KUALITAS AIR
Kualitas air untuk pertanian:
Irigasi : Agar tidak merusak tanaman dan tanah
Drainase : Agar tidak mencemari lingkungan Jadi sebelum dan sesudah memasuki areal
pertanian, kualitas air harus tetap dijaga.
Kualitas air yang dimaksud:
Banyaknya konsentrasi endapan (sedimen) Kandungan sedimen dalam air irigasi akan:
Mempengaruhi tekstur, permeabilitas serta kesuburan tanah
Mempengaruhi daya tampung saluran sehingga meningkatkan biaya untuk
pemeliharaan saluran.
Banyaknya unsur-unsur kimia serta mikroba
mempengaruhi kesesuaiannya untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
maupun sifat kimiawi tanah.
Sifat kimiawi air irigasi yang terpenting:
• Konsentrasi garam total terlarut (salinitas)
• Perbandingan banyaknya natrium terhadap kation-kation lain
• Konsentrasi elemen-elemen yang bersifat fototoksit
• Konsentrasi bikarbonat berhubungan dengan
konsentrasi kalsium (Ca) dan magnesium (Mg)
KRITERIA KUALITAS AIR IRIGASI
• Salinity hazard – kandungan total soluble salt
• Sodium hazard – proporsi relatif sodium (Na
+) terhadap ion calcium (Ca
2+) and magnesium (Mg
2+)
• pH
• Alkalinity - carbonate and bicarbonate
• Specific ions: chloride (Cl), sulfate (SO
42-), boron
(B), and nitratenitrogen (NO
3-N)
A. KONSENTRASI GARAM TOTAL (SALINITAS)
- Konsentrasi garam total kriteria paling penting
karena mempengaruhi langsung tingkat kualitas tanah - Tingkat konsentrasi garam yang tinggi sampai batas
tertentu akan meningkatkan tekanan osmotik tanaman sehingga menghambat pertumbuhan dan
perkembangan tanaman
- Besarnya kandungan garam biasanya disetarakan dalam bentuk Konduktifitas Listrik (EC) / daya hantar listrik dengan satuan mmhos/cm atau mhos/cm
- Total garam terlarut (TDS) mg/l = 640 EC (mhos/cm) ppm = 0,64 EC (mhos/cm)
Kriteria air irigasi berdasarkan EC
Colorado State University
Penurunan hasil akibat salinitas air irigasi
Tabel 3. Klasifikasi air berdasarkan kadar garamnya.
(AS Kapoor, 2001)
Kadar garam (mg/l) Klasifikasi air
< 500
500 – 1.500 1.500 – 5.000
> 5.000 35.000
> 35.000
Bersih / segar Sedang
Payau Asin
Sangat asin Pahit
B. PERBANDINGAN JUMLAH NATRIUM TERHADAP KATION-KATION LAIN
Kandungan natrium yang tinggi dalam air irigasi:
- Rusaknya struktur tanah karena terdispersinya partikel tanah
- Tingginya pH sehingga akan meracuni tanaman
- Keberadaan kation lain (Ca dan Mg) dalam air akan mengurangi sifat merusak dari natrium
- Penilaian bahaya natrium dinyatakan dalam: Sodium Adsorption Ratio (SAR) Bandingan absorpsi natrium
Klasifikasi air irigasi berdasarkan nilai SAR
Colorado State University
Tabel 5. Klasifikasi air irigasi berdasarkan nilai SAR. (U.S. Salinity Lab.) – Sodium Hazard
Kelas Keterangan
S1 Air berkadar natrium rendah (SAR < 10).
Air ini dapat dipergunakan untuk irigasi hampir semua tanah dengan sedikit kemungkinan bahaya terhadap pembentukan kadar Na+ tinggi. Untuk tanaman yang peka terhadap Na+ harus dijaga kemungkinan akumulasi natrium.
S2 Air berkadar natrium sedang (SAR : 10 – 18).
Air ini berbahaya bagi tanah dengan tekstur halus yang mempunyai daya absorpsi tinggi, terutama pada kondisi pencucian yang rendah. Tanah-tanah bertekstur kasar yang mengandung gips atau pada tanah organik dengan permeabilitas yang baik, air ini dapat digunakan.
S3 Air berkadar natrium tinggi (SAR : 18 – 26).
Air ini akan menghasilkan konsentrasi Na+ yang tinggi pada hamper semua tanah. Untuk dapat digunakan pada tanah dengan drainase baik, diperlukan pengolahan tanah secara khusus disertai dengan tersedianya air untuk
pencucian yang cukup banyak dan cukup tersedia bahan-bahan organic. Pada tanah mengamdung gips, bahaya natrium ini dapat dikurangi.
S4 Air berkadar natrium sangat tinggi (SAR > 26).
Air ini umumnya tidak baik untuk irigasi, kecuali pada tanah dengan kandungan garam (salinitas) sangat rendah.
TABEL 6. KLASIFIKASI AIR IRIGASI MENURUT SCOFIELD (1935)
Kelas air
DHL
(mhos/cm) Na (%) Cl/SO42- (ppm)
Boron (ppm)
Kategori
1 2 3 4 5
0 – 250 250 – 750 750 – 2000 2000 – 3000
> 3000
0 – 20 20 – 40 40 – 60 60 – 80
> 80
0 – 4 4 – 7 7 – 12 12 – 20
> 20
0 – 0,67 0,67 – 1,33 1,33 – 2,00 2,00 – 2,50
> 2,50
Sangat baik Baik
Agak baik Kurang baik Buruk
• Air yang baik bagi pertumbuhan tanaman jika bersodium rendah
• Sodium terdapat di koloid tanah dan berfluktuasi sesuai penambahan air irigasi atau hujan dan sistem koloid
tanah
• Hubungan antara konsentrasi dan komposisi garam
dalam air irigasi dan sodium dalam tanah seperti berikut (Mahida, 1983):
𝑁𝑎𝑥
𝐶𝑎𝑥+𝑀𝑔𝑥 = 𝐾 (𝑁𝑎2+)
(𝐶𝑎2++𝑀𝑔2+) 2
Dimana:
Na+, Ca2+, Mg2+= konsentrasi kation (m.e/l)
Nax, Cax, Mgx = kation yang dapat dipertukarkan (m.e% g tnh) K = nilai yg tergantung sifat tanah (0 – 0,0015)
PH AND ALKALINITY
• Kadar keasaman atau kebasaan air irigasi dinyatakan sebagai pH (< 7,0 asam; > 7,0 basa)
• Range pH normal 6,5 – 8,4
• pH rendah korosi pada sistem irigasi
• pH tinggi > 8,5 sering disebabkan kehadiran
konsentrasi bicarbonate (HCO
3-) dan carbonate
(CO
32-) atau disebut alkalinity.
C. KONSENTRASI ELEMEN- ELEMEN YANG BERSIFAT FOTOTOKSIT
Elemen-elemen yang bersifat fototoksit
adalah kandungan mikroba dan alga yang jika terkena cahaya matahari, alga akan berkembang dengan pesat sehingga
menurunkan kandungan oksigen dalam air
irigasi mengakibatkan Eutrofikasi
CHLORIDE
Akibat Cloride bagi tanaman
Kenampakan terbakar pada daun (leaf burn)
Diatasi dengan:
Penyiraman pada malam hari atau saat mendung.
Pemberian irigasi secara tetes
Menghindarkan kontak air irigasi dengan daun
BORON
SULFATE
• Mempengaruhi tanaman pada konsentrasi yang tinggi
• Karena mempengaruhi kapasitas pengambilan ion lain yang dibutuhkan tanaman
• Untuk lahan berpasir, diijinkan hingga <1 % BO
dan <10 ppm SO
4-pada air irigasinya
NITROGEN
• Nitrogen pada irrigation water (N) menunjukkan kesuburan
• Konsentrasi ion nitrate pada air irigasi biasanya lebih tinggi daripada ammonium
• N yang tinggi menyebabkan permasalahan kualitas air terhadap tanaman, seperti
pertumbuhan yang berlebihan pada beberapa tanaman (“sukulen”), tapi bisa diatasi dengan pemberian ppuk berimbang dan pengelolaan irigasi
• Terlepas dari hasil panennya, nitrat harus dikurangi pada pemupukan terutama bila
konsentrasi > 10 ppm NO
3-N (45 ppm NO
-3)
D. KONSENTRASI BIKARBONAT DALAM
HUBUNGANNYA DENGAN KONSENTRASI KALSIUM (CA) DAN MAGNESIUM (MG).
• Bahaya sodium selain dapat dinilai melalui SAR, juga dapat dideteksi melalui Residual Sodium Carbonat (RSC)
• Konsep ini berdasarkan bahwa konsentrasi ion-ion
bikarbonat (HCO3) dapat menyebabkan presipitasi dari kalsium dan magnesium bikarbonat dari larutan tanah yang akhirnya dapat meracuni tanaman
• Dihitung menurut rumus:
RSC = (CO32- + HCO3-) – (Ca2+ + Mg2+) Satuan m.e/liter
BERDASARKAN RSC, KUALITAS AIR IRIGASI DIKELOMPOKKAN DALAM 3 KELAS:
Kelas (1)
• RSC (< 1,25 m.e/l) digolongkan air yang cocok dan baik untuk semua jenis tanah, sehingga memberikan pertumbuhan
tanaman yang normal
• Air pada kelas ini tidak memberikan
pengaruh buruk terhadap koloid tanah.
BERDASARKAN RSC, KUALITAS AIR IRIGASI DIKELOMPOKKAN DALAM 3 KELAS:
Kelas (2)
• RSC (1,25 – 2,50 m.e/l). Air ini cocok untuk jenis tanah tertentu dan untuk tanaman tertentu pula
• Biasanya tanaman yang toleran dan agak toleran terhadap sodium dapat tumbuh
• Air ini tidak dapat digunakan pada tanah dengan
drainase buruk dan juga perlu pengolahan tanah secara khusus untuk mengurangi salinitas misalnya dengan
mengalirkan air bersih (salinitas rendah)
• Untuk pemanfaatan tanah ini, dipilih tanaman yang toleran terhadap kadar garam tinggi seperti tomat,
cabe dan ubi jalar 23
BERDASARKAN RSC, KUALITAS AIR IRIGASI DIKELOMPOKKAN DALAM 3 KELAS:
Kelas (3)
• RSC (> 2,5 m.e/l). Air ini tidak cocok dipakai untuk kepentingan tanaman, karena tingkat kadar garamnya sangat tinggi
• Apabila tanah permeable dan pengolahan tanah khusus dapat dilakukan seperti
pembasuhan tanah dengan air bersih yang
intesif dan pemilihan tanaman sangat toleran,
tanah ini masih memungkinkan dipakai untuk
kepentingan pertanian
PETUNJUK KUALITAS AIR UNTUK IRIGASI
Kualitas air untuk irigasi Tergantung:
- Total garam terlarut dalam air (TDS=Total Dissolved Salts)
- Jenis dan kondisi tanah - Iklim
- Jenis tanaman yang diusahakan
- Pengelolaan dan irigasi
TABEL 8. BATASAN PEMANFAATAN AIR IRIGASI YANG SALINE, (INDIA)
Tekstur tanah (%
clay)
Toleransi tanaman
Nilai EC pada batasan curah hujan daerah
< 350 mm 350-550 mm >550 mm Halus (>30) Sensitif
Semi toleran Toleran
1.0 1.5 2.0
1.0 2.0 3.0
1.5 3.0 4.5
Cukup halus (20-30)
Sensitif Semi toleran Toleran
1.5 2.0 4.0
2.0 3.0 6.0
2.5 4.5 8.0
Cukup kasar (10-20)
Sensitif Semi toleran Toleran
2.0 4.0 6.0
2.5 6.0 8.0
3.0 8.0 10.0
Kasar (<10) Sensitif Semi toleran Toleran
- 6.0 8.0
3.0 7.5 10.0
3.0 9.0 12.5
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DARI KUALITAS AIR:
1. Salinitas tanah akan meningkat seiring meningkatnya salinitas air irigasi, banyaknya irigasi yang diterapkan dalam satu musim
tanam, kehalusan tekstur tanah,dan penurunan konduktivitas hidrolik tanah.
2. Alkalinitas tanah meningkat seiring peningkatan nilai SAR atau kandungan ion bikarbonat dalam air irigasi.
3. Meskipun pada salinitas rendah (1-3 mmhos/cm), alkalinitas tanah meningkat seiring meningkatnya nilai RSC.
4. Air irigasi yang saline (Tipe Na-Cl), bisa aman digunakan di daerah yang memiliki drainase yang baik, tekstur tanah kasar, dan muka air tanah yang rendah.
5. Air saline bisa dipergunakan untuk mengairi tanaman yang toleran.
6. Efek merugikan air saline tidak terjadi di daerah curah hujan tinggi.
TABEL 9. JENIS TANAMAN YANG SENSITIVE, SEMI TOLERAN DAN TOLERAN TERHADAP GARAM
Sensitif Semi toleran Toleran Kacang tanah
Kacang panjang Kedelai
Jeruk Lemon Apel Peach Pear
Jagung Padi Tebu Kapas Melon
Semangka
Selada keriting Kobis
Bawang Kentang Mangga
Gandum
Barley (gandum bir)
Oat Bit
Jambu Palm Kelapa
KEBUTUHAN, KUALITAS, DAN PENCEMARAN AIR
• Pemakaian air secara umum sangat bervariasi dari kota ke kota yang tergantung pada iklim, sifat
lingkungannya, populasi, industri dan faktor-faktor lainnya.
• Bila diperkirakan secara tidak rinci limbah dari rumah tangga adalah 60-75 % dari kebutuhan air akan
menjadi limbah.
• Sedangkan kebutuhan industri diperkirakan 50 m3 /ha/hari.
TABEL : PENGGUNAAN AIR DI AS
DISTRIBUSI PENGGUNAAN AIR DI DALAM RUMAH TANGGA
ADALAH SBB;
KUALITAS AIR
Penyediaan air bersih dalam bentuk kualitas dan
kuantitas adalah faktor utama bagi manusia ataupun makhluk hidup lainnya.
Parameter yang menentukan kualitas air:
1. Parameter fisika,
2. Parameter kimia, dan 3. Parameter biologi.
Parameter fisika adalah yang berhubungan dengan penglihatan, sentuhan, rasa, ataupun bau. Padatan
tersuspensi, turbiditas, rasa, dan bau termasuk kategori ini.
Padatan tersuspensi bersumber dari partikel organik dan anorganik yang tidak larut (ppm).
Contoh Padatan anorganik : lempung, lanau, dan bahan tanah lainnya dan bahan organik adalah seperti serabut tumbuhan dan bahan biologi (sell bakteri, algae dll). Penentuan padatan terlarut dapat dilakukan dengan gravimetri dengan jalan mengeringkan sampel pada 104o C.
Kekeruhan adalah pengukuran langsung padatan tersuspensi menggunakan Jackson turbidimeter.
1 JTU = 1 mg/L SiO2 (dalam air destilasi).
Warna dari bahan organik seperti daun, kayu, akar, asam humus dll. Bahan
anorganik dari besi oksida - berwarna merah, mangan oksida-- warna coklat atau kehitaman. Pada limbah industri, produksi kertas, proses makanan, produksi kimia, penambangan, dan kilang adalah berupa zat warna dan lainnya.
Pengukuran zat warna menggunakan standar warna TCU (True color unit) --1 TCU
= 1 mg/L platinum. Alatnya Spektrometri.
Rasa dan Bau adalah berasal dari mineral-mineral, logam-logam dan garam- garam dari tanah dan terakhir dari reaksi biologi.
Pengukuran bau dan rasa--bahan organik dapat dilakukan dengan gas/liquid chromatografi.
Dapat juga dg threshold odor number (TON) TON = A + B/A, A = volume air bau
B =volume air bebas bau untuk menghasilkan 200 ml campuran (ditabelkan).
Suhu adalah parameter yang akan mempengaruhi reaksi di alam.
PARAMETER KIMIA
Air merupakan pelarut yang sangat baik sehingga banyak sekali bahan-bahan yang dapat larut dalam air.
Parameter kimia kualitas air : pH
Zat padat terlarut total (TDS), Alkalinitas,
Kesadahan,
Logam-logam, bahan organik, nutrisi, dan pestisida.
Pengukuran pH dilaksanakan dengan langsung dengan peralatan pH meter yang dilakukan dengan mengukur – log [H+]
Zat padat terlarut total dapat diketahui dengan mengukur konduktivitas sampel air atau dengan penjumlahan kandungan ion-ion utama dalam air dalam satuan mg/L.
Alkalinitas dapat ditentukan dengan volumetri menggunakan asam (H2SO4) sebagai pentiter
Kesadahan dalam pengukurannya menggunakan satuan mg/L CaCO3 yang dapat dikonversi menjadi meq/L. Hal ini berhubungan dengan apa yang kita kation polivalen yang terlarut dalam air.
Logam-logam dalam air ditentukan konsentrasinya dengan AAS (Atomic Absorption
Bahan Organik dapat diukur dengan GC (kromatografi Gas) atau GC-MS.
Nutrisi dalam sampel air diperkirakan dengan pengukuran N, P & K dalam air sampel.
Pestisida biasanya ditentukan dengan GC (Chromatographi Gas).
PARAMETER BIOLOGI
Kebanyakan air permukaan di alam adalah
mengandung bakteri dan virus dan pengukurannya dilakukan dengan mengidentifikasi bakteri patogen.
Dalam rekayasa lingkungan pengukurannya dilakukan dengan indikator bakteri patogen E. Coli dalam 100 ml air contoh.
Senyawa-senyawa organik di Lingkungan Senyawa degradable
Senyawa undegradable
BOD = Biological oxygen demand Istilah BOD5
COD = Chemical oxygen demand