruh Sukuk Korporasi dan Total Aset Perbankan Syariah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Tahun 2016-2020.” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 8, no.
1 (March 8, 2022): 370. https://doi.org/10.29040/jiei.v8i1.3592.
Hariyanto, Eri. “Efektivitas Penerbitan Sukuk Negara Sebagai Instrumen Pembiayaan APBN.” Indonesian Treasury Review Jurnal Perbendaharaan Keuangan Negara dan Kebijakan Publik 2, no. 1 (June 6, 2017): 79–98.
https://doi.org/10.33105/itrev.v2i1.15.
Imroatus Sholiha and Nani Hanifah. “Eksistensi Obligasi Syariah (Sukuk) Korporasi di Indonesia pada Masa Pandemi.” Istidlal: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam
5, no. 2 (October 14, 2021): 143–51.
https://doi.org/10.35316/istidlal.v5i2.346.
Indah Yuliana. 2010 Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang: UIN-Maliki Press.
Mutmainnah, Siti, and Muhammad Ryan Romadhon. “Pendayagunaan Green Sukuk dalam Menghadapi Perubahan Iklim di Indonesia.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam (JEBI) 3, no. 1 (March 31, 2023): 187–200.
https://doi.org/10.56013/jebi.v3i1.2021.
20
Putri, Magfirah Maulidia, Hendri Tanjung, and Hilman Hakiem. “Strategi Implementasi Pengelolaan Cash Waqf Linked Sukuk Dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Umat : Pendekatan Analytic Network Process (ANP).” Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam 11, no. 2 (December 26, 2020): 204.
https://doi.org/10.32507/ajei.v11i2.836.
Riana, D. (2022). Investasi dan Pasar Modal. Penerbit NEM.
Risanti, Maurizka Alifia, Farouk Abdullah Alwyni, and Prameswara Samofa Nadya.
“Peran Green Sukuk dalam Mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan,”
(2020).
Saptono, Imam T. “Pengembangan Instrumen Wakaf Berbasis Investasi Sosial Studi Wakaf Linkeded Sukuk” 11, no. 2 (2018).
21