• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN ISPA PDF

N/A
N/A
Besse Rismayani

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN ISPA PDF"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ISPA

KELOMPOK 4

NAMA : MARDIANA KOBANDAHA NIM : 01909010073

LAHAN PRAKTIK : PUSKESMAS KOTOBANGON

PROGAM STUDI S 1 KEPERAWATAN STIKES GRAHA MEDIKA

KOTAMOBAGU 2020

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat sehat sehingga LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG ISPA ini dapat terselesaikan dengan baik.kedua kalinya tak lupa pula kami haturkan solawat beserta salam atas keharibaan junjungan alam nabi kita nabi besar muhammad SAW yang telah membawa risalah sehingga kita dapat mengecap indah nya nikmat iman dan islam seperti sekarang ini.

Kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing beserta CI di puskesmas kotobangon yang telah memberikan kami tugas walaupun jauh dari kesempurnaan, dan terimakasih kami ucapkan kepada rekan rekan yang telah membantu kami membuat laporan pendahuluam ini dengan segenap tenaga sehingga terbentuklah laporan pendahuluan ini. maka dari itu besar harapan kami akan kritik dan saran yang sifat nya membangun untuk tercapainya lebih baik dari yang telah kami buat ini.kami berharap ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang ingin memperdalam pengetahuan nya tentang ISPA

KOTAMOBAGU, DESEMBER 2020

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

D. Manfaat Penulisan BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian 2. Etiologi

3. Anatomi dan Fisiologi Organ Terkait 4. Tanda Dan Gejala

5. Patofisologi 6. Patway

7. Pemeriksaan Penunjang 8. Komplikasi

9. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan 10. Pengkajian Keperawatan

11. Diagnosa Keperawatan 12. Rencana Intervensi

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

1. apa pengertian dari ISPA 2. apa saja etiologi dari ISPA

3. bagaimana anatomi dan fisiologi ISPA 4. apa saja tanda dan gejala dari ISPA 5. bagaimana patofisiologi dari ISPA 6. bagaimana patway dari ISPA

7. apa saja pemeriksaan penunjang yang di lakukan pada ISPA 8. apa saja komplikasi yang erdapat pada ISPA

9. apa saja pentalaksanaan medis dan keperawatan ISPA 10.apa dan bagaimana pengakjian keperawatan dari ISPA 11.apa saja diagnose keperawatan ISPA

12.apa saja yang di lakukan dalam rencana intervensi keperawatan ISPA

C. Tujuan

1. Untuk mengetaui yang dimaksud dengan ISPA 2. Untuk mengetauhi etiologi pada ISPA

3. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi pada ISPA 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala pada ISPA 5. Untuk mengetahui patofisiologi pada ISPA 6. Untuk mengetahui patway pada ISPA

7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada ISPA 8. Untuk mengetahui komplikasi pada ISPA

9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pada ISPA 10. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada ISPA

11. Untuk mengetahui diagnose keperawatan pada ISPA

12. Untuk mengetahui rencana intervensi keperawatan pada ISPA

(5)

D. Manfaat Penulisan

Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam dan upaya dalam meberikan keperawatan khususnya pada pasien ISPA

(6)

BAB II PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN

Penyakit ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dan terbanyak menimbulkan akibat dan kematian (Gouzali, 2011). ISPA merupakan salah satu penyakit pernafasan terberat dimana penderita yang terkena serangan infeksi ini sangat menderita, apa lagi bila udara lembab, dingin atau cuaca terlalu panas. (Saydam, 2011). Berdasarkan pengertian diatas, maka ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran nafas yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ adneksanya seperti sinus, ruang telinga tengah, dan pleura (Habeahan, 2009).

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian atas atau bawah secara stimulasi dan berurutan (Nelsen 2000). Menurut Depkes, (2004) infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI)..

2. ETIOLOGI

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke saluran nafas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah, seperti halnya pencemaran udara dalam rumah, ventilasi rumah dan kepadatan hunian rumah. Pencemaran udara dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk memasak. Dalam hal ini misalnya bahan bakar kayu. Selain itu, asap rokok yang ditimbulkan dari salah satu atau lebih anggota yang mempunyai kebiasaan merokok juga menimbulkan resiko terhadap terjadinya ISPA (Depkes RI, 2002).

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN TERKAIT a. Anatomi

Bagian – bagian dari saluran pernafasan : Saluran Pernafasan bagian atas :

1) Hidung

Hidung adalah bengunan berongga yang terbagi oleh sebuah sekat di tengah menjadi rongga hidung kiri dan kanan. Masing–masing rongga di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung) anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian farings (nasofarings). Masing–masing rongga hidung

(7)

dibagi menjadi bagian vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior dan bagian respirasi.

2) Farings

Farings dapat dibagi menjadi nasofarings, terletak di bawah dasar tenggorokan, belakang dan atas palatum molle; orofarings, di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah dan laringofarings, di belakang larings. Tuba Eustaschii bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani. Bila tidak sama, telinga terasa sakit. Misalnya naik pesawat terbang. Untuk membuka tuba ini, orang harus menelan.

3) Larings

Laring (kotak suara) bukan hanya jalan udara dari farings ke saluran napas lainnya, namun juga menghasilkan besar suara yang dipakai berbicara dan bernyanyi. Larings dutunjang oleh tulang-tulang rawan, diantaranya yang terpenting adalah tulang rawan tiroid, yang khas pada pria, namun kurang jelas pada wanita. Di bawahnya terdapat tulang rawan krikoid, yang berhubungan dengan trakea.

4) Trakea

Trakea adalah tabung terbuka berdiameter 2,5 cm dan panjang 10–12 cm, meluas dari laring sampai ke puncak paru, tempat bercabang menjadi bronkus kiri dan kanan.

Tetap terbukanya trakea disebabkan tunjangan sederetan tulang rawan (16-20 buah) yang terbentuk tapal kuda, dengan bagian terbuka mengarah ke posterior (esofagus).

Trakea dilapis epitel bertingkat dengan silia dan sel goblet. Sel goblet menghasilkan mukus dan silia berfungsi menyapu partikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung, ke arah faring untuk kemudian ditelan atau diludahkan atau dibatukkan.

Potongan melintang trakea khas berbentuk huruf D.

5) Cabang Tenggorokan

Merupakan lanjutan dari trakea ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan ke V. Mempunyai struktur yang sama dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan kebawah dan ke samping ke arah tampuk paru – paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari pada bronkus kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang.

Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkhioli).

Pada bronkhioli tidak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkhioli terdapat gelembung paru, gelambung hawa atau alveoli.

(8)

b. Fisiologi

Pernafasan/respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskann udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernafas dimana oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar, alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, di ambil oleh sel darah merah di bawa ke jantung dan dari jantung di pompakan ke seluruh tubuh. Di paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan menembus membran alveoli dan kapiler darah di keluarkan melalui pipa bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.

4. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala ISPA dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu: 13

a. ISPA ringan Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA ringan apabila ditemukan satu atau lebih dari beberapa gejala dibawah ini: a. Batuk. b. Serak, bersuara parau saat berbicara atau menangis. c. Pilek. d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 derajat.

b. ISPA sedang Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA sedang apabila ditemukan gejala ISPA ringan yang disertai salah satu atau lebih gejala gejala dibawah ini: a. Pernapasan cepat, yakni frekuensi nafas melebihi 60 kali per menit untuk usia dibawah 2 bulan, frekuensi nafas lebih dari 50 kali per menit untuk usia 2 bulan hingga

c. ISPA berat Anak dapat dinyatakan mengidap ISPA berta apabila ditemukan gejala ISPA ringan atau sedang yang disertai salah satu atau lebih gejala gejala dibawah ini a. Bibir atau kulit yang membiru. b. Anak tidak sadarkan diri (terjadi penurunan kesadaran). c.

Pernafasan berbunyi seperti mendengkur serta anak tampak gelisah. d. Sela iga tertarik ke dalam pada saat bernafas. e. Nadi cepat melebihi 160x per menit atau tidak teraba.

5. PATOFISIOLOGI

Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembusksn udara yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa oksidasi dari dalam tubuh. Virus, bakteri dan mikoplasma terinspirasi melalui hidung terjadi edema dan fasodilatasi pada mukosa. Infiltrat sel monokuler menyertai, yang dalam 1- 2 hari, menjadi polimorfonuklear perubahan struktural dan fungsional silia mangakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi sedang sampai berat epitel superfisial mengelupas. Ada produksi mukus yang banyak sekali, mula – mula encer, kemudian mengental dan berupa prurlen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran pernafasan atas, termasuk oklusi dan kelainan rongga sinus. Organisme streptokokus dan difteria merupakan agen bakteri utama yang mampu menyebabkan penyakit faring primer bahkan pada kasus

(9)

tonsilofaringitis akut, sebagian besar penyakit berasal dari nonbakteri. Walaupun ada banyak hal yang tumpang tindih, nenerapa mikroorganisme lebih mungkin menimbulkan sindrom sistem pernafasan tertentu dari pada yang lain dan agen tertentu mempunyai kecenderungan yang besar dari pada yang lain untuk menimbulkan penyakit yang berat. Beberapa virus (misalnya campak) dapat dihubungkan dengan banyak sekali variasi gejala saluran pernafasan atas dan bawah sebagai bagian dari gambaran klinis umum yang melibatkan organ lain. Virus Sinisial Pernafasan (VSP) merupakan penyebab utama bronkhielitis. Virus para influenza menyebabkan sindrom croup. Adenovirus penyebab penyakit faringitis dan demam faringokonjungtifitis dan koksakivirus A dan B menyebabkan penyakit nasofaring, sedangkan mikoplasma menyebabkan penyakit bronkhiolitis, pnemoni, bronkitis, faringotosilitis, maningitis dan atitis media (Wong’s et al 2001)

6. PATHWAY

Bayi lebih umur Virus bakteri atipikal aspirasi mekonium (mikoplasma)aspirasi substansi asing

Penurunan daya tahan tubuh Terhirup bersama udara melalui hidung

Infeksi berlanjut proses imfalamsi

Edema dan fasodiatasi

Obstruksi jalan nafas

Muntah,sukar menelan Resiko gagal

tumbang

Resiko infeksi hipertermi

Gangguan pola tidur

Bersihkan jalan nafas tidak efetif

Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

(10)

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut Betz dan souwden (2000) : a. Pemeriksaan Radiologi (foto torak) adalah untuk mengetahui

penyebab dan mendiagnosa secara tepat

b. Pemeriksaan RSV adalah untuk mendiagnosis RSV (Respiratori Sinisial Virus)

c. Gas Darah Arteri yaitu untuk mengkaji perubahan pada sistem saluran pernafasan kandungan oksigen dalam darah

d. Jumlah sel darah putih normal atau meningka 8. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi menurut Dedi Prasityao (2007) adalah a. Meningitis

b. OMA c. Mastoiditis d. Kematian

9. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN a. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung

b. Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan yang berlebihan, nikotin rokok dan stres

c. Jadwalkan pola makan yang teratur 10. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari pernafasan.

a. Pola, cepat (tachynea) atau normal.

b. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.

c. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.

d. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.

Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis,

(11)

nyeri pada rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum (Whaley and Wong;

1991).

11. DIAGNOSA KEPERAWATAN

12. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN (NIC/NOC)

(12)

BAB III PENUTUP

(13)

Kesimpulan

Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut.

Dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan pleura

DAFTAR PUSTAKA

(14)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Cahyaningrum, P. F. (2012). Hubungan Kondisi Faktor Lingkungan dan Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Pasca Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010.

Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Coleman. (2000). Social in the Creation of Human Capital in P. Dasgupta and I. Serageldin (Ed).

Social Capital : A Multi faceted Perpective, 13-39. Washington, DC : The World Bank.

Herdman, T. H. (2013). NANDA International: Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC (Edisi Revi). Yogyakarta: Mediaction.

Purba, M. I. (2003). Pedoman Pemberantasan ISPA dan Pneumonia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakatra: Trans Info Media.

Whaley and Wong.(1991). Nursing Care Infants and Children, Fourth Edition. Toronto Canada : Mosby Year Book

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak balita..

terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada balita di Puskesmas.

Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38ºC) atau riwayat demam disertai dengan salah satu tanda dan gejala penyakit pernapasan akut seperti

Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu demam (≥38'C) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti: batuk/sesak

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita

Infekasi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak.Insiden menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0.29 episode per anak/tahun di

Pasien dalam pengawasan PDP 1 Orang dengan infeksi saluran pernapasan akut ISPA, yaitu demam ≥38oC atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit pernapasan seperti:

Gejala-gejala klinis tersebut antara lain:  Adanya retraksi epigastrik, interkostal, suprasternal  Adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung  Biasanya didahului