LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN ENSEFALOPATI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
Dosen Koordinator : M. Budi S M.Kep Dosen Pembimbing : R. Acep Hasan M.Kep
DISUSUN OLEH :
HANDA SHEIRA NURUSABILA 2350321015
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI
Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi otak menyeluruh yang dapat akut atau kronik, progresif/statis. Ensefalopati yang terjadi sejak dini dapat menyebabkan gangguan perkembangan neurologis (WHO, 2006). Pasien dengan ensefalopati dapat mengalami kemunduran dalam fungsi kognitif umum, prestasi akademis, fungsi neuropsikologik. Skor intelegensi pasien yang mengalami ensefalopati juga rendah di bandingkan anak seusianya. Dari segi prestasi akademis pasien akan mengalami kesulitan untuk membaca, mengeja, dan aritmatik. Sedangkan fungsi neuropsikologikal dapat menjadi hiperaktif maupun autis.
Ensefalopati berasal dari kata : enchepalo (otak), pathy (gangguan).
Yang menggambarkan fungsi dan struktur otak yang abnormal (Departemen Kesehatan RI, 2007 ).
Ensefalopati adalah istilah yang di gunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi otak menyeluruh yang dapat akut/kronik, progesif/statis.
Ensefalopati tidak mengacu pada penyakit tunggal, melainkan untuk sindrom disfungsi otak global.
Ensefalopati adalah disfungsi kortikal yang memiliki karakteristik perjalanan akut hingga sub akut (jam hingga bebrapa hari), secara nyata terdapat fluktuasi dari tingkat kesadaran, atensi minimal, halusinasi dan delusi yang sering dan perubahan tingkat aktivitas psikomotor (secara umum meningkat, akan tetapi dapat menurun)
2. KLASIFIKASI
a. Ensefalopati mitokondria
Gangguan metabolic yang di sebabkan oleh disfungsi dari DNA mitokondria. Dapat mempengaruhi banyak system tubuh, terutama otak dan system saraf.
b. Glycine ensefalopati
Sebuah gangguan metabolism genetic yang melibatkan kelebihan produksi glisin
c. Hipoksia iskemik ensefalopati
Ensefalopati permanen atau sementara yang timbul dari pengiriman oksigen yang sangat berkurang ke otak
d. Uremik ensefalopati
Gagal ginjal akut/kronis dapat menyebabkan ensefalopati uremik. Ketika ginjal gagal untuk secara memadai membersihkan aliran darah, berbagai racun secara bertahap dapat membangun dan menyebabkan fungsi otak menurun.
e. Hipertensi ensefalopati
Timbul dari peningkatan tekanan darah meningkat darah di intrakarnial
f. Neonatal ensefalopati
Sering terjadi karena kurangnya oksigen dalam aliran darah ke otak-jaringan janin selama persalinan.
g. Salmonella ensefalopati
Suatu bentuk ensefalopati yang di sebabkan oleh keracunan makanan (terutama dari kacang dan daging busuk) sering mengakibatkan kerusakan otak permanen dan ganggu
3. ANATOMI FISIOLOGI Susunan saraf pusat (SPP/CNS):
a. Otak
Terletak didalam rongga cranium (tengkorak) Pelindung otak :
1) a. Kulit kepala dan rambut
2) Tulang tengkorak dan columna vetebral 3) Meningen ( selaput otak )
b. Hemifer cerebral ( otak besar ) di bagi menjadi 4 lobus, yaitu :
1) Lobus frontalis, menstimuli pergerakan otot, yang bertanggung jawab untuk proses berfikir
2) Lobus parietalis, merupakan area sensoris dari otak yang merupakan sensasi perabaan, tekanan, dan sedkit menerima perubahan temperatur.
3) Lobus occipitallis, mengandung area visual yang menerima sensasi dari mata.
4) Lobus temporalis, mengandung area auditory yang menerima sensasi dari telinga.
c. Cerebelum ( otak kecil )
Fungsi cerebelum mengembalikan tonus otot di luar kesadaran yang merupakan suatu mekanisme syaraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian.
d. Medulla Spinallis/sumsum tulang belakang.
Berfungsi untuk mengadakan komunikasi antara otak dan semua bagian tubuh serta berperan dalam : gerak reflek, berisi pusat pengontrolan yang penting, heart rate contol atau denyut jantung, pengaturan tekanan darah, pernafasan, menelan, muntah.
Susunan Syaraf Perifer :
Menyampaikan informasi antara jaringan dan saraf pusat ( CNS ) dengan cara membawa signals dari syaraf pusat ke CNS.
Susunan syaraf terbagi menjadi 2, yaitu : a. Susunan syaraf somatic
Susunan syaraf yang memiliki peranan yang spesifik untuk mengatur aktivitas otot sadar atau serat lintang, jadi syraf ini melakuakan sistem pergerakan otot yang di sengaja atau tanpa sengaja
b. Susunan syaraf otonom
Susunan syaraf yang mempunyai peranan penting mempengaruhi pekerjaan otot sadar atau serat lntang, dengan membawa informasi ke otot halus atau otot jantung yang dilakuakan otomatis
4. ETIOLOGI
a. Kelainan dalam struktur anatomi listrik dan fungsi kimia dapat menyebabkan fungsi mental berubah dan ensefalopati
b. Keracunan jaringan otak dan sel-sel juga dapat mempengaruhi fungsi. Racun ini dapat di produksi dalam tubuh, misalnya dari hati/gagal ginjal, atau mungkin sengaja (keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba) atau tidak sengaja tertelan (keracunan karbon monoksida, obat-obatan, zat beracun)
c. Ensefalopati mungkin karena cacat lahir (kelainan genetic yang meyebabkan struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang di temukan pada saat lahir)
Beberapa contoh penyebab lain ensefalopati : a. Menular (bakteri, virus, parasit)
b. Anoxic (kekurangan oksigen ke otak, termasuk penyebab trauma)
c. Alcohol (toksisitas alcohol) d. Hepatik (missal : kanker hati) e. Uremik (ginjal/gagal ginjal)
f. Perubahan dalam tekanan otak (perdarahan kepala, tumor, abses)
g. Bahan kimia beracun (timbale, merkuri) h. Penyakit metaboli
5. MANIFESTASI KLINIS
Ciri ensefalopati adanya gangguan mental. Tergantung pada jenis dan Tingkat keparahan ensefalopati.
Gejala neurologis umum : a. Hilangnya fungsi kognitif, b. Perubahan kepribadian ringan,
c. Ketidakmampuan untuk berkosentrasi, d. Lesu, kesadaran menurun
e. Demensia
f. Kejang, otot berkedut, Mialgia
g. Respirasi cheynes stokes (pola pernafasan di ubah dilihat dengan kerusakan otak dan koma)
6. PATHWAY
7. KOMPLIKASI
Komplikasi encephalopathy bervariasi dari tidak ada menjadi gangguan mental yang mendalam yang menyebabkan kematian.
Komplikasi dapat mirip dalam beberapa kasus. Selain itu, banyak peneliti menganggap ensefalopati sendiri menjadi komplikasi yang timbul dari masalah kesehatan utama atau diagnosis utama.
Komplikasi tergantung pada penyebab utama dari ensefalopati dan dapat diilustrasikan dengan mengutip beberapa contoh dari berbagai penyebab :
a. Hepatik (hati) encephalopathy (pembengkakan otak dengan herniasi, koma, kematian)
b. Ensefalopati metabolik (lekas marah, lesu, depresi, tremor, kadang-kadang, koma, kematian)
c. Ensefalopati uremik (lesu, halusinasi, pingsan, otot berkedut, kejang, kematian)
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan/pengobatan ensefalopati bervariasi dengan penyebab utama dari gejala, akibatnya, tidak semua kasus ensefalopati diperlakukan sama. Perlakuan terbaik yang dirancang oleh dokter yang merawat setelah diagnosis utama pasien dibuat. Perawatan yang sangat bervariasi karena penyebab yang sangat berbeda.
Contoh dapat menunjukkan betapa berbedanya “pengobatan ensefalopati” dapat berubah sesuai dengan penyebabnya:
a. Anoksia jangka pendek (biasanya kurang dari dua menit): terapi oksigen
b. Anoksia jangka panjang: rehabilitasi
c. Toksisitas alkohol jangka pendek: cairan IV atau ada terapi d. Penyalahgunaan alkohol jangka panjang (sirosis atau gagal hati
kronis): laktulosa oral, diet rendah protein, antibiotic
e. Ensefalopati uremik (karena gagal ginjal): memperbaiki penyebab fisiologis yang mendasari, dialisis, transplantasi ginjal
f. Diabetic encephalopathy: mengelola glukosa untuk mengobati hipoglikemia, penghapusan glukosa darah untuk mengobati hiperglikemia
g. Hipo-atau hipertensi ensefalopati: obat untuk meningkatkan (untuk hipotensi) atau mengurangi (untuk hipertensi) tekanan darah
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Lumbal pungsi (pemeriksaan CSS)
1) Cairan warna jernih 2) Glukosa normal 3) Leukosit meningkat
4) Tekanan Intra Kranial meningkat
b. CT Scan/ MRI Membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran/ letak ventrikel, hematom, daerah cerebral, hemoragic, atau tumor.
c. EEG (Electro Encephalo Graphy)
d. Terlihat aktivitas fisik (gelombang) yang menurun, dengan tingkat kesadaran yang menurun
e. Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difu (aktivitas lambat bilateral
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku bangsa, Alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnose medis.
2. RIWAYAT KESEHATAN a. Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan kejang-kejang dapat disertai dengan penurunan kesadaran.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien dengan ensefalopati terjadi kelemahan/lesu, gangguan mental, ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, respirasi cheynes-stokes
c. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh virus, infeksi, bakteri, kelainan dalam struktur anatomi Listrik dan fungsi kimia, keracunan jaringan orak dan sel-sel (ex : keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba, keracunan karbon monoksida, dan obat-obatan, zat beracun)
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien ada kemungkinan cacat lahir (kelainan genetic) yang menyebabkan struktur otak yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang ditemukan pada saat lahir
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tingkat kesadaran : adanya penurunan Tingkat kesadaran b. GCS
c. Kulit : saat diraba kulit terasa agak panas
d. Kepala : terasa kaku pada semua persayarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf kranial)
e. Mata : gangguan pada penglihatan
f. Telinga : ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan g. Hidung : adanya gangguan penciuman
h. Mulut dan gigi : membrane mukosa keirng, lidah terlihat bitnik putih dan kotor
i. Leher : terjadi kaku kudu dan terasa lemas
j. Ekstermitas atas dan bawah : tidak ada kekuatan oto dan terasa dingin
4. POLA FUNGSIONAL GORDON
a. Persepsi kesehatan – Pola management kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan dirumah
b. Pola nutrisi – metabolic
Penurunan BB dan malnutrisi umum, keinginan pasien untuk makan terganggu oleh ketidaksadaran pasien
c. Pola eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka tubuh dibersihkan dari bahan- bahan yang melebihi kebutuhan dan dari produk buangan
d. Pola aktivitas dan Latihan
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas dan Latihan karena mengalami penurunan kesadaran
e. Pola persepsi kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya ingatan masa lalu dan ketanggaoan dalam menjawab pertanyaan
f. Pola tidur dan istirahat
Pada pasien pola istirahat tidur tidak dapat dikaji karena mengalami penurunan kesadaran
g. Konsep diri dan persepsi diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body comfort
h. Peran dan pola hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam bertanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
i. Pola reproduktif dan seksual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosiaal dan alat reproduksi
j. Pola pertahanan diri, stress dan toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keungan, rumah
k. Pola keyakinan dan nilai
Untuk mengungkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam kesehariannya. Dengan ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d proses peradangan
b. Resiko jatuh b.d aktivitas kejang, penurunan kesadaran dan status mental
c. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan umum, deficit neurologis 6. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnose keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d proses peradangan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi serebral meningkat dengan kriteria hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat
- Gelisah menurun - Tekanan darah
sistolik membaik
Management peningkatan tekanan intracranial
Observasi
1. Identifikasi penyebab peningkatan TIK 2. Monitor tanda gejala
peningkatan TIK 3. Monitor MAP
4. Monitor status pernafasan
Terapeutik
1. Mengetahui penyebab 2. Mengetahui
tanda gejala 3. Mengetahui rata
rata tekanan darah 4. Mengetahui
pernafasan pasien
1. Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang 2. Cegah terjadinya tegang
3. Pertahankan suhu tubuh nornal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian diuretic osmosis
1. Meningkatkan rasa tenang pasien 2. Mencegah
perburukan 3. Mencegah
hipertermi
1. Meningkatkan ekresi urine 2. Resiko jatuh
b.d aktivitas kejang, penurunan kesadaran dan status mental
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan Tingkat jatuh menurun dengan kriteria hasil :
- Jatuh dari tempat tidur menurun - Jatuh saat
dipindahkan menurun
Pencegahan jatuh Observasi
1. Identifikasi faktor resiko jatuh
2. Hitung resiko jatuh
Terapeutik
1. Pastikan roda tempat tidur selalu dalam kondisi terkunci 2. Pasang handrail tempat tidur
3. Atur tempat tidur pada posisi terendah
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak kain
1. Mengetahui faktor resiko 2. Mengetahui
tingkatan resiko jatuh
1. Mencegah pasien jatuh 2. Mencegah
pasien jatuh 3. Mencegah
cedera
1. Mencegah pasien cedera
2. Mencegah pasien jatuh
3. Hambatan mobilitas fisik b.d kelemahan umum, deficit neurologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mobilitas meningkat dengan kriteria hasil :
- Pergerakan ekstermitas meningkat - Kekuatan otot
meningkat - ROM meningkat - Kelemahan fisik
menurun
Dukungan mobilisasi Observasi
1. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan 2. Identifikasi adanya nyeri
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
2. Fasilitasi menggunakan pergerakana
3. Libatkan keluarga dalam pergerakan pasien Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan mobilisasi sederhana
1. Mengetahui kondisi pasien 2. Mengetahui
adanya nyeri
1. Menghindari pasien jatuh 2. Pergerakan
pasien
3. Memandirikan keluarga
1. Meningkatkan pengetahuan 2. Melatih
aktivitas pasien
7. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien (Oktafiani, 2019).
8. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan (Oktafiani, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Nelson, Ilmu Kesehatan Anak. Philadelphia, Pennsylvania; 1996.
www.pediatrik.com
Brunner / Suddarth., (2006). Medical Surgical Nursing, JB Lippincot Company, Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Edisi 8, EGC, Jakarta.
Depkes RI. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Diknakes, Jakarta.
Donnad. (2011). Medical Surgical Nursing. WB Saunders.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Guyton A.C., Hall J.E. 2005.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC