Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut
Disusun Oleh :
Erik Putra Pradana Aulia Rahman 221061
Institut Teknologi,Sains Dan Kesehatan Rs Dr Soepraoen Program Studi Keperawatan Malang
TA 2023/2024
Lembar Pengesahan
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Gastroenteritis Akut
Nama : Erik Putra Pradana Aulia Rahman NIM : 221061
Prodi : D3 Keperawatan
Telah Disetujui,
Pembimbing Lahan/CI
( )
Pembimbing Institusi
(………)
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR 1. DEFINISI
Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2019).
Diare akut merupakan buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair akan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya 3 kali atau lebih dalam satu (Depkes, 2018).
2. ANATOMI FISIOLOGI
Gambar 2.1. Anatomi sistem pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
e. Usus Buntu (sekum)
Kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
f. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
g. Anus
Merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
3. ETIOLOGI
Menurut Hidayat (2019) ada beberapa factor yang dapat menyebabkan Gastroenteritis Akut, diantaranya:
a. Faktor internal : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
b. Infeksi bakteri : vibrio, E-coli, salmonella campilo baster
c. Infeksi virus : rotavirus, calcivirus, enterovirus, adenovirus ,astrovirus
d. Infeksi parasite : cacing, protozoa, jamur
e. Infeksi parenteral : infeksi di luar alat dan pencernaan makanan seperti : tonsillitis, Bronkopneumonia, ensefalitis, meliputi :
1) Faktor Malabsorbsi : karbohidrat, lemak, protein 2) Faktor makanan : basi, racun, alergi
3) Faktor psikologis : rasa takut dan cemas
4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Ardiansyah (2020) manifestasi klinik tanda dan gejala klinis Gastroenteritis Akut yaitu :
a. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer b. Terdapat luka tanda dan gejala dehidrasi
c. Turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun) d. Mata cekung
e. Membrane mukosa kering f. Kram abdominal
g. Demam
h. Mual dan muntah i. Anoreksia
j. Lemah k. Pucat
l. Perubahan ttv m. Pernapasan cepat
n. Menurunnya atau tidak ada pengeluaran urine
5. PATOFISIOLOGI
Gastroenteritis ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus, muntah muntah, yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.
Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus, adenovirus enteric, virus Norwalk, dan lain lain), bakteri atau toksinnya (Campylobacter, Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia dan lain lain), serta parasit (Giardia lamblia, Cryptosporidium). Pathogen pathogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel, menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel. Atau melekat pada dinding usus. Pada gastroenteritis akut, usus halus adalah alat pencernaan pencernaan yang paling sering terkena. Sebagai akibat diare baik akut akan terjadi :
a. Kehilangan air dan elektrolit ( dehidrasi ) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan asam-basa ( asidosis, metabolik, hipokarlemia dan sebagainya ).
b. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan ( intake makanan kurang, pengeluarannya bertambah.
c. Hipoglikemia.
d. Gangguan sirkulasi darah. Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang ke orang atau melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Tinggal difasilitas day care juga meningkatkan resiko gastroenteritis, selain berpergian ke negara berkembang.
Sebagian besar gastroenteritis dapat sembuh sendiri dan prognosisnya baik dengan pengobatan. anak-anak malnutrisi dapat menderita infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh (Betz, 2019).
6. PATHWAY
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Hidayat (2019) pemeriksaan penunjang Gastroenteritis Akut adalah :
a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan b. Pemeriksaan intubasi duodenum
c. Pemeriksaan elektrolit dan Kreatinin d. Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis BH dan kadar gula juga ada intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotik
e. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, analisa gas darah, elektrolit (terutama Na, K, Ca, P serum pada diare yang disertai kejang) f. Pemeriksaan kadar ureum dan Kreatinin darah untuk mengetahui
faal ginjal
g. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif pertama pada diare kronik
8. PENATALAKSANAAN
Menurut Ardiansyah (2020) Penatalaksanaan Gastroenteritis Akut yaitu:
a. Penatalaksanaan Medis
1) Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air gula, sari buah segar, air teh, kuah sup ,air tajin, asi. Jangan memberikan air kembang gula, sari buah air
dalam botol karena cairan yang terlalu banyak mengandung gula akan memperburuk diare
2) Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung campuran gula dan garam disebut larutan dehidrasi oral (LRO). LRO ini dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi ke dalam 1 liter air bersih.
3) Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena di samping LRO
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Penderita yang di rawat inap rus ditempatkan pada tindakan pencegahan entrik termasuk cucitangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
2) Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila menyentuh barang terinfeksi
3) Penderita dan keluarga diddidik dalam mengenal cara perolehan entero pathogen dan cara mengurangi penularan.
4) Pemberian nutrisi yang adekuat untuk menjaga daya tahan tubuh lain agar tidak terjadi penyebaran infeksi organ tubuh yang lainnya
5) Memantau kepatuhan ibu dan pemberian obat kepada anaknya
9. KOMPLIKASI
Menurut Mustikawati (2019) Komplikasi tuberculosis adalah:
a. Hipokalemia (kadar Kalium rendah dalam cairan)
b. Hipokalsemia (kadar kalsium rendah dalam darah) c. Hiponatremia (kadar natrium rendah dalam darah)
d. Syok hipovolemik (hilangnya cairan dan darah dalam tubuh dalam jumlah besar)
e. Asidosis (penumpukan asam dalam darah) f. Dehidrasi
B. Konsep asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
a. Identitas klien : Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan, suku, identitas penanggung jawab.
b. Pengkajian Primer
Airway : Pada pengkajian airway pada pasien Gastroenteritis Akut tidak adanya cairan secret pada jalan nafas dan tidak terdapat suara nafas tambahan.
Breathing : Pada pengkajian, breathing, pasien Gastroenteritis akut tidak terdapat masalah, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, tidak terdengar suara nafas tambahan, dan kualitas nafas normal/regular.
Circulation : Pada pengkajian circulation, pasien dengan Gastroenteritis akut tingkat kesadaran normal, mukosa bibi kering, CRT < 3 dtk, muka pucat, nyeri pada daerah perut bagian atas, Akral teraba dingin dan Nadi teraba lemah.
Disability: Pada disability pada kondisi yang berat dapat terjadi kehilangan cairan aktif secara terus menerus sehingga menyebabkan penurunan kesadaran.
c. Keluhan utama : Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan Turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer. menurun.
d. Riwayat kejadian sekarang: Awalnya suhu tubuh meningkat, anoreksia kemudian timbul diare.
e. Riwayat kesehatan masa lalu.
f. Riwayat penyakit keluarga.
g. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan).
h. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang.
i. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.
j. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyamanKognitif perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen.
k. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit.
l. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada penyakit. i. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan.
m. Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat.
n. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena gejala penyakit
o. Pemerikasaan fisik.
Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastisd. Auskultasi : terdengarnya bising usus.
2. Diagnosa Keperawatan
Tanda/Gejala
Etiologi Diagnosa Keperawatan
Mayor Minor
Subjektif : Objektif :
1. Defeksi lebih dari 3 ksli dalam 24 jam
2. Fases lembek atau cair
Subjektif : -
Objektif :
1. Frekuensi peristalik meningkat 2. Bising usus
hiperaktif
Perubahan air dan
makanan DIARE
D.0020
Subjektif : -
Objektif :
1. Frekuensi nadi meningkat 2. Nadi teraba
lemah
3. Tekanan darah menurun
4. Tekanan Nadi menyempit 5. Turgor kulit
menyempit 6. Membran
mukosa kering 7. Voluem urin
menurun 8. Hemtokrit
meningkat
Subjektif :
1. Frekuensi peristalik meningkat Bising usus hiperaktif Objektif :
1. Pengisian vena menurun 2. Status mental
berubah 3. Suhu tubuh
meningkat 4. Konsentrasi
urin meningkat 5. Berat badan
turun tiba-tiba
Kegagalan mekanisme regulasi
HIPOVOLEMIA D.0023
3. Intervensi Keperawatan Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil Intervensi Keperawatan DIARE
(D.0020)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan nyeri akut menurun
dengan kriteria hasil:
a. Konsistensi fases membaik
b. Frekuensi BAB membaik
c. Peristaltil usu membaik
MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506) Observasi
Identifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi terpapar lingkungan panas penggunaan incubator)
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urine Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Batasi oksigen, jika perlu Edukasi
Anjurkan tirah baring Kolaborasi
Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
Hipovolemia.
D.0023
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pergerakan membaik dengan kriteria hasil:
a. Kekuatan nadi meningkat b. Turgor kulit
meningkat c. Output urine
meningkat d. Dyspnea
menurun
MANAJEMEN HIPOVOLEMIA (I.03116) Observasi
Periksa tanda dan gejala
hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus dan lemah)
Monitor intake dan output cairan Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modified
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil Intervensi Keperawatan e. Wdwma
menurun
trendelenburg
Berikan asupan cairan oral Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV issotonis (mis. cairan NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam, 2018)
5. Evaluasi
Menurut Nursalam, 2018, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sam dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP
DAFTAR PUSTAKA
A.A.A, Hidayat. 2019. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta : Salemba Medika
Betz. 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC Ardiansyah, M. 2020. Medical Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta : Diva
Press
Mustikawati, 2019. Anatomi dan Fisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : TIM Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia