• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI NEONATORUM

N/A
N/A
BAMBANG WAHYU RIHANSYAH

Academic year: 2024

Membagikan " LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI NEONATORUM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI NEONATORUM

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Program Profesi Ners Stase Keperawatan Anak

Oleh :

M.RUDIANSYAH WIJAYA, S.Kep NIM :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA

TAHUN AJARAN 2023/2024

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI NEONATORUM

Oleh :

M.RUDIANSYAH WIJAYA, S.Kep NIM :

Palangkaraya, Januari 2024

Mengesahkan,

Preseptor Klinik

( )

Preseptor Akademik

( )

(3)

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI NEONATORUM

A. Konsep Dasar Infeksi Neonatus 1. Definisi

a. Infeksi neonatus adalah infeksi yang terjadi pada neonatus, dapat terjadi pada masa antenatal, perinatal dan post partum. Infeksi neonatorum atau infeksi adalah infeksi bakteri umum generalista yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir. Infeksi adalah sindroma yang dikarakteristikkan oelh tanda-tanda klinis dan gejala- gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septic (Doenges, Marlyn E, 2000).

b. Infeksi neonatorum adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa neonatal, intranatal dan postnatal.Inkfesi Neonatorum atau Infeksi adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Infeksi adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. Infeksi merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Infeksi terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir.

c. Infeksi neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak, 2015).

(4)

B. Etiologi

1. Menurut Blane (2015) infeksi pada neonatus bisa melalui beberapa cara : a. Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui peredaran darah ibu ke placenta. Kuman melewati placenta dan mengadakan intervilositas masuk ke vena umbilicus samapi ke janin kuman teresebut seperti : virus : rubella, poliomelisis, koksakie, variola, dll. Spirokaeta : sifilis. Bakteri : jarang sekali kecuali E.

Colli dan listeria.

b. Infeksi intranatal

1) Pemeriksaan vaginal yang terlalu sering 2) Partus yang lama

c. Infeksi post partum.

Penggunaan alat-alat perawatan yang tidak steril d. Cross infection

Infeksi yang telah ada di rumah sakit.

C. Tanda dan gejala.

1. Umum : panas, hipoermia, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema.

2. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, hipotomegali.

3. Saluran nafas : apnea, dispnea, takspnea, retraksi, nafas cuping hidung, merintih sianosis.

4. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmoratu, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia.

5. Sistem saraf pusat : invitabilitas, tremor, kejang, hiporeflerksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol, high pitched cry

6. Hematologi : Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan (Kapita Selekta Kedokteran Jilid II)

Gejala infeksi yang terjadi pada neonatus anatar lain, bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantung lambat, suhu tubuh naik turun. Gejala –gejala lainnya dapat berupa gangguan pernapasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung, Gejala dan infeksi neonatorum juga tergantung kepada sumbber infeksi dan penyebaran :

(5)

1. Infeksi pada tali pusat (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar.

2. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, epsitotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun.

3. Infeksi pada tulang (ostemiolisis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat.

4. Infeksi pada selaput perut (perilositis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.

D. Patofisiologi

Infeksi dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endoskrin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolic yang progresif. Pada infeksi yang tiba-tiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan fungsi jaringan, asidosis metabolic dan syok. Yang menyebabkan disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC) dan kematian. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu :

1. Faktor maternal

a. Status social ekonomi ibu, ras dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alas an yang tidak diketahi sepenuhnya. Ibu yang berstatus social ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis.

b. Status paritas.

Wanita multipara atau gravid lebih dari 3 dan umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun.

c. Kurangnya perawatan prenatal.

d. Ketuban pecah dini

e. Prosedur selama persalinan

(6)

2. Faktor Neonatal

a. Prematuritas (berat badan bayi kurang dari 1500 gram)

Merupakan faktor resiko utama untuk infeksi neonatal. Umumnya immunitas bayi kurang bulan lebih rndah dari pada bayi cukup bulan. Transfor immunoglobulin melalui placenta terutama terjadi pada paruh terakhir trisemester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi immunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.

b. Definisi imun

Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati placenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut aktivitas lintasan komplemen terhambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penururnan antibodi total dan spesifik bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi.

c. Laki-laki dan kehamilan kembar

Insiden infeksi pada bayi laki-laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.

3. Faktor lingkungan

a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasive, dan memerlukan waktu perawatan dirumah sakit lebih lama.

Penggunaan kateter vena/arteri maupun kateter nutrisi parental merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obatan tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada nonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotic spectrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spectrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.

(7)

c. Kadang-kadang di ruang perawatan terhadap epidemic penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas (infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.

d. Pada bayi yang minum ASI, spesies lactobacillus dan E. Colli di temukan hanya di dominasi oleh E. Colli saja.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu :

1) Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati placenta dan umbrilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus placenta, antara lain virus vubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis, dan toxplasma.

2) Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnonitis dan korionitis , selanjutnya kuman melalui umbilicus masuk ke tubuh bayi. Cara lain yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke dalam traktus digestives dan traktus respiratoris, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat melalui kulit bayi atau “ port de entre” lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misal : herpes genetalis, candida albican dan gonorrhea).

3) Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah persalinan/ kelahiran umunya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahin (misal : melalui alat-alat pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman, atau dst). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosocomial.

(8)

E. Penatalaksanaan 1. Suportif

a. Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa.

b. Berikan koreksi jika terjadi hipovdemia, hipokalsemia dan hipoglikemia.

c. Bila terjadi SIADN (Syndrome of Inappropiate Anti Dieuretik Hormon) batasi cairan.

d. Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic.

e. Awasi adanya hiperbilirubinemia.

f. Lakukan transfuse tukar bila perlu.

g. Pertimbangkan nutrisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral.

2. Kausatif

Antibiotik diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan penicillin seperti ampicilin ditambah tminoglileosida seperti Gentamicin. Pada infeksi nosokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya di berikan van komisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga.Setelah dapat hasil biakan dan uji sistematis di berikan antibiotic yang sesuai. Terapi dilakukan selama 10 – 14 hari. Bila terjadi meningitis, antibiotic diberikan selama 14 – 21 hari dengan dosis sesuai untuk meningitis. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan, terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu. Asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke tempat pusat kesehatan bila diperlukan. Pada masa persalinan, perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara akseptic.

Pada masa pasca persalinan rawta gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, juag lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan lukan umbilicus secara steril.

(9)

F. Pemeriksaan Penunjang.

Menegakkan diagnosis infeksi perlu dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :

1. Hitung darah lengkap dengan turunannya

Yang terpenting adalah jumlah sel darah merah (WBC).septik neonatus biasanya menunjukkan penurunan jumlah white blood cell (WBC), yaitu kurang dari 500 mm. Hitung jenis darah juga menunjukkan banyak WBC tidak matang dalam aliran darah. Banyaknya darah tidak matang dihubungkan dengan jumlah total WBC diidentifikasikan bahwa bayi men galami respons yang signifikan.

2. Platelet

Biasanya 150.000 sampai 300.000 mm pada keadaan sepsis platelet munurun, kultur darah gram negatif atau positif, dan tes sensitivitas.

Hasil dari kultur harus tersedia dalam beberapa jam dan akan mengindikasikan jumlah dan jenis bakteri. Kultur darah atau sensitivitas membutuhkan waktu 24 – 48 jam untuk mengembangkan dan mengidentifikasikan jenis patogen serta antibiotik yang sesuai.

3. Lumbal pungsi untuk kultur dan tes sensitivitas pada cairan serebrospinal.

Hal ini dilakukan jika ada indikasi infeksi neuron.

4. Kultur urine

a. Kultur permukaan (surface culture)

Untuk mengidentifikasi kolonisasi, tidak spesifik untuk infeksi bakteri.

b. Pencegahan infeksi pada neonatus

Cara pencegahan pada neonatus dapat dibagi sebagai berikut : 1) Cara umum

a) Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai dari periode antenatal infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya infeksi umum, lekorea, dan lain –lain. Di kamar bersalin harus ada pemisahan yang sempurna antara bagian yang sepsis dengan aseptik. Pemisahan ini mencakup ruangan, tenaga perawatan, serta alat kedokteran dan alat perawatan. Ibu yang akan melahirkan sebelumnya masuk kamar bersalin. Pada kelahiran bayi, pertolongan harus dilakukan secara aseptik. Suasana kamar

(10)

bersalin harus sama dengan kamar operasi. Alat yang digunakan harus steril.

b) Di kamar bayi yang baru lahir harus ada pemisahan yang sempurna untuk bayi yang baru lahir dengan partus aseptik dan partus septik.

Pemisahan ini harus mencakup personalia, fasilitas perawatan, dan alat yang digunakan. Selain itu juga dilakukan pemisahan terhadap bayi yang menderita penyakit menular. Perawat harus mendapat pendidikan khusus dan mutu perawatan harus baik, apalagi bila kamar perawatan bayi merupakan suatu kamar perawatan yang khusus. Sebelum dan sesudah memegang bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun antiseptik atau sabun biasa asal cukup lama, dalam ruangan harus memakai jubah steril, masker, dan sandal khusus. Dalam ruangan bayi, kita tidak boleh banyak bicara, dan bila menderita sakit saluran pernapasan atas, tidak boleh masuk kamar bayi.

c) Dapur susu harus bersih dan cara mencampur harus aspetik air susu ibu yang dipompa sebelum diberikan kepada bayi harus dipasteurisasi dulu.

Setiap bayi harus punya tempat pakaian tersendiri, begitu juga inkubator harus sering dibersihkan dan lantai ruangan setiap hari harus dibersihkan serta setiap minggu dicuci dengan menggunakan antiseptik.

2) Cara khusus

a) Pemakaian antibiotik hanya untuk tujuan dan indikasi yang jelas.

b) Pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama (lebih dari 12 jam) air ketuban keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus yang lama dan banyak manipulasi intravaginal. Resusitasi yang berat sering timbul dilema apakah akan digunakan antibiotik secara prokfilaksis.

Penggunaan antibiotik yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan timbulnya jamur yang berlebihan, misalnya kandida albikans. Sebaliknya jika terlambat memberikan antibiotik pada penyakit infeksi neonatus, seringmberakibat kematian.

(11)

ASUHAN KEPERAWATAN ( Infeksi neonatorum )

A. Pengkajian.

Perawat mempunyai tugas yang penting dalam mengkaji tanda-tanda infeksi pada neonatus, tanda dan gejala sepsis pada neonatus sering tak terlihat dan dikenali oleh pemberi keperawatan profesional. Perawat neonatus mempunyai tanggung jawab untuk mengenali tanda-tanda, sehingga diagnosis dan perawatannya dapat diberikan segera.

1. Biodata bayi.

2. Riwayat kesehatan sekarang a. Sistem saraf pusat

1) Fontanel yang menonjol.

2) Letargi.

3) Temperatur yang tidak stabil.

4) Hipotonia.

5) Tremor yang kuat.

b. Sistem pencernaan

1) Hilangnya keinginan untuk menyusui.

2) Penurunan intake melalui oral.

3) Muntah.

4) Diare.

5) Distensi abdomen.

c. Sistem integumen 1) Kuning.

2) Adanya lesi.

3) Ruam.

d. Sistem pernapasan 1) Apnea.

(12)

2) Sianosis.

3) Takipnea.

4) Penurunan saturasi oksigen.

5) Nasal memerah, mendengkur, dan retraksi dinding dada.

e. Sistem kardiovaskular 1) Takikardi.

2) Menurunnya denyut perifer.

3) Pucat.

d. Riwayat kesehatan keluarga

1) Apakah ada anggota keluarga yang menderita sifilis.

e. Data psikologi

f. Keluhan dan reaksi bayi terhadap penyakitnya.

g. Tingkat adaptasi bayi terhadap penyakitnya.

B. Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada infeksi neonatus :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan meningkatnya sekret di saluran napas.

2. Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh tubuh yang berhubungan dengan proses infeksi.

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan malas minum, diare, dan muntah.

(13)

C.

Intervensi keperawatan

N o

Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi

1 Pola nafas tidak efektif b/d

imaturitas organ

pernafasan

Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat

Batasan karakteristik:

- Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi

- Penurunan pertukaran udara per menit

- Menggunakan otot pernafasan tambahan - Nasal flaring - Dyspnea - Orthopnea

- Perubahan penyimpangan dada

- Nafas pendek

- Assumption of 3-point position

- Pernafasan pursed-lip - Tahap ekspirasi

berlangsung sangat lama - Peningkatan diameter

anterior-posterior

- Pernafasan rata- rata/minimal:

Bayi : < 25 atau > 60 Usia 1-4 : < 20 atau > 30 Usia 5-14 : < 14 atau > 25 Usia > 14 : < 11 atau > 24 - Kedalaman pernafasan

Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg

NOC

- Respiratory status : Ventilation

- Respiratory status : Airway patency

- Vital sign Status Kriteria Hasil :

- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan

dyspneu (mampu

mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) - Tanda Tanda vital dalam

rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

NIC :

Airway Management

- Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi - Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan

- Pasang mayo bila perlu - Lakukan fisioterapi dada jika

perlu

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan - Lakukan suction pada mayo - Berikan bronkodilator bila

perlu

- Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab - Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.

- Monitor respirasi dan status O2

Oxygen Therapy

- Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

- Pertahankan jalan nafas yang paten

- Atur peralatan oksigenasi - Monitor aliran oksigen - Pertahankan posisi pasien - Onservasi adanya tanda

tanda hipoventilasi

- Monitor adanya kecemasan

(14)

- Timing rasio

- Penurunan kapasitas vital Faktor yang berhubungan : - Hiperventilasi

- Deformitas tulang

- Kelainan bentuk dinding dada

- Penurunan

energi/kelelahan

- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal

- Obesitas - Posisi tubuh

- Kelelahan otot pernafasan - Hipoventilasi sindrom - Nyeri

- Kecemasan

- Disfungsi Neuromuskuler

- Kerusakan

persepsi/kognitif

- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang - Imaturitas Neurologis

pasien terhadap oksigenasi Vital sign Monitoring

- Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

- Catat adanya fluktuasi tekanan darah

- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri - Auskultasi TD pada kedua

lengan dan bandingkan

- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

- Monitor kualitas dari nadi - Monitor frekuensi dan irama

pernapasan

- Monitor suara paru

- Monitor pola pernapasan abnormal

- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

- Monitor sianosis perifer - Monitor adanya cushing triad

(tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)

- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2 Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh b/d BBLR, usia kehamilan

kurang, paparan

lingkungan dingin/panas

Definisi : Risiko kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.

Faktor factor resiko:

- Perubahan metabolisme dasar

NOC:

 Hydration

 Adherence Behavior

 Immune Status

 Infection status

 Risk control

 Risk detection

NIC :

Temperature Regulation (pengaturan suhu)

 Monitor suhu minimal tiap 2 jam

 Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu

 Monitor TD, nadi, dan RR

 Monitor warna dan suhu kulit

Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi

(15)

- Penyakit atau trauma

yang mempengaruhi

pengaturan suhu

- Pengobatan pengobatan

yang menyebabkan

vasokonstriksi dan vasodilatasi

- Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan - Ketidakaktifan atau

aktivitas berat - Dehidrasi

- Pemberian obat penenang - Paparan dingin atau

hangat/lingkungan yang panas

 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

Selimuti pasien untuk

mencegah hilangnya

kehangatan tubuh

 Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas

 Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan

 Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan

Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

 Berikan anti piretik jika perlu

3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan ingest/digest/absorb

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

Batasan karakteristik : - Berat badan 20 % atau

lebih di bawah ideal - Dilaporkan adanya intake

makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)

- Membran mukosa dan konjungtiva pucat

NOC:

- Nutritional Status :

- Nutritional Status : food and Fluid Intake

- Nutritional Status : nutrient Intake

- Weight control Kriteria Hasil :

- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan - Berat badan ideal sesuai

dengan tinggi badan

- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda tanda malnutrisi

- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari

NIC :

Nutrition Management - Kaji adanya alergi makanan - Kolaborasi dengan ahli gizi

untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe - Anjurkan pasien untuk

meningkatkan protein dan vitamin C

- Berikan substansi gula - Yakinkan diet yang dimakan

mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi - Berikan makanan yang

terpilih ( sudah

dikonsultasikan dengan ahli

(16)

- Kelemahan otot yang

digunakan untuk

menelan/mengunyah - Luka, inflamasi pada

rongga mulut

- Mudah merasa kenyang, sesaat setelah mengunyah makanan

- Dilaporkan atau fakta

adanya kekurangan

makanan

- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

- Perasaan

ketidakmampuan untuk mengunyah makanan - Miskonsepsi

- Kehilangan BB dengan makanan cukup

- Keengganan untuk makan - Kram pada abdomen - Tonus otot jelek

- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

- Kurang berminat terhadap makanan

- Pembuluh darah kapiler mulai rapuh

- Diare dan atau steatorrhea - Kehilangan rambut yang

cukup banyak (rontok) - Suara usus hiperaktif - Kurangnya informasi,

misinformasi

Faktor-faktor yg

berhubungan:

Ketidakmampuan

pemasukan atau mencerna

makanan atau

mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

menelan

- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

gizi)

- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

- BB pasien dalam batas normal

- Monitor adanya penurunan berat badan

- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan - Monitor interaksi anak atau

orangtua selama makan - Monitor lingkungan selama

makan

- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

- Monitor turgor kulit

- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah - Monitor mual dan muntah - Monitor kadar albumin, total

protein, Hb, dan kadar Ht - Monitor makanan kesukaan - Monitor pertumbuhan dan

perkembangan

- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

- Monitor kalori dan intake nuntrisi

- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral.

- Catat jika lidah berwarna

(17)

magenta, scarlet

DAFTAR PUSTAKA

Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20. Jakarta:EGC.

Herdman, T. Heather. 2014. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 2012- 2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.

Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.

Ribek, Nyoman dkk. 2011. Aplikasi Perawatan Bayi Resiko Tinggi Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi Program Keperawatan: Digunakan Sebagai Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi. Denpasar:

Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

Wong, D.L,dkk. 2017. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran.

Referensi

Dokumen terkait

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak  Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak  cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih- cenderung akan

R/ menentukan luas/beratnya masalah yang terjadi pada kira-kira 60% klien normal meskipun kapasitas vital meningkat, fungsi pernapasan diubah saat kemampuan difragma untuk turun

Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama lain

Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan

- Hasil EKG didapatkan miokardial ischkemi - Hasil lab serum creatinine Penurunan curah jantung 2 DS: - Klien mengeluhkan nyeri dada sebelah kiri - Nyeri terasa seperti ditekan