LAMPIRAN 5
RPL DAN LAPORAN BIMBINGAN
DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG SMP NEGERI 35 BANDUNG
Jl. Dago Pojok No.12 Tlp. (022) 2505332 Bandung
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) BIMBINGAN KELOMPOK
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2023/2024 A Komponen Layanan Layanan Dasar
B Bidang Layanan Sosial
C Fungsi Layanan Pengembangan
D Tujuan Menghargai nilai-nilai kerjasama dan toleransi sebagai dasar untuk menjalin persahabatan dengan teman sebaya E Topik Building Teamwork
F Sasaran Layanan Kelas VIII B G Metode dan Teknik Games
H Waktu 1 x 40 menit
I Media/alat Gelas plastik, Tali Rafia, Air J Tanggal Pelaksanaan
K Sumber Bacaan Risal, H. G., & Alam, F. A. (2021). Upaya Meningkatkan Hubungan Sosial Antar Teman Sebaya Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Di Sekolah. Jurnal Bimbingan Konseling dan Psikologi, 1(1), 1-10.
Wati, E. K., Maruti, E. S., & Budiarti, M.
(2020). ASPEK KERJASAMA DALAM KETERAMPILAN SOSIAL SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 4(2), 97- 114.
L Uraian Kegiatan 1. Tahap
Awal/Pendahuluan
a. Pernyataan tujuan 1. Guru BK/Konselor membuka dengan salam, berdoa, dan memberikan kata-kata penyemangat.
2. Membina hubungan yang baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, menanyakan kondisi perasaan, dan ice breaking)
3. Menyampaikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai
b. Penjelasan mengenai langkah-langkah
1. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan, tugas, dan tanggung jawab peserta didik.
kegiatan kelompok (pembentukan
a. Guru BK/konselor membagi kelompok menjadi 3 kelompok
kelompok) b. Guru BK/konselor meminta para siswa berbaris memanjang sesuai dengan kelompoknya masing-masing c. Guru BK/konselor memberikan
tali rafia kepada masing-masing anggota kelompok
d. Guru BK/konselor menyediakan gelas plastic untuk setiap kelompok yang berisi air
e. Guru BK/konselor memerintahkan siswa untuk memindahkan air dengan menggunakan tali rafia dan tidak boleh menjatuhkan airnya dan memindahkan air sampai garis finish.
2. Membuat kontrak layanan (kesepakatan layanan), hari ini kita akan melakukan kegiatan selama 40 menit, kita sepakat akan melakukan kegiatan bimbingan dengan baik.
c. Mengarahkan kegiatan (konsolidasi)
1. Guru BK/konselor mengarahkan siswa untuk berkumpul sesuai dengan
kelompoknya masing-masing untuk segera mempersiapkan permainan.
2. Guru BK/konselor menanyakan kembali kepada siswa terkait
pemahaman siswa terhadap games yang akan dilaksanakan
d. Tahap peralihan (Transisi)
Guru bimbingan dan konseling atau konselor
menanyakan kalau kalau ada siswa yang belum mengerti dan memberikan penjelasanny (Storming)
1. Guru BK/konselor menanyakan kesiapan peserta didik untuk
melaksanakan kegiatan bimbingan dan memulai ke tahap inti.
2. Guru bimbingan dan konseling atau konselor memberi kesempatan bertanya kepada setiap kelompok tentang tugas- tugas yang belum mereka pahami
3. Guru bimbingan dan konseling atau konselor menjelaskan kembali secara singkat tentang tugas dan tanggung jawab peserta dalam melakukan kegiatan Guru bimbingan dan
konseling atau konselor
menyiapkan siswa untuk melakukan komitmen tentang kegiatan yang akan dilakukannya
1. Guru bimbingan dan konseling atau konselor menanyakan kesiapan para peserta untuk melaksanakan tugas.
2. setelah semua peserta menyatakan siap, kemudian guru bimbingan dan konseling atau konselor memulai masuk ke tahap
(Norming) Kerja
2. Tahap inti/kerja Proses/kegiatan yang
dialami peserta didik dalam suatu
kegiatan bimbingan berdasarkan teknisk tertentu
(Eksperientasi)
1. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing
2. Guru BK/konselor meminta para siswa berbaris memanjang sesuai dengan kelompoknya masing-masing 3. Guru BK/konselor memberikan sedotan
kepada masing-masing anggota kelompok
4. Guru BK/konselor menyediakan karet dan gelas plastic untuk setiap kelompok 5. Guru BK/konselor memerintahkan siswa
untuk memindahkan air dengan
menggunakan tali rafia dan tidak boleh menjatuhkan airnya dan memindahkan air sampai garis finish
Pengungkapan perasaan, pemikiran dan pengalaman tentang apa yang terjadi dalam kegiatan bimbingan (refleksi)
1. Refleksi identifikasi
a. Bagaimana perasaan setelah melaksanakan permainan ini?
b. Hal menarik apa yang kalian dapatkan dari permainan ini?
c. Apakah kalian memahami nilai-nilai kerjasama dengan teman sebaya dalam permainan ini?
d. Apakah ada kesulitan dalam menjalankan permainan ini?
2. Refleksi analisis
a. Apa yang menyebabkan kalian mengalami kesulitan dalam permainan ini?
b. Apa yang menyebabkan kalian mampu atau tidak mampu
bekerjasama dalam permainan ini?
3. Refleksi generalisasi
a. Rencana apa yang akan
dilakukan untuk meningkatkan kerjasama dengan teman sebaya?
3. Tahap Pengakhiran (Terminasi) Menutup kegiatan dan
tindak lanjut
a. Guru bimbingan dan konseling atau konselor memberikan penguatan terhadap aspek-aspek yang ditemukan oleh peserta dalam suatu kerja kelompok
b. Merencanakan tindak lanjut, yaitu mengembangkan aspek kerjasama c. Akhir dari tahap ini adalah menutup
kegiatan layanan secara simpatik (Framming)
M Evaluasi
a. Evaluasi proses Guru BK/Konselor melakukan evaluasi dengan memperhatikan proses yang terjadi:
1. Mengamati sikap dan antusiasme peserta didik dalam mengikuti kegiatan.
2. Mengamati cara peserta didik dalam menyampaikan pendapat atau dalam bertanya.
Mengamati cara peserta didik dalam memberikan penjelasan terhadap pernyataan guru BK.
b. Evaluasi hasil Merasakan suasana pertemuan:
Menyenangkan/kurang
menyenangkan/tidak menyenanngkan.
Topik yang dibahas:
Sangat penting/kurang penting/tidak penting.
Penyampaian guru BK/Konselor:
Mudah dipahami/sulit dipahami Kegiatan yang diikuti:
Menarik/kurang menarik/tidak menarik untuk diikuti.
Mengetahui,
Guru Pamong Bandung, Oktober 2023
Mengetahui, Praktikan
Hj. Netti Susanti, S.Pd.
Zulfa Luthfiah Fauzi
NIP. 197904272010012011 NIM. 2007719
Lampiran:
1. Uraian Materi
BUILDING TEAMWORK
Menurut Ali dan Asrori (2005) hubungan sosial diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap orang-orang disekitarnya dan bagaimana pengaruh hubungan itu terhadap dirinya, termasuk juga penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti makan dan minum sendiri, berpakaian sendiri, bagaimana mentaati peraturan-peraturan dan perjanjian perjanjian dalam kelompok atau organisasi, dan sebagainya. Papalia, Olds, dan Feldman (2008) menjelaskan bahwa kelompok teman sebaya adalah tempat untuk membentuk hubungan dekat yang berfungsi sebagai latihan bagi hubungan yang akan mereka bina dewasa. Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Remaja sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, oleh karenanya mereka cenderung bertingkah laku seperti kelompok teman sebayanya. Keterampilan- keterampilan ini menurut Desmita (2009) antara lain: (1) berkomunikasi, (2) memecahkan masalah, (3) mengelola perasaan dan implusimplus, (4) mengukur temperamen sendiri dan orang lain, (5) menjalin hubungan yang saling mempercayai.
Menurut Kisworo (2019), mengartikan bahwa kerjasama merupakan kegiatan yang berhubungan dengan dua orang atau lebih yang bertujuan untuk menyelesaikan suatu kegiatan atau aktivitas secara bersama yang tujuannya untuk meringankan beban tugas dengan tujuan yang sama. manfaat dari suatu kerjasama yaitu siswa dapat dengan mudah untuk menyelesaikan tugas kelompok mereka, melatih rasa percaya diri dalam menyampiakan pendapat mereka didepan kelas, kemampuan berinteraksi siswa akan lebih baik, serta siswa dapat dengan mudah untuk beradaptasi dilingkungan yang baru karena siswa sudah memiliki keterampilan sosial yang baik. Ada beberapa aspek yang terkandung dalam kerjasama, yaitu tujuan, tugas, tanggungjawab, saling percaya dan mendukung, hubungan interpersonal, penguatan dan hubungan external merupakan aspek- aspek dasar yang digunakan sebagai dasar membentuk kerjasama siswa.
DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG SMP NEGERI 35 BANDUNG
Jl. Dago Pojok No.12 Tlp. (022) 2505332 Bandung
1. Komponen Layanan Layanan Dasar 2. Bidang layanan Sosial
3. Topik layanan Building teamwork
4. Tujuan layanan Menghargai nilai-nilai kerjasama dan toleransi sebagai dasar untuk menjalin persahabatan dengan teman sebaya
5. Kelas/semester VIII B/Semester 1
6. Hari/Tanggal Rabu, 23 November 2023 7. Durasi pertemuan 1 x 40 menit
Uraian Pelaksanaan
1. Kegiatan yang telah dilaksanakan 2. Membuka kegiatan dengan salam
3. Membina hubungan yang baik dengan peserta didik 4. Melakukan ice breaking sebelum kegiatan di mulai
5. Guru BK menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada saat bimbingan kelompok 6. Guru BK/konselor menanyakan kesiapan peserta didik untuk kegiatan bimbingan
kelompok.Guru BK membagi peserta didik menjadi 4 kelompok
7. Guru BK memberikan arahan kepada setiap kelompok mengenai tugasnya
8. Guru BK/konselor memberikan pertanyaan pemantik mengenai kerjasama dalam tim 9. Guru BK/konselor berdiskusi mengenai kerjasama dalam tim
10. Guru BK/konselor mengajak peserta didik untuk bermain games tentang kerjasama dalam tim
11. Guru BK/konselor menjelaskan tata cara permainan “Memindahkan air dengan tali”
12. Peserta didik memulai permainan bersama dengan teman sekelompoknya.
13. Guru BK/konselor meminta setiap kelompok menyampaikan makna yang didapat dari permainan yang sudah dilakukan
14. Guru BK/konselor mengakhiri kegiatan
1. Hasil yang diperoleh
Secara umum peserta didik memahami konsep dari kerjasama dengan tim 2. Kesimpulan yang didapat
Peserta didik berperan aktif dalam kegiatan bimbingan kelompok. Walaupun masih terdapat peserta didik yang ragu-ragu dalam menyampaikan
pendapatnya. Peserta didik mendapatkan pengetahuan mengenai kerjasama tim dari permainan yang dilaksanakan
3. Tindak lanjut dari kegiatan yang sudah dilaksanakan
Peserta didik yang dirasa terkandala dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok dapat ditindaklanjut melalui layanan konseling atau konseling kelompok.
DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG SMP NEGERI 35 BANDUNG
Jl. Dago Pojok No.12 Tlp. (022) 2505332 Bandung RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN KELOMPOK
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2023/2024 A Komponen Layanan Layanan Dasar
B Bidang Layanan Sosial
C Fungsi Layanan Pengembangan
D Tujuan Memulihkan kelekatan dan
keterikatan dengan orang lain yang dapat memberi dukungan dan perhatian
E Topik Empati/ Perlumbaan buaya F Sasaran Layanan Kelas VIII B
G Metode dan Teknik Permainan Tradisional (Play terapy)
H Waktu 1 x 40 menit
I Media/alat Kain penutup mata J Tanggal Pelaksanaan
K Sumber Bacaan Ahmadi, Y., Shahmohamadi, A., & Araghi, M.
M. (2011). The Study of Effect of Socio- cultural Factor on Cultural Intelligence ( CQ ). International Journal of Humanities and Social Science, 1(12).
Allemand, M., Steiger, A. E., & Fend, H. A.
(2015). Empathy Development in Adolescence Predicts Social Competencies in Adulthood. Journal of Personality, 83(2), 229–241. https://doi.org/10.1111/jopy.12098 Allen, R. (1980). Very long term memory for
tacit knowledge. Cognition, 8(2), 175–185.
https://doi.org/10.1016/0010- 0277(80)90011-6
L Uraian Kegiatan 1. Tahap
Awal/Pendahuluan
a. Pernyataan tujuan 1. Guru BK/Konselor membuka dengan salam, berdoa, dan memberikan kata- kata penyemangat.
2. Membina hubungan yang baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, menanyakan kondisi perasaan, dan ice breaking)
3. Menyampaikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai
b. Penjelasan mengenai langkah-langkah
1. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan, tugas, dan tanggung jawab peserta didik.
kegiatan kelompok (pembentukan kelompok)
a) Guru BK/konselor membagi kelompok menjadi 2 kelompok
b) Guru BK/konselor meminta para siswa berbaris memanjang sesuai dengan kelompoknya masing-masing c) Guru BK/konselor memberikan
penutup mata kepada masing- masing anggota kelompok
d) Guru BK/konselor menyediakan barang yang harus diambil secara oleh
kelompok.
e) Guru BK/konselor memerintahkan siswa untuk membuat strategi sesuai dengan apa yang seharusnya
dikerjaakan,membuat kode- kode yang mudah dipahami oleh teman satu kelompok.
2. Membuat kontrak layanan (kesepakatan layanan), hari ini kita akan melakukan kegiatan selama 40 menit, kita sepakat akan melakukan kegiatan bimbingan dengan baik.
c. Mengarahkan kegiatan (konsolidasi)
1. Guru BK/konselor mengarahkan siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing untuk segera mempersiapkan permainan.
2. Guru BK/konselor menanyakan kembali kepada siswa terkait pemahaman siswa terhadap games yang akan dilaksanakan
d. Tahap peralihan (Transisi)
Guru bimbingan dan konseling atau konselor
menanyakan kalau kalau ada siswa yang belum mengerti dan
1. Guru BK/konselor menanyakan kesiapan peserta didik untuk
melaksanakan kegiatan bimbingan dan memulai ke tahap inti.
2. Guru bimbingan dan konseling atau konselor memberi kesempatan bertanya kepada setiap kelompok
memberikan penjelasanny (Storming)
tentang tugas- tugas yang belum mereka pahami
3. Guru bimbingan dan konseling atau konselor menjelaskan kembali secara singkat tentang tugas dan tanggung jawab peserta dalam melakukan kegiatan Guru bimbingan dan
konseling atau konselor
menyiapkan siswa untuk melakukan komitmen tentang kegiatan yang akan dilakukannya
1. Guru bimbingan dan konseling atau konselor menanyakan kesiapan para peserta untuk melaksanakan tugas.
2. setelah semua peserta menyatakan siap, kemudian guru bimbingan dan konseling atau konselor memulai masuk ke tahap
(Norming) Kerja
2. Tahap inti/kerja Proses/kegiatan yang
dialami peserta didik dalam suatu
kegiatan bimbingan berdasarkan teknisk tertentu
(Eksperientasi)
1. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing
2. Guru BK/konselor meminta para siswa berbaris memanjang sesuai dengan kelompoknya masing-masing 3. Guru BK/konselor memberikan
penutup mata kepada masing- masing anggota kelompok
4. Guru BK/konselor menyediakan barang yang harus diambil secara oleh kelompok.
5. Guru BK/konselor memerintahkan siswa untuk membuat strategi sesuai dengan apa yang seharusnya
dikerjaakan,membuat kode- kode yang mudah dipahami oleh teman satu kelompok.
Pengungkapan perasaan, pemikiran dan pengalaman tentang apa yang terjadi dalam kegiatan bimbingan (refleksi)
4. Refleksi identifikasi
a. Bagaimana perasaan setelah melaksanakan permainan ini?
b. Hal menarik apa yang kalian dapatkan dari permainan ini?
c. Apakah kalian memahami nilai-nilai empati dengan teman sebaya dalam permainan ini?
d. Apakah ada kesulitan dalam menjalankan permainan ini?
5. Refleksi analisis
a. Apa yang menyebabkan kalian mengalami kesulitan dalam permainan ini?
b. Apa yang menyebabkan kalian
mampu atau tidak mampu berempati dalam permainan ini?
6. Refleksi generalisasi
a. Rencana apa yang akan
dilakukan untuk meningkatkan empati terhadap teman?
3. Tahap Pengakhiran (Terminasi) Menutup kegiatan dan
tindak lanjut
1. Guru bimbingan dan konseling atau konselor memberikan penguatan terhadap aspek-aspek yang ditemukan oleh peserta terhadap empati terhadap teman.
2. Merencanakan tindak lanjut, yaitu mengembangkan aspek kerjasama
3. Akhir dari tahap ini adalah menutup kegiatan layanan secara simpatik
(Framming) M Evaluasi
a. Evaluasi proses Guru BK/Konselor melakukan evaluasi dengan memperhatikan proses yang terjadi:
1. Mengamati sikap dan antusiasme peserta didik dalam mengikuti kegiatan.
2. Mengamati cara peserta didik dalam menyampaikan pendapat atau dalam bertanya.
3. Mengamati cara peserta didik dalam memberikan penjelasan terhadap pernyataan guru BK.
b. Evaluasi hasil Merasakan suasana pertemuan:
Menyenangkan/kurang
menyenangkan/tidak menyenanngkan.
Topik yang dibahas:
Sangat penting/kurang penting/tidak penting.
Penyampaian guru BK/Konselor:
Mudah dipahami/sulit dipahami Kegiatan yang diikuti:
Menarik/kurang menarik/tidak menarik untuk diikuti.
Mengetahui,
Guru Pamong Bandung, Oktober 2023
Mengetahui, Praktikan
Hj. Netti Susanti, S.Pd.
Zulfa Luthfiah Fauzi
NIP. 197904272010012011 NIM. 2007719
Lampiran
EMPATI
Empati adalah kemampuan untuk berbagi dan memahami pikiran dan perasaan orang lain (Allen, 1980). Kemampuan ini penting untuk mempromosikan perilaku positif terhadap orang lain dan memfasilitasi interaksi sosial dan hubungan yang menyenangkan (Atkins, 2014). empati yang lebih tinggi memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dengan cara yang mendorong hubungan yang kooperatif, pro-sosial, dan memuaskan daripada interaksi yang bertentangan, antisosial, dan tidak menyenangkan dengan orang lain.
Hoffman (2000) menyatakan bahwa ―Empaty defined as an affective response more appropriate to another‟s situation than one‟s own.” Pernyataan tersebut menyatakan bahwa empati didefinisikan sebagai respon afektif (perasaan) terhadap situasi orang lain dari pada situasi diri sendiri.
Menurut Decety dan Jackson (dikutip dari Andreasson, 2010) mendefinisikan empati secara alami merupakan pengalaman subjektif yang memiliki kesamaan antara perasaan yang diekpresikan oleh diri sendiri dan orang lain tanpa mengabaikan perasaan yang lainnya.
Chaplin (terjemahkan Kartini Kartono, 2008), empati adalah memproyeksikan perasaan sendiri pada satu kejadian, satu objek alami, atau satu karya estetis. Sebagai contoh, bagi para penumpang, sebuah mobil tampak seperti menjadi tegang ketika mobil tersebut mendaki bukit, dan mereka tampaknya seperti dapat ―menolong (mengurangi ketegangan) dengan mencondongkan tubuh kedepan. Realisasi dan pengertian terhadap perasaan, kebutuhan, dan penderitaan pribadi lain. Empati merupakan salah satu bagian dari kecerdasan sosial.
Goleman (2007) mengatakan bahwa kemampuan berempati adalah kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain dan kunci untuk memahami perasaan orang lain tersebut dengan mampu membaca pesan non verbal, nada bicara, gerak-gerik, dan ekspresi wajah yang diperlihatkan pada saat kita menjalin hubungan dengan seseorang.
Aspek Empati
Ada dua komponen dalam empati yaitu komponen kognitif dan komponen afektif, berdasarkan kajian Maibom (2017; 2020) merumuskan empati sebagai kemampuan yang dimiliki dari aspek learning process yaitu emotional contagion/self-other awareness, affective empathy, cognitive empathy/pespective taking, dan emotion regulation. Komponen kognitif terdiri dari Perspective Taking (PT) dan Fantacy (FS), sedangkan komponen afektif meliputi Empathic Concern (EC) dan Personal Distress (PD). Keempat aspek tersebut mempunyai arti sebagai berikut.
1. Sosialisasi Kecenderungan seseorang untuk mengambil sudut pandang psikologis orang lain secara spontan. Perspective Taking dapat menurunkan stereotype. Kunci utama dari aspek ini
adalah dimana seseorang dapat mengoptimalkan kemampuan berpikirnya untuk memahami kondisi orang lain melalui pemaknaan sikap dan perilaku yang terlihat.
2. Fantacy (FS) Kemampuan seseorang untuk mengubah diri mereka secara imajinatif dalam mengalami perasaan dan tindakan dari karakter khayal dalam buku, film atau cerita yang dibaca dan ditontonnya. Aspek ini akan melihat kecenderungan individu menempatkan diri dan hanyut dalam perasaan dan tindakan aktor
3. Empathic Concern (EC) Perasaan simpati yang berorientasi pada orang lain dan perhatian terhadap kemalangan orang lain. Aspek ini juga merupakan cermin dari perasaan kehangatan yang erat kaitannya dengan kepekaan dan kepedulian terhadap orang lain.
4. Personal Distress (PD) Menekankan pada kecemasan pribadi yang berorientasi pada diri sendiri serta kegelisahan dalam menghadapi setting interpersonal yang tidak menyenangkan.
Personal Distress yang tinggi membuat kemampuan sosialisasi seseorang menjadi rendah.
Agar seseorang dapat berempati, ia harus mengamati dan menginterpretasikan perilaku orang lain.
Level
Dalam empati terhadap 6 tingkatan atau level yang terdiri dari , acting, meaning, imagination, perspective-taking, feeling, dan understanding.
1. Akting: Gagasan 'berada di posisi orang lain' disebutkan dalam pepatah penduduk asli Amerika: 'Untuk memahami orang lain, kita perlu memakai sepatunya selama tiga bulan purnama'. Definisi empati pertama yang dibuat oleh Rogers menyerupai konsep 'akting' (Davis, 2005). Namun, akting saja tidak cukup untuk mengembangkan empati.
Akting terjadi ketika orang yang berempati merangsang perasaannya ketika mencoba memahami orang lain.
2. Arti: Secara umum, hal ini dikaitkan dengan penciptaan makna. Hal ini terjadi ketika seseorang memberi makna pada perasaan dan pikiran orang lain. Demikian pula, kemampuan untuk memahami pemikiran orang lain memungkinkan seseorang mengembangkan kapasitas untuk melihat ke depan (Lieber, 1995a).
3. Imajinasi: Imajinasi adalah membayangkan diri sendiri dalam situasi yang mungkin atau tidak mungkin. Dengan kata lain, ini adalah mimpi ketika sedang terjaga. Persatuan gambar, pikiran dan indra adalah imajinasi. Menurut Titchener, sebuah gambaran muncul setelah empati diberi makna. Gambar adalah otot pikiran. Gambar merangsang emosi dan pikiran dan emosi serta pikiran ini dirasakan. Hal sebaliknya juga terkadang terjadi. Empati dirasakan dan distimulasi, diberi makna melalui gambar (Lieber, 1995a). Menurut Lipps (1965), empati adalah wajah berpikir dari imajinasi yang merupakan mata mental. Mata mental menunjukkan emosi yang terlihat dan pengalaman sadar orang lain. Di sini seseorang memahami tidak hanya kehidupan orang lain, tetapi juga pemikiran orang lain yang nyata dan/atau tidak dapat dijelaskan tentang dirinya (Lieber 1995). Menurut Egan (1986), imajinasi memberikan makna tiga dimensi pada pengetahuan, menghilangkan sejarah terpencil dan tabir ruang terpencil siswa (Brooks, 2004).
4. Pengambilan Perspektif (Perspective Taking): adalah kemampuan cara berpikir individu untuk mencoba memahami perspektif orang lain.
5. Perasaan (Feeling): adalah kemampuan cara memahami perasaan individu dengan memberi makna, dan mengidentifikasi emosi
6. Pemahaman (Understanding): adalah kemampuan cara berpikir dan cara memahami perasaan individu agar bijaksana dan memahami situasi orang lain.
DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG SMP NEGERI 35 BANDUNG
Jl. Dago Pojok No.12 Tlp. (022) 2505332 Bandung
1. Komponen Layanan Layanan Dasar 2. Bidang layanan Sosial
3. Topik layanan Empati/ Perlumbaan buaya
4. Tujuan layanan Memulihkan kelekatan dan keterikatan dengan orang lain yang dapat memberi dukungan dan perhatian
5. Kelas/semester VIII B/Semester 1 6. Hari/Tanggal Kamis, 5 Oktober 2023 7. Durasi pertemuan 1 x 40 menit
DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDUNG SMP NEGERI 35 BANDUNG
Jl. Dago Pojok No.12 Tlp. (022) 2505332 Bandung RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
BIMBINGAN KELOMPOK
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2023/2024 A Komponen Layanan Layanan Dasar
B Bidang Layanan Pribadi
C Fungsi Layanan Pengembangan diri
D Tujuan Melatih kesabaran dan ketelitian strategi yang diberikan
E Topik Menara kesabaran/ pengenalan emosi F Sasaran Layanan Kelas IX H
G Metode dan Teknik (Play terapy)
H Waktu 1 x 40 menit
I Media/alat Kartu Uno J Tanggal Pelaksanaan
K Sumber Bacaan Manizar, E. (2016). Mengelola kecerdasan emosi. Tadrib, 2(2), 198-213.
L Uraian Kegiatan 1. Tahap
Awal/Pendahuluan
a. Pernyataan tujuan 1. Guru BK/Konselor membuka dengan salam, berdoa, dan memberikan kata-kata penyemangat.
2. Membina hubungan yang baik dengan peserta didik (menanyakan kabar, menanyakan kondisi perasaan, dan ice breaking)
3. Menyampaikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai
b. Penjelasan mengenai langkah-langkah
1. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan, tugas, dan tanggung jawab peserta didik.
kegiatan kelompok (pembentukan kelompok)
a) Guru BK/konselor membagi kelompok menjadi 2 kelompok
b) Guru BK/konselor meminta para siswa duduk sesuai dengan kelompoknya.
c) Guru BK/konselor memberikan kartu uno dengan jumlah yang sama.
d) Guru BK/konselor memerintahkan
siswa untuk membuat strategi sesuai yang membuat kelompoknya menang dalam membuat menara yang terbuat dari kartu uno.
2. Membuat kontrak layanan (kesepakatan layanan), hari ini kita akan melakukan kegiatan selama 40 menit, kita sepakat akan melakukan kegiatan bimbingan dengan baik.
c. Mengarahkan kegiatan (konsolidasi)
1. Guru BK/konselor mengarahkan siswa untuk berkumpul sesuai dengan
kelompoknya masing-masing untuk segera mempersiapkan permainan.
2. Guru BK/konselor menanyakan kembali kepada siswa terkait pemahaman siswa terhadap games yang akan dilaksanakan d. Tahap peralihan
(Transisi)
Guru bimbingan dan konseling atau konselor
menanyakan kalau kalau ada siswa yang belum mengerti dan memberikan penjelasanny (Storming)
1. Guru BK/konselor menanyakan kesiapan peserta didik untuk melaksanakan
kegiatan bimbingan dan memulai ke tahap inti.
2. Guru bimbingan dan konseling atau konselor memberi kesempatan bertanya kepada setiap kelompok tentang tugas- tugas yang belum mereka pahami 3. Guru bimbingan dan konseling atau
konselor menjelaskan kembali secara singkat tentang tugas dan tanggung jawab peserta dalam melakukan kegiatan
Guru bimbingan dan konseling atau konselor
menyiapkan siswa untuk melakukan komitmen tentang kegiatan yang akan dilakukannya
1. Guru bimbingan dan konseling atau konselor menanyakan kesiapan para peserta untuk melaksanakan tugas.
2. setelah semua peserta menyatakan siap, kemudian guru bimbingan dan konseling atau konselor memulai masuk ke tahap
(Norming) Kerja
2. Tahap inti/kerja Proses/kegiatan yang
dialami peserta didik dalam suatu
kegiatan bimbingan berdasarkan teknisk tertentu
(Eksperientasi)
1. Siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing 2. Guru BK/konselor meminta para
siswa berbaris memanjang sesuai dengan kelompoknya masing-masing 3. Guru BK/konselor memberikan
kartu uno dengan jumlah yang sama.