LAPORAN INDIVIDUAL
PROGRAM PENGUATAN PROFESIONAL KEPENDIDIKAN DI SMPN 35 BANDUNG
SEMESTER GANJIL TAHUN 2023/2024
Oleh:
Zulfa Luthfiah Fauzi 2007719
Program Studi Bimbingan dan Konseling
DIVISI PENDIDIKAN PROFESI GURU DAN JASA KEPROFESIAN DIREKTORAT AKADEMIK
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2023
LAPORAN PROGRAM PENGUATAN PROFESIONAL KEPENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING
DI SMPN 35 BANDUNG
SEMESTER GANJIL TAHUN 2022/2023
ZULFA LUTHFIAH FAUZI 2007719
Menyetujui:
Dosen Pembimbing P3K,
Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd.
NIPT 920171219900414201
Guru Pamong,
Netti Susanti, S.Pd.
NIP 197904272010012011
BAB I PENDAHULUAN A. Landasan: Kompetensi Utuh Konselor Profesional
Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Namun bila ditata ke dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP 19/2005, maka rumusan kompetensi akademik dan professional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut.
KOMPETENSI INTI KOMPETENSI
A. KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis
Pendidikan
1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya
1.2 Mengimplementasikan prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran
1.3 Menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan
2. Mengaplikasikan
perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli
2.1 Mengaplikasikan kaidah-kaidah perilaku manusia, perkembangan fisik dan psikologis individu terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
2.2 Mengaplikasikan kaidah-kaidah kepribadian, individualitas dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
2.3 Mengaplikasikan kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
2.4 Mengaplikasikan kaidah-kaidah keberbakatan terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
2.5. Mengaplikasikan kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan
3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan Pendidikan
3.1 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal
3.2 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenis pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus
3.3 Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jenjang pendidikan usia dini, dasar dan menengah, serta tinggi.
B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN 4. Beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa
4.1 Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 4.2 Konsisten dalam menjalankan kehidupan
beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain
4.3 Berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur 5. Menghargai dan menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih
5.1 Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi
5.2 Menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya
5.3 Peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya 5.4 Menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia sesuai dengan hak asasinya.
5.5 Toleran terhadap permasalahan konseli 5.6 Bersikap demokratis.
6. Menunjukkan integritasdan stabilitas kepribadian yang kuat
6.1 Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten)
6.2 Menampilkan emosi yang stabil.
6.3 Peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan
6.4 Menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan frustasi 7. Menampilkan kinerja
berkualitas tinggi
7.1 Menampilkan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif
7.2 Bersemangat, berdisiplin, dan mandiri 7.3 Berpenampilan menarik dan menyenangkan 7.4 Berkomunikasi secara efektif
C. KOMPETENSI SOSIAL 8. Mengimplementasikan
kolaborasi intern di tempat bekerja
8.1 Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali kelas, pimpinan sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah) di tempat bekerja
8.2 Mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain di tempat bekerja
8.3 Bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti guru, orang tua, tenaga administrasi)
9. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling
9.1 Memahami dasar, tujuan, dan AD/ART organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi 9.2 Menaati Kode Etik profesi bimbingan dan
konseling
9.3 Aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi
10. Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi
10.1 Mengkomunikasikan aspek-aspek profesional bimbingan dan konseling kepada organisasi profesi lain
10.2 Memahami peran organisasi profesi lain dan memanfaatkannya untuk suksesnya pelayanan bimbingan dan konseling
10.3 Bekerja dalam tim bersama tenaga paraprofesional dan profesional profesi lain.
10.4 Melaksanakan referal kepada ahli profesi lain sesuai dengan keperluan
D. KOMPETENSI PROFESIONAL 11. Menguasai konsep dan praksis
asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli
11.1 Menguasai hakikat asesmen
11.2 Memilih teknik asesmen, sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling
11.3 Menyusun dan mengembangkan instrumen asesmen untuk keperluan bimbingan dan konseling
11.4 Mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah konseli.
11.5 Memilih dan mengadministrasikan teknik asesmen pengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi konseli.
11.6 Memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi aktual konseli berkaitan dengan lingkungan 11.7 Mengakses data dokumentasi tentang konseli dalam pelayanan bimbingan dan konseling
11.8 Menggunakan hasil asesmen dalam pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat
11.9 Menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik asesmen
12. Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling
12.1 Mengaplikasikan hakikat pelayanan bimbingan dan konseling.
12.2 Mengaplikasikan arah profesi bimbingan dan konseling.
12.3 Mengaplikasikan dasar-dasar pelayanan bimbingan dan konseling.
12.4 Mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja.
12.5 Mengaplikasikan pendekatan /model/jenis pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
12.6 Mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan konseling.
13. Merancang program Bimbingan dan Konseling
13.1 Menganalisis kebutuhan konseli
13.2 Menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan
13.3 Menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling
13.4 Merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling
14. Mengimplementasikan
program Bimbingan dan Konseling yang komprehensif
14.1 Melaksanakan program bimbingan dan konseling.
14.2 Melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
14.3 Memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli
14.4 Mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling
15. Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling.
15.1 Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling
15.2 Melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling.
15.3 Menginformasikan hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak terkait
15.4 Menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling
16. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional
16.1 Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan pribadi dan profesional.
16.2 Menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional konselor
16.3 Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah konseli.
16.4 Melaksanakan referal sesuai dengan keperluan
16.5 Peduli terhadap identitas profesional dan pengembangan profesi
16.6 Mendahulukan kepentingan konseli daripada kepentingan pribadi konselor
16.7 Menjaga kerahasiaan konseli 17. Menguasai konsep dan praksis
penelitian dalam bimbingan dan konseling
17.1 Memahami berbagai jenis dan metode penelitian
17.2 Mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling
17.3 Melaksaanakan penelitian bimbingan dan konseling
17.4 Memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan bimbingan dan konseling
E. Kompetensi Lulusan S1 Prodi BK
Prodi BK UPI menyiapkan tenaga konselor pendidikan yang memiliki kemampuan akademik dan profesional. Kajian teoritis dan praktis yang ditekankan pada Prodi BK UPI yaitu mencakup bidang psikologi pendidikan, bimbingan dan konseling pendidikan. Lulusannya diharapkan mampu bertugas baik dilingkungan sekolah maupun luar sekolah, di lingkungan Depdiknas maupun di luar Depdiknas, di lembaga pemerintah maupun swasta.
Berikut sasaran kompetensi lulusan S1 Prodi BK
1. Expert. Menghasilkan lulusan yang dapat menguasai teori dan praksis pendidikan dan keterampilan merancang serta menyelenggarakan pembelajaran, terutama dalam setting BK.
2. Integrity. Menghasilkan lulusan yang menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat dan menampilkan kinerja berkualitas.
3. Professional. Menghasilkan calon guru bimbingan dan konseling yang mampu menguasai kerangka teoretik dan praksis BK dan esensi layanan BK dalam jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan.
4. Trained. Menghasilkan lulusan yang mampu memahami perkembangan fisiologis, psikologis, dan kultural perilaku konseli serta menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami perilaku, masalah, dan kebutuhan konseli.
5. Precision. Menghasilkan lulusan yang memiliki kecakapan dan kemampuan mengambil keputusan yang tepat dan profesional berdasarkan hasil analisis terhadap informasi dan data, serta dapat memilih berbagai solusi secara mandiri dan kelompok dalam memecahkan persoalan pembelajaran dan layanan perkembangan peserta didik yang dihadapinya sesuai dengan konteksnya untuk memperoleh hasil pembelajaran terbaik dan pengembangan peserta didik yang optimal.
6. Commitment. Menghasilkan lulusan yang memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesi, kegiatan profesi BK dan kolaborasi inter dan antar profesi, serta pengembangan profesionalisme berkelanjutan (lifelong learning).
7. Comprehensive. Menghasilkan lulusan yang mampu merancang program BK dan mengimplementasikannya dalam perspektif BK komprehensif.
8. Valued. Menghasilkan lulusan yang mampu menilai proses dan hasil kegiatan BK dan menguasai konsep dan praksis penelitian dalam BK.
F. Tujuan Program Penguatan Profesional Kependidikan (P3K) 1. Tujuan Umum
Secara umum Program P3K bertujuan untuk:
a. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengambil hak belajar di luar kampus dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, baik soft skills maupun hard skills, sehingga mahasiswa menjadi lebih siap dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan lapangan dunia pendidikan di era industri 4.0
b. Fasilitasi kepada mahasiswa untuk memperoleh experiential learning pada jalur yang relevan sehingga dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya.
c. Menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian, khususnya dalam bidang pendidikan.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus Program P3K bertujuan untuk:
a. Memberikan pengetahuan dan kesempatan praktik kepada mahasiswa tentang struktur kelembagaan sekolah dan tugas guru, baik sebagai pendidik maupun sebagai administrator.
b. Memberikan pengetahuan dan kesempatan praktik kepada mahasiswa tentang kurikulum dan implementasinya di sekolah.
c. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar mengenal karakteristik peserta didik, khususnya karakteristik millennial learner.
d. Mengembangkan kemampuan technological pedagogical content knowledge (TPACK) mahasiswa, baik teoritis maupun praktis.
e. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa tentang praktik-praktik pembelajaran di kelas, meliputi:
1) Analisis kebutuhan pembelajaran;
2) Analisis capaian pembelajaran (CP) sesuai tuntutan kurikulum dan merumuskan tujuan dan/atau indikator pembelajaran;
3) Mengembangkan materi ajar yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang ingin dicapai, baik dalam bentuk cetak maupun digital;
4) Mengembangkan keterampilan mendesain strategi pembelajaran serta menggunakan model–model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai;
5) Menentukan, mengembangkan, dan menggunakan media pembelajaran yang variatif, baik berupa media tercetak, audio, video, maupun media digital (multimedia) yang mendukung strategi pembelajaran dan ketercapaian kompetensi;
6) Menentukan dan mengembangkan teknik evaluasi/assessmen pembelajaran yang sesuai dengan capaian pembelajaran yang meliputi pengembangan kisi – kisi soal, menulis ragam soal yang dapat mendukung higher order thinking siswa hingga mengolah dan menganalisis nilai yang diperoleh untuk menentukan keputusan sebagai hasil evaluasi/assessmen.
G. Langkah-langkah P3K
Program P3K dilaksanakan secara bertahap, yang terdiri atas kegiatan utama dan kegiatan tambahan. Kegiatan utama meliputi: (1) koordinasi, (2) pembekalan, (3) orientasi dan pengamatan lapangan, (4) pengembangan program/rencana desain pembelajaran, penerapan strategi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, pengembangan bahan ajar, dan praktik penilaian hasil belajar, (5) pelaksanaan program secara bertahap dengan bimbingan pembimbing akademik (PA) dan Guru Pamong, (6) penyusunan laporan, dan (8) ujian. Kegiatan tambahan mencakup semua kegiatan non-akademik yang ditugaskan sekolah, seperti bimbingan kegiatan ekstrakurikuler, pembimbingan siswa dalam olimpiade sains, dan guru piket. Semuanya harus dilaksanakan secara terkoordinasi di bawah supervisi yang efektif dari guru pamong dan dosen pembimbing.
Gambar 1 Bagan Alur Prosedur Pelaksanaan Program P3K
Program P3K UPI dilaksanakan pada semester genap dan semester ganjil. Pelaksanaan pada semester genap dimulai bulan Januari hingga bulan Juni, sedangkan pelaksanaan pada semester ganjil dimulai bulan Juli hingga Desember. Rincian jadwal pelaksanaan P3K akan dijelaskan melalui Surat Edaran Direktur Direktorat Pendidikan.
Waktu efektif melaksanakan program P3K adalah 906,6 jam (minimal) atau setara dengan 20 SKS (praktikum). Waktu efektif praktik mahasiswa setiap hari selama 8 jam sehingga 906,6/8 = 113,32 hari kerja (minimal). Waktu efektif dihitung berdasarkan kehadirannya di sekolah.
Pelaksanaan Program P3K dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Mahasiswa mendaftarkan diri ke program studi dengan melampirkan bukti persyaratan yang harus dipenuhinya;
2. Program Studi menetapkan dosen pembimbing;
3. Program Studi melaporkan nama mahasiswa dan dosen pembimbing kepada bagian Akmawa Fakultas untuk dibuatkan surat rekomendasi dari pimpinan fakultas;
4. Program Studi mendaftarkan mahasiswa calon peserta P3K ke Divisi PPGJK Direktorat Pendidikan dengan mencantumkan nama dosen calon pembimbingnya;
5. Divisi PPGJK menempatkan mahasiswa pada sekolah mitra;
6. Divisi PPGJK memberikan pengarahan, baik kepada mahasiswa maupun kepada dosen pembimbingnya;
7. Divisi PPGJK bersama dosen pembimbing mengantar mahasiswa ke Sekolah mitra;
8. Mahasiswa melaksanakan Program P3K sesuai waktu yang telah ditetapkan;
9. Dosen pembimbing melaksanakan supervisi kegiatan, baik di kampus maupun di sekolah mitra secara langsung. Supervisi di lapangan (sekolah) dapat dilakukan dengan cara surprise langsung ke kelas bersama guru pembimbing, melakukan diskusi antara mahasiswa dosen pembimbing dan guru pembimbing atau pihak sekolah, dan/atau dengan melaksanakan open lesson;
10. Apabila mahasiswa telah menyelesaikan seluruh kegiatan utama dan kegiatan tambahan yang ditugaskan, mahasiswa dapat memasuki tahap akhir program dengan mengajukan permohonan
penilaian kepada sekolah dan pihak PPGJK. Permohonan penilaian dilampiri dengan laporan kegiatan dan bukti pelaksanaan kegiatan, serta harus diketahui dosen pembimbing dan guru pembimbing;
11. Sekolah menetapkan waktu untuk penilaian mahasiswa. Penilaian dilakukan secara komprehensif, bersama-sama antara pihak sekolah, guru pembimbing, dan dosen pembimbing;
12. Setelah dilakukan penilaian, pihak sekolah melaporkan kepada PPGJK dan menyatakan bahwa mahasiswa telah selesai melaksanakan Program P3K dengan melampirkan seluruh bukti kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa dan bukti penilaiannya;
13. PPGJK mengembalikan mahasiswa kepada Program Studi dilengkapi seluruh bukti kegiatan dan bukti penilaian sebagai acuan Program Studi dalam mengonversi kegiatan P3K ke mata kuliah.
Gambar 2 Bagan Alur Mekanisme Pelaksanaan Program P3K
BAB II ORIENTASI LAPANGAN
A. Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara kronologis B. Deskripsi tentang Kondisi Obyektif Sekolah Mitra
1. Sejarah Perkembangan Sekolah
SMP Negeri 35 Bandung, didirikan pada tahun 1983-1989 sebagai sekolah filial SMP Negeri 7 Bandung. Pada tahun 1989 SMP Negeri 35 sudah memiliki gedung sendiri yang berlokasi di Jalan Dago Pojok no. 12 Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong Kota Bandung. Sekolah ini didirikan dalam upaya menyediakan pendidikan masyarakat di sekitar kecamatan Coblong yang tidak terjangkau oleh sekolah negari yang telah ada.
Tahun demi tahun SMP Negeri 35 Bandung selalu mengalami perkembangan/kemajuan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas bisa diukur dari status akreditasi sekolah yang meningkat terus (terakhir status terakreditasi dengan nilai A), prestasi akademik maupun non akademik dari siswa- siswinya, serta fasilitas pendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah, dan lain sebagainya. Dalam kiprahnya di dunia pendidikan, mulai dari sejak berdirinya sampai dengan saat ini SMP Negeri
35 Bandung telah berhasil mengukir banyak prestasi mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat nasional, baik prestasi akademik maupun non akademik
Dalam perjalanannya SMPN 35 Bandung telah dipimpin oleh sejumlah kepala sekolah diantaranya:
a. Drs. H. Hanafi periode 1986 - 1996 b. Drs. Endang Rahman periode 1996 - 1998 c. Dra. Hj. Tjitjin Kurniasih periode 1999-2004 d. Asep Widhayat Pranata, S. Pd. periode 2004-2006 e. M. Z. Afidin, S. Pd. periode 2006-2010
f. Drs. Nana Hanadi, M. M. Pd. periode 2010-2012 g. Dra. Mia Rachmiati. R, M. M. Pd. periode 2012-2015 h. Asep Sudrajat, S. E, S. Pd, M. M. Pd. periode 2015-2019 i. Vivi S. Pd, M. M. Pd periode 2019-2022
j. Dewi Sartika Nurnasari, S. Pd, M. M. Pd. periode 2022 s/d sekarang.
2. Struktur Organisasi Sekolah
Nama Sekolah : SMP Negeri 35 Bandung Nomor Pokok Sekolah
Nasional (NPSN) : 20219420
Nomor Statistik Sekolah : 20.1.02.60.06.069
Alamat Jalan
Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi
Kode Pos
Kode Area Nomor No. Telp.
: : : : : : : : :
Jl. Dago Pojok No.12 Bandung Dago
Coblong Kota Bandung Jawa Barat 40135 2505332 (022) 2505332
Nama Kepala Sekolah : Dewi Sartika Nurnasari, S.Pd, M.MPd.
Sekolah Dibuka Tahun : 1984
SK Izin Pendirian : 0557/0/1984 Tanggal SK Izin Pendirian : 1984 - 11 – 20
Akreditasi : A
No. SK Akreditasi : 02.00/330/BAP-SM/XI/2017 No. Rekening Sekolah : Bank Jabar Banten
Bentuk Sekolah : Konvensional Status Sekolah : Negeri
Kepemilikan Tanah
Bangunan : Hak Milik
Luas Tanah : 4.452 m2
3. Denah Lokasi Sekolah
a. Lokasi Sekolah
Gambar 3
Lokasi SMP Negeri 35 Bandung
b. Denah SMP Negeri 35 Bandung 1) Denah Lantai Bawah
Gambar 4
Denah Lantai Bawah SMP Negeri 35 Bandung
2) Denah Lantai Atas
Gambar 5
Denah Lantai Atas SMP Negeri 35 Bandung
4. Keadaan Sarana dan Prasarana (Guru, Karyawan, Siswa, Sarana PBM) a) Keadaan Peserta Didik
Peserta didik di SMPN 35 Bandung terdiri atas 931 siswa yang kemudian dibagi menjadi beberapa kelas. Untuk kelas VII dan VIII peserta didik dibagi menjadi 10 kelas, sedangkan untuk kelas IX peserta didik dibagi menjadi 9 kelas. Berikut merupakan rincian dari peserta didik di SMPN 35 Bandung
Tabel 1.1
Jumlah siswa SMP Negeri 35 Bandung tahun ajaran 2022/2023
Kelas Jumlah Rombel
L P Jumlah
siswa
VII 10 187 167 354
VIII 10 189 166 355
IX 10 153 162 315
Jumlah 30 466 465 931
b) Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1) Tenaga Kependidikan (Guru) Jumlah guru : 49 orang
a) Guru Tetap : 32 orang
b) Guru Tidak Tetap : 17 orang
Jumlah guru berdasarkan ijazah tertinggi dan sudah sertfikasi 2) Tenaga Kependidikan (Bukan Guru)
a) Status Pegawai
(1) Jumlah Pegawai PNS : 31 orang (2) Jumlah Pegawai Honorer : 27 orang b) Jenis Ketenagaan
(1) Jumlah Tenaga Tata Usaha : 10 orang (2) Jumlah Penjaga/Kebersihan Sekolah : 4 orang
(3) Laboratorium : 4 orang
(4) Pustakawan : 4 orang
c) Sarana dan Prasarana 1) Lahan dan Gedung
a. Luas Tanah : 4.452 m2
b. Status Kepemilikan : Hak Milik Tanah dan Bangunan
c. Gedung/ Bangunan : Dibangun khusus untuk sekolah d. Kondisi Gedung/ Bangunan : Baik dan Layak
e. Lahan Terbuka
i. Taman : Ada
ii. Halaman : Ada
iii. Lapangan : Ada
iv. Lahan Kegiatan Praktik : Ada 2) Ruang
a. Ruang Kelas : 29 Ruang
b. Ruang Kepala Sekolah : Ada c. Ruang Wakil Kepala Sekolah : Ada
d. Ruang Guru : Ada
e. Ruang UKS : Ada
f. Ruang BK : Ada
g. Ruang TU : Ada
h. Ruang OSIS : Ada
i. Perpustakaan : Ada
j. Ruang Laboratorium : Ada
k. Ruang Sirkulasi : Ada
l. Lapangan : Ada
m. Toilet : Ada
n. Masjid : Ada
o. Gudang : Ada
p. Aula : Ada
5. Pengelolaan/Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum di SMP Negeri 35 Bandung mengacu pada struktur organisasi sebagai berikut.
Gambar 2.4
Struktur Organisasi Bidang Kurikulum di SMP Negeri 35 Bandung
Ruang lingkup Program Kerja Kurikulum Tahun Pelajaran 2022/2023 meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan upaya menggali, memupuk, dan menggerakkan sumber daya pendidikan secara selaras sesuai dengan Visi dan Misi serta Renstra SMP Negeri 35 Bandung secara keseluruhan.
Berdasarkan Undang-Undang no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 36 ayat 2 disebutkan bahwa “ Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Implementasi Undang-Undang no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah no. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam Peraturan Pemerintah ini, ditegaskan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: ( 1) Standar Isi; (2) Standar Proses;
(3) Standar Kompetensi Lulusan; (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (5)
Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan;
(7) Standar Pembiayaan; dan (8) Standar Penilaian Pendidikan.
Kegiatan Sekolah Kurikulum SMP Negeri 35 Bandung yang bermuatan pendidikan budaya dan berkarakter, ekonomi kreatif dan kewirausahaan serta belajar aktif, memberi kesempatan peserta didik untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, dan efektif.
6. Pembinaan Kesiswaan
Pembinaan kesiswaan bertujuan untuk memberikan layanan bagi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik serta menyiapkan peserta didik untuk mampu beradaptasi dengan masyarakat luar. Pembinaan kesiswaan di SMP Negeri 35 Bandung berfokus pada penyelenggaraan P3O (PMR, Pramuka, Paskara dan OSIS) untuk melatih peserta didik dalam berorganisasi dengan baik. Selain itu, penyelenggaraan P3O juga bertujuan untuk membentuk peserta didik yang mampu beradaptasi dan aktif ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
7. Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan non-pelajaran formal yang dilakukan pesertadidik di sekolah, umumnya di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan- kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar peserta didik dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidangdi luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolahmaupun peserta didik itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam Pelajaran sekolah.
Fungsi kegiatan ekstrakurikuler adalah untuk mengembangkan kemampuanpotensi dan rasa tanggung jawab memberikan kesempatan kepada peserta didikuntuk memperluas pengalaman sosial dalam kesiapan karir peserta didik melalui pengembangan kapasitas. Terdapat empat fungsi kegiatan ekstrakurikuler padasatuan pendidikan yang dapat dideskripsikan sebagai berikut. a. Fungsi pengembangan, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untukmendukung perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat, pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk pembentukankarakter dan pelatihan kepemimpinan. b. Fungsi sosial, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untukmengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab memberikankesempatan kepada peserta didik untuk memperluas pengalaman sosial, praktik keterampilan sosial, dan internalisasi nilai moral dan nilai sosial. c. Fungsi rekreatif, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalamsuasana rilek, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjangproses perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih menantang dan lebihmenarik bagi peserta didik.
d. Fungsi persiapan karir, yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untukmengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui pengembangankapasitas. di SMP Negeri 35 Bandung terdapat 10 kegiatan ekstrakurikuler diantaranya PMR, Pramuka, Paskara, Futsal, Basket, Silat, Taekwondo,
Sains, ROHIS,Paduan Suara, Angklung, dan Seni Tari. Untuk waktu kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sehabis KBM di sekolah disesuaikan dengan kesepakatan bersama pelatih atau Pembina terkadang dilaksanakan di hari sabtu.
8. Pembinaan Kerja Sama dengan Orang Tua Siswa
Dalam pembinaan kerja sama dengan orang tua peserta didik di SMPNegeri 35 Bandung dalam melaksanakan pendidikan terutama dalambelajar mengajar orang tua dapat bekerja sama dengan staff tenaga pendidik dengan kooperatif. Peran orang tua peserta didik tentu diharapkan aktif untuk perkembangan pesertadidik di sekolah. Namun, terdapat kekurangan dimana pertemuan antara pihaksekolah dengan orang tua peserta didik masih kurang intens. Sehingga hal ini menyebabkan kerja sama dengan orang tua peserta didik menjadi kurang optimal.
9. Pengelolaan Fasilitas Pembelajaran
Pengelolaan sarana dan prasarana di SMP Negeri 35 Bandung pada saat ini adalah menambah jumlah buku paket yang kurang pada setiap mata pelajaranuntuk mempermudah proses belajar dan mengajar, memperindah lapanganolahraga dan upacara, menambah jumlah alat-alat olahraga, serta merenovasi ruang BK. Sedangkan untuk pemeliharaan sarana dan prasarana di SMP Negeri 35Bandung ini dilakukan dengan cara pengawasan terhadap semua aset yangdimiliki sekolah. Pengawasan dilakukan dengan melibatkan semua warga sekolahdibawah pantauan dan arahan dari kepala sekolah terhadap sarana dan prasaranasekolah yang ada. Selain itu, terdapat peraturan yang ditambahkan oleh pengelolasarana prasarana yang dilakukan untuk pengendalian terhadap penggunaandanpeminjaman sarana dan prasarana yang ada dalam sekolah.
10. Pengelolaan Kesejahteraan Sivitas Akademika
Pengelolaan kesejahteraan sivitas akademika di SMP Negeri 35 Bandungmeliputi: a. Pengadaan koperasi sekolah. bertujuan untuk memajukan kesejahteraanguruserta menjadi sarana guru untuk belajar melakukan usaha, mengembangkankemampuan berorganisasi, serta mendorong kebiasaan inovasi. b. Jalan-jalan (tour ke tempat tertentu). Kegiatan ini dilakukan setiap tahunbertujuan sebagai penyegaran dari kegiatan sekolah yang biasa dilakukan. c. Halal bihalal. Kegiatan halal bihalal di lakukan setiap tahun, yaitu menjelangbulan ramadhan dan menjelang hari raya idul fitri. Bertujuan sebagai saranasaling memaafkan satu sama lain serta sebagai sarana silaturahmi. d. Pengadaan baju batik dan kopi. Setiap tahunnya, sekolah membagikanbajubatik dan kopi ataupun barang lainnya dalam rangka mensejahterakanparasivitas akademika. e. Tunjangan Hari Raya (THR). THR dibagikan kepada para sivitas akademikasetahun sekali menjelang hari raya idul fitri. Pembagian THR ini bertujuanuntuk meningkatkan kesejahteraan para sivitas akademika.
11. Kebijakan dan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling
Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling menjadi bagian yangtidak terpisahkan dalam manajemen sekolah. Pihak manajemen sekolahmemberikan peluang yang besar bagi pelaksanaan layanan bimbingandankonseling untuk membantu peserta didik menyelesaikan tugas
perkembangannyasecara optimal. Guru bimbingan dan konseling memiliki peranan yang sangat luasdan sesuai dengan prosedur yang diatur pemerintah. Pemberian bantuan layananbimbingan dan konseling di SMP Negeri 35 Bandung pada peserta didikdilakukan dengan tujuan membantu peserta didik dalam memaksimalakan potensi dalam perekembangannya dan penyelesaian permasalahan atau hambatan- hambatan yang dialami oleh peserta didik selama perkembangannya. Berikut bagan alur penyelenggaraan bimbingan dan konseling serta penanganan pesertadidik di SMP Negeri 35 Bandung.
Gambar 2.5
Struktur Organisasi Pelayanan BK di SMP Negeri 35 Bandung
Pelaksanaan layanan BK di SMP Negeri 35 Bandung dilaksanakan oleh tiga orang guru BK yang merupakan lulusan BK UPI Bandung
Berikut ini pembagian tugas guru BK di SMP Negeri 35 Bandung
Gambar 2.6
Struktur Organisasi BK di SMP Negeri 35 Bandung
Dalam menjalankan perannya, para guru BK diberikan tanggung jawab kelas masing- masing agar pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan efisien dan efektif.
Berikut ini pembagian tanggung jawab kelas untuk setiap guru BK di SMP Negeri 35 Bandung.
Tabel 2.2 Beban Kerja Guru BK
Kelas Jumlah Kelas Jumlah Peserta didik
Guru BK
VII 10 354 Rian Andrian, M.Pd.
VIII 10 315 Netti Susanti, S.Pd.
IX 9 290 Mardiyati, S.Pd.
Adapun beberapa kebijakan yang diberi oleh manajemen sekolah untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling di SMPN 35 Bandung diantaranya sebagai berikut.
a. Guru bimbingan dan konseling tidak memiliki jadwal tetap di semua kelas setiap minggunya, tetapi guru bimbingan dan konseling memberikan layanan di luar jam mata pelajaran dan mengisi kelas yang gurunya sedang berhalangan hadir.
b. Guru bimbingan dan konseling menangani satu angkatan kelas (rombongan belajar) setiap orangnya.
c. Guru bimbingan dan konseling berkoordinasi dengan wali kelas, guru mata pelajaran, serta personal sekolah lain dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.
d. Guru bimbingan dan konseling menjadi penentu untuk membantu peserta didik mulai dari kelas VII, VIII, dan IX.
Guru mata pelajaran dan wali kelas sudah memahami pelaksanaan layanan bimbingan
Mardiyati, S.Pd.
Hj. Netti Susanti, S.Pd.
Rian Andrian, M.Pd.
STAF BK STAF BK
KOORDINATOR BK
STRUKTUR ORGANISASI BIMBINGAN DAN KONSELING SMP NEGERI 35 BANDUNG
dan konseling dengan baik. Sehingga pada saat diperlukan mengundang peserta didik untuk melaksanakan layanan responsif atau perencanaan individu, tidak terlalu memiliki hambatan, kecuali jika dilaksanakan ulangan atau tes
BAB III KEGIATAN P3K BK A. Deskripsi Proses dan Hasil yang Dicapai
1. Asesmen perkembangan siswa dan lingkungannya dalam rangka pemahaman siswa yang akan dilayani.
a. Need Assesment
Dalam merumuskan deskripsi kebutuhan peserta didik/konseli, guru bimbinga dan konseling atau konselor di sekolah dapat menyusun daftar kebutuhan (need assesment) berdasarkan hasil asesmen terhadap peserta didik. Need assesment tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan permasalahan peserta didik.
Dalam melakukan asesmen terhadap peserta didik, terdapat beberapa contoh aplikasi instrumen yang dapat digunakan mengetahui kebutuhan peserta didik, salah satu diantaranya adalah Inventori Tugas Perkembangan (ITP). Asesmen yang biasa dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling di SMPN 35 Bandung untuk merumuskan kebutuhan peserta didik adalah dengan menggunakan Inventori Tugas Perkembangan yang rutin dilaksanakan setahun sekali pada tiap tahun ajaran baru.
Berikut ini merupakan hasil asesmen kebutuhan yang dilakukan:
Instrumen Tugas Perkembangan (ITP) merupakan salah satu instrumen yang biasa digunakan konslor atau Guru BK dalam menentukan kebutuhan dan tujuan bimbingan dan konseling bagi peserta didik. ITP ini mencakup 11 (sebelas) tugas perkembangan yang terdiri atas landasan hidup religius; landasan perilaku etis, kematangan emosional, kematangan intelektual; kesadaran tanggungjawab, peran sosial sebagai pria dan wanita, penerimaan diri dan pengembangannya;
kemandirian perilaku ekonomis, wawasan persiapan karir, kematangan hubungan dengan teman sebaya, dan persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga (khusus bagi SLTA dan PT).
ITP memiliki beberapa tingkat pencapaian perkembangan yang dibuat dalam suatu instrumen oleh Kartadinata (2001) untuk jenjang pendidikan SD, SLTP, SLTA, dan PT. berdasarkan pada teori perkembangan diri dari Loevinger (dalam Supriatna, 2011). Ketujuh tingkatan perkembangan individu tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut.
1. Tingkat Impulsif (Imp)
Karakteristiknya adalah : (a) menempatkan identitas diri sebagai bagian yang tak terpisah dari orang lain; (b) pola perilaku menuntut dan bergantung pada lingkungan sebagai sumber ganjaran dan hukuman; (c) beorientasi sekarang (bukan pada masa lalu atau masa depan); dan (d) individu tidak menempatkan diri sebagai penyebab perilaku.
2. Tingkat Perlindungan Diri (Pld)
Karakteristiknya adalah : (a) peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari berhubungan dengan orang lain; (b) mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik; (c)
berfikir tidak logis dan stereotip; dan (d) cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungan.
3. Tingkat Konformistik (Kof)
Karakteristiknya adalah : individu (a) peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial; (b) cenderung berpikir sterotip dan klise; (c) peduli akan aturan eksternal; (d) bertindak dengan motif dangkal; (e) menyamakan diri dalam ekspresi emosi; (f) kurang introspeksi; (f) perbedaan kelompok didasarkan ciri-ciri eksternal; (g) takut tidak diterima kelompok; (h) tidak sensitif terhadap keindividualan; dan (i) merasa berdosa jika melanggar aturan.
4. Tingkat Sadar Diri (Sdi)
Karakteristiknya adalah : individu (a) mampu berpikir alternatif; (b) melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi; (c) peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada; (d orientasi pemecahan masalah; (e) memikirkan cara hidup; dan (f) penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
5. Tingkat Seksama (Ska)
Karakteristiknya adalah : individu (a) bertindak atas dasar nilai internal; (b) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan; (c) mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri; (d) peduli akan hubungan mutualistik; (e) memiliki tujuan jangka panjang; (f) cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial; dan (g) berfikir lebih kompleks dan atas dasar analisis.
6. Tingkat Individualistik (Ind)
Karakteristiknya adalah : (a) peningkatan kesadaran invidualitas; (b) kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan; (c) menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain; (d) mengenal eksistensi perbedaan individual; (e) mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan; (f) membedakan kehidupan internal dan kehidupan luar dirinya; (g) mengenal kompleksitas diri; (h) peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.
7. Tingkat Otonomi (Oto)
Karakteristiknya adalah : (a) memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan; (b) bersikap realistis dan obyektif terhadap diri sendiri maupun orang lain; (c) peduli akan paham abstrak, seperti keadilan sosial.; (d) mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan; (e) peduli akan self fulfillment; (f) ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal; (g) respek terhadap kemandirian orang lain; (h) sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain; dan (i) mampu mengekspresikan perasaan dengan penuh keyakinan dan keceriaan.
Hasil Inventori Tugas Perkembangan (ITP) pada siswa kelas VII di SMPN 35 Bandung berdasarkan 8 (delapan) butir terendah yang menunjukkan beberapa aspek tugas perkembangan yang perlu dioptimalkan sebagai berikut:
a) Kemandirian dari perilaku ekonomis b) Landasan hidup religius
c) Kematangan intelektual d) Kesadaran tanggungjwab e) Wawasan dan persiapan karir f) Ladasan perilaku etis
g) Kematangan emosional
h) Peran sosial sebagai pria dan wanita i) Penerimaan diri dan pengembangannya j) Kematangan hubungan dengan teman sebaya
Berdasarkan hasil need assessment melalui tes ITP (Inventori Tugas Perkembangan Siswa), maka diketahui pencapaian tugas perkembangan siswa kelas IX.
Aspek Hasil Asesmen Kebutuhan TP
1.Landasan hidup religius Menjadi pribadi yang beriman 2.89 3. Kematangan intelektual Tidak bisa mengambil 3.05
1. Landasan hidup religius Beriman 3.26
2.Landasan perilaku etis Etika sesama manusia 3.37 5.Kesadaran tanggung jawab Tanggung jawab terhadap
kehidupan sosial
3.39
6.Peran sosial sebagai pria atau wanita Membedakan peran perempuan dan laki- laki
3.39
6.Peran sosial sebagai pria atau wanita Kegiatan yang sesuai dengan jenis kelamin
3.42
2.Landasan perilaku etis Berpikir kritas 3.43
b. Wawancara
Analisis kebutuhan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling juga dilakukan secara langsung dengan melakukan wawancara terhadap pihak terkait seperti wali kelas, guru BK, dan peserta didik untuk mengenal karakteristik, gaya belajar, serta permasalahan di kelas berdasarkan berbagai perspektif yang akan dijadikan sebagai kesatuan informasi serta gambaran umum untuk membantu praktikan dalam menyesuaikan pemberian layanan bimbingan dan konseling. Berdasarkan hasil wawancara tersebut didapatkan gambaran umum bahwa karakteristik dan permasalahan kelas adalah sebagai berikut:
1) Terdapat beberapa peserta didik yang perekonomian keluarganya masuk dalam kategori menengah ke bawah.
2) Terdapat beberapa peserta didik yang memiliki permasalahan dengan keluarganya, sehingga berpengaruh terhadap konsentrasi belajarnya.
3) Terdapat beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan memahami mata pelajaran tertentu.
4) Banyak peserta didik yang belum mengetahui akan melanjutkan sekolah dimana.
5) Akibat adanya pembelajaran jarak jauh dan melakukan kegiatan belajar per sesi berdampak pada semangat peserta didik yang kurang.
6) Terbaginya peserta didik ke dalam beberapa kelompok yang tidak dekat dan cenderung sulit berbaur satu sama lain. Hal ini mengurangi kekompakan anggota kelas dan terkadang memberikan dampak pada kegiatan pembelajaran.
c. Kegiatan Pengamatan atau Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk memperkuat kebenaran informasi yang telah didapatkan sebelumnya secara langsung di lapangan Observasi dilakukan terutama dengan mengamati peserta didik secara langsung, baik dalam bentuk perilaku, interaksi, dan juga dilakukan terhadap kondisi lingkungan belajar peserta didik.
1) Pada saat pembelajaran, peserta didik yang aktif hanya sedikit, selebihnya cenderung pasif dan diam.
2) Peserta didik terlihat jenuh belajar.
3) Pada saat proses pembelajaran berlangsung, beberapa peserta didik tidak mampu menuruti instruksi guru dengan baik.
4) Terdapat beberapa peserta didik yang terlihat kurang membaur dengan teman-teman lainnya di kelas.
5) Beberapa peserta didik terlihat kurang nyaman berapa di kelas dan sering keluar kelas pada saat jam pelajaran.
6) Peserta didik cenderung lebih menyukai kegiatan diluar kelas dan non akademik.
Pada praktiknya, agar pelaksanaan bimbingan dan konseling dapat mendukung penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang tepat sasaran, maka P3K SMPN 35 BANDUNG menyusun program bimbingan dan konseling untuk peserta didik berdasarkan hasil dari berbagai asesmen. Asesmen yang digunakan oleh praktikan, antara lain, Inventori Tugas Perkembangan, wawancara, kegiatan pengamatan atau observasi, serta daftar hadir siswa.
2. Pengembangan program bimbingan dan konseling perkembangan (komprehensif)
Program bimbingan dan konseling perkembangan (komprehensif) disusun berdasarkan hasil analisis need assessment dengan menggunakan hasil angket Inventori Tugas Perkembangan,
hasil wawancara, observasi, dan studi dokumen lainnya. Data need assessment didapatkan dari kelas binaan praktikan yakni kelas IX H dan IX J. Walaupun demikian, dalam praktiknya hal tersebut tidak menjadi batasan bagi praktikan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik di luar kelas binaan jika diperlukan.
3. Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang memandirikan, meliputi:
a. Bimbingan klasikal dalam rangka memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa
Layanan bimbingan klasikal merupakan salah satu jenis layanan yang diberikan kepada peserta didik secara terprogram dan terjadwal yang dilaksanakan di dalam kelas. Kegiatan pemberian layanan ini melalui layanan orientasi dan informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik. Berikut adalah jadwal layanan bimbingan klasikal yang telah dilaksanakan oleh praktikan.
Gambaran kegiatan dan hasil kegiatan yang lebih rinci dalam memberikan layanan bimbingan kelompok dapat dilihat dalam Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) bimbingan klasikal dan Laporan pelaksanaan bimbingan klasikal yang terlampir di akhir laporan.
b. Bimbingan kelompok dengan menggunakan berbagai teknik kelompok yang relevan dengan tujuan dan jenis atau topik-topik belajar, sosial-pribadi dan karir
Layanan bimbingan kelompok diberikan kepada siswa kelas IX dan Kelas 8 yang telah dibagi-bagi menjadi kelompok yang merujuk kepada kebutuhan siswa dari hasil need assessment. Materi yang diberikan bersifat general (umum) berdasarkan permasalahan yang di alami siswa dan pada umumnya tidak memiliki konten kerahasiaan.
Gambaran kegiatan dan hasil kegiatan yang lebih rinci dalam memberikan layanan bimbingan kelompok dapat dilihat dalam Rencana Pelaksanaan Layanan (RPL) bimbingan kelompok dan Laporan pelaksanaan bimbingan kelompok yang terlampir di akhir laporan.
c. Konseling individual dan konseling kelompok
d. Konseling individual merupakan proses interaktif yang dicinkan oleh hubungan yang unik antara gunu bimbingan dan konseling atau konselor dengan peserta didik/konseli yang mengarah pada perubahan perlaku, konstruksi pribadi, kemampuan mengatasi situasi hidup dan keterampilan membuat keputusan. Konseling individual diberikan baik kepada peserta didik/konseli yang datang sendiri maupun diundang. Peserta didik/konseli yang diundang oleh guru bimbingan dan konseling atau konselor berdasarkan hasil asesmen, referal, dan observasi (Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2016).
Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan suatu bantuan yang bersifat pencegahan dan pengembangan kemampuan pribadi sebagai pemecahan secara kelompok atau bersama- sama dari seorang konselor kepada klien/konseli (Lubis & Hasnida. 2016) Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok ialah suasana yang hidup, yang bergerak, yang ditandai dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.
Pada prosesnya, praktikan melakukan konseling kelompok kepada kelompok yang dilakukan sebanyak kali pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan selama 1 jam pelajaran atau sekitar 45 menit. Layanan konseling kelompok termasuk pada layanan responsif.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dan hambatan baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Bantuan yang diberikan yaitu melalui situasi kelompok yang anggotanya memiliki permasalahan yang sama. Adapun angggota dan kegiatan konseling kelompok ini berdasarkan kejadian yang terjadi disekolah .
e. Konsultasi, koordinasi manajemen dan kolaborasi dalam rangka pengembangan dukungan system
Pengembangan dukungan sistem senantiasa melibatkan konsultasi antara guru pamong, dosen pembimbing, dan mahasiswa P3K (praktikan) Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra stuktur (misal Teknologi Informasi dan Komunikasi), dan pengembangan kemampuan profesional konselor secara berlanjut, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli (Depdiknas, 2008, him 212). Konsultasi, koordinasi manajemen dan kolaborasi merupakan bagian dari dukungan sistem bimbingan dan konseling. Selama melaksanakan P3K BK di SMPN 35 Bandung, praktikan melaksanakan program bimbingan dan konseling dengan menjalankan dukungan sistem sebagai berikut.
1) Konsultasi, Koordinasi, dan Kolaborasi dengan Guru Pamong
Dalam pelaksanaan P3K, prakikan melakukan kolaborasi dengan guru pamong karena guru pamong berperan sangat penting dalam kelancaran pelaksanaan P3K BK di sekolah. Hal yang dikonsultasikan adalah berupa verifikasi data yang praktikan dapatkan melalui hasil need assesment, program BK IX, keefektifan gaya pembelajaran, tampilan mengajar di kelas, permasalahan peserta didik, cara memberikan layanan konseling dan lain sebagainya. Kegiatan kolaborasi ini diakhiri dengan evaluasi bersama
yang diberikan oleh guru pamong BK, salah satunya seperti perbaikan cara mengajar agar lebih efektif bagi peserta didik.
Secara umum, konten kolaborasi antara praktikan dengan guru pamong yakni sebagai berikut:
a) Berkoordinasi mengenai pembagian kelas binaan bagi masing-masing praktikan serta mengkonsultasikan profil umum pelaksanaan BK di SMPN 35 Bandung;
b) Berkoordinasi terkait dengan penggunaan instrumen dalam need assessment serta mengkonsultasikan hasil dari kegiatan tersebut;
c) Berkoordinasi terkait penampilan gaya mengajar di kelas sekaligus materi pemberian layanan (RPLBK);
d) Berkonsultasi mengenai peserta didik memerlukan perhatian khusus dan diberikan layanan konseling, dan;
e) Berkoordinasi dalam penyusunan laporan individual P3K BK 2) Konsultasi dan Koordinasi dengan Wali Kelas
Praktikan melakukan konsultasi dan koordinasi dengan wali kelas kelas binaan, yakni kelas IX. Dalam melakasnakan konsultasi, praktikan ditemani oleh guru pamong BK yang juga berperan sebagai guru BK kelas binaan. Koordinasi yang dilakukan adalah memperkuat hasil need assessment agar terciptanya program BK yang tepat sasaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik IX.
3) Konsultasi, Koordinasi, dan Kolaborasi dengan Dosen Pembimbing P3K Dan Mata Kuliah P3K
Konsultasi, koordinasi, dan kolaborasi dengan dosen pembimbingn P3K dan Mata Kuliah P3K telah berjalan dengan baik. Dosen pembimbing telah membimbing prakatikan dalam melaksanakan P3K secara langsung dengan hadir ke sekolah.
Kemudian dosen mata kuliah P3K melakukan bimbingannya dengan memberikan pembekalan di awal kegiatan P3K terkait pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Adapun konten yang dibahas adalah mengenai tuntutan yang harus dipenuhi oleh praktikan, mendiskusikan perkembangan dan penyelesaian tuntutan, pembatasan tentang format penilaian, dan laporan serta ujian akhir P3K.
4) Pengembangan Media BK
Pada dasarnya media bimbingan dan konseling tidak terbatas hanya berfungsi sebagai perantara sebuah pesan, melainkan memiliki makna yang lebih luas seperti sebagai alat bantu yang dapat digunakan dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling. Media bimbingan dan konseling terdiri ata dua unsur penting, yaitu (1) unsur peralatan (hardware) dan (2) unsur pesan yang dibawanya (massage/ software). Dengan
demikian,yang terpenting dalam membuat media BK bukan hanya bentuknya saja namun pesan atau informasi yang ingin disampaikan melalu media tersebut.
Berikut media yang telah dikembangkan oleh praktikan selama kegiatan P3KSP berlangusng.
a) Konten pada akun instagram BK SMPN 35 Bandung seperti mengisi reels dan feeds instagram;
b) Poster; dan c) PPT Cast.
4. Kegiatan partisipasi dalam kegiatan ektrakurikuler dan program sekolah lainnya 5. Evaluasi program bimbingan dan konseling
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui kualitas yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMPN 35 Bandung. Evaluasi berfungsi untuk memberikan feedback kepada konaclor untuk memperbaiki dan mengembangkan program bimbingan dan konseling untuk memberikan informasi kepada pihak sekolah, dan orang tun peserta didik mengenai kebutuhan peserta didik.
Aspek-aspek yang yaitu dan Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan dan konseling dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas layanan dilihat dari hasilnya (Yusuf dan Nurihsan, 2002).
Pelaksanaan evaluasi program bimbingan dan konseling dilaksanakan sejalan dengan hasil dan proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling Indikator utama keberhasilan dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling adalah meningkatnya pengetahuan, keterampilan, dan kemandirian peserta didik. Adapun aspek lain yang dinilai baik proses maupun hasil antara lain:
a. Penilaian Proses
1) Kesesuaian antara Program yang Disusun dengan Pelaksanaan
Pada proses pemberian layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, praktikan melaksanakan layanan yang sesuai dengan program yang disusun. Praktikan tidak melakukan perubahan topik atau materi layanan yang telah dikembangkan dalam program.
2) Keterlaksanaan Program
Secara keseluruhan hampir semua dari perencanaan program yang direncanakan tercapai dalam pelaksanaannya dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Sehingga baik program yang sudah dirancang ataupun kasus yang ditangani pun cukup berhasil diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
3) Hambatan-hambatann yang Ditemui
Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan kegiatan P3K timbul dari faktor internal maupun eksternal, salah satunya yaitu pribadi praktikan yang masih kurang dalam mengaplikasikan teori dan teknik yang tepat dalam memberikan bantuan kepada peserta didik. Selain itu, terbatasnya waktu pemberian layanan di kelas maupun di luar kelas, karena pada semester ini kegiatan pembelajaran tidak berjalan dengan maksimal dan efektif. Hal ini disebabkan karena banyaknya kegiatan di luar kegiatan pembelajaran, seperti kegiatan sanlat di bulan Ramadhan juga kegiatan-kegiatan lainnya.
4) Dampak Layanan Bimmbingan dan Konseling terhadap Kegiatan Pembelajaran
Layanan bimbingan dan konseling yang telah diberikan selama kegiatan P3K setidaknya memberikan perubahan pada peserta didik Layanan tersebut tertuang pada kegiatan-kegatan yang dilakukan praktikan yang berusaha diselaraskan dengan proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat mengembangkan diri dalam belajar. Salah satu contohnya adalah ketika ada peserta didik yang sering main handphone dikelas atau sibuk sendiri dengan kegiatannya menjadi lebih fokus selama pembelajaran berlangsung.
5) Respon Peserta Didik terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling
Selama praktikan melaksanakan P3K di SMPN 35 Bandung, respon yang diberikan oleh peserta didik terhadap layanan bimbingan dan konseling begitu positif dan menghargai layanan bimbingan dan konseling. Walaupun masih ada beberapa peserta didik SMPN 35 Bandung yang memandang BK secara negatif, namun setelah bertemu praktikan, pelan-pelan mampu merubah pola pikirnya menjadi lebih positif terhadap bimbingan dan konseling. Berurusan dengan bimbingan dan konseling bukan menjadi hal yang menakutkan lagi bagi sebagian besar peserta didik. Terbukti dengan para peserta didik tidak sungkan untuk berkonsultasi tentang kesulitan yang dihadapinya atau sekedar meluapkan keresahannya.
6) Respon Guru BK
Respon dari guru BK sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan dalam mendiskusikan rancangan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Guru BK juga tidak sungkan memberika kritik dan saran kepada praktikan dalam pelaksanaan pemberian layanan bimbingan dan konseling.
b. Penilaian Hasil
1) Kualitas Pemahaman, Penerimaan, dan Pengerahan Diri Peserta Didik
Pada setiap akhir layanan (bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling individual, dan konseling kelompok), praktik mencoba mengajak konseli untuk mengemukakan pendapatnya mengenai apa yang telah didapat setelah mengikuti
bimbingan. Secara umum peserta didik dipandang memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan diri yang baik dan sesuai dengan kebutuhannya.
2) Sikap Peserta Didik Terhadap Program Bimbingan dan Konseling
Peserta didik telah mampu merespon dan memahami program bimbingan dan konseling yang telah berlangsung hingga bimbingan dan konseling bukan lagi menjadi suatu hal yang menakutkan bagi sebagian peserta didik. Bahkan, peserta didik dengan sukarela bercerita, berkonsultasi, dan menyapa praktikan dengan baik.
6. Deskripsi beberapa masalah penelitian bimbingan dan konseling dalam rangka penyelesaian skripsi sebagai calon sarjana bimbingan dan konseling
Selama melaksanakan P3K, praktikan menemukan potensi masalah yang dapat diteliti dalam penyelesaian skripsi. Permasalahan tersebut yakni
a. Broken Home;
b. Kesenjangan ekonomi dan sosial;
c. Stress akademik;
d. Keputusan karir;
e. Kesadaran Gender;
f. Kecanduan media sosial;
B. Analisis dan Refleksi Analisis
Berikut ini masalah-masalah yang dialami praktikan di lapangan pada saat pelaksanaan P3K BK di SMPN 35 Bandung dan cara-cara mengatasinya.
a. Peserta didik menganggap mata pelajaran BK kurang penting karena tidak ada hubungannya dengan nilai rapor. Contohnya ketika praktikan menyebar angket asesmen melalui google form, banyak peserta didik yang belum mengisi. Sehingga praktikan menghubungi satu per satu peserta didik yang belum mengisi. Hal ini diharapkan memberi penyadaran bahwa BK merupakan komponen penting dalam pendidikan dan bagi peserta didik.
b. Mata pelajaran yang masuk sebelum BK seringkali melewati waktu yang sudah ditetapkan dalam jadwal. Sehingga kelas menjadi terundur karena peserta didik belum muncul di kelas dengan alasan mereka belum mendapatkan jam istirahat. Dalam hal ini praktikan mengikuti alur saja, tetap disiplin masuk ke kelas tepat waktu.
c. Waktu untuk memberi layanan BK terbatas, sehingga pemberian layanan kurang optimal.
Perlu adanya prioritas untuk beberapa tahapan layanan yang dianggap sangat penting, agar tujuan layanan tetap tersampaikan pada peserta didik dalam waktu yang terbatas tersebut.
d. Masih adanya pandangan kurang baik pada peserta didk terhadap bimbingan dan konseling di sekolah. Sehingga, tidak jarang peserta didik ragu untuk masuk ke ruang BK dan melakukan konsultasi dengan guru BK.
Refleksi
Pelaksanaan kegiatan P3K BK secara keseluruhan berjalan dengan lancar walaupun terdapat beberapa hambatan yang praktikan rasakan. Hal ini dikarenakan merupakan sebuah pengalaman pertama praktikan untuk langsung memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Berikut merupakan table refleksi konselor bagi praktikan selama melaksanakan P3K BK di sekolah.
Tabel
Refleksi Kompetensi Konselor bagi Praktikan
No Kompetensi Sudah
Dikuasai
Belum Dikuasai 1 Memperkuat dan mempertajam
penguasaan kompetensi akademik sebagai calon sarjana pendidikan dalam bidang bimbingan dan konseling 2 Mengembangkan sikap dan orientasi
profesi serta untuk memberikan
pengalaman awal dalam menggunakan keterampilan dasar (basic skill)
bimbingan dan konseling dengan supervise yang efektif
3 Mengenal sekolah secara
komprehensif sebagai lingkungan perkembangan peserta didik
4 Melakukan atau memanfaatkan hasil asesmen perkembangan dan
lingkungan peserta didik untuk tujuan pelayanan bimbingan dan konseling 5 Menyusun suatu rencana program
bimbingan dan konseling
perkembangan (komprehensif) untuk satu kelas binaan berbasis data peserta didik
6 Menyusun rancangan dan
melaksanakan bimbingan klasikal dalam rangka layanan dasar dengan topic-topik tentang belajar, pribadi, sosial, dan karir.
7 Menyusun rancangan dan
melaksanakan bimbingan/ konseling kelompok dengan menggunakan berbagai teknik kelompok 8 Melakukan proses studi kasus
individual dengan menggunakan suatu kerangka teori tertentu
9 Mengadakan konseling generilk (generic counseling) / konseling individual dengan menggunakan teknik dan keterampilan dasar (basic skill) kepada peserta didik tertentu dengan superivisi yang efektif oleh dosen pembimbing dan atau pamong 10 Manata sarana dan prasarana
bimbingan dan konseling serta mengembangkan media bimbingan 11 Melakukan konsultasi dan kolaborasi
dengan guru BK (konselor), guru mata pelajaran, wali kelas, dan orang tua peserta didik serta organisasni profesi 12 Berpartisipasi dalam kegiatan
ekstrakurikuler dan program sekolah lainnya
13 Mengevaluasi program bimbingan dan konseling pada kelas binaanya
14 Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian bimbingan dan konseling dalam rangka penyesuaian skripsi sebagai calon sarjanan bimbingan dan konseling
15 Mengikuti sesi supervise kelompok di kampus/ kelas pada waktu-waktu tertentu dalam rangka refleksi dan mendapatkan balikan
16 Melaporkan proses dan hasil P3K secara tertulis dan mengikuti seminar dalam rangka ujian
Dari tabel tersebut, ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh praktikan.
Hal ini tentunya dapat menjadi sebuah acuan bagi praktikan untuk dapat menjadi konselor professional di masa depan. Kelebihan yang sudah dimiliki oleh praktikan dapat terus dipertahankan. Sedangkan, poin-poin yang belum terpenuhi dan kelemahan praktikan, dapat menjadi sebuhah pembelajaran dan motivasi untuk praktikan agar dapat terus maju. Selain itu, praktikan juga bertekad untuk terus meningkatkan kolaborasi dengan organisasi profesi bimbingan dan konseling dan juga dengan profesi lainnya agar kelak ketika memberikan layanan bimbingan dan konseling maka akan ada bantuan dan masukan dari pihak-pihak tertentu.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN a. Kesimpulan
P3K khususnya program studi Bimbingan dan konseling memberikan pengalaman bagi praktikan sebagai calon guru BK. Dalam pelaksanaannya praktikan mendapatkan banyak pengetahuan dan keterampilan baru. Dengan adanya P3K BK ini mendorong pengembangan profesionalismen calon guru BK atau konselor. Tak hanya mendapatkan ilmu tentang bimbingan dan konseling namun, praktikan mengetahui kondisi nyata pendidikan di lapangan.
Dengan adanya (P3K) dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Kegiatan P3K memberikan praktikan penguatan terkait teoretik dan praksis dari konsep bimbingan dan konseling
2. Kegiatan P3K membantu praktikan dalam mengembangkan sikap dan kompetensi profesional yang perlu dikuasai oleh praktikan.
3. Kegiatan P3K memberikan pengelaman kepada praktikan untuk mengemabngan keterampilan dasar bimbingan dan konseling seperti melaksanakan secara langsung praktik pemberian layanan bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling individual, dan konseling kelompok.
4. Kegiatan P3K memberikan praktikan kesempatan untuk melakukan evaluasi dan supervisi dari kegiatan bimbingan dan konseling.
5. Dengan adanya P3K membantu praktikan mengetahui kondisi ril pendidikan dan kondisi peserta didik sebagai bekal kelak menjadi guru BK.
B. Saran
1. Bagi Divisi Pendidikan Profesi dan Jasa Keprofesian (P2GJK)
a. Alangkah baiknya untuk menyelaraskan kebijakan P2GJK dengan program studi lainnya. Karena terdapat beberapa program studi yang kebijakannya berbeda.
b. Alangkah baiknya melakukan pemantauan secara rutin untuk
mengetahui secara pasti perkembangan kegiatan P3K di sekolah yang dituju
2. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia
a. Program studi bimbingan dan konseling alangkah baiknya melakukan supervisi atau pemantauan secara berkala untuk mengetahui perkembangan kegiatan P3K BK di sekolah.
b. Program studi bimbingan dan konseling hendaknya memantau dosen pembimbing lapangan untuk turut serta memantau praktikan P3K BK di sekolah.
c. Program studi bimbingan dan konseling hendaknya lebih menguatkan mata kuliah yang berhubungan dengan P3K seperti mata kuliah konseling individual, bimbingan kelompok, konseling kelompok, program BK, dll. Sebagai bekal mahasiswa melaksanakan P3K.
3. Bagi BK SMPN 35 Bandung
a. Bagi SMP 35 Bandung diharapkan senantiasa mengembangkan sarana dan prasarana guna kelangsungan pemberian layanan bimbingan dan konseling.
b. Personil sekolah terus menjali komunikasi dengan guru BK dalam memahami peserta didik baik dalam mengembangkan potensi peserta didik dan peserta didik yang memiliki masalah.
4. Bagi BK SMPN 35 Bandung diharapkan bisa menambah tenaga kependidikan khususnya guru BK agar pembagian tugas proporsional.
5. Bagi Tim BK SMPN 35 Bandung
6. Tim BK SMPN 35 Bandung senantiasa terus meningkatkan kompetensi profesional agar menjadi guru BK yang lebih profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Gifford-Smitha, M. E., & Brownell, C. A. (2003). Childhood Peer Relationship: Social Acceptence, friendships, and peer networks.
Journal of School Psychology, 41(4), 235-284.
LAMPIRAN 1
SURAT KETERANGAN
MELAKSANAKAN P3K
LAMPIRAN 2 PENGEMBANGAN PROGRAM BK PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
SMP NEGERI 35 BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2023/2024
A. Rasional
Remaja berada pada usia 11 sampai 21 tahun dan pada tahap ini pengaruh lingkungan memberikan kontribusi yang cukup besar. Lingkungan tersebut salah satunya adalah sekolah. Menurut Yusuf (2004) mengatakan bahwa karakeristik perkembangan pada remaja terdiri dari: Pertama, perkembangan fisik masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentang kehidupan individu dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama terjadi pada fase prenatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu mencapai kematangan dari pada bagian-bagian yang lain. Hal yang paling jelas terlihat pada hidung, kaki dan tangan. Pada masa remaja akhir proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya. Kedua, perkembangan kognitif (intelektual) pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini berkembang sampai usia 20 tahun lebih dan sangat berpengaruh pada kemampuan intelektual remaja,seperti halnya anak usia 12 tahun walaupun secara intelektual remaja tersebut berbakat namun belum bijaksana. Ketiga, perkembangan emosi ada masa remaja merupakan puncak emosionalitas yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik serta organ-organ seksual yang mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta ,rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada remaja awal perkembangan emosinya menunjukan sifat sensitif dan reaktif terhadap peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negative dan temperamental. Sedang remaja akhir sudah bisa mengendalikan emosinya. Keempat, perkembangan sosial pada masa remaja berkembang “social cognition” yaitu kemampuan untuk memahami