PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN PONPES NAHDLATUL ATHFAL DOSEN PEMBIMBING :
Dr. -Ing. Ir. EKA PRIADI, M.T.
NIP. 196303241990031002
DISUSUN OLEH :
ZAHRA ZULFA NAZWA D1011211056
NILAM APRIANI D1011211088
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK
2024
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan berkat dan rahmat – Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik dengan baik dan tepat pada waktunya.
Laporan Kerja Praktik ini disusun untuk dapat memenuhi persyaratan mata kuliah Kerja Praktik di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura. Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak, antara lain sebagai berikut:
1. Bapak Dr.-Ing. Ir. Eka Priadi, M.T. selaku dosen pembimbing kerja praktik yang memberikan pengarahan selama kerja praktik hingga pada proses penyelesaian Laporan Kerja Praktik ini.
2. Kedua orang tua kami yang selalu memberikan dukungan selama kegiatan Kerja Praktik berlangsung.
3. PT. Bahtra Jasa Konsul Teknik, selaku instansi pelaksana proyek yang telah menerima kami untuk melaksanakan Kerja Praktik selama dua bulan lamanya pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal di Jl.
Trans Kalimantan.
4. Fasilitator Pengawas dan Pelaksana Lapangan sebagai pembimbing kami di lapangan. Serta para pekerja yang turut membantu dalam pelaksanaan selama kerja praktik berlangsung.
Kami berharap Laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu bagi pembaca.
Pontianak, 21 Maret 2024
Zahra Zulfa Nazwa
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Kerja Praktik ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktik ... 2
1.3 Sumber Pengumpulan Data ... 3
1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktik ... 3
1.5 Pembatas Masalah ... 3
1.6 Manfaat ... 4
BAB II URAIAN UMUM PROYEK ... 6
2.1 Latar Belakang Proyek ... 6
2.2 Lokasi proyek ... 7
2.3 Data Umum Proyek ... 8
2.4 Struktur Bangunan Proyek ... 8
2.5 Struktur Organisasi Proyek ... 8
2.5.1 Pemilik Proyek (Owner) ... 8
2.5.2 General Manager ... 9
2.5.3 Manager Proyek ... 9
2.5.4 Pelaksana Proyek ... 9
2.5.5 Pengawas Proyek ... 10
2.5.6 Mandor ... 10
2.5.7 Tukang ... 11
BAB III SPESIFIKASI MATERIAL DAN ALAT ... 12
3.1 Material ... 12
3.1.1 Bahan Kayu ... 12
3.1.1.1 Kayu Cerucuk ... 13
3.1.1.2 Kayu Kasau 4/6 ... 14
3.1.1.3 Multiplek ... 14
3.1.2 Bahan Besi ... 14
iii
3.1.2.1 Besi Hollow ... 15
3.1.3 Bahan Beton ... 15
3.1.3.1 Semen ... 18
3.1.3.2 Agregat ... 19
3.1.3.3 Air ... 22
3.1.3.4 Beton Ready Mix ... 23
3.1.4 Baja Tulangan ... 24
3.1.5 Minipile uk. 25 x 25 ... 26
3.1.6 Kawat Bendrat ... 27
3.1.7 Paku ... 27
3.2 Peralatan Konstruksi dan Peralatan Pertukangan ... 28
3.2.1 Tripod Pemancangan ... 28
3.2.2 Gerobak Dorong ... 29
3.2.3 Bar Cutter (Pemotong Tulangan) ... 30
3.2.4 Bar Bender (Pembengkok Tulangan) ... 31
3.2.5 Dump Truck ... 31
3.2.6 Palu, Sekop, Gergaji Kayu ... 32
3.2.7 Terminal Listrik ... 33
3.2.8 Bor Listrik ... 33
3.2.9 Benang Nilon ... 34
3.2.10 Perancah (Scaffolding) ... 34
3.2.11 Mesin Penyedot Air ... 35
3.2.12 Excavator ... 35
3.2.13 Concrete Pump Truck ... 35
3.3 Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ... 36
3.3.1 Helm Proyek atau Safety Helemet ... 36
3.3.2 Sarung Tangan ... 36
3.3.3 Rompi Proyek ... 36
3.3.4 Sepatu Boot atau Safety Shoes ... 37
BAB IV PELAKSANAAN PROYEK ... 38
4.1 Tinjauan Umum ... 38
4.2 Metode Pelaksanaan Proyek ... 40
4.2.1 Pekerjaan Pendahuluan ... 40
iv
4.2.2 Pekerjaan Pondasi ... 42
4.2.2.1 Pemasangan Poer (Pembesian dan Bekisting) ... 42
4.2.2.2 Pengecoran Poer ... 44
4.2.3 Pekerjaan Struktur Lantai 1 ... 46
4.2.3.1 Pekerjaan Bekisting Pelat Lantai ... 46
4.2.3.2 Pekerjaan Balok Sloof (Pembesian dan Bekisting) .... 48
4.2.3.3 Pembesian Pelat Lantai ... 49
4.2.3.4 Pengecoran Balok Sloof dan Pelat Lantai ... 50
4.2.3.5 Pekerjaan Kolom (Pembesian dan Bekisting) ... 52
4.2.3.6 Pengecoran Kolom ... 55
4.2.3.7 Pekerjaan Tangga ... 56
4.2.4 Pekerjaan Struktur Lantai 1 ... 59
4.2.4.1 Pekerjaan Bekisting Pelat Lantai ... 59
4.2.4.2 Pekerjaan Balok Sloof (Pembesian dan Bekisting) .... 60
4.2.4.3 Pembesian Pelat Lantai ... 62
4.2.4.4 Pengecoran Balok Sloof dan Pelat Lantai ... 63
4.2.4.5 Pekerjaan Kolom (Pembesian dan Bekisting) ... 64
4.2.4.6 Pengecoran Kolom ... 66
4.3 Manajemen Pelaksanaan proyek ... 69
4.4 Permasalahan di Lapangan dan Faktor Kemajuan Pekerjaan... 76
4.5 Penyimpangan di Lapangan ... 77
BAB V ANALISIS PERHITUNGAN ... 78
5.1 Perhitungan Analisis Struktur ... 78
5.1.1 Material Struktur ... 78
5.1.2 Perhitungan Beban ... 80
5.1.3 Perhitungan Pondasi Dalam ... 83
5.1.4 Tebal Minimum Pelat ... 87
5.1.5 Pembebanan Pelat ... 92
5.1.6 Analisis Perhitungan Momen Plat Akibat Beban Terfaktor .... 93
5.1.7 Analisis Perhitungan Balok ... 104
5.1.8 Analisis Perhitungan Kolom ... 112
v
BAB VI PENUTUP ... 87 6.1 Kesimpulan ... 87 6.2 Saran ... 89
vi DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Denah Lokasi Kerja Praktik ... 7
Gambar 2.2 Site Layout Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athal ... 7
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Proyek ... 11
Gambar 3.1 Kayu Cercucuk ... 13
Gambar 3.2 Kayu Kasau 4/6 ... 14
Gambar 3.3 Multiplek ... 14
Gambar 3.4 Besu Hollow ... 15
Gambar 3.5 Semen Gresik ... 19
Gambar 3.6 Agregat Halus ... 21
Gambar 3.7 Agregat Kasar ... 22
Gambar 3.8 Baja Tulangan Polos ... 25
Gambar 3.9 Baja Tulangan Ulir ... 26
Gambar 3.10 Minipile uk. 25 x 25 ... 26
Gambar 3.11 Kawat Bendrat ... 27
Gambar 3.12 Paku ... 27
Gambar 3.13 Alat Pancanvg (Drop Hammer) ... 29
Gambar 3.14 Gerobak Dorong ... 30
Gambar 3.15 Bar Cutter (Pemotong Tulangan) ... 30
Gambar 3.16 Bar Bender (Pembengkokan Tulangan) ... 31
Gambar 3.17 Dump Truck ... 32
Gambar 3.18 Palu ... 32
Gambar 3.19 Sekop ... 32
Gambar 3.20 Gergaji Kayu ... 32
Gambar 3.21 Terminal Listrik ... 33
Gambar 3.22 Bor Listrik ... 33
Gambar 3.23 Benang Nilon ... 34
Gambar 3.24 Perancah (Scaffolding) ... 34
Gambar 3.25 Mesin Penyedot Air ... 35
Gambar 3.26 Excavator ... 35
Gambar 3.27 Concrete Pump Truck ... 35
vii
Gambar 3.28 Helm Proyek atau Safety Helmet ... 36
Gambar 3.29 Sarung Tangan ... 36
Gambar 3.30 Rompi Proyek ... 37
Gambar 3.31 Sepatu Boot atau Safety Shoes ... 37
Gambar 4.1 Papan Nama Kegiatan ... 41
Gambar 4.2 Direksi Keet ... 41
Gambar 4.3 Pemotongan besi tulangan ... 42
Gambar 4.4 Pembengkokan besi tulangan ... 42
Gambar 4.5 Perakitan besi tulangan ... 42
Gambar 4.6 Pembuatan bekisting ... 43
Gambar 4.7 Merakit Multiplek ... 43
Gambar 4.8 Pemasangan bekisitng Poer ... 43
Gambar 4.9 Pemasangan Poer ... 44
Gambar 4.10 Merakit tulangan ... 44
Gambar 4.11 Proses pemindahan beton ... 44
Gambar 4.12 Pemindahan beton ke wadah ... 45
Gambar 4.13 Pemindahan beton ke gerobak dorong ... 45
Gambar 4.14 Pengecoran Poer ... 45
Gambar 4.15 Proses mengurangi rongga udara ... 46
Gambar 4.16 Pelepasan bekisting ... 46
Gambar 4.17 Pemotongan Plywood ... 46
Gambar 4.18 Proses pemasangan cerucuk ... 47
Gambar 4.19 Perakitan kayu kasau ... 47
Gambar 4.20 Pemasangan Plywood ... 47
Gambar 4.21 Pemotongan besi tulangan ... 48
Gambar 4.22 Pembengkokan besi tulangan ... 48
Gambar 4.23 Pemasangan tulangan utama ... 48
Gambar 4.24 Pemasangan beugel Ø10 ... 49
Gambar 4.25 Pemasangan bekisting ... 49
Gambar 4.26 Perakitan tulangan besi ... 50
Gambar 4.27 Pemasangan beton decking dan tulangan kaki ayam ... 50
Gambar 4.28 Proses pemindahan beton ... 50
Gambar 4.29 Pemindahan beton ke concrete pump truck ... 51
viii
Gambar 4.30 Proses pengecoran balok sloof dan pelat lantai ... 51
Gambar 4.30 Proses mengurangi rongga udara ... 51
Gambar 4.31 Proses pelepasan bekisting ... 52
Gambar 4.32 Pemotongan besi tulangan ... 52
Gambar 4.33 Pembengkokan besi tulangan ... 53
Gambar 4.34 Pemasangan tulangan ... 53
Gambar 4.35 Pemasangan bekisiting kolom ... 54
Gambar 4.36 Pemasangan penyangga ... 54
Gambar 4.37 Pemasangan klem bekisting ... 54
Gambar 4.38 Proses pemindahan beton ... 55
Gambar 4.39 Pemindahan beton ke concrte pump truck ... 55
Gambar 4.40 Proses pengecoran kolom ... 55
Gambar 4.41 Proses mengurangi rongga udara ... 56
Gambar 4.42 Pemotongan Plywood ... 56
Gambar 4.43 Proses pelepasan bekisting ... 56
Gambar 4.44 Proses pemasangan cerucuk ... 57
Gambar 4.45 Perakitan Plywood dan kayu kasau ... 57
Gambar 4.46 Perakitan tulangan ... 57
Gambar 4.47 Pengecoran tangga ... 58
Gambar 4.48 Pemotongan Plywood ... 59
Gambar 4.49 Proses pemasangan cerucuk ... 59
Gambar 4.50 Perakitan kayu kasau ... 59
Gambar 4.51 Pemasangan Plywood ... 60
Gambar 4.52 Pemotongan besi tulangan ... 60
Gambar 4.53 Pembengkokan besi tulangan ... 61
Gambar 4.54 Pemasangan tulangan utama ... 61
Gambar 4.55 Pemasangan beugel Ø10 ... 61
Gambar 4.56 Pemasangan bekisting ... 62
Gambar 4.57 Perakitan tulangan besi ... 62
Gambar 4.58 Pemasangan beton decking dan tulangan kaki ayam ... 62
Gambar 4.59 Proses pemindahan beton ... 63
Gambar 4.60 Pemindahan beton ke concrete pump truck ... 63
Gambar 4.61 Proses pengecoran balok sloof dan pelat lantai ... 63
ix
Gambar 4.62 Proses mengurangi rongga udara ... 64
Gambar 4.63 Proses pelepasan bekisting ... 64
Gambar 4.64 Pemotongan besi tulangan ... 64
Gambar 4.65 Pembengkokan besi tulangan ... 65
Gambar 4.66 Pemasangan tulangan ... 65
Gambar 4.67 Pemasangan bekisiting kolom ... 65
Gambar 4.68 Pemasangan penyangga ... 66
Gambar 4.69 Pemasangan klem bekisting ... 66
Gambar 4.70 Proses pemindahan beton ... 66
Gambar 4.71 Pemindahan beton ke concrte pump truck ... 67
Gambar 4.72 Proses pengecoran kolom ... 67
Gambar 4.73 Proses mengurangi rongga udara ... 67
Gambar 4.74 Proses pelepasan bekisting ... 68
Gambar 4.75 Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) ... 75
Gambar 5.1 Denah Fondasi ... 80
x DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Perhitungan rekapitulasi Beban Mati ... 81 Tabel 5.2 Beban Hidup Terdistibusi Merata dan Terpusat Minimum Lo ... 82
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktik
Kerja praktik adalah suatu kegiatan akademik terstruktur yang dilakukan di perusahaan, proyek, ataupun instansi yang dipilih oleh mahasiswa berupa penempatan seseorang atau sekelompok orang pada suatu lingkungan pekerjaan yang sebenarnya untuk meningkatkan keterampilan, etika pekerjaan, disiplin, dan tanggung jawab yang merupakan suatu kesempatan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, serta ada hubungannya dengan latar belakang seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan kerja praktik tersebut.
Melalui kerja praktik ini, mahasiswa pun memiliki wawasan yang luas terhadap perkembangan pembangunan di bidang konstruksi serta dapat melihat dan mempelajari kebijakan dan cara kontraktor sebagai pelaksana dalam menghadapi permasalahan yang timbul secara tak terduga. Sehingga pada akhirnya setelah selesai menyelesaikan pendidikan di bangku perkuliahan, lulus, dan mendapatkan gelar, mahasiswa tidak hanya memiliki literatur saja namun telah memiliki pengalaman dan gambaran tentang kehidupan pembangunan dan pelaksanaan kegiatan di proyek yang dapat dijadikan bekal untuk kedepannya.
Kerja praktik juga merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak yang telah memenuhi beberapa persyaratan. Adapun persyaratan untuk mengambil mata kuliah kerja praktik adalah sebagai berikut:
1. Terdaftar sebagai mahasiswa berstatus aktif.
2. Telah menyelesaikan mata kuliah minimal 110 sks dengan IPK ≥ 2,00.
3. Mengisi Formulir Permohonan Kerja Praktik dan harus mengikuti bagian alir yang disiapkan oleh Ketua Program Studi Teknik Sipil.
Mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan tersebut diwajibkan untuk meninjau secara langsung ke lapangan pada salah satu proyek yang sedang dilaksanakan. Proyek yang diamati dapat berupa proyek pembangunan, perbaikan, maupun peningkatan jalan, bangunan air, lapangan terbang, dan lain-lain yang berhubungan dengan prinsip ilmu keteniksipilan.
Pada umumnya, ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan adalah dalam bentuk konsep teori, baik itu yang disampaikan oleh dosen maupun yang dipelajari sendiri dari literatur yang ada. Karena Mahasiswa Fakultas Teknik khususnya Jurusan Teknik Sipil dituntut untuk mampu menguasai ilmu di bidangnya, tentu tidak cukup dengan apa yang diperoleh di bangku kuliah saja tetapi juga harus dapat melihat kenyataan-kenyataan dan kasus- kasus yang ada di lapangan, tentunya hal ini bisa didapatkan melalui kerja praktik.
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktik
Kerja praktik bermaksud untuk memberikan pengalaman langsung di lapangan kepada mahsiswa agar lebih memahami konsep dari disiplin ilmu yang telah dipelajari di bangku perkuliahan. Pada dasarnya kerja praktik ini bertujuan untuk menghubungkan disiplin ilmu yang telah dipelajari secara teori denga napa yang terjadi langsung dilapangan. Berikut adalah beberapa maksud dan tujuan dari kerja praktik :
1. Mahasiswa mendapatkan pengalaman teknis di lapangan sehingga diharapkan mahasiswa dapat menghubungkan kebijakan lapangan dengan teori yang telah dipelajari di perkuliahan.
2. Mengembangkan kreatifitas dan daya piker mahasiswa tentang cara-cara mengatasi masalah apabila terjadi hal-hal yang tidak terduga di lapangan.
3. Terpenuhinya persyaratan akademis dalam menyelesaikan program studi di Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
1.3 Sumber Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penyusunan laporan kerja praktik ini diperoleh dari:
1. Hasil pengamatan secara langsung di lapangan selama melaksanakan kerja praktik pada proyek yang telah ditentukan.
2. Petunjuk dan pengarahan dari dosen pembimbing.
3. Penjelasan dari kontraktor, mandor, dan pihak-pihak yang berkaitan dengan proyek.
4. Laporan kerja praktik yang telah diseminarkan.
5. Buku-buku dan literatur ketekniksipilan.
1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktik
Kerja praktik merupakan wahana pengenalan mahasiswa pada permasalahan pekerjaan yang sebenarnya dalam sebuah proyek, yang mana didalamnya mengandung ruanglingkup yang bisa dipilih sesuai dengan pilihan yang sudah ada.
Sebaimana yang telah disarankan oleh pihak program studi jurusan teknik Sipil bahwa ruang lingkup kerja praktik adalah :
1. Aktivitas dalam bidang organisasi atau manajemen, yakni mempelajari dan mengenal sistem organisasi proyek dimana mahasiswa melaksanakan kerja praktik.
2. Aktivitas dalam bidang teknis pelaksanaan di lapangan, yakni melihat secara langsung dan menerapkan ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat menganalisis pekerjaan konstruksi,
1.5 Pembatas Masalah
Mengingat kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan kerja praktik ini begitu terbatas dalam segi waktu sementara proyek dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama dan dilakukan secara bertahap sementara tidak semuanya bisa diikuti dalam pelaksanaan kerja praktik. Maka dalam hal inilah penulis tidak dapat melaporkan seluruh kegiatan proyek secara mendetail dan lengkap untuk semua proses pekerjaan dalam laporan kerja praktik ini.
Adapun masalah yang dibahas pada penulisan laporan kerja praktik ini adalah masalah bagian sub sutruktur, adalah bagian bawah konstruksi bangunan yang berfungsi meneruskan beban yang berada di atasnya. Bagian utama dari sub struktur adalah fondasi. Kemudian bagian dari upper struktur
yakni kolom . 1.6 Manfaat
Kerja praktik yang dilakukan adalah suatu rangkaian sarana untuk meningkatkan kemampuan penulis sebagai mahasiswa mengenai tata cara pelaksanaan suatu pekerjaan dari awal masa kerja praktik dimulai sampai masa kerja praktik selama dua bulan berakhir. Adapun manfaat dilakukannya kerja praktik adalah sebagai berikut:
1. Menambah Pemahaman
Melakukan kerja praktik dengan turun langsung ke lapangan membuat mahasiswa dapat menambah pemahaman antara penerapan teoritis yang didapat dari dosen selama kegiatan perkuliahan dibandingkan dengan perencanaan dan juga apa yang sebenarnya terjadi selama pelaksanaan di lapangan. Hal ini membuat mahasiswa sadar bahwa tidak menutup kemungkinan bahwa akan ditemui perbedaan antara konsep teoritis dengan pelaksanaan di lapangan.
2. Mengembangkan Daya Pikir
Lewat kerja praktik, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dan daya pikir dalam aplikasi ilmu yang sudah didapatkan selama studi di kampus dan studi literatur terhadap permasalahan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
3. Menambah Pengalaman
Peserta kerja praktik diharapkan akan mendapat banyak pengalaman teknis dengan terjun langsung ke lapangan dan belajar bagaimana agar dapat mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat dengan menghadapi permasalahan yang sebenarnya.
4. Menambah Relasi
Tidak hanya sekadar mencari pengalaman lapangan saja, namun mahasiswa juga dapat memanfaatkan kesempatan ini sebagai ruang untuk menambah relasi, dengan sering berkumpul, bertanya, serta berbicara dengan orang- orang yang bekerja di proyek tersebut secara tidak langsung dapat menambah relasi atau hubungan dengan mereka. Diharapkan kedepannya ketika lulus dari bangku perkuliahan, mahasiswa bisa mendapatkan lapangan pekerjaan dari relasi yang telah dibentuk.
5. Persyaratan Akademis
Tentunya kerja praktik ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa di semester ini, karena merupakan persyaratan akademis dalam menyelesaikan Program Studi S1 di Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
6 BAB II
URAIAN UMUM PROYEK
2.1 Latar Belakang Proyek
Pembangunan rumah susun pada dasarnya diarahkan untuk meningkatkan kualitas hunian layak huni yang didukung dengan lingkungan sehat dan berkelanjutan. Dalam upaya peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh, pemerintah daerah menetapkan kebijakan dan pola penanganannya dalam bentuk pemugaran, peremajaan dan permukiman kembali.
Pengertian rumah susun berdasarkan Undang - Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menyebutkan adalah tempat tinggal yang diatur secara bertingkat. Rumah susun adalah bangunan bertingkat yang dibangun secara vertikal dalam suatu lingkungan yang distrukturkan secara fungsional, digunakan secara terpisah teutama tempat hunian yang sudah dilengkapi benda dan tanah bersama. Pengertian rumah susun berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun yaitu bangunan secara vertikal di suatu lingkungan yang dapat dihuni secara masing-masing dan digunakan secara terpisah.
Berdasarkan UU No, 20 tahun 2011 tentang Rumah Susun menyebutkan bahwa pemilihan lokasi rumah susun harus memenuhi syarat yaitu sesuai dengan rencana tata ruang, kepadatan bangungan dan kepadatan penduduk, serta layanan sarana dan prasarana.
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun Sederhana dalam pemilihan lokasi rumah susun perlu mempertimbangkan aspek topografi, akses terhadap fasilitas umum, tidak berada di sekitar lokasi yang mempunyai pencemaran, kepadatan bangunan, dan bukan daerah rawan bencana.
Menurut Balbontin, de Dios Ortuzar dan Swait (2014) faktor pemilihan lokasi perumahan vertikal mempertimbangkan kebersihan lingkungan, aksesibilitas menuju pusat kota dan jarak menuju fasilitas umum.
Menurut Williams (2008) dalam Ahmad Ezanee Hashim dkk, (2012) karakteristik lokasi melihat ketersediaan transportasi umum dan keterjangkauan terhadap fasilitas umu
Pembangunan Rumah Rusun Ponpes Nahdlatul Athfal merupakan wujud dukungan Kementerian PUPR dalam mencetak anak-anak bangsa sekaligus membentuk pusat pendidikan karakter. Pembangunan Rumah Susun ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tempat tinggal para santri selama menempuh pendidikan agama di pondok pesantren, serta meminta agar rusun santri ini dapat dipelihara dan segera dihuni setelah proses pembangunan selesai.
2.2 Lokasi Proyek
Lokasi Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal
Gambar 2.1 Denah Lokasi Kerja Praktik
Gambar 2.2 Site Layout Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal
Lokasi
2.3 Data Umum Proyek
Adapun data umum proyek pada pelaksanaan Pembangunan ini ialah sebagai berikut :
• Nama Proyek : Pembangunan Rumah Susun Ponpes
Nahdlatul Athfal.
• Nilai Proyek : Rp. 6.326.256.989,-
• Luas Bangunan : 349 𝑚2
• Pemilik Proyek : PT. Bahtra Jasa Konsul Teknik
• Pelaksana Proyek : CV. Renata Brothers
• Alamat Proyek : Jl. Trans Kalimantan, Durian, Kec.
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat 78241.
2.4 Struktur Bangunan Proyek
Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal, ini menggunakan struktur beton bertulang.
2.5 Struktur Organisasi Proyek
Dalam Pembangunan suatu proyek senantiasa melibatkan beberapa pihak dimana pihak yang satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang sangat erat dan harus dapat bekerja sama, sehingga nantinya tujuan dan hasil yang hendak dicapai dapat terealisasi dengan baik.
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek ini antara lain:
2.5.1 Pemilik Proyek (Owner)
Pemilik proyek (owner) adalah orang atau badan baik instansi pemerintah maupun swasta yang mempunyai keinginan untuk memiliki bangunan. Pemilik proyek merupakan pemegang anggaran yang mempunyai kesanggupan menyediakan dana yang cukup untuk merealisasikan suatu proyek. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pemilik proyek akan menunjuk perencana dan kontraktor yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
Adapun syarat-syarat pemilik proyek adalah sebagai berikut:
a) Untuk perorangan harus mamiliki dana atau anggaran biaya yang diperlukan dan lokasi lahan bangunan yang diinginkan.
b) Untuk swasta harus mempunyai memilik surat pengangkatan dan tanah bangunan.
c) Untuk instansi dinas pemerintahan melalui departemen harus memiliki surat keputusan otorisasi yaitu pejabat yang menerima SKO dan tanah bangunan.
2.5.2 General Manager
General manager bertugas memimpin beberapa manajemen yang berada di bawah general manager, sehinggga memiliki peran sebagai jembatan antara pihak direksi dengan pihak peawai. Selain itu general manager juga membuat keputusan baik dalam jangka panjang maupun pendek, membuat kebijakan, menetapkan sebuah standar, serta bertanggung jawab atas segala urusan bagian dalam dan luar perusahaan.
2.5.3 Manager Proyek
Manajer proyek memiliki tugas antara lain mengatur jalannya proyek, memberi pengarahan dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan pekerjaan dilapangan kepada pengawas lapangan atau mandor, serta membuat laporan mengenai kemajuan atau hambatan pelaksanaan proyek.
2.5.4 Pelaksana Proyek
Pelaksana proyek adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan teknis di lapangan. Hak dan kewajiban seorang pelaksana proyek sebagai berikut :
a) Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang sudah dirancang.
b) Mengadakan pemeriksaan dan pengukuran hasil kerja di lapangan.
c) Mengusulkan perubahan rencana pelaksanaan karena kondisi pelaksanaan yan tidak memungkinkan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan rencana.
d) Mengontrol setiap kebutuhan proyek untuk dilaporkan kepada owner proyek.
2.5.5 Pengawas Proyek
Pengawas proyek adalah seorang yang mempunyai tugas untuk mengawasi pekerjaan proyek yang sedang dilaksanakan di lapangan.
Adapun tugas dari pengawas proyek sebagai berikut : a) Memberikan Kepada Pekerja
Dalam sebuah proyek pekerjaan harus terkonsep dan terencana dengan baik sesuai schedule yang ditetapkan, untuk mencapai itu seorang pengawas proyek harus mengarahkan pekerja lapangan agar kualitas pekerjaan baik dan tepat waktu.
b) Menyiapkan Kebutuhan Material dan Peralatan
Seorang pengawas harus mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik agar para pekerja dapat bekerja secara optimal. Salah satunya dengan menyiapkan kebutuhan matrial yang akan digunakan serta alat bantu kerja yang dibutuhkan.
c) Monitor Hasil Pekerjaan
Saat pekerjaan berlangsung seorang pengawas proyek harus memantau kondisi pekerjaan yang dijalankan secara berkala.
2.5.6 Mandor
Mandor adalah komponen yang tidak bisa dianggap ringan dalam suatu proyek, eksistensi mandor sangat diperlukan sebagai pengawas langsung bagi pekerja-pekerja yang melakukan pekerjaan supaya terarah dan menggunakan waktu dengan seefisien mungkin, biasanya yang menjadi mandor adalah orang yang dihormati oleh pelaksana pekerjaan.
Mandor bertugas mengawasi dan mengkoordinasi serta memberikan upah kepada pekerja-pekerja yang posisinya di bawahnya.
2.5.7 Tukang
Tukang bangunan memiliki peranan yang penting dalam proses pembangunan konstruksi bangunan. Tukang bangunan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan spesifikasi keahlian tukang tersebut. Seperti tukang kayu yang bertugas membuat bekisting, membuat bowplank, dan lain-lain. Sedangkan tukang besi memiliki tugas yang berkaitan dengan besi, seperti memotong dan membengkokkan besi, merakit tulangan poer, sloof, dan kolom.
Adapun struktur organisasi proyek pada Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Proyek
Keterangan : : Garis Perintah : Garis Koordinasi
OWNER
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT
JENDERAL PERUMAHAN BALAI PELAKSANAAN PENYEDIAAN PERUMAHAN
KALIMANTAN BARAT
USER
SATUAN PENYEDIAAN PERUMAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT
KONTRAKTOR
PT. BAHTRA JASA KONSUL TEKNIK KONSULTAN CV. RENATA BROTHER’S
KEPALA TUKANG
TUKANG
12 BAB III
SPESIFIKASI ALAT DAN MATERIAL 3.1 Material
Material merupakan komponen penting dalam menentukan besarnya biaya suatu proyek diserap oleh material yang digunakan (Nugraha, 1985). Material konstruksi atau bahan bangunan adalah bahan baku utama untuk kepentingan pembangunan, baik yang telah tersedia di sekitar manusia maupun yang sengaja diproduksi. Bahan bangunan yang terbentuk secara alami, seperti tanah liat, pasir, kayu dan batu, bahkan ranting dan daun telah digunakan untuk menujang pembangunan. Terlepas dari bahan-bahan yang diproduksi dengan alami, ada beberapa juga produk buatan manusia yang biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi.
Pembangunan Rumah Susun Ponpes ini membutuhkan pengelolaan bahan dengan baik, ini dikarenakan hal tersebut sangat menunjang dalam kelancaran pekerjaan. Bahan- bahan yang digunakan harus diatur penggunaannya dengan baik dan disimpan di suatu tempat yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan sehingga tidak terjadi kerusakan atau kehilangan. Pengaturan, pengelolaan, dan penyimpanan bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan pelaksanaan ini menjadi bagian tanggung jawab logistik dan gudang. Bahan bangunan adalah komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan suatu kegiatan pembangunan. Bahan bangunan sebagai penyusun harus mendapat perhatian khusus, terutama untuk pembangunan-pembangunan yang berskala besar di mana standar mutu bahan yang tersedia harus memenuhi standar yang disyaratkan.
Adapun material atau bahan bangunan yang digunakan pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal ini adalah sebagai berikut:
3.1.1 Bahan Kayu
Jenis kelas kayu digolongkan dalam beberapa kelas, namun pada pelaksanaannya biasanya digunakan kayu kelas 1 dan kayu kelas 2 dengan kualitas yang terjamin dan baik. Di dalam penggunaan bahan kayu ini terlebih dahulu harus diketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dari bahan kayu.
Adapun keuntungan dari bahan kayu adalah sebagai berikut
a. Beratnya relatif ringan dengan kekuatan yang cukup tinggi b. Mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap bahan kimia c. Mudah dalam pelaksanaannya
d. Biayanya relatif murah bila dibandingkan bahan konstruksi lain e. Mudah dalam penggantian jika terjadi kerusakan
f. Mudah diperoleh di pasaran
Adapun kekurangan dari bahan kayu adalah sebagai berikut:
a. Mudah memuai dan menyusut dengan perubahan suhu dan kelembaban.
b. Dapat mengalami perubahan bentuk apabila menerima beban dalam jangka waktu yang cukup lama.
c. Mudah terbakar dan mudah lapuk.
d. Mudah rusak oleh gangguan binatang.
Pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal ini bahan kayu yang digunakan antara lain seperti kayu cerucuk, multiplek dan kayu kasau. Adapun bahan kayu yang digunakan adalah sebagai berikut:
3.1.1.1 Kayu Cerucuk
Kayu cerucuk yang digunakan pada pembuatan bowplank, pekerjaan fondasi, pekerjaan balok sloof, serta pekerjaan balok kolom.
Ukuran diameter yang digunakan pada proyek ini yaitu Ø8-10 cm dengan panjang 4 m. Kayu cerucuk ini digunakan sebagai bahan pembuatan dan perkuatan bekisting agar pada saat pengecoran bekisting tetap kuat dan tidak mudah jebol akibat tekanan dari beton yang mengisi volume bekisting.
Gambar 3.1 Kayu Cerucuk
3.1.1.2 Kayu Kasau 4/6
Kayu kasau merupakan kayu yang digunakan untuk pembuatan bekisting, terutama pada bekisting kolom dan balok, yang mana berfungsi menyatukan multiplek. Ukuran kayu yang digunakan pada proyek ini yaitu 4 cm x 6 cm.
Gambar 3.2 Kayu Kasau 4/6 3.1.1.3 Multiplek
Multipleks/Plywood merupakan kayu olahan yang relatif kuat.
Multiplek/Triplek sendiri merupakan bahan yang digunakan untuk pembuatan bekisting. Pada proyek ini digunakan multiplek dengan tebal 0,9 cm untuk bekisting sloof dan multiplek dengan tebal 1,2 cm untuk bekisting kolom.
Gambar 3.3 Multiplek 3.1.2 Bahan Besi
Besi adalah unsur kimia dengan symbol Fe (dari Bahasa latin: ferrum) dan nomor atom 26. Merupakan logam dalam deret transisi pertama. Unsur besi terdapat dalam meteorit dan lingkungan rendah oksigen lainnya, tetapi reaktif dengan oksigen dan air. Permukaan besi segar tampak berkilau abu-abu keperakan, tetapi teroksidasi dalam udara normal menghasilkan besi oksida hidrat, yang dikenal sebagai karat.
Adapun keuntungan dari bahan besi adalah bahannya yang anti rayap dan tahan terhadap segala cuaca. Keunggulan selanjutnya yang dimiliki oleh besi terletak pada kekuatannya.
Adapun kekurangan dari bahan besi adalah bahanya tidak dapat tahan terhadap zat asam serta bahan alkalis seperti sabun dan juga soda.akan mudah terkena karat apabila tidak melakukan finishing pada permukaanya.
3.1.2.1 Besi Hollow
Besi Hollow merupakan pipa baja las berkekuatan tinggi yang digunakan sebagai elemen structural pada bangunan dan struktur lainnya serta berbagai produk manufaktur. Besi Hollow ini merupakan bahan yang digunakan untuk pembuatan bekisting pada kolom. Pada proyek ini digunakan Besi Hollow dengan ukuran 40 x40 mm, tebal 1,6 mm.
Gambar 3.4 Besi Hollow 3.1.3 Bahan Beton
Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat (W.C. Vis & Gideon K, 1997). Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan pasta semen.
Singkatnya dapat dikatakan bahwa semen adalah pasta pengikat pasir dan bahan-bahan agregat lain (batu kerikil dan sebagainya). Dalam perencanaan beton diperlukan suatu komposisi campuran yang baik atau tepat, yang diharapkan mendapat suatu hasil yang memuaskan sesuai kekuatan yang telah direncanakan dan dengan pengeluaran yang seefisien mungkin.
Untuk memperoleh komposisi campuran beton yang memenuhi kekuatan optimal diperlukan perhitungan rencana yang tepat. Hal ini menuntut kecakapan perencana dalam praktiknya diperlukan pengawasan yang ketat.
Dalam hal ini sebagaimana konstruksi teknik mendefinisikan bahwa beton adalah sebagai batu-batuan yang dicetak dalam suatu wadah atau cetakan dalam keadaan cair kental, yang kemudian mampu mengeras secara baik.
Setelah terjadi pengerasan, beton hanya mampu terhadap gaya tekan dan lemah terhadap gaya tarik. Dikarenakan beton hanya kuat terhadap gaya tekan dan lemah terhadap gaya tarik yang bisa menyebabkan keretakan- keretakan, maka diperlukan pemasangan tulangan baja pada daerah yang menerima gaya tarik dan di daerah di mana diperkirakan bahwa beton akan mengalami keretakan.
Alasan menggunakan tulangan baja dikarenakan baja kuat terhadap gaya tarik sesuai dengan spesifikasinya.
Secara umum beton dapat diartikan sebagai pencampuran bahan- bahan agregat halus dan kasar, yaitu pasir, batu, batu pecah atau bahan semacamnya dengan penambahan bahan semen secukupnya sebagai perekat dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan berlangsung dan jika ditambah dengan tulangan besi pada beton tersebut, maka dikenal dengan nama beton bertulang.
Penemuan adanya hubungan kerja sama antara baja dan beton merupakan dukungan yang penting dalam penggunaan penulangan beton.
Kepesatan perkembangan metode perhitungan beton bertulang, mengakibatkan bangunan struktur beton lebih banyak dilaksanakan. Beton yang baik adalah beton yang dapat menahan beban yang diberikan kepadanya baik itu beton bertulang atau beton tumbuk. Beton dapat dikatakan baik apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Kedap air artinya bahwa beton tersebut tidak bisa dimasuki oleh air.
b. Awet (durable) artinya beton tersebut harus tahan terhadap pengaruh lingkungan.
c. Tidak banyak mengalami penyusutan artinya beton tersebut tetap pada kondisi awal meskipun mengalami perubahan sedikit sekali.
d. Tidak retak-retak artinya beton tersebut selalu dalam kondisi yang baik.
e. Tidak timbul karang-karang beton (boney combing),artinya beton tersebut harus memiliki permukaan yang halus.
f. Tidak menjadi lapuk (eflorescence), artinya beton tersebut selalu
memiliki struktur tetap.
g. Tidak pecah-pecah (spalling) artinya bahwa beton tersebut mempunyai ikatan yang kuat antara komponen-komponen penyusunya.
h. Permukaan tahan terhadap pengausan (abration) artinya beton tersebut tahan terhadap gesekan apapun.
Selain itu beton bertulang juga memiliki keuntungan dan kerugian.
Adapun keuntungan dari beton bertulang adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai daya dukung yang besar, melebihi bahan-bahan kayu, batu bata dan sebagainya. Karena kuat tekan sangat tinggi dari betonnya dan kuat tarik yang sangat besar dari bajanya.
b. Mempunyai daya tahan terhadap temperatur yang tinggi dan dapat tahan lama asalkan dipelihara dengan baik.
c. Cukup tahan terhadap kejutan serta getaran, misalnya akibat gempa bumi, mesin yang bergetar dan lain-lain.
d. Beton dapat dicor dalam bentuk sesuai dengan yang dikehendaki, dan mendapatkan keteguhan yang disyaratkan sehingga penggunaannya praktis.
Adapun kerugian dari beton bertulang adalah sebagai berikut:
a. Biayanya mahal dan pembongkarannya sulit sehingga tidak sesuai dengan bangunan yang sifatnya sementara.
b. Berat sendiri yang relatif besar.
c. Sisa pembongkaran konstruksi beton tidak dapat digunakan lagi (sulit untuk dibongkar pasang).
d. Sifat keteguhan beton dicapai pada saat pelaksanaannya, sehingga untuk mengetahui kekuatan beton harus mengadakan pengujian beton dan slump test.
e. Relatif sulit dalam pelaksanaannya, di mana membutuhkan keahlian dan pengawasan khusus di dalam pengerjaannya.
Kelas dan mutu beton sangat beraneka ragam, disesuaikan dengan keperluan untuk konstruksi yang akan dibangun. Hal ini sangat dipengaruhi oleh nilai kekentalan dari adukan, diameter maksimum yang terkandung di dalamnya, maupun perbandingan dari masing-masing agregat pendukung serta
umur dari beton itu sendiri.
Perkembangan sekarang ini, beton merupakan bahan yang paling banyak dipakai pada pembangunan dalam bidang Teknik sipil, baik pada bangunan gedung, jembatan, bendung, maupun konstruksi yang lain.
Adapun bahan-bahan pembentuk beton adalah sebagai berikut:
3.1.3.1 Semen
Semen sangat berperan penting dalam sebuah pembangunan, semen merupakan bahan dasar dari pembuatan sebuah bangunan. Semen yang digunakan untuk merekatkan batu bata, batako, maupun bahan lainnya sangat dibutuhkan oleh para pembangun rumah, apartemen, rumah susun, gedung, tempat sekolah, dan tempat-tempat lainnya. Selain itu, semen digunakan sebagai pengikat antara agregat-agregat menjadi satu kesatuan. Semen yang digunakan adalah semen hidrolik yaitu suatu bahan pengikat yang akan mengeras apabila bereaksi dengan air dan akan menghasilkan suatu produk yang tahan air.
Semen yang digunakan sebaiknya disimpan dengan baik agar mutu semen tidak berubah dan dalam pengangkutannya harus terlindungi dari hujan. Penyimpanan semen sebaiknya dilakukan di dalam gudang yang berventilasi yang diletakkan minimal 30 cm dari permukaan tanah dengan tinggi tumpukan maksimal 2 meter.
Adapun ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan semen adalah sebagai berikut:
- Pemakaian semen dalam satu adukan tidak dibenarkan berlainan merek.
- Dalam penyimpanan kantung-kantung semen, tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter.
- Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya.
Pengeluaran semen harus diatur secara kronologis sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung yang kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.
Semen dapat dibedekan dalam dua kelompok utama yaitu semen dari bahan klinker semen portland dan semen-semen lain. Semen dari
bahan klinker semen portland yaitu seperti semen portland, semen portland abu terang, semen portland berkadar besi, semen tanur tinggi (hoogovencement), semen portland trans/pozzolan, dan semen portland putih. Sedangkan semen-semen lain yaitu seperti alluminium cement dan semen bersulfat.
Pengelompokan di atas berdasarkan karakter dari reaksi pengerasan kimiawi, semen dari kelompok 1 yang satu dan yang lain tidak bereaksi (membentuk persenyawaan lain), semen kelompok 2 bila dicampur dengan kelompok 1 akan membentuk persenyawaan baru. Ini berarti semen kelompok 2 tidak boleh dicampur. Semen portland dan semen portland abu terang adalah jenis semen yang umum dipakai di Indonesia.
Pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal ini menggunakan jenis Semen Gresik PPC.
Gambar 3.5 Semen Gresik 3.1.3.2 Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh perekat semen. Agregat yang umum dipakai adalah pasir, kerikil dan batu-batuan pecah. Adapun pemilihan agregat tergantung dari hal- hal sebagai berikut:
- Syarat-syarat yang ditentukan oleh suatu jenis beton.
- Perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan mutu.
Dari pemakaian agregat spesifik, sifat-sifat beton dapat dipengaruhi. Adapun pembagian jenis agregat, berdasarkan tingkat kekasarannya yaitu agregat normal (kuarsit, pasir, kerikil, basalt), agregat halus (puing batu, terak lahar, serbuk batu/bims) dan agregat kasar (bariet, biji besi, magnetiet dan limoniet).
Pada saat campuran pada semen dan air mengeras, maka massanya akan mengalami penyusutan akibat berlangsungnya reaksi kimia dan penguapan air campuran yang tidak dibutuhkan lagi untuk kelancaran proses tersebut. Sebagai akibat dari penyusustan, maka akan terjadi retak-retak pada semen yang mulai membeku tersebut.
Umumnya penggunaan bahan agregat dalam adukan beton mencapai jumlah antara 70% hingga 75% dari seluruh volume massa padat beton. Adapun agregat yang dipakai pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal ini adalah sebagai berikut:
➢ Agregat halus adalah butiran halus yang memiliki kehalusan 2 mm sampai 5 mm. Menurut SNI 7656:2012, agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,75 mm. Menurut Nevil (1997), agregat halus merupakan agregat yang besarnya tidak lebih dari 5 mm, sehingga pasir dapat berupa pasir alam atau berupa pasir dari pemecahan batu yang dihasilkan oleh pemecah batu. Menurut SNI 7656:2012, agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan.
Pemilihan agregat halus hendaknya memenuhi persyaratan yang sesuai dengan pengawasan dan mutu agregat pada berbagai mutu beton, antara lain:
a. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak mudah pecah atau hancur oleh pengaruh- pengaruh cuac, seperti terik matahari maupun hujan.
b. Tidak terlalu banyak mengandung bahan-bahan organik.
c. Kadar lumpur yang terkandung di dalam agregat tidak boleh lebih dari 5% terhadap berat kering.
d. Terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam ukurannya (max 5 mm).
Gambar 3.6 Agregat Halus
➢ Agregat kasar (Coarse Aggregate) biasa juga disebut kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu, dengan butirannya berukuran antara 4,76 mm - 150 mm. Umumnya agregat kasar adalah agregat dengan besar butiran lebih dari 5 mm, dimana pemilihan agregat kasar hendaknya memperhatikan beberapa persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Terdiri dari butir-butir keras yang tidak berpori. Agregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir-butir pipihnya tidak melampaui 20% berat agregat seluruhnya.
b. Tidak mengandung kadar lumpur 1% dari berat kering. Bila melampaui harus dicuci.
c. Tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton.
d. Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji Rudeloff dengan beban uji 20 ton.
e. Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga maksimum 5%.
f. Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk agregat kasar antara 6–
7,5.
Jenis-jenis agregat kasar yang umum digunakan adalah sebagai berikut:
a. Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami yang digali.
b. Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.
c. Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk beton berbobot ringan.
d. Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar yang diklasifikasi di sini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan limonit.
Gambar 3.7 Agregat Kasar 3.1.3.3 Air
Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi kimia antara semen dan air, maka sangat diperlukan proses pemeriksaan terhadap mutu air, apakah air tersebut telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Air tawar yang dapat diminum, tanpa diragukan dapat dipakai.
Persyaratan mutu air sesuai dengan PBI 1971 NI-2, antara lain:
1. Air yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam, alkali, garam, zat organic atau bahan lain yang dapat merusak beton atau tulangan dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.
2. Apabila terjadi keraguan mengenai air, dianjurkan untuk mengirimkan contoh air itu ke lembaga pemeriksaan bahan yang diakui , untuk diselidiki seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton dan tulangan.
3. Apabila pemeriksaan contoh air seperti yang tertera pada ppon (2) ini tdak dapat dilakukan, maka pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan percobaan perbandingan antara kekuatan tekan mortar dan air dengan memakai air tanpa disuling. Air tersebut dapat dipakai apabila kekuatan tekan mortar dan air dengan memakai air tanpa disuling pada umur 7 dan 28 hari paling sedikit adalah 90% dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air yang telah disuling pada umur yang sama.
4. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton, dapat ditentukan menurut ukuran isi dan ukuran berat dan harus dilakukan dengan tepat. Selain hal tersebut di atas, ait yang digunakan untuk perawatan selanjutnya harus memiliki syarat lebih tinggi dengan tingkat keasaman (PH) air tidak boleh lebih dari 6, juga tidak diperbolehkan apabila zat kapur yang terkandung di dalamnya terlalu sedikit. Tujuan utama dalam penggunaan air untuk pengecoran adukan beton adalah agar terjadi proses hidrasi, yaitu suatu proses kimia antara semen dan air, sehingga mengakibatkan campuran menjadi mengeras.
3.1.3.4 Beton Ready Mix
Beton Ready Mix adalah istilah untuk beton yang telah diblend dengan rangkaian bahan material terdiri dari pasir dengan formulasi khusus. Pengolahan formulasi khusus dilakukan di Batching Plant jingga menjadi beton cor siap pakai dan jadilah beton bermutu siap
“disajikan” pada area proyek yang diinginkan. Pengolahan ready mix berbeda dengan pembuatan beton cor yang biasa dilakukan oleh pekerja bangunan , dalam memberikan takaran yang kadang disesuaikan dengan selera. Pembuatan campuran ready mix dilakukan oleh para ahli khusus di bidang mixing, sehingga dapat menghasilkan mutu beton yang berkualitas tinggi.
Pembuatan adonan beton bermutu tinggi disebut dengan mix design, perancang, formulator sekaligus penentu kekuatan beton yang dibuat. Dalam pencampuran material-material betony aitu kerikil, pasir dan semen juga biasa diberi zat tambahan khusus yaitu admixture.
Kegunaan beton ready mix dapat ditinjau dari beberapa aspek kegunaan antara lain beton struktural, beton non struktural dan beton pratekan/prategang. Yang dimaksud dengan beton struktural adalah beton yang menerima beban struktur, sehingga dalam pengerjaannya memerlukan perhitungan khusus dengan spesifikasi khusus material- material yang ada di dalamnya. Beton jenis ini biasanya berada di posisi fondasi, kolom, sloof, balok, plat lantai, tangga, dan ring balok.
Sedangkan beton non struktural adalah beton yang tidak menerima beban struktural. Fungsinya hanya sebagai penguat biasa, dan biasanya tidak menerima beban vertical yang terlalu berat. Beton ini biasa di posisi sebagai kolom praktis, balok lintel, balok kanopi, dan lain-lain.
Pelaksanaan Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal menggunakan beton ready mix dengan mutu K-300 untuk pengecoran fondasi, sloof, serta kolom.
3.1.4 Baja Tulangan
Baja Tulangan merupakan suatu fungsi yang sangat penting untuk struktur beton karena daya dukung struktur beton bertulang didapatkan dari hasil kerja sama antara beton dan tulangan. Baja tulangan adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton, yang diproduksi dari bahan baku billet dengan cara hot rolling.
Tulangan tersebut terdiri dari suatu jaringan batang-batang besi. Dalam konstruksi bangunan dikenal dengan baja ulir dan baja polos, di mana baja berpenampang ulir mempunyai kekuatan lebih jika dibandingkan dengan baja polos. Syarat-syarat yang ditentukan dalam tulangan baja adalah sebagai berikut:
a. Baja tulangan tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak dan gelombang.
b. Permukaan hanya diperbolehkan untuk berkarat ringan.
c. Batang-batang baja tulangan harus lurus.
Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada elemen beton bertulang dibatasi hanya pada baja tulangan dan kawat baja saja.
Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan tulangan lain, selain dari baja tulangan atau kawat baja tersebut. Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa mengalami keretakan. Oleh karena itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam sistem struktur, beton perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang berfungsi menahan gaya tarik. Penulangan beton menggunakan bahan baja yang memiliki sifat teknis yang kuat menahan gaya tarik. Baja beton yang digunakan dapat berupa batang baja lonjoran atau kawat rangkai las (wiremesh) yang berupa batang- batang baja yang dianyam dengan teknik pengelasan. Baja tulangan yang tersedia di pasaran ada dua jenis, yaitu:
a. Baja Tulangan Polos (BJTP)
Baja tulangan beton polos (BJTP) adalah baja tulangan beton berpenampang lingkaran dengan permukaan rata tidak bersirip.
Tulangan polos biasanya digunakan untuk tulangan geser atau beugel atau Sengkang yang mempunyai tegangan leleh (fy) minimal sebesar 240 MPa disebut juga BJTP-24. Pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal ini menggunakan baja tulangan polos Ø10.
Gambar 3.8 Baja Tulangan Polos
b. Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)
Baja tulangan beton sirip/ulir adalah baja tulangan beton yang permukaannya memiliki sirip/ulir melintang dan memanjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton. Tulangan ulir atau deform (BJTD) digunakan untuk untuk tulangan longitudinal atau tulangan memanjang, dan mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa disebut juga BJTD-30. Pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal ini menggunakan baja tulangan ulir D16.
Gambar 3.9 Baja Tulangan Ulir 3.1.5 Minipile uk. 25 x 25
Pada pemancangan fondasi digunakan minipile dengan ukuran 25 cm x 25 cm dan memiliki panjang 6 m/batangnya.
Gambar 3.10 Minipile uk. 25 x 25
3.1.6 Kawat Bendrat
Bendrat merupakan material kawat halus yang digunakan pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal. Kawat Bendrat ini memiliki fungsi untuk mengikat tulangan satu dengan lainnya pada pekerjaan pembuatan poer, sloof, dan kolom.
Gambar 3.11 Kawat Bendrat 3.1.7 Paku
Paku memiliki fungsi sebagai alat perekat antara kayu dengan beton atau dengan material lainnya. Paku dalam kegiatan pekerjaan Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal ini digunakan sebagai material untuk membuat bekisting dan pekerjaan lainnya dengan dimensi yang bervariasi dari 1,5 inch – 4 inch.
Gambar 3.12 Paku
3.2 Peralatan Konstruksi dan Peralatan Pertukangan
Peralatan merupakan satu diantara komponen utama dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Penyediaan peralatan pada suatu proyek konstruksi memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan peralatan disesuaikan dengan tahapan pekerjaan yang sedang berlangsung.
Penempatan peralatan yang baik dan tertata rapi akan mendukung efektifitas kerja dan keselamatan kerja.
Pembangunan gedung memerlukan pengelolaan peralatan yang baik karena hal ini sangat menunjang kelancaran pekerjaan. Peralatan yang digunakan harus diatur penggunaannya dengan baik dan disimpan di suatu tempat yang memenuhi syarat- syarat yang ditentukan sehingga tidak terjadi kerusakan atau kehilangan. Peralatan berperan penting dalam menunjang keberhasilan suatu proyek konstruksi dimana peralatan dapat membantu pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan yang sulit untuk dikerjakan dengan tenaga manusia. Penggunaan peralatan dapat mempercepat waktu pelaksanaan, mempermudah pekerjaan, dan meningkatkan efektifitas suatu pekerjaan. Oleh karena itu, perawatan dan pemeliharaan peralatan harus diperhatikan agar kerusakan peralatan dapat dihindari. Adapun alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal adalah sebagai berikut:
3.2.1 Tripod Pemancang
Untuk pemancangan tiang pancang menggunakan alat pancang (Drop Hammer). Alat ini terdiri atas beberapa bagian sebagai berikut:
a. Hammer, berbentuk besi silinder maupun balok, bergerak naik turun yang berfungsi untuk menekan tiang pancang yang dipancang.
b. Lead, adalah rangka baja dengan dua bagian paralel sebagai pengatur tiang agar pada saat dipancang arahnya benar, jadi leader berfungsi agar jatuhnya pemukul tetap terpusat pada sistem
c. Ram, adalah bagian pemukul yang bergerak ke atas dan ke bawah yang terdiri dari piston dan kepala penggerak.
d. Anvil, adalah bagian yang terletak pada dasar pemukul yang menerima benturan dari ram dan mentransfernya ke kepala tiang.
e. Bantalan, dibuat dari kayu keras atau bahan lain yang di tempatkan di
antara penutup tiang (pile cap) dan puncak tiang untuk melindungi kepala tiang dari kerusakan. Bantalan juga menjaga agar energi per pukulan seragam. Bantalan harus dibuat dari material yang kuat ,biasanya dispesifikasikan oleh pabrik pemukul. Semua kayu, tali pengikat, dan bantalan pemukul dari asbes tidak diijinkan untuk di gunakan. Bahan- bahan kurang awet, yang mudah rusak saat pelaksanaan pemancangan akan menyebabkan ketidaktentuan energi pukulan tiang. Pada prinsipnya, semakin tebal bantalan energi yang diterima tiang semakin berkurang.
f. Topi (helmet) atau drive cap (penutup pancang), adalah bahan yang terbuat dari baja cor yang diletakkan di atas tiang untuk mencegah tiang dari kerusakan saat pemancangan dan untuk menjaga agar as tiang sama dengan as pemukul.
Gambar 3.13 Alat Pancang (Drop Hammer) 3.2.2 Gerobak Dorong
Gerobak dorong digunakan untuk mengangkut pasir, dan campuran beton ke tempat pengecoran. Penggunakaan gerobak dorong ini dimaksudkan untuk mempercepat pengangkutan dan pengecoran sehingga pengerasan adukan selama dicor dapat dicegah serta efisien waktu untuk menuju tempat yang relative jauh dari alat pengadukan.
Gambar 3.14 Gerobak Dorong 3.2.3 Bar Cutter (Pemotong Tulangan)
Bar cutter adalah alat pemotong baja tulangan sesuai ukuran. Ada dua macam jenis bar cutter yaitu dengan metode manual dan juga listrik. Kelebihan dari bar cutter listrik dibandingkan dengan bar cutter manual adalah alat ini dapat memotong besi baja dengan ukuran yang besar, sehingga dengan alat ini tentu dapat mempercepat waktu pengerjaan sebuah konstruksi. Baja tulangan dipesan dengan ukuran-ukuran panjang standar yaitu 12 meter. Untuk keperluan tulangan-tulangan yang pendek, maka perlu dilakukan pemotongan terhadap tulangan yang ada. Untuk itu diperlukan suatu alat pemotong tulangan yaitu bar cutter yang dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik. Cara kerja alat ini adalah terlebih dahulu angkat mata pisau bar cutter ke atas, kemudian letakkan baja yang akan dipotong tepat di bawah mata pisau bar cutter, selanjutnya turunkan mata pisau secara perlahan hingga baja terpotong.
Gambar 3.15 Bar Cutter (Pemotong Tulangan)
3.2.4 Bar Bender (Pembengkok Tulangan)
Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan baja tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan seperti pembengkokan tulangan geser, pembengkokan untuk sambungan tulangan kolom, serta pembengkokan tulangan balok dan pelat lantai. Bar bender terdiri dari dua jenis yaitu bar bender manual dan bar bender listrik. Bar bender manual adalah bar bender yang dioperasikan secara manual oleh pekerja untuk membengkokkan baja tulangan tambahan di lokasi pemasangan tulangan apabila besi tulangan tidak dapat dipasang karena ukurannya tidak tepat.
Sementara bar bender listrik adalah bar bender yang digerakkan dengan tenaga listrik untuk membengkokkan baja tulangan yang digunakan untuk membengkokkan seluruh baja tulangan memanjang. Alat yang digunakan sebagai pembengkok tulangan pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal ini bersifat konvensional yaitu linggis dan juga digunakan bar bender manual.
Gambar 3.16 Bar Bender (Pembengkokan Tulangan) 3.2.5 Dump Truck
Secara umum dump truck dilengkapi dengan bak terbuka yang dioperasikan dengan bantuan hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa diangkat ke atas, dan bagian belakang bak berfungsi sebagai engsel atau sumbu putar sehingga memungkinkan material yang diangkut bisa turun ke tempat yang diinginkan.
Gambar 3.17 Dump Truck 3.2.6 Palu, Sekop, Gergaji Kayu
Alat-alat ini digunakan sesuai fungsinya guna memperlancar pekerjaan yang sedang dilaksanakan.
Gambar 3.18 Palu
Gambar 3.19 Sekop
Gambar 3.20 Gergaji Kayu
3.2.7 Terminal Listrik
Terminal listrik adalah sebuah penghubung yang dapat dimasukan ke soket listrik atau sumber listrik. Pada proyek pembangunan ini terminal listrik digunakan untuk menyambungkan listik pada gerinda, alat bor, concrete vibrator, bar cutter dan alat lainnya yang membutuhkan energi listik.
Gambar 3.21 Terminal Listrik 3.2.8 Bor Listrik
Bor listrik digunakan untuk membuat lubang di permukaan beton. Pada proyek ini bor digunakan pada saat pemasangan penyangga bekisting.
Gambar 3.22 Bor Listrik
3.2.9 Benang Nilon
Benang nilon digunakan sebagai penanda titik as fondasi, penanda titik temu dan jarak-jarak bangunan.
Gambar 3.23 Benang Nilon 3.2.10 Perancah (Scaffolding)
Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara tang digunakan untuk menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan Gedung dan bangunan besar lainnya. Biasanya perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung logam, meskipun juga dapat menggunakan bahan- bahan lain. Pada proyek ini digunakan perancah yang terbuat dari pipa-pipa besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mempunyai kekuatan untuk menopang beban yang ada diatasnya berupa bekisting balok dan pelat lantai.
Gambar 3.24 Perancah (Scaffolding)
3.2.11 Mesin Penyedot Air
Mesin ini digunakan untuk menyedot air pada permukaan tanah di bagian Poer.
Gambar 3.25 Mesin Penyedot Air 3.2.12 Excavator
Excavator ini digunakan untuk mengangkut bahan bangunan dan menggali tanah serta meratakan pasir. Di proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal Excavator ini digunakan untuk membantu memindahkan beton ready mix dari dump truck ke gerobak dorong.
Gambar 3.26 Excavator 3.2.13 Concrete Pump Truck
Di proyek ini Concrete Pump Truck digunakan untuk membantu proses pengecoran Kolom, Balok dan Pekat Lantai.
Gambar 3.27 Concrete Pump Truck
3.3 Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 3.3.1 Helm Proyek atau Safety Helemet
Helm proyek atau safety helmet merupakan helm yang digunakan untuk melindungi kepala para pekerja, mandor, konsultan, kontraktor, PPK dan siapa saja yang berada di lokasi proyek pembangunan konstruksi.
Gambar 3.28 Helm Proyek atau Safety Helmet 3.3.2 Sarung Tangan
Sarung tangan atau glove merupakan salah satu alat Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang digunakan untuk melindungi tangan pada pekerja dari benda – benda tajam yang dapat mengancam keselamatan. Sarung tangan ini terbuat dari bahan tekstil.
Gambar 3.29 Sarung Tangan 3.3.3 Rompi Proyek
Rompi proyek merupakan salah satu jenis alat Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), pada Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal ini jenis rompi yang dipakai ialah rompi safety proyek yang dilengkapi dengan reflector yakni bahan yang dapat berpendar jika tekerna cahaya. Reflaktor pada rompi ini berfungsi agar mempermudah orang lain untuk mengenali posisi pekerja sehingga memperkecil risiko kecelakaan, maka daripada itu rompi proyek didesain memiliki warna yang cerah.
Gambar 3.30 Rompi Proyek 3.3.4 Sepatu Boot atau Safety Shoes
Sepatu boot atau safety shoes merupakan salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang menjadi bagian dalam rangka melaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada lokasi Proyek Pembangunan Rumah Susun Ponpes Nahdlatul Athfal ini. Sepatu boot atau safety shoes ini harus dipakai oleh para pekerja untuk menghindari risiko kecelakaan, misalnya ialah tertinjak paku sehingga akan membuat para pekerja dapat leluasa bertranspormasi / berpindah tempat melakukan item pekerjaan karen merasa aman dan nyaman. Jenis sepatu boot atau safety shoes yag digunakan ialah sepatu boot yang terbuat dari bahan karet yang bersifat plastis.
Gambar 3.31 Sepatu Boot atau Safety Shoes
38 BAB IV
PELAKSANAAN PROYEK 4.1 Tinjauan Umum
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, pelaksanaan proyek adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan layanan jasa pelaksanaan dalam pengerjaan sebuah proyek konstruksi.
Kegiatan dalam pelaksanaan konstruksi ini meliputi rangkaian kegiatan yang dimulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan hasil akhir pekerjaan konstruksi sebuah proyek. Orang yang melakukan peran dalam melakukan pelaksanaan konstruksi disebut dengan kontraktor.
Pelaksanaan proyek juga dilakukan untuk mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya, waktu yang sudah disepakati, serta dengan mutu yang telah disyaratkan. Kegiatan yang dilaksanakan adalah merencanakan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan semua kegiatan operasional yang ada di lapangan. Adapun kegiatan perencanaan dan pengendalian pada waktu pelaksanaan proyek konstruksi meliputi perencanaan dan pengendalian, jadwal atau waktu pelaksanaan, organisasi lapangan, tenaga kerja, serta peralatan dan material.
Sedangkan untuk kegiatan koordinasi meliputi dua kegiatan yaitu mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan dan mengkoordinasikan para subkontraktor apabila proyek tersebut terdapat subkontraktor. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi adalah konsultan pengawas dan atau konsultan manajemen konstruksi, kontraktor, subkontraktor jika ada, pemasok material dan alat, serta instansi terkait atau pemilik proyek.
Dalam pelaksanaan proyek terdapat dua hal yang utama dan penting untuk dibahas yaitu mengenai metode pelaksanaan dan manajemen proyek. Metode pelaksanaan merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan. Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa yang berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis dan ekonomis di lapangan, serta seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor. Metode pelaksanaan proyek untuk setiap jenis konstruksi pun akan berbeda-beda
Pada setiap pembangunan proyek konstruksi gedung bertingkat, penyedia jasa perlu memahami secara menyeluruh mengenai tahapan pelaksanaan proyek yang akan dibangun dimana setiap proyek memiliki kondisi dan kesulitan yang berbeda- beda sehingga perlu tata cara pelaksanaan yang berbeda pula. Sedangkan dalam kontrak kerja penyedia jasa diberikan batas waktu tertentu untuk menyelesaikan proyek secara tepat waktu. Selain itu biaya pelaksanaan dan mutu hasil kerja turut dipertimbangkan agar tercapai target penyelesaian yang optimal. Oleh karena itu, penyedia jasa perlu membuat tahapan metode pelaksanaan konstruksi yang tepat dan berkesinambungan dengan mempelajari kondisi aktual lapangan dan gambar kerja.
Untuk manajemen proyek meliputi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan juga pengendalian dalam suatu proyek yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan-tujuan proyek.
Adapun ruang lingkup pembahasan manajemen proyek adalah meliputi pengendalian mutu, waktu, teknis, biaya, serta kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Kegiatan-kegiatan tersebut perlu dilakukan agar proyek tersebut dapat selesai tepat waktu, tepat mutu atau kualitas, dan juga sesuai dengan anggaran yang sudah direncanakan sebelumnya.
Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi terkadang dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada di lapangan. Banyak faktor yang menyebabkan permasalahan itu terjadi dan ada berbagai macam jenis permasalahan yang biasa terjadi dalam suatu proyek konstruksi. Tingkat keberhasilan ataupun kegagalan suatu proyek konstruksi akan banyak ditentukan oleh pihak-pihak yang terkait secara tidak langsung (dalam hal ini biasanya pemilik proyek, badan swasta, dan pemerintah) maupun secara langsung yang dalam hal ini yaitu penyedia barang dan jasa konstruksi (kontraktor, konsultan perencana, konsultan pengawas) dalam suatu siklus atau tahapan manajemen proyek yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengisian staff (staffing), pengarahan (directing), pelaksanaan, pengendalian (controlling), dan pengawasan (supervising).