LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
LAPORAN KASUS PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) PADA PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT SUSPEK PERFORASI MENBRAN TIMPANI DAN AML RELAPS DI PAVILIUN DAHLIA ATAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TANGGERANG TAHUN
2024
Disusun Oleh :
Serly Marlenda PO71312221009
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI GIZI
DAN DIETETIKA PROGRAM SARJANA TERAPAN 2024
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) PADA PASIEN RAWAT INAP PENYAKIT SUSPEK PERFORASI MENBRAN TIMPANI DAN AML RELAPS DI PAVILIUN DAHLIA ATAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TANGGERANG TAHUN
2024
Disusun Oleh : Serly Marlenda PO.71.31.2.21.009
Telah mendapatkan persetujuan pada 05 November 2024
Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Instalasi Gizi dan Dietetik Pembimbing PKL Mahasiswa Gizi
RSU Kabupaten Tangerang RSU Kabupaten Tangerang
Dr. Elvi Manurug, SpGK., MS Dilla Wahyuni, A. Md. Gz
NIP. 196412251990032007 NIP 199306302022032016
Supervisor,
Susyani, S.Si.T, M.Kes
NIP. 196503301986032002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan yang diberikan sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kasus Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) pada Pasien Rawat Inap Penyakit AML di Paviliun Dahlia Bawah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tanggerang Tahun 2024.
Dalam penyelesaian Laporan ini penyusun telah mendapat masukan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. M. Taswin, S.Si., Apt., MM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Palembang 2. Susyani, S.Si.T., M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 3. Eliza, S.Gz., M.Si selaku Ketua Prodi DIV Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang 4. Dr. Elvi Manurung.SpGk. MS sebagai Kepala Unit Gizi RSUD Kabputaen Tangerang 5. H. Muhammad Nur S.Gz RD Selaku Pembimbing lapangan PKL AGK RSUD
Kab.Tanggerang
6. Dilla Wahyuni, A.Md.Gz selaku pembimbing AGK RSUD Kabupaten Tanggerang 7. Para pembimbing instalasi Gizi dan Dietetik du RSUD Kabupaten
Tangerang
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini belum sempurna dan banyak kekurangan, baik dari segi data maupun dalam penyajian. Oleh karena itu kami menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan kami. Segala saran dan masukan sangat berarti demi perbaikan laporan ini.
Penulis berharap semoga laporan praktek kerja lapangan (PKL) Manajemen asuhan Gizi klinik ini bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi penulis sendiri dan pembaca.
Tangerang, 6 November 2024
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GRAFIK ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB IPENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Leukemia Myeloid Akut (AML) ... 4
B. Etiologi Leukemia Myeloid Akut (AML) ... 4
C. Patofisiologi Leukemia Myeloid Akut (AML) ... 5
D. Diagnosis Klinis Leukemia Myeloid Akut (AML) ... 6
BAB IIIPROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) ... 8
A. Gambaran Umum Pasien ... 8
B. Identitas Pasien ... 8
C. Assesment Gizi ... 9
D. Diagnosis Gizi ... 16
E. Intervensi Gizi ... 17
F. Monitoring dan Evaluasi Gizi ... 25
A. Edukasi ... 26
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ... 27
A. Antropometri ... 27
B. Biokimia ... 27
C. Fisik dan Klinis ... 28
D. Hasil Asupan Sesuai Kebutuhan Intervensi ... 28
A. Kesimpulan ... 31
B. Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
LAMPIRAN ... 34
DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Hasil Riwayat Gizi Pasien... 8
Tabel 3. 2 Hasil Pengkajian Food Frequency Quesioner (FFQ)... 9
Tabel 3. 3 Hasil Recall 24 Jam ... 10
Tabel 3. 4 Kategori Persenan Asupan ... 11
Tabel 3. 5 Hasil Pemeriksaan Antropometri ... 12
Tabel 3. 6 Kategori Status Gizi Indeks Massa Tubuh ... 12
Tabel 3. 7 Hasil Pemeriksaan Laboratorium ... 12
Tabel 3. 8 Hasil Pemeriksaan Klinis ... 13
Tabel 3. 9 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien ... 13
Tabel 3. 10 Riwayat Personal ... 13
Tabel 3. 11 Riwayat Medis ... 14
Tabel 3. 12 Riwayat Sosial ... 14
Tabel 3. 13 Hasil Diagnosis Gizi Pasien ... 14
Tabel 3. 14 Pembagian Distribusi Makan Sehari ... 16
Tabel 3. 15 Perencanaan Intervensi Hari ke-1 ... 16
Tabel 3. 16 Hasil Recall Intervensi Hari-1 ... 17
Tabel 3. 17 Pembagian Distribusi Makan Sehari ... 19
Tabel 3. 18 Perencanaan Intervensi Hari ke-2 ... 19
Tabel 3. 19 Hasil Recall Intervensi Hari-2 ... 21
Tabel 3. 20 Hasil Monitoring dan Evaluasi ... 22
Tabel 4. 1 Hasil pemeriksaan laboratorium selama intervensi ... 24
Tabel 4. 2 Perkembangan asupan sesuai intervensi sampai hari ketiga ... 25
Tabel 5 1 Hasil Intervensi Hari ke-1 ... 30
Tabel 5 2 Hasil Intervensi Hari ke-2 ... 32
DAFTAR GRAFIK Grafik 3 1 Perbandingan Asupan SMRS dan MRS ... 11
Grafik 4. 1 Perbandingan Hasil Lab Selama Intervensi ... 24 Grafik 4. 2 Hasil asupan selama 3 hari intervensi yang dibandingkan dengan
kecukupan pasien ... 26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. 1 Leaflet Edukasi ... 34Gambar 5. 2 Pemberian Edukasi ... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Acute Myeloid Leukemia (AML) adalah salah satu jenis kanker darah yang paling umum terjadi pada anak-anak, meskipun lebih sering ditemukan pada orang dewasa. AML ditandai oleh proliferasi sel-sel mieloid yang abnormal di sumsum tulang, yang mengganggu produksi sel darah normal.
Menurut American Cancer Society, AML menyumbang sekitar 15% dari semua kasus leukemia pada anak-anak, dengan insiden yang bervariasi berdasarkan usia dan faktor genetik. Penanganan AML pada anak melibatkan kombinasi kemoterapi, terapi target, dan transplantasi sel punca, namun relaps tetap menjadi tantangan signifikan dalam pengobatan penyakit ini.
Relaps pada AML anak dapat terjadi pada 30-40% kasus, tergantung pada faktor risiko dan respons terhadap terapi awal. Relaps ini dapat terjadi di sumsum tulang, darah, atau jaringan ekstra meduler, dan sering kali memerlukan pendekatan terapeutik yang lebih agresif. Penelitian menunjukkan bahwa prognosis untuk anak-anak dengan relaps AML lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami relaps, dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah. Oleh karena itu, pemantauan yang ketat dan intervensi dini sangat penting untuk meningkatkan hasil klinis.
Nutrisi memainkan peran penting dalam manajemen pasien dengan AML, terutama selama fase pengobatan dan pemulihan. Anak-anak dengan AML sering mengalami malnutrisi akibat efek samping dari kemoterapi, seperti mual, muntah, dan kehilangan nafsu makan. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Pediatric Hematology/Oncology, intervensi gizi yang tepat dapat membantu meningkatkan status gizi, mempercepat pemulihan, dan mengurangi risiko infeksi. Oleh karena itu, pendekatan multidisiplin yang melibatkan ahli gizi sangat penting dalam perawatan anak dengan AML.
Dalam konteks ini, laporan praktik kerja ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran gizi dalam manajemen anak dengan AML relaps. Melalui pengamatan langsung dan interaksi dengan tim medis, mahasiswa gizi dapat memahami tantangan yang dihadapi oleh pasien dan keluarga mereka, serta
strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan asupan gizi dan kualitas hidup pasien. Laporan ini juga akan membahas pentingnya pendidikan gizi bagi keluarga pasien untuk mendukung pemulihan dan manajemen jangka panjang.
Dengan meningkatnya prevalensi kanker pada anak dan tantangan yang dihadapi dalam pengobatan, penting untuk terus mengeksplorasi dan mengembangkan pendekatan yang lebih baik dalam manajemen gizi untuk pasien dengan AML. Melalui laporan ini, diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih dalam mengenai pentingnya intervensi gizi dalam meningkatkan hasil klinis dan kualitas hidup anak-anak yang mengalami relaps AML.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum Suspek
Melaksanankan proses asuhan gizi terstandar pada paseien Perforasi Menbran Timpani dan AML Relaps di paviliun Dahlia Bawah RSU Kabupaten Tanggerang
2. Tujuan Khusus
1. Menentukan status gizi pada pada paseien Perforasi Menbran Timpani dan AML Relaps di paviliun Dahlia Bawah RSU Kabupaten Tanggerang 2. Melakukan Penapisan gizi (nutrition screening) pada pada paseien
Perforasi Menbran Timpani dan AML Relaps di paviliun Dahlia Bawah RSU Kabupaten Tanggerang
3. Melakukan pengkajian gizi (nutrition asessment) pada pada paseien Perforasi Menbran Timpani dan AML Relaps di paviliun Dahlia Bawah RSU Kabupaten Tanggerang
4. Melakukan diagnosis gizi (nutrition asessment) pada pada paseien Perforasi Menbran Timpani dan AML Relaps di paviliun Dahlia Bawah RSU Kabupaten Tanggerang
5. Melaksanakan intervensi gizi pada pada paseien Perforasi Menbran Timpani dan AML Relaps di paviliun Dahlia Bawah RSU Kabupaten Tanggerang
6. Melakukan edukasi gizi pada keluarga pada paseien Perforasi Menbran Timpani dan AML Relaps di paviliun Dahlia Bawah RSU Kabupaten
Tanggerang
7. Melakukan monitoring dan evaluasi pada pada paseien Perforasi Menbran Timpani dan AML Relaps di paviliun Dahlia Bawah RSU Kabupaten Tanggerang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Leukemia Myeloid Akut (AML)
Leukemia myeloid akut (AML) adalah neoplasma myeloid yang berkembang pesat yang ditandai dengan perluasan klonal sel induk hematopoietik primitif, yang dikenal sebagai blas, di sumsum tulang. Perluasan ini mengakibatkan eritropoiesis dan megakariopoiesis yang tidak efektif, yang secara klinis bermanifestasi sebagai kegagalan sumsum tulang yang relatif cepat dibandingkan dengan leukemia kronis dan indolen. Hal ini menyebabkan produksi sel darah merah dan trombosit yang tidak memadai. Pedoman konsensus terkini yang ditetapkan oleh European LeukemiaNET (ELN) pada tahun 2022 telah menekankan karakterisasi molekuler dan stratifikasi risiko bagi individu dengan AML, yang menyediakan data terkini tentang aspek-aspek ini.
B. Etiologi Leukemia Myeloid Akut (AML)
Rekomendasi konsensus European LeukemiaNet (ELN) 2022 menawarkan kerangka kerja yang berharga untuk mengklasifikasikan AML berdasarkan profil mutasi. Namun, sebelum penyedia layanan kesehatan benar- benar dapat memahami dan mengakses kerangka kerja ini, mereka perlu memahami asal-usul dan jalur penyakit. Misalnya, pasien dengan sindrom mielodisplastik (MDS) berisiko tinggi dan sangat tinggi, yang secara klinis ditandai dengan adanya sitopenia yang bergantung pada transfusi dan sel blast perifer, memiliki risiko lebih tinggi terhadap evolusi AML dan memerlukan pengawasan yang ketat.
Pasien dengan neoplasma mieloproliferatif, yang meliputi mielofibrosis, trombositemia esensial, polisitemia vera, dan leukemia mieloid kronis, juga dapat berkembang atau berevolusi menjadi neoplasma mieloid tingkat tinggi seperti AML. Indikasi perkembangan tersebut pada kondisi yang sudah ada sebelumnya bervariasi berdasarkan fenotipe klinis dasar (misalnya, trombositosis pada pasien dengan trombositemia esensial), tetapi presentasi
umum melibatkan penurunan jumlah sel darah bersamaan dengan peningkatan blast perifer. Secara kolektif, kondisi ini, termasuk MDS dan neoplasma mieloproliferatif, serta kondisi penyakit lainnya, seperti anemia aplastik, dapat menyebabkan apa yang disebut sebagai AML sekunder.
Kelompok pasien lain yang berisiko terkena AML mencakup pasien yang sebelumnya telah menerima kemoterapi untuk keganasan lain. Pasien yang telah terpapar agen pengalkilasi atau radiasi (misalnya, pasien yang menerima siklofosfamid yang ditujukan untuk kanker payudara) dapat mengembangkan MDS/AML dengan kelainan kromosom 5 atau 7. Gejala sisa seperti itu umumnya terjadi 5 hingga 7 tahun setelah paparan. Agen kemoterapi lain, khususnya penghambat topoisomerase, juga dapat menyebabkan AML tetapi dikaitkan dengan penataan ulang 11q23. Fenomena ini mencirikan apa yang secara efektif dikenal sebagai MDS/AML terkait terapi.
Paparan lingkungan tambahan, termasuk radiasi, asap tembakau, dan benzena, juga berkontribusi terhadap risiko AML. Meskipun faktor risiko ini diketahui, sebagian besar kasus AML masih muncul secara de novo tanpa etiologi yang dapat dikaitkan.
C. Patofisiologi Leukemia Myeloid Akut (AML)
AML ditandai dengan proliferasi klonal prekursor myeloid yang tidak berdiferensiasi, yang dikenal sebagai sel blas, di dalam kompartemen sumsum tulang. Penelitian ekstensif, baik yang sudah ada maupun yang sedang berlangsung, menyelidiki jalur komunikasi sel-sel ini di dalam sumsum tulang.
Namun, proliferasi ini terutama berasal dari akumulasi berbagai kelainan genomik dan sitogenetik. Manifestasi klinis dari proses ini mengakibatkan eritropoiesis yang tidak efektif, megakariopoiesis, dan kegagalan sumsum tulang.
AML adalah penyakit yang sangat heterogen yang memerlukan karakterisasi sitogenetik dan molekuler yang bersifat individual. Namun, secara umum, penyakit ini dapat dikategorikan ke dalam kelompok risiko yang menguntungkan, menengah, atau tinggi berdasarkan kriteria yang diuraikan dalam pedoman ELN 2022 yang disebutkan di atas. [6] Kelainan genetik yang
menjadi ciri penyakit risiko yang menguntungkan meliputi translokasi kromosom t(8;21)(q22;q22.1) atau inv(16)(p13.1q22). Pasien yang tidak memiliki mutasi FLT3-ITD (duplikasi tandem internal) tanpa NPM1 yang bermutasi atau dengan mutasi CEBPA (bZIP in-frame) juga dikategorikan sebagai risiko yang menguntungkan.
Sebuah studi bahkan melaporkan bahwa mutasi NPM1 hadir hingga 35% dari pasien dengan AML. [14] AML risiko menengah didiagnosis dengan adanya mutasi FLT3-ITD atau t(9;11)(p21.3;q23.3, atau penataan ulang MLL:KMT2A). Terakhir, kategorisasi AML risiko tinggi dapat didiagnosis dengan adanya beberapa kelainan sitogenetik atau molekuler, yang terutama mencakup monosomi 5/del 5q atau 7/delesi 7q, kariotipe monosomal atau kompleks lainnya (≥3 kelainan yang tidak terkait), atau mutasi pada ASXL1, EZH2 , SRSF2, atau TP53 .
Faktor transkripsi terkait runt ( RUNX1 ) merupakan komponen penting hematopoiesis dan juga dikenal sebagai protein AML1 atau subunit faktor pengikat inti alfa-2 ( CBFA2 ). RUNX1 terletak pada kromosom 21 dan sering ditranslokasi dengan gen ETO (Delapan Dua Satu) /RUNX1T1 yang terletak pada kromosom 8q22, sehingga menghasilkan AML-ETO atau t(8;21)(q22;q22) AML, yang terlihat pada sekitar 12% kasus AML. Mutasi ini, yang umumnya dikaitkan dengan trisomi 13 dan 21, menunjukkan resistensi terhadap terapi induksi standar.
D. Diagnosis Klinis Leukemia Myeloid Akut (AML)
Prognosis pada AML bergantung pada karakterisasi sitogenetik dan molekuler pasien secara individu. Misalnya, AML dengan risiko yang menguntungkan dapat didiagnosis dengan adanya translokasi materi kromosom tertentu, termasuk t(8;21), t(15;17), dan inversi kromosom 16, atau t(16;16).
Kelainan atau mutasi sitogenetik dengan risiko yang lebih tinggi, seperti t(6;9)(p23.3;q34.1) atau mutasi pada ASXL1 dan U2AF1 , menimbulkan risiko yang lebih tinggi dan menunjukkan prognosis yang kurang menguntungkan.
Hasil yang merugikan telah dicatat dengan bertambahnya usia, jumlah WBC
(>100.000 saat diagnosis), AML sekunder atau terkait terapi, dan adanya sel leukemia di sistem saraf pusat.
Teknik terkini, termasuk PCR dan flow cytometry, dapat mendeteksi keberadaan penyakit residual minimal pada pasien dengan remisi lengkap.
Kadar RUNX1 - RUNX1T1 yang terus meningkat , meskipun telah menjalani terapi induksi, pada pasien dengan AML t(8;21) dikaitkan dengan peningkatan insiden kekambuhan.
BAB III
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)
A. Gambaran Umum Pasien
An. Fk anak berusia 15 tahun dengan BB 48 kg, Tb 164 cm pasien sudah mengalami gejala AML semenjak bulan desember 2023 lalu dan telah cuti sekolah semenjak saat itu, pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan pendarahan dari lubang telinga kiri semenjak semalam dan disertai nyeri, pasien baru saja keluar rumah sakit dari sore kemarin dan setelah tiba 2 jam di rumah pasien mengalami pendarahan di telinga dan masuk IGD ke Rs yang sama, pasien memiliki riwayat AML.
Pasien tidak memiliki alergi makan, di rumah sebelum masuk Rs pasien pasien makan bisa 4x/hri dengan porsi kecil, selama di rumah sakit sebelum pulang konsumsi pasien baik dengan pemberian nasi biasa dan di makan habis oleh pasien dengan konsumsi lauk hewani, nabati, sayur, dan buah lengkap.
Pasien sebelumnya di rawat di rumah sakit selama 7 hari dan nafsu makan tambah baik sebelum pasien kembali ke rumah sakit.
B. Identitas Pasien
Nama Pasien : An. Fk No. RM : 15009266 Tanggal Lahir : 18 Agustus 2009 Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki Agama : Islam Pekerjaan : -
Pendidikan : SD Sederajat Alamat : Kronjo, tangerang
Suku : Jawa
Tanggal Masuk RS : 10 Oktober 2024 Tanggal Pengkajian : 15 Oktober 2024 Diagnosa : AML Relaps
C. Assesment Gizi 1. Riwayat Obat
Nama Obat Manfaat Efek samping Interaksi bat dengan Makanan Epinefrin
1mg/ml
Epinefrin adalah obat yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi yang parah
(anafilaksis), asma berat, dan untuk meningkatkan tekanan darah pada kondisi syok. Ini bekerja dengan merangsang reseptor adrenergik, yang menyebabkan vasokonstriksi dan bronkodilatasi.
Efek samping dapat mencakup peningkatan
tekanan darah, detak jantung yang cepat, kecemasan, tremor, dan sakit kepala. Dalam dosis tinggi, dapat menyebabkan aritmia jantung..
Tremenza (Tremadol)
Tremadol adalah
analgesik yang
digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga berat.
Ini bekerja dengan mengikat reseptor opioid di otak dan juga mempengaruhi
reuptake serotonin dan norepinefrin.
Efek samping dapat mencakup mual, pusing, sembelit, kantuk,
dan risiko
ketergantungan.
Dalam beberapa kasus, dapat
menyebabkan reaksi alergi atau sindrom serotonin jika digunakan
Makanan Tinggi Natrium dapat menurunkan efektifitas dari obat
bersamaan dengan obat lain yang mempengaruhi serotonin.
Parasetamol Parasetamol adalah
analgesik dan
antipiretik yang digunakan untuk mengurangi nyeri dan demam. Ini sering digunakan untuk nyeri ringan hingga sedang, seperti sakit kepala, nyeri otot, dan demam.
Efek samping umumnya
jarang jika digunakan sesuai dosis, tetapi overdosis
dapat menyebabkan kerusakan hati yang serius. Gejala overdosis
termasuk mual, muntah, dan nyeri perut. perifer.
2. Riwayat Gizi (FH)
Tabel 3. 1 Hasil Riwayat Gizi Pasien
Kode Data Pasien
FH-1.2.2 SMRS Pasien tidak memiliki alergi makan, di rumah sebelum masuk Rs pasien pasien makan bisa 4x/hri dengan porsi kecil, selama di rumah sakit sebelum pulang konsumsi pasien baik dengan pemberian nasi biasa dan di makan habis oleh pasien dengan konsumsi lauk hewani, nabati, sayur, dan buah lengkap FH-2.1.2.5 Alergi makanan: -
FH-7.3.6 Aktivitas fisik: Ringan
Perhitungan Kebutuhan Pasien Rumus CDC : BMR
= RDA x BBI usia tinggi (CDC)
= 40 x 52
= 2080 kkal Protein = 20% x 2080 /4 = 104 g/hari Lemak = 20% x 2080 /9 = 46,2 g/hari KH = 60% x 2080 /4 = 312 g/hari
Tabel 3. 1 Hasil Pengkajian Food Frequency Quesioner (FFQ)
Jenis Menu Penukar Berat Energi Protein Lemak KH Karbohidrat Nasi 3p 300
535 6,3 1,27 57,8
Lauk Hewani
Telur 1p 60 77 6,2 5,4 0,35
ikan 1p 70 60,2 11,2 1,4 0
ayam 1p 60 134 11,29 7,17 5,69
Lauk Nabati
Tahu 1p 100 80 12,9 4,7 0,8
Tempe 1p 60 135 7,9 7,2 7,16
Sayuran
Bening bayem
1p
100
36 1,7 0,37 7,6
Saur lodeh
1p
100
23 1,2 0,6 3,7
Sayur asem
1p
100
29 0,7 0,6 5
Buah
Melon 1p 100 37 0,6 0,4 7,8
Pisang 1p 100 108 1 0,8 24,3
Pepaya 1p 100 46 0,5 0,1 12,2
Minyak 1p 10 88,4 0 10 0
Total 1388,6 61,49 40,01 132,4
Kebutuhan 2.745,60 137,28 61 411,8
% Pemenuhan Kebutuhan 50,58% 44,79% 65,59% 32,15%
Interpretasi Kurang Kurang kurang Kurang
Tabel 3. 2 Hasil Recall 24 Jam Waktu
makan Menu Penukar
Berat yang
dimakan energi protein lemak KH Makan
Pagi 11/10/24
Nasi + ayam suir + wortel
1p 300 175 6 3 32
Makan Sore 10/1024
Nasi 1p 165 297 4,95 0,49 65,6
Soto
1p 150 149 9,1 12,5 4
Selingan Sore
10/10/24 Puding lumut
1p 50 7,8 2 0 1,88
Makan Siang 10/10/24
Nasi 1p 165 297 5 0,49 65,6
Semur
daging 50 1p 138 12,1
7 0,77
Tempe bumbu
kuning 1p 50
201 21 8,8 13,5
Sup
mutiara 1p 100 87 6,56 2,7 5,7
Putel 2p 80 34 8 0,11 0,48
Pisang 1p 100 103 1 0,8 24,3
Selingan Pagi 10/10/24
Cake
seres 1p 30 136 1,37 5,7 13,44
Total 1624,8 77,08 41,59 227,27
Kebutuhan 2.745,60 137,28 61 411,8
%Pemenuhan 59,18% 56,15% 68,18% 55,19%
Interpretasi Kurang Kurang Kurang Kurang
Tabel 3. 3 Kategori Persenan Asupan
Persenan Asupan Kategori
<70% Defisit Berat
70 – 79% Defisit Sedang
80 – 89% Defisit Ringan
90 – 119 % Baik
>120 % Diatas Angka Kebutuhan
Sumber: (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG), 2012) Grafik 3 1 Perbandingan Asupan SMRS dan MRS
3. Antropometri Data (AD)
AD.1.1.1 BB = 48kg
AD.1.1.2 TB =164 cm
BBI = 52 kg (Tabel cdc)
AD.1.1.5 IMT = 17,8 kg/m² (Kurang)
LILA = 22 cm
1 2 3 4
SMRS 50,58% 44,79% 65,59% 32,15%
MRS 59,18% 56,15% 68,18% 55,19%
0,00%
,00%
20 ,00%
40 60,00%
,00%
80
Perbandigan Asupa SMRS &
MRS
Tabel 3. 4 Hasil Pemeriksaan Antropometri
Kode Pemeriksaan Hasil Satuan
15/10/2024
AD-1.1.1 Tinggi Badan 164 cm
AD-1.1.5 Indeks Massa Tubuh 178 kg/m2
CS-5.1.1 Berat Badan Ideal 52 Kg
Tabel 3. 5 Kategori Status Gizi Indeks Massa Tubuh
Klasifikasi IMT
Berat badan kurang (underweight) <18,5
Berat badan normal 18,5-22,9
Kelebihan berat badan (Overweight) 23-24,9
Obesitas I 25-29,9
Obesitas II ≥30
Sumber: WHO Western Pasific Region, 2000
3. Biokimia Data (BD)
Tabel 3. 6 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 08/10/2024
Kode Pemeriksaan Hasil Nilai normal interpretasi BD.1. Trombosit 3 10*3/Ul 140-440 103/Ul Rendah BD.1.10.1 Hemoglobin 11,1 g/dl 11,7-15,5 g/dL Rendah BD.1.12.4 Lekosit 0,11 10*3/uL 3,6 -11,0 103/uL Rendah
Sumber: Rekam Medik Pasien RSUD Kabupaten Tanggerang
4. Pemeriksaan Fisik dan Klinis (PD) 1) Klinis :
Tabel 3. 7 Hasil Pemeriksaan Klinis
Kode Pemeriksaan Hasil Nilai normal interpretasi
PD.1.1.9 TD 100/70 mmHg 120/80 mmHg Rendah
PD.1.1.9 Nadi 109 bpm 60-100 bpm Tinggi
PD.1.1.9 RR 24 bpm 12-20 bpm Tinggi
PD.1.1.9 Suhu 36,7°C 36-37°C Normal
Sumber: Rekam Medik Pasien RSUD Kabupaten Tanggerang
2) Fisik
Tabel 3. 8 Hasil Pemeriksaan Fisik Pasien
Kode Hasil
PD-1.1. Underweight
5. Riwayat Klien (CH)
1) Riwayat Personal (CH-1)
Tabel 3. 9 Riwayat Personal
Kode Riwayat Personal
CH-1.1.1 Usia: 15 tahun
CH-1.1.2 Jenis Kelamin: Laki laki CH-1.1.4 Ras: Jawa
CH-1.1.8 Pendidikan: SD sederajat
2) Riwayat Medis (CH-2.2)
Tabel 3. 10 Riwayat Medis
Kode Riwayat Medis
CH-1.2.1.13 Pasien didiagnosa AML Relaps
3) Riwayat Sosial (CH-3)
Tabel 3. 11 Riwayat Sosial CH-3.1.5 Lokasi rumah : Kronjo, tanggerang CH-3.1.6 Pekerjaan : -
CH-3.1.7 Agama: Islam
D. Diagnosis Gizi
Tabel 3. 12 Hasil Diagnosis Gizi Pasien
Domain Problem Etiologi Sing&symtomp
NI.1.2 Asupan energi
inadekuat
Berkaitan dengan kondisi pasien yang kesulitan makan dan kehilangan nafsu makan
Ditandai dengan hasil recall 24 jam kebutuhan energi 59,18% (Kurang)
NC.1.2 Kesulitan
mengunyah menggigit
Berkaitan dengan penyakit pasien yang terasa nyeri di bagian telinga
Ditandai dengan pasien yang kesulitan
mengunyah karen anyeri di bagian telinga bila mengunyah
NC.2.2 Petubahan nilai lab
Berkaitan dengan penyakit pasien AML Relaps
Ditandai dengan kadar hemoglobin 11,1 g/dl (rendah), 0,11 x10³/µL (rendah),
trombosit 3 x10³/µL (rendah)
E. Intervensi Gizi
Nama diet : Diet TKTP (NB Normal -2100) Prinsip diet : Tinggi Energi, Tinggi Protein Tujuan diet :
1) Memberikan dan zat gizi sesuai kebutuhan pasien
2) Memberikan makanan pasien sesuai dengan kemampuan mengunyah 3) Membantu memberikan makanan tinggi Fe untuk pasien Syarat diet
:
1) Kebutuhan energi diberikan sesuai perhitungan kebutuhan anak menggunakan CDC
2) Protein diberikan 20% dari kebutuhan 3) Lemak diberikan 20% dari kebutuhan 4) Karbohidrat diberikan 60% dari kebutuhan
5) Pemberian zat gizi mikro zat besi sesuai dengan AKG
Bentuk makanan : Makanan Biasa Jalur pemberian : Via Oral
Frekuensi : 3x makan utama 2x makan snack Bentuk makanan : Nasi lunak
Jalur pemberian : Via Oral
Frekuensi : 3x makan utama 2x makan snack
Perhitungan kebutuhan zat gizi pasien MRS dengan rumus CDC : BMR = RDA x BBI usia tinggi (CDC)
= 40 x 52
= 2080 kkal
Protein = 20% x 2080 /4 = 104 g/hari Lemak = 20% x 2080 /9 = 46,2 g/hari KH = 60% x 2080 /4 = 312 g/hari Fe = 11 mg
INTERVENSI HARI KE-1
Rencana intervensi hari pertama 15 Oktober 2024 Pemesanan Diet : NL – LC 1500 + MC Rs 3 x 200
Pemenuhan Kebutuhan 80%
Zat Gizi Kebutuhan % Pemenuhan Jumlah
Energi (Kkal) 2080
80%
1664
Protein (g/hari) 104 83,2
Lemak (g/hari) 46,2 36,96
Karbohidrat (g/hari) 377,52 302,02
Tabel 3. 135 Perencanaan Intervensi Hari ke-1 Waktu
makan Menu Penukar
Berat yang
dimakan energi protein lemak KH FE
Makan Pagi 15/10/24
Nasi Tim ayam +
Wortel 1P 100 150 5 1,2 32,5 0,5
Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Selingan Pagi 15/10/24
Puding
coklat 1p 50 7,8 2 0 1,88 0
Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Makan Siang 15/10/24
Nasi Tim 1P 125 150 3 2,2 32,5 0,5
Daging
bb Bistik 1p 30 52,2 5,88 2 0 0,87
Perkedel
panggang 1p 70 76,4 9 1,7 3,2 0,4
sup
kentang 1p 100 25 1 0 3 0,1
Pepaya 1p 100 46 0,5 0,1 12,2 0,8
Selingan Sore 15/10/24
Kue
lumpur 1p 30 74 1,35 1,2 7,85 0,4
Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Makan Sore 15/1024
Nasi Tim 1P 125 150 3 2,2 32,5 0,5
Ayam bumbu
kalio 1p 80 124 11,29 1,8 4 0,8
Opor
tempe 1p 30 55 7 0,8 4 0,2
Tumis
buncis 1p 100 25 2 0 3 0,1
Pepaya 1p 100 46 0,5 0,1 12,2 0,8
Jam
21.00 Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Total 1629,4 82,2 43,98 230,03 13,97
Kebutuhan 1.664,00 83,2 36,96 302,02 11
%Pemenuhan 97,92% 98,80% 118,99% 76,16% 127,00%
Interpretasi Baik Baik Lebih Baik Lebih
Tabel 3. 146 Hasil Recall Intervensi Hari-1 Waktu
makan Menu Penukar
Berat yang
dimakan energi protein lemak KH FE
Makan Pagi 15/10/24
Nasi Tim ayam +
Wortel 1P 100 0 0 0 0 0
Mc 1p 40,5 0 0 0 0 0
Selingan Pagi 15/10/24
Puding
coklat 1p 50 0 0 0 0 0
Mc 1p 40,5 0 0 0 0 0
Makan Siang 15/10/24
Nasi Tim 1P 125 37,5 0,75 0,55 8,12 0,12
Daging
bb Bistik 1p 30 0 0 0 0 0
Perkedel
panggang 1p 70 0 0 0 0 0
sup
kentang 1p 100 0 0 0 0 0
Pepaya 1p 100 0 0 0 0 0
Selingan Sore 15/10/24
Kue
lumpur 1p 30 0 0 0 0 0
Mc 1p 40,5 0 0 0 0 0
Makan Sore 15/1024
Nasi Tim 1P 125 37,5 0,75 0,55 8,12 0,12
Ayam bumbu
kalio 1p 80 0 0 0 0 0
Opor
tempe 1p 30 0 0 0 0 0
Tumis
buncis 1p 100 0 0 0 0 0
Pepaya 1p 100 0 0 0 0 0
Jam
21.00 Mc 1p 40,5 0 0 0 0 0
Total 75 1,5 1,1 16,24 0,24
Kebutuhan 1.664,00 83,2 36,96 302,02 11
%Pemenuhan 4,51% 1,80% 2,98% 5,38% 2,18%
Interpretasi Baik Baik Lebih Baik Lebih
INTERVENSI HARI KE-2
Rencana intervensi hari kedua 16 Oktober 2024 Pemesanan Diet : NL – LC 1500 + Susu Putih 3 x 200
Tabel 3. 157 Pembagian Distribusi Makan Sehari Pemenuhan Kebutuhan 80%
Zat Gizi Kebutuhan % Pemenuhan Jumlah
Energi (Kkal) 2080
80%
1664
Protein (g/hari) 104 83,2
Lemak (g/hari) 46,2 36,96
Karbohidrat (g/hari) 377,52 302,02
Tabel 3. 168 Perencanaan Intervensi Hari ke-2 Waktu
makan Menu Penukar
Berat yang
dimakan energi protein lemak KH FE
Makan Pagi 16/10/24
Nasi Tim ayam +
Wortel 1P 100 150 5 1,2 32,5 0,5
Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Selingan Pagi 16/10/24
Puding
coklat 1p 50 7,8 2 0 1,88 0
Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Makan Siang 16/10/24
Nasi Tim 1P 125 150 3 2,2 32,5 0,5
Daging
bb Bistik 1p 30 52,2 5,88 2 0 0,87
Perkedel
panggang 1p 70 76,4 9 1,7 3,2 0,4
sup
kentang 1p 100 25 1 0 3 0,1
Pepaya 1p 100 46 0,5 0,1 12,2 0,8
Selingan
Sore Kue
lumpur 1p 30 74 1,35 1,2 7,85 0,4
16/10/24 Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Makan Sore 16/1024
Nasi Tim 1P 125 150 3 2,2 32,5 0,5
Ayam bumbu
kalio 1p 80 124 11,29 1,8 4 0,8
Opor
tempe 1p 30 55 7 0,8 4 0,2
Tumis
buncis 1p 100 25 2 0 3 0,1
Pepaya 1p 100 46 0,5 0,1 12,2 0,8
Jam
21.00 Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Total 1629,4 82,2 43,98 230,03 13,97
Kebutuhan 1.664,00 83,2 36,96 302,02 11
%Pemenuhan 97,92% 98,80% 118,99% 76,16% 127,00%
Tabel 3. 19 Hasil Recall Intervensi Hari ke-2 Waktu
makan Menu Penukar
Berat yang
dimakan energi protein lemak KH FE
Makan Pagi 16/10/24
Nasi Tim ayam +
Wortel 1P 0 0 0 0 0 0
Mc 1p 0 0 0 0 0 0
Selingan Pagi 16/10/24
Puding
coklat 1p 0 0 0 0 0 0
Mc 1p 0 0 0 0 0 0
Makan Siang 16/10/24
Nasi Tim 1P 30 37,5 0,75 0,55 8,12 0,12
Daging bb
Bistik 1p 0 0 0 0 0 0
Perkedel
panggang 1p 0 0 0 0 0 0
sup
kentang 1p 0 0 0 0 0 0
Pepaya 1p 0 0 0 0 0 0
Selingan Sore 16/10/24
Kue
lumpur 1p 0 0 0 0 0 0
Mc 1p 0 0 0 0 0 0
Makan Nasi Tim 1P 30 37,5 0,75 0,55 8,12 0,12
Sore
16/1024 Ayam bumbu
kalio 1p 0 0 0 0 0 0
Opor
tempe 1p 0 0 0 0 0 0
Tumis
buncis 1p 0 0 0 0 0 0
Pepaya 1p 0 0 0 0 0 0 Jam
21.00 Mc 1p 0 0 0 0 0 0
Total 75 1,5 1,1 16,24 0,24
Kebutuhan 1.664,00 83,2 36,96 302,02 11
%Pemenuhan 4,51% 1,80% 2,98% 5,38% 2,18%
Kebutuhan 100% 2080 104 46,2 377,52 11
Persentase pemenuhan 10 % 3,61% 1,44% 2,38% 4,30% 2,18%
INTERVENSI HARI KE-3
Rencana intervensi hari kedua 17 Oktober 2024 Pemesanan Diet : NL – LC 1500 + Susu Putih 3 x 200
Tabel 3. 20 Pembagian Distribusi Makan Sehari Pemenuhan Kebutuhan 80%
Zat Gizi Kebutuhan % Pemenuhan Jumlah Energi (Kkal) 2080
80%
1664
Protein (g/hari) 104 83,2
Lemak (g/hari) 46,2 36,96
Karbohidrat (g/hari) 377,52 302,02
Tabel 3. 21 Perencanaan Intervensi Hari ke-3 Waktu
makan Menu Penukar
Berat yang
dimakan energi protein lemak KH FE
Makan Pagi 17/10/24
BB Kacang
Hijau 1P 100 108 3,54 2,2 27,7 0,7
Roti 1/4 p 50 124 4 0,6 35 0,75
Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Selingan Pagi 17/10/24
Cake
Pisang 1p 30 127 3,37 2 23,44 0,3
Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Makan Siang 17/10/24
Nasi Tim 1P 125 150 3 2,2 32,5 0,5
Pepes Ikan
Tenggiri 1p 30 52,2 5,88 0,7 0 0,4
0
Tahu bb
Kecap 1p 50 40 5,45 1,35 2 0,7
Sup
Putren 1p 100 65 2,3 5 8 0,2
Pepaya 1p 100 46 0,5 0,1 12,2 0,8
Selingan Sore 17/10/24
Puding
Mutiara 1p 70 7,5 0,2 0,1 3 0
Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Makan Sore 17/1024
Nasi Tim 1P 125 150 3 2,2 32,5 0,5
Telur bb
Kecap 1p 50 127 6,2 3,4 0,35 0,6
Tempe
bacem 1p 30 55 7 0,8 4 0,2
Sup
Oyong 1p 100 25 2 0 7 0,1
Pepaya 1p 100 46 0,5 0,1 12,2 0,8
Jam
21.00 Mc 1p 40,5 162 7,67 7,67 20,3 2
Total 1770,7 77,62 51,43 281,09 14,55
Kebutuhan 1.664,00 83,2 36,96 302,02 11
%Pemenuhan 106,41% 93,29% 139,15% 93,07% 132,27%
Tabel 3. 22 Hasil Recall Intervensi Hari ke-3 Waktu
makan Menu Penukar
Berat yang
dimakan energi protein lemak KH FE
Makan Pagi 17/10/24
BB Kacang
Hijau 1P 0 0 0 0 0 0
Roti 1/4 p 0 0 0 0 0 0
Mc 1p 0 0 0 0 0 0
Selingan Pagi 17/10/24
Cake
Pisang 1p 0 0 0 0 0 0
Mc 1p 0 0 0 0 0 0
Makan Nasi Tim 1P 30 37,5 0,75 0,55 8,12 0,12
Siang
17/10/24 Pepes Ikan
Tenggiri 1p 0 0 0 0 0 0
Tahu bb
Kecap 1p 0 0 0 0 0 0
Sup
Putren 1p 0 0 0 0 0 0
Pepaya 1p 0 0 0 0 0 0
Selingan Sore 17/10/24
Puding
Mutiara 1p 0 0 0 0 0 0
Mc 1p 0 0 0 0 0 0
Makan Sore 17/1024
Nasi Tim 1P 70 71 1,2 1,3 17,2 1,8
Telur bb
Kecap 1p 0 0 0 0 0 0
Tempe
bacem 1p 0 0 0 0 0 0
Sup
Oyong 1p 0 0 0 0 0 0
Pepaya 1p 0 0 0 0 0 0
Jam
21.00 Mc 1p 0 0 0 0 0 0
Total 108,5 1,95 1,85 25,32 1,92
Kebutuhan 1.664,00 83,2 36,96 302,02 11
%Pemenuhan 6,52% 2,34% 5,01% 8,38% 17,45%
Kebutuhan 100% 2080 104 46,2 377,52 11
Persentase pemenuhan 100% 5,22% 1,88% 4,00% 6,71% 17,45%
F. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Tabel 3. 20 Hasil Monitoring dan Evaluasi
Monitoring Evaluasi Target Waktu Asupan makan Memonitor peningkatan
asupan makanan pasien dibandingkan dengan kebutuhan (energi, protein, lemak dan karbohidrat)
Pemenuhan asupan 100% dari
kebutuhan.
3 hari
Fisik Lemas Keadaan normal Akhir pengamatan Klinis Memonitor keadaan klinis
mencapai pada rentang Normal Selama dirawat nilai normal
Perilaku Memonitor pengetahuan gizi
Menerapkan perilaku yang baik dalam konsumsi makanan bergizi.
Setiap hari
Laboratorium Memonitor nilai lab Normal Selama dirawat
A. Edukasi a) Tujuan
1. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien mengenai diet DJ, rendah purin, dan, bahan makanan yang baik untuk pasien 2. Memberikan edukasi kepada pasien dengan menkonsumsi bahan
makanan yang baik dan di hindari untuk di konsumsi b) Konten/materi :
1. Pengertian diet TKTP
2. Contoh penyusunan menu sesuai dengan diet 3. Bahan makanan yang dianjurkan dan dibatasi c) Target : Pasien dan keluarga pasien
d) Media : Leaflet e) Ruangan : Flamboyan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Antropometri
Berat badan awal intervensi Pasien mengalami penurunan karena kondisi pasien dan keadaan tidak nafsu makan dengan penurunan 46kg di hari ke 3 di ukur
B. Biokimia
Selama proses intervensi dilakukan pemeriksaan laboratorium ulang, dilakukan pada tanggal Oktober 2024
Tabel 4. 1 Hasil pemeriksaan laboratorium selama intervensi Tanggal 09 Oktober 2024
Pemeriksaan 10 Okt 2024 15 Okt 2024 17 Okt 2024
Hemoglobin 11,1 mg/dl 9 mg/dl 11 mg/dl
Leukosit 0,11 x10³/µL 0,8 x10³/µL 0,5 x10³/µL Sumber: Rekam Medik Pasien RSUD Kabupaten Tanggerang
Grafik 4. 1 Perbandingan Hasil Lab Selama Intervensi
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa nilai laboratorium Hemoglobin mengalami penurunan selama itervensi dari pemeriksaan pertama hingga dan juga hasil pemeriksaan Leukosit dari hasil pemeriksaan pertama hingga akhir intervensi
C. Fisik dan Klinis
Selama proses intervensi dilakukan pemantauan fisik pasien, mulai dari tanggal 15 Oktober 2024. Berdasarkan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan, kondisi pasien semakin memburuk dan menunjukan penurunan kesadaran dengan penambahan kondisi seperti nyeri yang meluas ke kepala.
D. Hasil Asupan Sesuai Kebutuhan Intervensi
Tabel 4. 2 Perkembangan asupan sesuai intervensi dengan kebutuhan 80%
Asupan Energi Protein Lemak KH Fe Hari ke 1 4,51% 1,80% 2,98% 5,38% 2,18%
Hari ke 2 4,51% 1,80% 2,98% 5,38% 2,18%
Hari ke 3 6,52% 2,34% 5,01% 8,38% 17,45%
Grafik 4. 2 Hasil asupan selama 3 hari intervensi yang dibandingkan dengan kecukupan pasien 80%
Dari hasil intervensi yang telah dilakukan selama 3 hari berturut – turut kepada pasien, hasil asupan yang didapati pada hari pertama yaitu Energi 4,51%, protein 1,80%, lemak 2,98%, karbohidrat 5,38%, Fe 2,18%. Pada intervensi di hari ke dua asupan pasien tidak mengalami perubahan yaitu Energi 4,51%, protein 1,80%, lemak 2,98%, karbohidrat 5,38%, Fe 2,18%,
Pada intervensi di hari ke Ketiga asupan pasien mengalami sedikit peningkatan yaitu Energi 6,52%, protein 2,34%, lemak 5,01% karbohidrat 8,38%, Fe 17,45%.
Asupan makan pasien diberikan berangsur mulai dari 80% karena kondisi pasien yang mengalami kesulitan menelan dan diberi tambahan susu putih serta bentuk makanan lunak.
Tabel 4. 3 Perkembangan asupan dengan perbandingan 100%
Asupan Energi Protein Lemak KH Fe Hari ke
1 3,61% 1,44% 2,38% 4,30% 2,18%
Hari ke
2 3,61% 1,44% 2,38% 4,30% 2,18%
Hari ke
3 5,22% 1,88% 4,00% 6,71% 17,45%
Grafik 4. 3 Hasil asupan selama 3 hari intervensi yang dibandingkan dengan kecukupan pasien 100%
Dari hasil intervensi yang dilakukan jika dibandingkan dengan pemenuhan 100% kebutuhan pasien selama 3 hari berturut-turut mengalami penurunan dan peningkatan pada asupan energy yaitu hasil asupan yang didapati pada hari pertama yaitu Energi 4,51%, protein 1,80%, lemak 2,98%, karbohidrat 5,38%, Fe 2,18%.
Pada intervensi di hari ke dua asupan pasien tidak mengalami perubahan yaitu Energi 4,51%, protein 1,80%, lemak 2,98%, karbohidrat 5,38%, Fe 2,18%, Pada
intervensi di hari ke Ketiga asupan pasien mengalami sedikit peningkatan yaitu Energi 6,52%, protein 2,34%, lemak 5,01% karbohidrat 8,38%, Fe 17,45%.
Dari tiga hari intervensi asupan pasien dibandingkan dengen kebutuhan 100% pasieng masih termasuk defisit dan kekurangan asupan makan karena kondisi pasien yang sulit mengunyak dan tidak nafsu makan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil proses Asuhan Gizi Terstandar pada pasien di atas sebagai berikut :
1. An. Fk Merupakan pasien yang di rawat di ruang Dahlia bawah dan didiagnosa AML Relaps
2. Diet yang diberikan yaitu diet TKTP dengan pemberian NL – LC 1500 + Susu Putih 3 x 200
3. Setelah diintervensi selama 3 hari, terjadi penurunan kondisi pasien semakin meburuk
4. Hasil monitiring fisik dan klinis pasien keadaan semakin menurun
5. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan kadar hemoglobin dan leukosit mengalami penurunan
B. Saran
Pasien di anjurkan mengonsumsi makanan sesuai dengan diet yang diberikan, dan menghindari makanan yang tidak dianjurkan, mengatur pola makan agar dapat menjaga berat badan, pasien dan keluarga dapat memahami edukasi yang telah diberikan dan dapat menerapkannya di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro H, dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Maryunani, A. 2012. Asuhan Kegawat Daruratan dalam Kebidanan. Jakarta: Trans
Info Media.
Das S, Das R, Bajracharya R, Baral G, Jabegu B, Odland JØ, et al. Incidence and risk factors of pre-eclampsia in the paropakar maternity and women’s hospital, Nepal: A retrospective study. Int J Environ Res Public Health.
2019;16(19):1–8.
RAHAYU, S. ., Murni, N. S. ., Priyatno, A. D. ., & Yusnilasari. (2024). ANALISIS DETERMINAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI RSUD KAYUAGUNG TAHUN 2024. Jurnal Kesehatan
Tambusai, 5(3). https://doi.org/10.31004/jkt.v5i3.29789
Susanti. D & Maisaroh S. (2023). Hubungan Status Kesehatan Ibu Dengan Kejadian Preekamsi Di Rumah Sakit Tangerang. Vol 9 (1). Jurnal Ilmu Kesehatan Karya Bunda Husada
Erez O, Romero R, Jung E, Chaemsaithong P, Bosco M, Suksai M, Gallo DM, Gotsch F. Preeklamsia dan eklamsia: evolusi konseptual suatu sindrom. Am J Obstet Gynecol. 2022 Feb; 226 (2S):S786-S803.
Macedo TCC, Montagna E, Trevisan CM, Zaia V, de Oliveira R, Barbosa CP, Laganà AS, Bianco B. Prevalensi preeklamsia dan eklamsia pada kehamilan remaja: Tinjauan sistematis dan metaanalisis terhadap 291.247 remaja di seluruh dunia sejak tahun 1969. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2020 Mei; 248 :177-186.
Battarbee AN, Sinkey RG, Harper LM