• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PEMBELAJARAN DAN ASESMEN KURIKULUM MERDEKA

N/A
N/A
hisyam ismail

Academic year: 2024

Membagikan "KONSEP PEMBELAJARAN DAN ASESMEN KURIKULUM MERDEKA"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP

PEMBELAJARAN DAN ASESMEN

KURIKULUM

MERDEKA

(2)

Kita mengajar untuk peserta didik

Pembelajaran dan Asesmen harus:

● Berpusat pada peserta didik

● Melibatkan peserta didik

● Sesuai dengan tingkat kemampuan/perkembangan peserta didik (teaching at the right level)

● Terdiferensiasi

(3)

4 Syarat Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka

Pendidik perlu memilih untuk:

● Bersedia mengenal, menerima, dan mencintai peserta didik apa adanya

● Bersedia berpusat pada peserta didik

● Bersedia terus belajar

● Bersedia berkolaborasi dengan peserta didik dan orang tua

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Proses Berpikir dalam Merencanakan Pembelajaran dan Asesmen

dan asesmen

(9)
(10)

Pembelajaran Terdiferensiasi

Strategi yang dapat digunakan agar dapat mengajar sesuai dengan tahap capaian belajar atau kemampuan peserta didik adalah diferensiasi.

Dasar diferensiasi materi

pembelajaran adalah asesmen

formatif dalam bentuk penilaian awal.

(11)

Pembelajaran dapat dilakukan berdasarkan tahapan kemampuan mayoritas dalam kelas.

Tahapan kemampuan di bawah

mayoritas akan mendapat penguatan

dan tahapan kemampuan di atas

mayoritas akan mendapatkan

tantangan dan pembinaan prestasi

serta dapat dijadikan contoh.

(12)

Pembelajaran terdiferensiasi

merupakan strategi guru untuk

membuat peserta didiknya

bergerak semakin mendekati dan

mencapai tujuan dari titik awal

masing-masing dengan

memaksimalkan potensi yang

dimiliki.

(13)
(14)
(15)

Pembelajaran ibarat sebuah perjalanan, bukan sebuah perlombaan balap. Hal yang terpenting dalam sebuah perjalanan adalah tujuannya. Tanpa tujuan, kita pastilah hanya buang- buang waktu dan biaya saja. Jika sebuah tujuan jelas dan penting bagi hidup kita, pastilah kita akan mencari dan menggunakan berbagai cara untuk mencapainya, seberapapun lamanya atau seberapapun menantangnya.

Capaian Pembelajaran (CP) merupakan tujuan akhir di setiap fase pembelajaran siswa. Capaian pembelajaran (CP) adalah kompetensi minimum yang harus dicapai peserta didik untuk setiap mata pelajaran. CP dirancang dengan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi.

Sumber gambar: Nick Fewings/ www.unsplash.com

(16)

Tujuan Pendidikan Indonesia adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah menetapkan

Kerangka Dasar Kurikulum yang terdiri dari Struktur

Kurikulum, Capaian Pembelajaran, dan Prinsip

Pembelajaran dan Asesmen.

(17)

Pengertian CP

“Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase, dimulai dari Fase Fondasi pada PAUD. Untuk Pendidikan dasar dan menengah, CP disusun untuk setiap mata pelajaran.

Bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual dapat menggunakan CP pendidikan khusus.

Peserta didik berkebutuhan khusus tanpa hambatan intelektual menggunakan CP reguler dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum.”

(lihat: Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 958 tahun 2020 Tentang Capaian

Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan

Menengah)

(18)
(19)

A. Memahami Capaian Pembelajaran (CP)

Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada sebuah mata pelajaran dalam di akhir sebuah fase.

Capaian Pembelajaran (CP) ditetapkan oleh pemerintah dan tidak dapat diubah.

Kompetensi yang dituju dalam sebuah mata pelajaran, pada Capaian

Pembelajaran (CP) dituliskan dalam bentuk paragraf yang berisi

kesatuan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

(20)

CP dan strategi mencapai CP menggunakan Kerangka Kerja Understanding by Design

Understanding by Design merupakan sebuah kerangka kerja dengan fokus pada proses perencanaan dan struktur yang memandu pengembangan kurikulum, asesmen, dan instruksi pembelajaran. Proses perencanaan ini fokus pada dua hal:

1. Pengajaran dan asesmen untuk membangun pemahaman dan kemampuan learning transfer (kemampuan mengimplementasikan hasil belajar dalam sebuah performa otentik)

2. Merancang kurikulum “Terbalik” (backward), dengan mulai dari

tujuan akhirnya terlebih dulu

(21)

Kerangka Kerja Understanding by Design

Identifikasi hasil akhir yang diinginkan

Menentukan bukti-bukti

pemahaman yang dapat diterima

Merancang kegiatan pembelajaran

yang tepat

Seluruh kegiatan pembelajaran & asesmen selalu mengacu pada CP (terberi)

TP

ATP

Rangkaian Asesmen:

Penilaian awal

Formatif

Sumatif

RPP

Modul Ajar

Bahan Ajar

Modul Projek

Buku Panduan

(22)

Bentuk Pemahaman Dalam CP

Prinsip penyusunan CP menggunakan pendekatan konstruktivisme yang membangun pengetahuan dan berdasarkan pengalaman nyata dan kontekstual. Menurut teori belajar konstruktivisme (constructivist learning theory), pengetahuan bukanlah kumpulan atau seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah untuk diingat.

Konsep “Memahami” dalam Capaian Pembelajaran (CP) dalam konstruktivisme adalah proses membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata. Pemahaman tidak bersifat statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan sepanjang siswa mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memodifikasi pemahaman sebelumnya

Jika mengacu kepada teori konstruktivisme, kemampuan

memahami ada di level paling tinggi, berbeda jika mengacu pada

Taksonomi Bloom yang menempatkan kemampuan memahami di

level C2.

(23)

6 aspek pemahaman

(Wiggins and Tighe, 2005)

6 facet of understanding; merupakan bentuk-bentuk pemahaman yang digunakan dalam CP. Tidak harus hirarkis

Penjelasan Explanation

Mendeskripsikan suatu ide dengan kata-kata sendiri, membangun hubungan antar topik, mendemonstrasikan hasil kerja, menjelaskan alasan/cara/prosedur , menjelaskan sebuah teori menggunakan data, berargumen dan mempertahankan pendapatnya.

Interpretasi Interpretation

Menerjemahkan cerita, karya seni, atau situasi. Interpretasi juga berarti memaknai sebuah ide, perasaan atau sebuah hasil karya dari satu media ke media lain, dapat membuat analogi, anekdot, dan model. Melihat makna dari apa yang telah dipelajari dan relevansi dengan dirinya.

Aplikasi Application

Menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman mengenai suatu dalam situasi yang nyata dalam kehidupan sehari-hari atau sebuah simulasi ( menyerupai kenyataan)

Perspektif Perspective

Melihat suatu hal dari sudut pandang yang berbeda, siswa dapat menjelaskan sisi lain dari sebuah situasi , melihat gambaran besar, melihat asumsi yang mendasari suatu hal dan memberikan kritik.

Empati Empathy

Menaruh diri di posisi orang lain. Merasakan emosi yang dialami oleh pihak lain dan/ atau memahami pikiran yang berbeda dengan dirinya. Menemukan nilai (value) dari sesuatu

Pengenalan diri Self-Knowledge

Memahami diri sendiri; yang menjadi kekuatan, area yang perlu dikembangkan serta proses berpikir dan emosi yang terjadi secara internal.

(24)

6 Aspek/Facet Pemahaman merupakan cara untuk mengkonfirmasi pemahaman siswa atas apa yang telah mereka pelajari dan tidak hirarkis/bukan merupakan siklus.

Jika siswa melakukan salah satu dari keenam Aspek/Facet Pemahaman ini (mampu menjelaskan, menginterpretasi, menerapkan/mengaplikasikan, berempati, memiliki sebuah sudut pandang, atau memiliki pengenalan diri), berarti mereka telah mendemonstrasikan sebuah tingkat pemahaman.

6 Aspek/Facet Pemahaman ini merupakan modal untuk

menentukan Tujuan Pembelajaran (TP), menyusun Alur Tujuan

Pembelajaran (ATP), menentukan asesmen, dan instruksi yang

tepat.

(25)

Penjelasa n

Explanation

Mendeskripsikan makna dari bilangan 10.000 dengan kata-kata sendiri, mengaitkan dengan nilai tempat, mengurutkan dan membandingkan bilangan 10.000 dengan bilangan lain

Interpreta si

Interpretati on

Menerjemahkan makna 10.000 menggunakan gambar

Aplikasi

Application

Menggunakan pemahaman 10.000 untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata (misalnya berbelanja di kantin dengan uang Rp.10.000,00 atau soal cerita/

simulasi jual-beli) Perspektif

Perspective

Menemukan berbagai cara berbeda untuk mendapatkan nilai 10.000

Peserta didik menunjukkan pemahaman dan intuisi bilangan (number sense) untuk bilangan cacah sampai dengan 10.000.

Mereka dapat membaca, menulis, menentukan nilai tempat, membandingkan, mengurutkan, menggunakan nilai tempat, melakukan komposisi dan dekomposisi bilangan. Mereka juga dapat menyelesaikan masalah berkaitan dengan uang menggunakan ribuan sebagai satuan.

Contoh Bentuk Pemahaman Dalam CP

Matematika Fase B elemen Bilangan

(26)

Interpreta si

Interpretati on

Mendeskripsikan makna dari puisi serta emosi yang ditangkap dari puisi tersebut

Aplikasi

Application

Membacakan/mendeklamasikan atau membuat karya untuk merespons puisi

Perspektif

Perspective

Melakukan bedah puisi melalui diskusi dari sudut pandang yang berbeda.

Empati

Empathy

Menaruh diri di posisi penulis puisi dan mencoba merasakan emosi yang dirasakan penulis dan dituangkan dalam media yang berbeda.

Peserta didik memahami informasi berupa gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan dari teks deskripsi, narasi, puisi, eksplanasi dan eksposisi dari teks visual dan audiovisual untuk menemukan makna yang tersurat dan tersirat.

Contoh Bentuk Pemahaman Dalam CP

Bahasa Indonesia Fase D elemen Menyimak

(27)

Peserta didik mampu menyimak dengan saksama, memahami dan

memaknai instruksi,

mengidentifikasi informasi berupa fakta atau proses kejadian dari teks petunjuk/arahan sederhana, teks cerita pendek, surat pribadi, teks puisi, teks drama, dan surat resmi seperti surat undangan dan surat pemberitahuan yang disajikan dalam bentuk lisan atau isyarat, teks aural (teks yang dibacakan) dan teks audiovisual.

Penjelasan

Explanation

Menjelaskan kembali isi sebuah teks cerita pendek, puisi, drama, atau surat resmi dalam bentuk lisan atau isyarat

Aplikasi

Application

Mampu mengikuti instruksi kerja tertulis sederhana. Mampu menceritakan kronologi sebuah peristiwa berdasarkan arahan sederhana

Perspektif

Perspective

Berbagi pendapatnya mengenai sebuah teks

cerita pendek, puisi, atau drama Interpreta

si Interpreta tion

Bermain peran berdasarkan sebuah teks cerita pendek, puisi, atau drama

Contoh Bentuk Pemahaman Dalam CP

Bahasa Indonesia untuk Pendidikan Khusus Fase D

elemen Menyimak

(28)

Contoh Bentuk Pemahaman Dalam CP

Seni Tari Fase F elemen Menciptakan

Pengenalan Diri Self Knowledge

Mengenali kemampuan dan keterampilan gerak tubuhnya dalam membawakan tarian tradisi. Memilih teknik, pola gerak tertentu, makna atau simbol untuk menciptakan tari kreasi pribadi.

Aplikasi Application

Menerapkan pilihan teknik, pola gerak tertentu, makna atau simbol untuk menciptakan tari kreasi pribadi.

Perspektif Perspective

Menyaksikan/menarikan berbagai tari tradisi dan memahami perbedaan dan persamaan budaya dari dua atau lebih daerah melalui tari tradisinya.

Empati Empathy

Mencoba merasakan emosi yang dirasakan dalam sebuah karya tari tradisi yang menginspirasinya untuk kemudian mengekspresikannya emosi tersebut dengan gayanya sendiri ke dalam tari kreasinya

Peserta didik mampu menciptakan

tari kreasi yang terinspirasi dari hasil

membandingkan berbagai

pertunjukkan tari tradisi dan kreasi

berdasarkan makna, simbol, dan

nilai estetis dari perspektif berbagai

aspek seni.

(29)

Contoh Bentuk Pemahaman Dalam CP

PAUD (Fase Pondasi) elemen Nilai Agama dan Budi Pekerti

Pengenalan Diri Self Knowledge

Mengenali identitas dirinya dan makhluk hidup lainnya sebagai ciptaan Tuhan.

Mengenal anggota keluarga intinya

Aplikasi Application

Mengetahui prosedur perawatan kebersihan diri (cara mandi, menyikat gigi, menggunakan toilet dll), adab makan dan minum, menggunakan kata

“Terima Kasih”, “Tolong” dan “Permisi”, terbiasa berdoa.

Perspektif Perspective

Menceritakan harapannya atau apa yang disukai dari sikap orang lain terhadap dirinya, berdoa menggunakan bahasanya sendiri

Empati Empathy

Role Play, Mengenal aturan dasar dalam sebuah permainan, mengantri, bergantian menggunakan sesuatu, membantu orang lain, menyiram tanaman atau memberi makan atau bermain dengan hewan

Peserta didik mengenali dan mempraktikkan nilai dan kewajiban ajaran agamanya.

Anak mengamalkan nilai-nilai

ajaran agamanya dalam interaksi

dengan sesama dan lingkungan

(tumbuhan, hewan, lingkungan

hidup). Anak mengenal

keberagaman dan menunjukkan

sikap menghargai agama dan

kepercayaan orang lain.

(30)

Elemen setiap mata pelajaran dapat berbeda atau sama satu dengan lainnya, tergantung

karakteristiknya

masing-masing.

(31)

B. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

CP masih bersifat sangat umum. Untuk membuatnya menjadi lebih konkret dan operasional, kita perlu menurunkannya menjadi rumusan Tujuan Pembelajaran.

Tujuan Pembelajaran (TP) perlu memuat 2 hal:

1. Kompetensi, yaitu kemampuan atau keterampilan yang perlu ditunjukkan/ didemonstrasikan oleh peserta didik.

2. Lingkup materi, yaitu konten dan konsep utama yang perlu dipahami

pada akhir satu unit pembelajaran.

(32)

Taksonomi Bloom yang dikembangkan

Anderson Krathwohl

(2001)

(33)

6 Facet Pemahaman

Wiggins dan McTighe

(2005)

(34)

Taksonomi Marzano (2000)

(35)

Penyusunan Tujuan Pembelajaran Menjadi Alur Tujuan Pembelajaran

Pengurutan dari Konkret ke Abstrak

Pengurutan dari Mudah ke yang Sulit

Pengurutan Prosedural Pengurutan Deduktif Pengurutan Hirarki Scaffolding

C. Menyusun Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)

(36)

Merancang

Pembelajaran

dan Asesmen

(37)

ASESMEN

Asesmen merupakan upaya menggali informasi mengenai kondisi, hambatan, dan kebutuhan peserta didik melalui pengamatan dan dialog dengan peserta didik atau dengan individu terkait lainnya (keluarga, teman, pengasuh, atau guru sebelumnya).

Asesmen bersifat netral dan dapat difungsikan sebagai formatif maupun

sumatif berdasarkan tujuan saat digunakan. Setiap asesmen perlu

memberikan rencana tindak lanjut terdiferensiasi yang dapat diberikan

pada siswa berdasarkan rekomendasi hasil asesmen.

(38)

Asesmen FORMatif

Membantu untuk mendapatkan informasi atau memberikan umpan balik cepat

Di awal pembelajaran :

memetakan kemampuan awal dan kebutuhan belajar peserta didik serta agar pendidik dapat merencanakan pembelajaran yang efektif

Di tengah pembelajaran mengecek progres/efektivitas pembelajaran

Contoh: diskusi terarah, bermain peran, permainan, membuat karangan atau jurnal, observasi, dll.

Asesmen SUMatif

Asesmen yang digunakan untuk memastikan ketercapaian atau menyimpulkan ketercapaian tujuan pembelajaran capaian di akhir satu tujuan pembelajaran

Contoh : output projek, tugas, presentasi, wawancara, tes, esai, performance, dll.

Kedua Asesmen

Merupakan bagian dari proses belajar

Merupakan

kesempatan untuk menerima dan memberikan umpan balik

Merupakan cara untuk mengevaluasi efektivitas

pengajaran dan pembelajaran

(39)

Hasil Penelitian tentang Asesmen

• Kemampuan guru untuk memberikan umpan balik berpengaruh pada peningkatan pemahaman dan kompetensi peserta didik (Marzano, 2006)

• Umpan balik dari asesmen harus informatif menjelaskan kemajuan siswa terhadap tujuan pembelajaran dan bagaimana mereka dapat meningkatkan kemampuan/pemahamannya mengenai tujuan pembelajaran

• Umpan balik bersifat netral seperti GPS yang memberi informasi mengenai posisi kita terhadap tujuan. Maka umpan balik dan seluruh kegiatan asesmen seharusnya mengacu pada Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran yang digunakan.

• Asesmen harusnya secara alami dilakukan dalam bentuk formatif dan harus sering dilakukan

(40)

Umpan Balik (feedback)

Perjalanan belajar dapat diibaratkan seperti menyiapkan sebuah pertandingan bola (sumatif).

Pendidik bertindak sebagai pelatih/coach yang akan mempersiapkan segala pengetahuan, keterampilan, dan membangun sikap yang diperlukan agar pesertanya mampu bertanding, sesuai dengan kemampuan awal masing-masing peserta didiknya (formatif).

Caranya adalah dengan memperbanyak latihan dan memberikan

umpan balik yang jujur, spesifik, tepat, dan seketika saat itu juga

ketika peserta didik menunjukkan performanya. Semakin sering

berlatih dan semakin tajam feedback, akan meningkatkan

kemungkinan berhasil/menang.

(41)

Tangga

Umpan Balik (Ladder of

Feedback)

(42)

Contoh Rencana Tindak Lanjut Asesmen

Fase Fondasi

Elemen Jati Diri: Keterampilan menggunakan fungsi gerak motorik kasar

Penilaian Awal : Peserta didik diajak bermain yang melibatkan kegiatan melempar dan menangkap benda

. Kompetensi yang diamati

Belum Mampu Mampu

Kemampuan melempar dan

menangkap benda

(memainkan bola)

Guru mencari tahu mengenai kondisi fisik dan mental peserta didik dengan mengamati cara peserta didik memegang bola.

Jika peserta didik belum mampu memegang dengan benar, maka peserta didik akan akan berlatih membawa bola dari titik A ke titik B

Jika peserta didik sudah mampu memegang bola dengan benar, maka ia akan berlatih melempar bola ke titik yang ditentukan (misal ke dinding atau ke guru)

Jika peserta didik sudah mampu memegang bola dengan benar dan mampu melempar tepat ke titik sasaran, maka ia akan berlatih menangkap bola yang dilemparkan guru dengan perlahan

Peserta didik akan bermain lempar dan tangkap bola dengan guru atau berlatih melemparkan bola dengan tepat ke titik yang ditentukan.

Peserta didik juga dapat berlatih bola keranjang/mini basket dengan bimbingan guru.

Setelah peserta didik semakin mahir, maka secara bertahap guru akan mengurangi bimbingannya sehingga anak dapat melakukan lempar dan tangkap bola secara mandiri.

(43)

Contoh Rencana Tindak Lanjut Asesmen

Seni Rupa Fase A

Elemen Menciptakan:Peserta mampu menggunakan bentuk geometris untuk membuat karya seni rupa Penilaian Awal : Peserta didik diminta menyebutkan dan menggambar bentuk geometris yang disukainya

.

Kompetensi yang

diamati Belum Mampu Mampu

Kemampuan mengenali dan menyebutkan bentuk geometris

Guru mencari tahu mengenai kondisi peserta didik dengan mengamati laporan hasil belajarnya (jika ada) atau berdialog dengan peserta didik/orang tua untuk menentukan tindak lanjut yang tepat.

Misal: peserta didik ditanya apakah pernah mendengar kata “segi tiga”.

Jika belum pernah maka guru akan mengenalkan bentuk segitiga melalui contoh benda yang ada di sekitar.

Peserta didik diajak bermain “Berburu Harta Karun”,mencari benda berbentuk geometris sesuai yang disebutkan guru

Kemampuan menggambar

bentuk geometris Guru mencari tahu mengenai penyebab peserta didik belum mampu menggambar bentuk geometris dengan mengamati atau berdialog dengan peserta didik tersebut. Jika peserta didik memiliki hambatan fisik misalnya tangan gemetar atau belum dapat memegang pensil dengan benar, maka ia akan melatih grip-nya terlebih dulu. Jika tidak ada hambatan fisik, ia bisa berlatih membuat bentuk geometris tertentu berulang-ulang dalam berbagai ukuran.

Peserta didik diajak untuk mengembangkan gambar bentuk geometris yang telah dibuatnya menjadi gambar yang utuh dan memiliki makna. Peserta didik diajak untuk menceritakan makna gambarnya tersebut.

(44)

Contoh Rencana Tindak Lanjut Asesmen

Tahapan Kemampuan

Awal Rencana Tindak Lanjut Hasil Asesmen

Belum Berkembang Peserta didik yang belum dapat melakukan penjumlahan berulang, maka akan mendapatkan penguatan pemahaman konsep penjumlahan berulang. Peserta didik mengisi sejumlah wadah atau kantung dengan benda yang ada di sekitar mereka (misalnya batu, kayu, daun, pensil, ranting, dll). Setiap wadah harus berisi jumlah benda yang sama . Mereka lalu diminta menjumlahkan benda-benda tersebut.

Mulai Berkembang/

Berkembang Sesuai Harapan

Peserta didik yang sudah mulai dapat menerapkan konsep perkalian melalui penjumlahan berulang, akan berlatih dengan menggunakan benda konkret di bawah bimbingan pendidik

Berkembang Melampaui

Harapan/ Mahir Peserta didik yang sudah mulai dapat menerapkan konsep perkalian melalui penjumlahan berulang, akan berlatih dengan menggunakan benda konkret secara mandiri

Elemen bilangan

Mata pelajaran matematika, Fase B Topik: Perkalian Dasar

Penilaian awal: Peserta didik diajak untuk menghitung

perkalian melalui gambar yang menunjukkan penjumlahan

berulang

(45)

Contoh Rencana Tindak Lanjut Asesmen

Tahapan Kemampuan Awal Rencana Tindak Lanjut Hasil Asesmen

Belum berkembang Murid yang belum dapat menulis Kana ,dapat melakukan latihan dengan salah satu cara berikut:

1. Berlatih menulis aksara Kana dengan bantuan buku kotak-kotak/ lembar kerja menebalkan huruf

2. Berlatih menggunakan alat bantu belajar seperti kamus atau aplikasi bahasa di internet. Misalnya, cara menuliskan kata dengan tepat

3. Menyusun potongan kata (contoh : ka-ru-sa disusun membentuk kata sakura) Mulai Berkembang/

Berkembang Sesuai Harapan

Murid yang mulai dapat menulis Kana, ia melakukan latihan dengan salah satu cara berikut:

1. Berlatih menggunakan alat bantu belajar seperti kamus atau aplikasi bahasa di internet. Misalnya, cara menulis atau cara mengingat huruf

2. Berlatih menyusun kalimat acak dengan menggunakan kata dan tata bahasa yang diajarkan 3. Berlatih dikte (peserta didik menulis apa yang didengar)

Berkembang Melampaui

Harapan/ Mahir Murid yang mulai dapat menulis Kana dengan lancar, dapat melakukan latihan dengan salah satu cara berikut:

1. Berlatih menggunakan alat bantu belajar seperti kamus atau aplikasi bahasa di internet. Misalnya, cara menulis dengan ejaan yang tepat

2. Berlatih menulis kalimat dengan menggunakan kata dan tata bahasa yang diajarkan

3. Diberdayakan sebagai tutor sebaya atau mendapatkan pembinaan prestasi misalnya sebagai tim perwakilan sekolah untuk lomba

Elemen Menulis

Mata pelajaran Bahasa Jepang pada fase E

Penilaian awal:

Peserta didik diminta menuliskan namanya dalam bahasa Jepang

(46)

pemetaankemampuan awal dan tindak lanjut yang terdiferensiasi

COBA TULISKAN PERENCANAAN STRATEGI PEMETAAN KEMAMPUAN AWAL DAN

TINDAK LANJUT YANG TERDIFERENSIASI

(47)

Contoh Rencana Tindak Lanjut Asesmen

Mata pelajaran Matematika untuk Pendidikan Khusus

Sebuah kelas berisi 5 peserta didik penyandang tuna grahita tingkatan SD fase A diminta untuk menuliskan angka 1-10

Kondisi-kondisi yang mungkin ditemukan Rekomendasi Tindak Lanjut Peserta didik belum dapat menuliskan angka

sama sekali Guru perlu mencari informasi mengenai penyebab kondisi peserta didik saat itu. Ini dapat dilakukan dengan membaca hasil laporan belajar/terapi sebelumnya (jika ada), mengamati bagaimana cara peserta didik menulis, atau berdialog dengan orang tua peserta didik.

Perbedaan penyebab akan menghasilkan tindak lanjut yang berbeda. Berikut beberapa rencana tindak lanjut yang dapat digunakan:

1. Peserta didik yang belum mampu namun menunjukkan minat mencoba, akan dilatih menulis dengan mengikuti contoh dari guru secara perlahan.

2. Peserta didik yang sudah dapat menulis dengan mengikuti contoh maka akan dilatih menulis angka-angka yang diingat/disukainya secara mandiri

3. Peserta didik yang tidak menunjukkan minat mengikuti pelajaran, maka guru akan mengajak dialog dengan kalimat-kalimat pendek untuk menggali perasaan peserta didik tersebut. Guru juga disarankan memulai kegiatan dari sesuatu yang disukai/diminati peserta didik tersebut.

4. Peserta yang sudah mampu menulis akan melanjutkan menulis angka hingga 20 Peserta didik sudah dapat menuliskan angka

dengan mengikuti contoh secara perlahan-lahan Peserta didik tidak menunjukkan minat untuk mengikuti pelajaran atau melakukan suatu tindakan (menulis)

Peserta didik sudah dapat menuliskan angka 1- 10 secara mandiri

(48)

Contoh Rencana Tindak Lanjut Asesmen (lanjutan)

Pekan Aksi Nyata Rencana Tindak Lanjut Keterangan

1 Peserta didik dilatih menulis angka 1-10 dengan mengikuti contoh guru

Jika peserta didik dapat mengikuti contoh guru, maka selanjutnya ia akan dilatih untuk menulis secara mandiri dengan urutan bilangan yang benar

2 X 2 JP

(Namun bisa ditambah menjadi 3 atau 4 x 2JP jika peserta didik mengalami kesulitan mengikuti contoh guru)

2 Peserta didik dilatih untuk menulis angka 1-10 secara mandiri dengan urutan bilangan yang benar

Jika peserta didik sudah mampu menulis angka 1-10 secara mandiri dengan urutan bilangan yang benar, maka ia akan berlatih untuk membuat bentuk angka dengan berbagai cara (misalnya menyusun atau membentuk angka dengan plastisin atau kertas)

2 X 2 JP

(Namun bisa ditambah menjadi 3 atau 4 x 2JP jika peserta didik perlu waktu untuk konsisten mengurutkan bilangan dengan benar)

3 Peserta didik dilatih untuk membuat bentuk angka dengan cara menyusun atau membentuk angka dengan media yang ada (misalnya plastisin atau kertas)

Jika peserta didik sudah mampu menempel gambar angka dengan urutan yang tepat, maka ia akan dilatih untuk menulis, mengurutkan, atau membentuk angka 1- 20

3 x 2 JP

4 Peserta didik dilatih untuk menulis angka 1-20 secara mandiri dengan urutan bilangan yang benar

Jika peserta didik sudah mampu menulis angka 1-20 secara mandiri dengan urutan bilangan yang benar, maka ia akan mempelajari konsep penjumlahan

3 x 2 JP

(49)

Teknik asesmen yang dapat diadaptasi

(50)

Teknik asesmen yang dapat diadaptasi

(51)
(52)

Pengolahan dan Pelaporan Hasil Asesmen

Pengolahan hasil asesmen dilakukan dengan menganalisis hasil asesmen secara kuantitatif dan/atau kualitatif

Hasil asesmen untuk setiap Tujuan Pembelajaran diperoleh melalui data kualitatif (hasil pengamatan atau rubrik) maupun data kuantitatif (berupa angka). Data-data ini diperoleh dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik dengan Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran, baik pada capaian pembelajaran di akhir fase, maupun tujuan-tujuan pembelajaran turunannya. Untuk menyimpulkan hasil belajar peserta didik, pendidik dapat menggunakan berbagai teknik dan instrumen di luar tes tertulis.

Beberapa pendekatan untuk menentukan ketercapaian TP

(1) menggunakan deskripsi sehingga apabila peserta didik tidak mencapai kriteria tersebut maka dianggap belum mencapai tujuan pembelajaran

(2) menggunakan rubrik yang dapat mengidentifikasi sejauh mana peserta didik mencapai tujuan pembelajaran

(3) menggunakan skala atau interval nilai, atau pendekatan lainnya sesuai dengan

kebutuhan dan kesiapan pendidik dalam mengembangkannya

(53)

Satuan pendidikan memiliki keleluasaan untuk menentukan teknik pengolahan nilai dan format rapor yang akan digunakan.

Penting ditekankan adalah pembelajaran bertujuan mencapai pemahaman dan penguasaan kompetensi, bukan hanya untuk mendapatkan nilai.

Satuan pendidikan juga tidak perlu

menentukan kriteria dan mekanisme

kenaikan kelas karena kenaikan kelas

dilaksanakan secara otomatis (lihat

Panduan Pembelajaran dan Asesmen

hal.61)

Referensi

Dokumen terkait

dengan karaketristik peserta didik, (2) dalam menerapkan asesmen autentik, khususnya pada produk Tugas Autentik Menulis, pendidik hendaknya tetap memperhatikan

HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi LC memperlihatkan hasil yang positif dalam meningkatkan pemahaman guru SMPN 2 Kerambitan tentang asesmen pembelajaran Kurikulum Merdeka sebagaimana

Tanggal Nama Peserta Didik Catatan Perilaku Butir Sikap Tindak Lanjut 3 Penilaian pengetahuan dilakukan dengan menggunakan teknik penilaian memasangkan harakat, yaitu dengan meminta

Tindak Lanjut Tindak lanjut yang dilakukan setelah mengikuti kegiatan pengembangan diri Diklat Nasional ini adalah peserta Diklat dapat memiliki kemampuan berpikir inovatif dan kreatif

Guru menjelaskan tentang penggunaan tanda titik dan memberi contoh, kemudian meminta peserta didik mengerjakan asesmen formatif dengan bimbingan guru.. Pertemuan Ketiga Sub Tema :

Asesmen ini pendidik bisa mengamati dan mengidentifikasi siswa terkait dengan apa yang dibutuhkan siswa dalam pembelajaran, hambatan apa yang dialami siswa dalam pembelajaran, melalui

Model asesmen yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran PAI BP di SMP Negeri 1 Kemangkon yaitu asesmen formatif yang dilaksanakan pada awal pembelajaran, asesmen sumatif yang

Keputusan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tentang Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah pada Kurikulum