LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
”Mengimplementasikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran (IPS)
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut”
Oleh
Disyeu Intan Rahmadiyanti, S.E
(Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial)
PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN
SMPN 3 CIBALONG
@2022
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
”Mengimplementasikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran (IPS)
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut”
Oleh
Disyeu Intan Rahmadiyanti, S.E
PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PENDIDIKAN
SMPN 3 CIBALONG
@2022
LEMBAR PUBLIKASI
DISERAHKAN UNTUK DIPUBLIKASIKAN DI PERPUSTAKAAN SMPN 3 CIBALONG
NOMOR REGISTRASI : 421.1/013-SMP/2022
Dipublikasi: Kabupaten Garut Pada Tanggal 06 Februari 2022
Kepala Perpustakaan SMPN 3 Cibalong Kab. Garut
HENDI CAHYADI, S.Pd.,EK NIP. 197108112014091001
ii
PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang disusun oleh
Disyeu Intan Rahmadiyanti, NUPTK. 5546757657210003,
Jabatan Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tahun Pelajaran 2021/2022 berjudul :
”Mengimplementasikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran (IPS)
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut”
Disetujui Untuk Dipublikasi di Perputakaan SMPN 3 Cibalong dan di Website Umum Untuk Dijadikan Bahan Literasi
Garut, 06 Februari 2022 Kepala SMPN 3 Cibalong
Hendra Hendarsyah, S.Pd NIP. 197007052003121002
iii
PENGESAHAN PERPUSTAKAAN
No. : 421.1/014-SMP/2022
Yang bertandatangan di bawah ini, Kepala Perpustakaan SMPN 3 Cibalong Kab.
Garut menerangkan bahwa :
N a m a : Disyeu Intan Rahmadiyanti, S.E N U P T K : 5546757657210003
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Unit Kerja : SMPN 3 Cibalong
Benar yang bersangkutan telah mengadakan penelitian dan hasilnya telah didokumentasikan di Perpustakaan SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut dengan judul penelitian;
”Mengimplementasikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran (IPS)
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut”
Tahun Pelajaran 2021/2022
Garut, 06 Februari 2022 Mengetahui,
Kepala Sekolah,
Hendra Hendarsyah, S.Pd NIP. 197007052003121002
Kepala Perpustakaan
Hendi Cahyadi, S.Pd. EK NIP. 197108112014091001
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
1. Karya Tulis Ilmiah berupa Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul ”Mengimplementasikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut” Tahun Pelajaran 2021/2022 adalah ASLI hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
2. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam karya tulis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana peruntukkannya.
Garut, 06 Februari 2022 Mengetahui,
Kepala SMPN 3 Cibalong
Hendra Hendarsyah, S.Pd NIP. 197007052003121002
Yang Membuat Pernyataan
Disyeu Intan Rahmadiyanti NUPTK. 5546757657210003
v
ABSTRAK
”Mengimplementasikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran (IPS)
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut”
Oleh: Disyeu Intan Rahmadiyanti, S.E
Motivasi dan hasil belajar peserta didik Kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab.
Garutpada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih sangat rendah, disebabkan karena guru masih kurang memahami penggunaan metode dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran dan karakteristik peserta didik itu sendiri sehingga proses pembelajaran jadi monoton dan membosankan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut dengan cara mengimplementasikan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi pembelajaran Mengembangkan ekonomi kreatif berdasarkan potensi wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sub.
Materi Mengembangkan Industri Ekonomi Kreatif.
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan memberikan tindakan dalam dua siklus pembelajaran yang terdiri dari dua kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2023 sampai dengan Januari 2022. Subyek penelitiannya adalah 20 peserta didik kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut. Hasil motivasi belajar peserta didik diperoleh dari kuisioner awal dan kuisioner akhir. Hasil belajar kognitif diperoleh dari hasil Postest sedangkan hasil belajar afektif diperoleh dari lembar observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar afektif peserta didik dimana pada siklus I 100% termasuk dalam kategori rendah meningkat menjadi 66,67% peserta didik termasuk dalam kategori tinggi dan 33,33% peserta didik termasuk dalam kategori sedang di siklus II. Tetapi model ini belum dapat meningkatkan motivasi peserta didik yaitu pada siklus I sebanyak 20% peserta didik termasuk dalam kategori tinggi dan 80% peserta didik termasuk dalam kategori sedang dan pada siklus II 100%
peserta didik termasuk dalam kategori sedang. Model pembelajaran ini juga belum dapat meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik dimana rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 51,02 dan pada siklus II sebesar 36,82. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar afektif peserta didik tetapi belum dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar kognitif peserta didik pada materi materi pembelajaran Mengembangkan ekonomi kreatif berdasarkan potensi wilayah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sub. Materi Mengembangkan Industri Ekonomi Kreatif di kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut.
Kata kunci : problem based learning, motivasi belajar, hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif
vi
ABSTRAK
”Mengimplementasikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Mata Pelajaran (IPS)
Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut”
Oleh: Disyeu Intan Rahmadiyanti, S.E
Motivation and learning outcomes of Class IX students at SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut's Social Sciences (IPS) subject is still very low, because teachers still don't understand the use of appropriate learning methods and models that are appropriate to the learning material and characteristics of the students themselves so that the learning process becomes monotonous and boring. This research aims to increase the learning motivation of class IX students at SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut by implementing the Problem Based Learning (PBL) learning model in Social Sciences (IPS) learning materials Developing a creative economy based on regional potential to improve community welfare Sub. Material for Developing the Creative Economy Industry.
This type of research is Classroom Action Research (PTK) which provides action in two learning cycles consisting of two meetings. This research was carried out from November 2023 to January 2022. The research subjects were 20 class IX students of SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut. The results of students' learning motivation were obtained from the initial questionnaire and the final questionnaire. Cognitive learning outcomes are obtained from Posttest results while affective learning outcomes are obtained from observation sheets.
The results of the research show that the application of the Problem Based Learning (PBL) model can improve the affective learning outcomes of students where in the first cycle 100% were included in the low category, increasing to 66.67% of students included in the high category and 33.33% of students included in the medium category in cycle II. However, this model has not been able to increase student motivation, namely in cycle I as many as 20% of students were in the high category and 80% of students were in the medium category and in cycle II 100% of students were in the medium category. This learning model also has not been able to improve students' cognitive learning outcomes where the average learning outcome in cycle I was 51.02 and in cycle II was 36.82. The conclusion of this research is that the application of the Problem Based Learning (PBL) model can improve students' affective learning outcomes but has not been able to increase students' motivation and cognitive learning outcomes on learning materials. Developing a creative economy based on regional potential to improve community welfare. Sub. Material for Developing the Creative Economy Industry in class IX of SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut.
Key words: problem based learning, learning motivation, cognitive learning outcomes, affective learning outcomes
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas segala Inayah dan Ridho Ilahi Robbi yang diberikan sehingga upaya melakukan penelitian tindakan kelas dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan profesionalisme penulis, baik sebagai guru mata pelajaran maupun sebagai tenaga pendidik di lingkungan SMPN 3 Cibalong Kab. Garut. Upaya inipun sebagai salah satu langkah untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diawali pendekatan dan pengelolaan pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga dapat tercipta proses pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik baik di dalam kelas, maupun di luar kelas.
Dengan terselesaikannya penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu penulis menghaturkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Hendra Hendarsyah, S.Pd selaku Kepala SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut (tempat dilaksanakannya penelitian) yang telah memberikan bantuan dan dorongan moril, materil dan spritnya untuk meningkatkan kompetensi pedagogik melalui penelitian Tindakan kelas di SMPN 3 Ciabalong Kab. Garut.
2. Rekan-rekan Guru dan Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) di SMPN 3 Cibalong Kab. Garut yang telah banyak membantu dalam analisis hasil penelitian dan saran tindak lanjut untuk penyelesaian penelitian ini.
3. Para peserta didik SMPN 3 Cibalong Kab. Garut Tahun Pelajaran 2021/2022 yang telah banyak membantu berfartisivasi dalam pelaksanaan PPL dan mendukung penuh penelitian ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik;
4. Semua pihak yang sudah ikut berkontribusi dalam yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu;
Atas bantuan semua pihak yang telah diberikan semoga mendapat imbalan setimpal dari Allah SWT dan menjadi amal jariah dan semoga pula hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi kemajuan pendidikan, umumnya di provinsi Jawa Barat, dan khususnya di SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut.
Garut, 06 Februari 2022
Penulis,
vii
DAFTAR ISI
Judul ……….. i
Lembar Publikasi ……….. ii
Lembar Persetujuan Kepala SMPN 3 Cibalong ……… iii
Lembar Pengesahan Perpustakaan ……… iv
Surat Pernyataan Keaslian ……… Abstrak ……….. v vi Kata Pengantar ……….. vii
Daftar Isi ……… viii
Daftar Tabel ……….. ix
Daftar Grafik ………. x BAB I PENDAHULUAN ……….
A. Latar Belakang Masalah ………..
B. Identifikasi Masalah ……….
C. Rumusan Masalah ………
D. Tujuan Penelitian ……….
E. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran ………
1 1 2 3 3 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ……….
2. Tahap-Tahap Dalam Penelitian Tindakan Kelas ………..
3. Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ……….
4. Kualitas Pembelajaran ………..
5. Hasil Belajar Peserta Didik ………..
6. Indikator Hasil Belajar Peserta Didik ………..
7. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta Didik ………
8. Penilaian Hasil Belajar ……….
6 6 9 11 19 22 25 27 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN . ………
1. Subjek Penelitian ………..
2. Tempat Penelitian ……….
33 33 33
3. Waktu Penelitian ………..
4. Data dan Sumber ………..
5. Instrumen Penelitian ………
6. Teknik Pengumpulan Data ………..
7. Analiss Data ………
8. Evaluasi dan Refleksi ………..
9. Deskripsi Persiklus ………..
10. Indikator Keberhasilan ………..
33 33 34 44 45 46 47 60 BAB IV HASIL PENELITIAN ………
1. Penelitian Data Siklus I ………
2. Penelitian Data Siklus 2 ………
65 65 73 BAB V SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan ………,,,………
B. Saran ………..………..
80 80 81
Daftar Pustaka ……… 83
Lampiran-lampiran ………
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Langkah-langkah penelitian pada Siklus 1 Tabel 3.2 Langkah-langkah penelitian pada Siklus 1 Tabel 3.3 Kriteria Ketuntasan Belajar Peserta didik
Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Klasikal Kriteria Ketuntasan Klasikal (%) Tabel 3.5 Kriteria Skor Ketrampilan Guru
Tabel 3.6 Kriteria Skor Aktivitas Peserta didik Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Kehadiran Peserta didik Tabel 4.2 Rubrik Penilaian Sikap
Tabel 4.3 Penilaian Sikap
Tabel 4.4 Rubrik Penilaian Keterampilan Tabel 4.5 Hasil Penilaian Keterampilan Tabel 4.6 Hasil Penilaian Pengetahuan
Tabel 4.7 Rekapitulasi Data Kehadiran Peserta didik Tabel 4.8 Rubrik Penilaian Sikap
Tabel 4.9 Penilaian Sikap
Tabel 4.10 Rubrik Penilaian Keterampilan Tabel 4.11 Hasil Penilaian Keterampilan Tabel 4.12 Hasil Penilaian Pengetahuan
ix
Daftar Grafik
Grafik 2.1 Kriteria Ketuntatasan Minimum (KKM)0 Grafik 2.2 Kriteria Ketuntatasan Minimum (KKM)
x
Daftar Lampiran
A. Perencanaan PTK (Identifikasi Masalah, analisis masalah, alternative pemecahan masalah, rumusan masalah)
B. Berkas RPP Siklus 1 dan Siklus 2
C. Lembar Obesevasi/Pengamatan Kinerja Guru
xi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perubahan kurikulum di setiap waktu atau tahun ajaran menimbulkan beberapa dampak bagi insan pendidikan. Karena, setiap perubahan kurikulum tentu membawa karakteristik tersendiri. Perubahan tersebut juga mempengaruhi proses pembelajaran baik untuk peserta didik maupun guru.
Guru mengenal beberapa model pembelajaran yang telah terbiasa mereka terapkan pada proses pembelajaran. Akan tetapi, setiap kurikulum baru memerlukan penyesuaian yang berbeda-beda dalam pengajarannya. Baik itu dalam penerapan strategi ataupun model pembelajarannya.
Guru sebagai subyek pertama dalam kegiatan pembelajaran dituntut agar menguasai penerapan model pembelajaran. Kemudian dapat melakukan penerapan dan pengembangan keterampilan mengajar. Dalam suatu kegiatan pembelajaran, peserta didik sebagai komponen utama yang diberi perlakuan diharapkan mampu untuk melakukan aktivitas belajar dengan senang dan bahagia serta dapat mencapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Peserta didik mengikuti pembelajaran tanpa tekanan dan paksaan. Guru juga diharapkan dapat mengemas suatu pembelajaran menjadi menarik bagi peserta didik dan mampu menggerakkan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Pengembangan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru diharapkan membuat tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu, juga diharapkan mampu untuk meningkatkan karakter peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih terampil dan memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran harus disesuaikan dengan karakter peserta didik, komponen materi pelajaran, lingkungan, serta sumber daya yang ada di sekolah atau lingkungan yang saling berkaitan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan guru maupun peserta didik dalam upaya-upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Guru perlu memilih dan menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam. Tujuannya agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik, serta antara peserta didik dengan
peserta didik. Salah satu contoh model pembelajaran yang sering saya gunakan yaitu model pembelajaran problem based learning (PBL)
Problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang mengutamakan penyelesaian masalah umum yang lazim terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Shoimin (2017, hlm. 129) mengemukakan bahwa PBL artinya menciptakan suasana belajar yang mengarah terhadap permasalahan sehari-hari (Shoimin, 2017:129).
Intaks model pembelajaran PBL menurut Warsono & Hariyanto (2013, hlm.
151) yaitu memberikan orientasi masalah kepada peserta didik dengan menjelaskan tujuan pembelajaran serta bahan dan alat yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Kemudian membantu mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan peserta didik dalam belajar menyelesaikan masalah.
Lalu guru mendorong peserta didik untuk mencari informasi yang sesuai dan mecari penjelasan pemecahan masalahnya. Di samping itu, mendukung peserta didik untuk mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya dan proses pembelajaran yang telah dilakukan.
Kelebihan atau manfaat model pembelajaran PBL menurut Kurniasih & Sani (2016, hlm. 48) adalah dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar untuk mentransfer pengetahuan yang baru. Selain itu, juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan kreatif. Mengingat betapa pentingnya penerapan model pembelajaran yang harus dipakai guru sebagai suatu strategi mengajar, maka diharapkan guru pun aktif secara mandiri untuk mengembangkan kompetensi pedagogiknya demi keberhasilan proses pembelajaran.
Berdasarkan pertimbangan pemikiran di atas maka peneliti mengambil judul
”Mengimplementasikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)Pada Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut”
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas terdapat beberapa masalah yaitu antara lain adalah sebagai berikut:
1) Motivasi belajar berperan penting dalam penentuan hasil belajar peserta didik, jika peserta didik tidak memiliki motivasi belajar maka hasil belajarpun tidak maksimal.
2) Peserta didik kurang termotivasi dalam mengkuti pelajaran ditandai dengan beberapa peserta didik yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimum.
3) Tugas yang diberikan guru tidak bervariasi serta tidak menarik sehingga cenderung membuat peserta didik kurang motivasi dalam mengerjakan tugas dari guru sehingga hasil belajar kurang maksimal.
4) Model dan Metode pembelajaran yang digunakan guru pada proses pembelajaran di kelas masih kurang tepat dan sesuai dengan materi yang dipelajari sehingga menimbulkan rasa bosan dan jenuh serta malas untuk belajar,
5) Penggunaan media pembelajaran berupa tayangan video berbasis youtube, bahan ajar, PPT dan LKPD manual dan Digital sangat jarang digunakan oleh guru saat melaksanakan proses pembelajaran di sekolah.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka perlu ada pembatasan masalah. Batasan masalah ini tentang motivasi belajar, hasil belajar, model pembelajaran, metode pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan. Fokus utama dari penelitian ini adalah untuk ”Mengimplementasikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab. Garut” pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kompetensi Dasar Menganalisis ketergantungan antara ruang dilihat dari konsep ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, harga, pasar) dan pengaruhnya terhadap migrasi penduduk, transportasi, lembaga sosial dan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat melalui pembelajaran luring/tatap muka dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Mengimplementasikan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Pada Proses Pembelajaran Mata Pelajaran (IPS) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 3 Cibalong Kab.
Garut” pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kompetensi Dasar
Menganalisis ketergantungan antara ruang dilihat dari konsep ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, harga, pasar) dan pengaruhnya terhadap migrasi penduduk, transportasi, lembaga sosial dan ekonomi, pekerjaan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat melalui pembelajaran luring/tatap muka dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
5. Manfaat Penelitian a. Bagi Peserta Didik
1) Peserta didik benar-benar sangat termotivasi dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat dan disesuaikan dengan materi pelajaran yang disajikan, terutama model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang digunakan dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang saya ampu, mereka sangat antusias dan bersemangat untuk mengikuti proses pembelajaran.
2) Peserta didik dapat menjalin komunikasi dan berkolaborasi dengan guru dengan lebih efektif dan efesien dengan digunakan metode pembelajaran dalam bentuk ceramah, diskusi, tanya jawab, penugasan, presentasi dan demontrasi;
3) Peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran secara langsung dan real karena dibimbing dan dipandu langsung oleh guru untuk mengikuti pembelajaran yang berkolaborasi dengan dunia usaha, dunia industri, para pengusaha, para pengrajin dan para pedagang sehingga pembelajaran di kelas yang terkesan menjenuhkan dapat terhindar dengan memperbanyak kegiatan pembelajaran di lapangan;
4) Peserta didik merasa dipermudah dalam mengikuti proses pembelajaran dengan disediakannya bahan ajar berupa buku, modul dan Lembar Peserta Didik (LKPD) Digital, media pembelajaran berupa tayangan PPT dan tayangan-tayangan video berbasis Youtube.
b. Bagi Guru
a) Memperluas wawasan dan pengalaman bagi guru dalam mengolah teknik, strategi dan langkah-langkah yang tepat dalam penggunaan model, metode dan media pembelajaran yang tepat dan sesuai untuk digunakan dalam menyajikan setiap materi pelajaran pada proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b) Meningkatkan profesionalitas dalam menjlankan tugas dan pekerjaan sebagai guru/pendidik.
c) Meningkatkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran di kelas.
d) Memberikan motivasi bagi guru-guru lainnya untuk lebih kreatif dalam melaksaakan tugasnya memberikan pengajaran dan pendidikan di sekolah.
e) Memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran khususnya mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
c. Bagi Sekolah
a) Menerapkan model dan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi, situasi dan kondisi serta karakteristik peserta didik yang dilaksanakan terhadap pelajaran yang lainnya di sekolah.
b) Memanfaatkan media, alat pembelajaran dan sarana prasana sekolah dengan semaksimal mungkin
c) Mengembangkan bakat untuk tercapainya visi dan misi sekolah
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitian Tindakan Kelas A. Menurut Para Ahli
1) Menurut Suyanto (1997), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik- praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional.
2) Menurut Hopkins (1993), Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha sesorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
3) Menurut Joni dan Tisno (1998), PTK merupakan suatu kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan- tindakan yang dilakukannya, serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
4) Rochiati (2009), mendefinisikan PTK adalah bagaimana usaha sekelompok guru dalam mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
5) Menurut Suparno (2008), Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pelaksanaan pembelajaran di kelasnya.
6) Kasihani (1999), yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai pencarian jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Pada pelaksanaannya, setiap masalah yang diungkap dan dicarikan jalan keluar haruslah masalah yang benar-benar ada dan nyata dialami oleh guru.
7) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk memperbaiki mutu pelaksanaan pembelajaran di kelasnya (Suparno, 2008).
B. Ruang Lingkup Penelitian Tindakan Kelas
Adapun wilayah kajian PTK adalah masalah atau problem pembelajaran yang dirasakan oleh guru atau peserta didik pada umumnya, bukan masalah pembelajaran yang dihadapi peserta didik secara pribadi.
C. Beberapa contoh masalah yang dapat dikaji melalui PTK
Sebagaimana tertuang dalam pedoman penyusunan usulan penelitian Tindakan kelas tahun anggaran 2005 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi 2004 adalah : » Masalah belajar peserta didik di sekolah » Desain dan strategi pembelajaran di kelas » Alat bantu, media dan sumber belajar » Sistem asesmen dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran » Pengembangan kompetensi pribadi peserta didik » Masalah kurikulum.
D. Karakteristik PTK
Adapun karakteristik dari PTK menurut Suryadi (2012) adalah: 1. Adanya permasalahan yang dirasakan guru mendesak untuk segera diselesaikan. 2. Refleksi diri, merupakan ciri khas dari PTK yang paling esensial, ha lini sekaligus membedakan antara penelitian pada umumnya yang menggunakan responden atau populasi secara objektif dalam mengumpulkan data, sedangkan dalam PTK pengumpulan data disertai dengan refleksi diri. 3. Dilakukan di dalam kelas, kelas yang dimaksud bukan ruang yang dibatasi empat dinding tetapi merupakan proses pembelajaran antara guru dan peserta didik melalui interaksi. 4. Bertujuan memperbaiki pembelajaran tiada henti. Siklus demi siklus mencerminkan perbaikan demi perbaikan yang dicapai.
E. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Dalam (Rahdiyanta, hlm. 2014) menyebutkan tujuan PTK adalah sebagai berikut:
1) Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
2) Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
3) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
4) Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
F. Pentingnya PTK Bagi Guru
1) Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi peserta didiknya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
2) Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara professional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif
3) Melakukan PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran
4) Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan dan mengembangkan alternative masalah/kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat (Daryanto 2006: hlm. 18).
2. Tahap-Tahap Dalam Penelitian Tindakan kelas
Tahapan-tahapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat pada siklus PTK di bawah ini:
Siklus penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. PTK merupakan suatu proses yang terdiri dari empat tahap, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1) Tahap Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah tahap pertama dari siklus PTK. Di tahap ini, guru melakukan perencanaan terhadap kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Perencanaan ini biasanya meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), penyusunan instrumen penilaian, dan penyusunan materi pembelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan adalah tahap kedua dari siklus PTK. Di tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun. Selain itu, guru juga harus memperhatikan aspek-aspek lain seperti manajemen kelas, media pembelajaran, dan interaksi dengan peserta didik.
3) Tahap Pengamatan (Observing)
Observasi adalah tahap ketiga dari siklus PTK. Di tahap ini, guru melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu, observasi juga berguna untuk mengidentifikasi masalah- masalah yang muncul selama kegiatan pembelajaran.
4) Tahap Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah tahap terakhir dari siklus PTK. Di tahap ini, guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi ini bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan kegiatan pembelajaran dan mencari solusi atas masalah- masalah yang muncul selama kegiatan pembelajaran. Setelah itu, guru kembali ke tahap perencanaan untuk menyusun rencana pembelajaran yang lebih baik di kemudian hari.
Siklus PTK merupakan salah satu metode penelitian yang cocok digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu, siklus PTK juga dapat digunakan oleh guru untuk mengembangkan kompetensi profesionalnya.
PTK dapat dilakukan secara individu maupun kelompok. Guru dapat bekerja sama dengan rekan sejawatnya untuk melakukan PTK bersama-sama. Hal ini akan membantu guru dalam mengembangkan kompetensi profesionalnya dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Siklus PTK juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam teknik observasi, seperti observasi langsung, observasi terstruktur, dan observasi partisipatif. Teknik observasi yang digunakan harus sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam PTK tersebut.
Untuk melakukan siklus PTK dengan baik, guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu:
a) Memiliki tujuan yang jelas dan sasaran yang ingin dicapai. Tujuan dan sasaran PTK harus jelas dan sesuai dengan kebutuhan kelas. Tujuan PTK harus merujuk pada permasalahan yang ada di kelas dan sasaran PTK harus merujuk pada solusi yang ingin dicapai.
b) Memiliki rencana yang jelas dan terstruktur. Rencana PTK harus terdiri dari langkah-langkah yang jelas dan terstruktur. Rencana PTK harus memperhatikan tujuan dan sasaran PTK, serta harus mempertimbangkan kebutuhan kelas dan kondisi yang ada.
c) Melakukan observasi yang tepat dan akurat. Observasi PTK harus dilakukan secara tepat dan akurat. Guru harus memperhatikan aspek-aspek yang diperlukan dalam observasi, seperti kegiatan pembelajaran, interaksi guru-peserta didik, dan hasil belajar peserta didik.
d) Melakukan refleksi yang kritis dan membuat kesimpulan yang tepat. Refleksi PTK harus dilakukan secara kritis dan membuat kesimpulan yang tepat. Guru harus mempertimbangkan segala aspek yang terkait dengan PTK, seperti kegiatan pembelajaran, interaksi guru-peserta didik, dan hasil belajar peserta didik.
e) Menyusun rencana pembelajaran yang lebih baik di kemudian hari. Setelah melakukan PTK, guru harus menyusun rencana pembelajaran yang lebih baik di kemudian hari. Rencana pembelajaran yang lebih baik ini harus memperhatikan tujuan dan sasaran PTK, serta harus mempertimbangkan kebutuhan kelas dan kondisi yang ada.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, guru dapat melakukan siklus PTK dengan baik dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Selain itu, guru juga dapat mengembangkan kompetensi profesionalnya dengan melakukan PTK secara terus menerus.
3. Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 1) Model Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM merupakan singkatan dari Pemebalajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Model pembelajaran ini menggambarkan keseluruhan proses belajar mengajar yang berlangsung menyenangkan dengan melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif selama proses pembelajaran. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tersebut, tentu saja diperlukan ide-ide kreatif dan inovatif guru dalam memilih metode dan merancang strategi pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan dengan aktif dan menyenangkan diharapkan lebih efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tidak efektif apabila tujuan belajar tidak tercapai dengan baik.
Konsep PAIKEM telah mengilhami penciptaan model-model pembelajaran yang lain. Banyak peneliti yang mengembangkan model- model pembelajaran baru dengan menggunakan singkatan yang mudah diingat orang seperti S-T-M, RANI, MATOA, dan lain-lain. Singkatan S- T-M merupakan kepanjangan dari Sains- Teknologi-Masyarakat; RANI kepanjangan dari Ramah, Terbuka dan Komunikatif;
MATOA diambil dari buah Matoa yang merupakan kepanjangan dari Menyenangkan Atraktif Terukur Objektif dan Aktif.
Model pembelajaran PAIKEM bukan model pembelajaran baru. Sebelum PAIKEM muncul, model pembelajaran CBSA (cara belajar siswa aktif) telah lama populer di kalangan guru-guru. Inovasi pembelajaran terus menerus dilakukan dengan menambah sederetan model pembelajaran bernuansa baru seperti CTL (Contextual Teaching Learning), PBL (Problem based Learning), Cooperatif Learning dan sebagainya. Semua model pembelajaran tersebut mengarah pada pembelajaran yang tidak lagi menjadikan guru sebagai pusat belajar (teacher centered learning) karena ada asumsi bahwa pembelajaran yang terlalu didominasi oleh guru dapat menyebabkan peserta didik kurang aktif dan kreatif selama proses pembelajaran
Inti dari PAIKEM terletak pada kemampuan guru untuk memilih strategi dan metode pembelajaran yang inovatif. Strategi pembelajaran yang dapat membuat peserta didik aktif adalah strategi pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (student centered learning). Dalam penerapan strategi pembelajaran ini, guru berperan sebagai fasilitator yaitu memfasilitasi peserta didik untuk belajar.
Pengetahuan diperoleh peserta didik berdasarkan pengalamannya sendiri, bukan ditransfer pengetahuan dari guru. Pembelajaran yang menyenangkan dapat terjadi apabila hubungan interpersonal antara guru dan peserta didik berlangsung baik.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan.
Dalam konsep PAIKEM, pembelajaran yang menyenangkan dapat dicapai karena peserta didik aktif selama proses pembelajaran. Selain itu, motivasi belajar juga memiliki andil yang tinggi terhadap suasana senang belajar. Supaya motivasi belajar tetap tinggi, guru perlu memberikan umpan balik terhadap hasil belajar yang telah dicapai atau tugas yang telah diselesaikan oleh peserta didik.
Model PAIKEM banyak menggunakan strategi pembelajaran CTL.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Proses pembelajaran CTL berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami.
Tugas guru lebih banyak menyusun strategi dan mengelola kelas supaya peserta didik dapat menemukan pengetahuannya sendiri bukan berdasarkan informasi dari guru.
CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Karakteristik Model Pembelajaran CTL adalah:
(1) materi dipilih berdasarkan kebutuhan siswa; (2) peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran; (3) materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/simulasinya; (4) materi dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik; (5) cenderung mengintegrasikan beberapa bidang ilmu sesuai dengan tematiknya; (6) proses belajar berisi kegiatan untuk menemukan, menggali informasi, berdiskusi, berpikir kritis, mengerjakan projek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok); (6) pembelajaran terjadi di berbagai tempat, sesuai dengan konteksnya; (7) hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Model PAIKEM menuntut guru untuk kreatif menggunakan berbagai metode, alat, media pembelajaran dan sumber belajar. Supaya guru memiliki wawasan luas tentang metode pembelajaran yang mendukung peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran, berikut ini diberikan contoh-contoh metode pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik.
1) Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialog. Metode ini tepat digunakan pada kelas yang kreatif, peserta didik yang berpotensi akademik tinggi namun kurang cocok diterapkan pada peserta didik yang perlu bimbingan tutorial. Metode ini sangat potensial untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian memberi tugas atau masalah untuk dipecahkan.
2) Guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan, prosedur yang harus dilakukan dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
3) Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
4) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, bereksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, dan merumuskan hipotesis.
5) Guru membantu peserta didik dalam menyiapkan laporan hasil pemecahan masalah yang menjadi tugasnya.
6) Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau mengevaluasi proses-proses penyelidikan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah.
Contoh tugas-tugas yang dapat diselesaikan melalui pembelajaran berbasis masalah.
1) Mempelajari fenomena alam terjadinya pemanasan global, pencemaran air, dan polusi udara
2) Mempelajari fenomena terjadinya gerhana bulan dan matahari
3) Mempelajari fenomena terjadinya kenakalan (patologi sosial) pada remaja
Problem based learning (PBL) adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan peserta didik untuk selalu berpikir kritis dan selalu terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Alur kerja peserta didik bergantung pada seberapa kompleks permasalahan yang diberikan. Sama halnya seperti project based learning, tingkat keberhasilan metode ini bergantung pada keaktifan peserta didiknya.
Semakin aktif peserta didik memanfaatkan keterampilan berpikirnya, semakin besar peluang masalah untuk diselesaikan.
a. Pengertian Menurut Para Ahli
Beberapa pengertian problem based learning menurut para ahli adalah sebagai berikut.
1. Menurut Duch, yaitu model pembelajaran yang menantang siswa untuk
“belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata.
2. Menurut Arends, yaitu suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.
3. Menurut Gd. Gunantara, yaitu suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada pembelajar dengan masalah-masalah praktis atau pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah dan memiliki konteks dengan dunia nyata.
4. Menurut Shoimin, yaitu menciptakan suasana belajar yang mengarah terhadap permasalahan sehari-hari.
5. Menurut Glazer, yaitu suatu strategi pengajaran di mana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.
b. Tujuan Problem Based Learning
Setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan utama yang akan dicapai, begitu juga dengan problem based learning. Untuk tujuan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.
2. Melatih peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan secara sistematis.
3. Membantu peserta didik dalam memahami peran orang dewasa di kehidupan nyata.
4. Mendorong peserta didik untuk menjadi individu yang mandiri dan bertanggung jawab.
c. Sintak Model Pembelajaran Problem Based Learning
Sintak merupakan tahapan yang harus dilalui pada suatu model pembelajaran.
Adapun sintak model pembelajarannya adalah sebagai berikut.
a) Menjelaskan orientasi permasalahan pada peserta didik
Pada tahap ini guru akan memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran serta proses agar peserta didik termotivasi untuk belajar.
b) Mengorganisasi peserta didik dalam belajar
Pada tahap ini, guru mengorganisir tugas yang akan diberikan pada peserta didik, misalnya penentuan topik, prosedur tugas, dan sebagainya.
c) Memberikan bimbingan pada individu maupun kelompok
Guru membimbing peserta didik agar mereka bisa mendapatkan sumber atau referensi yang sesuai untuk permasalahan yang ditugaskan.
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya peserta didik
Pada tahap ini, peserta didik akan dibantu oleh guru dalam mempersiapkan hasil yang akan dilaporkan, misalnya laporan, dokumentasi, rekaman, serta teori pendukung lainnya.
e) Melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Guru meminta peserta didik untuk merefleksi dan mengevaluasi hasil yang diperoleh, baik dari sisi proses maupun metode.
Adapun contoh problem based learning dalam pembelajaran bisa dilihat melalui sintak berikut.
a) Menjelaskan orientasi permasalahan pada peserta didik
Guru menunjukkan gambar pencemaran air di daerah padat penduduk. Lalu, peserta didik mengamati gambar tersebut dan diminta menyampaikan tanggapannya. Terakhir, peserta didik diminta membuat pertanyaan terkait
gambar pencemaran, misalnya “Bagaimana pengaruh kepadatan penduduk terhadap pencemaran air?”
b) Mengorganisasi peserta didik dalam belajar
Pada tahap ini, peserta didik harus mencari sumber/referensi terkait pengaruh kepadatan penduduk terhadap kualitas air bersih atau pencemaran.
c) Memberikan bimbingan pada individu maupun kelompok
Peserta didik diberi lembar kerja terkait data pencemaran air dari tahun ke tahun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya peserta didik
Peserta didik membuat catatan hasil penyelidikannya terhadap pertanyaan yang diajukan. Lalu, catatan tersebut diolah hingga berbentuk laporan.
e) Melakukan analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Guru membimbing peserta didik dalam menganalisis hasil kerjanya tentang pengaruh kepadatan terhadap pencemaran air. Lalu, hasil tersebut dipresentasikan dan dievaluasi.
d. Kelebihan dan Kekurangan
Berikut ini kelebihan problem based learning.
1. Peserta didik dilatih untuk selalu berpikir kritis dan terampil dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
2. Bisa memicu peningkatan aktivitas peserta didik di kelas.
3. Peserta didik terbiasa untuk belajar dari sumber yang relevan.
4. Kegiatan pembelajaran berjalan lebih kondusif dan efektif karena peserta didiknya dituntut untuk aktif.
Berikut ini kekurangan problem based learning.
1. Tidak semua materi pembelajaran bisa menerapkan model ini.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan materi pembelajaran lebih lama.
3. Bagi peserta didik yang belum terbiasa menganalisis suatu permasalahan, biasanya enggan untuk mengerjakannya.
4. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terlalu banyak, guru akan kesulitan untuk mengondisikan penugasan.
e. Perbedaan Problem Based Learning dan Project Based Learning
Pada dasarnya, kedua model pembelajaran tersebut hampir sama. Hal itu karena keduanya sama-sama melibatkan keaktifan peserta didik. Perbedaannya adalah pada problem based learning peserta didik dilatih untuk berpikir kritis dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan.
Sedangkan pada project based learning, peserta didik dituntut untuk terampil dalam mengelola permasalahan hingga dihasilkan suatu produk nyata. Dengan demikian, problem based learning bisa mengasah keterampilan berpikir dan project based learning bisa meningkatkan hasil akademik peserta didik.
4. Kualitas Pembelajaran
A. Pengertian Kualitas Pembelajaran
Konsep peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu unsur dari paradigma baru pengelolaan pendidikan di Indonesia. Paradigma tersebut mengandung atribut pokok yaiturelevan dengan kebutuhan masyarakat pengguna lulusan, suasana akademik yang kondusif dalam penyelenggaraan program studi, adanya komitmen kelembagaan dari para pimpinandan staf terhadap pengelolaan organisasi yang efektif dan produktif, keberlanjutan programstudi, serta efisiensi program secara selektif berdasarkan kelayakan dan kecukupan. Dimensi-dimensi tersebut mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat strategis untuk merancangdan mengem bangkan usaha penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi kualitas padamasa yang akan datang.
Mutu sama dengan arti kualitas dapat diartikan sebagai kadar atau tingkatan dari sesuatu, oleh karena itu kualitas mengandung pengertian:
1) Tingkat baik dan buruknya suatu kadar
2) Derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya) mutu.
Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam 'proses pendidikan' yang bermutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar kognitif, afektif, atau psikomotorik, metodologi Obervariasi sesuai kemampuan guru, sarana, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif
Menurut Pius Partanto dan M. Dahlan Al Barry bahwa kualitas adalah kualitas dan mutu baik buruknya barang. Dari pengertian tersebut maka kualitas atau mutu dari sebuah pendidikan harus ditingkatkan baik itu sumber daya manusia, sumber daya material, mutu pembelajaran, kualitas lulusan dan sebagainya. Dari berbagai pengertian yang ada, pengertian kualitas pendidikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan untuk menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang optimal.Dari sisi guru, kualitas dapat dilihat dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar peserta didik. Bahwa setiap guru atau tenaga pengajar memiliki tanggung jawab terhadaptingkat
keberhasilan peserta didik belajar dan keberhasilan guru mengajar. belajar hanya dapat terjadiapabila murid sendiri telah termotivasi untuk belajar guru harus secara bertahap dan berencana memperkenalkan manfaat belajar sebagai sebuah nilai kehidupan yang terpuji, sehingga murid belajar karena didasari oleh nilai yang lebih tinggi bagi kehidupan murid sendiri. Walaupun proses ini tidak sederhana, guru harus tetap berusaha menanamkan sikap positif dalam belajar, karena ini merupakan bagian yang sangat penting didalam proses belajar untuk mampu belajar. Sementara itu dari sudut kurikulum dan bahan belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa relevan kurikulum dan bahan belajar mampu menyediakan aneka stimulus dan fasilitas belajar secara berdiversifikasi dengan penganekaragaman, penerapan beberapa cara, perbedaan Dari aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat dari seberapa besar suasana belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang,menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan;
Dari sisi media belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa efektif media belajar digunakan oleh guru untuk meningkatkan intensitas belajar peserta didik.
Dari sudut fasilitas belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa kontributif memberi sumbangan fasilitas fisik terhadap terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman. Sedangkan dari aspek materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuainnya dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasi peserta didik.
Oleh karena itu kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, peserta didik, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler.
B. Indikator Kualitas Pembelajaran
Secara konseptual kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi indikator yang berfungsi sebagai indikasi atau penunjuk dalam kegiatan pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas.Hal ini diperlukan karena beberapa alasan berikut:
1) Prestasi Peserta didik Meningkat
Prestasi peserta didik yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran yang selama ini pendidikan agama berlangsung mengedepankan aspek kognitif pengetahuan, aspek afektif dan psikomotorik tingkah laku.
2) Peserta didik Mampu Bekerjasama
Di dalam pembelajaran diperlukan suatu kerjasama antar peserta didik ataupun peserta didik dengan guru. Dengan adanya kekompakan akan timbul suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Keharmonisan perlu dijaga dan dipelihara dengan mewujudkan sikap: 1) adanya saling pengertian untuk tidak saling mendominasi, 2) adanya saling menerima untuk tidak saling berjalan menurut kemauannya sendiri, 3) adanya saling percaya untuk tidak saling mencurigai, 4) adanya saling menghargai dan 5) saling kasih sayang untuk tidak saling membenci dan iri hati.
3) Adanya Pembelajaran yang Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan untuk membantu peserta didik dalam menyerap dan memahami pelajaran yang diserap oleh guru, karena apabila peserta didik tidak menyenangi pembelajaran maka materi pelajaran tidak akan membekas pada diri peserta didik. Pembelajaran yang menyenangkan ini biasanya dengan menggunakan metode yang bervariasi dan pembentukan suasana kelas yang menarik.
4) Mampu berinteraksi dengan Mata Pelajaran lain
Problematika kehidupan dunia tidak hanya ada pada masalah keagamaan saja, akan tetapi lebih banyak dalam bidang-bidang keduniaan. Dalam hal ini pendidikan agama bisa menjadi solusi dari semua bidang asalkan pembelajaran pendidikan agama islam yang dilaksanakan mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain.
5) Mampu Mengkontekstualkan hasil Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual sangat diperlukan untuk membiasakan dan melatih peserta didik dalam bersosial, bekerjasama dan memecahkan masalah.
Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya
6) Pembelajaran yang efektif di Kelas dan lebih Memberdayakan Potensi Peserta didik. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan hasil pendidikan. Secara mikro ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi peserta didik.
7) Pencapaian Tujuan dan Target Kurikulum
Pencapaian tujuan dan target kurikulum merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh gurudan peserta didik dalam setiap pembelajarannya.
Tujuan dan target-target tersebut bisa dijadikan tujuan minimal maupun maksimal yang harus dicapai tergantung kepada kemampuan pihak sekolah yang terdiri dari guru dan unsur-unsur lain yang melaksanakannya.Maka indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar peserta didik, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran/
5. Hasil Belajar Peserta Didik 1) Pengertian Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh seseorang guna untuk merubah suatu perilaku yang ada pada dirinya. Menurut Gagne dalam Dahar (2006: hlm. 2) “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”.
Menurut Suhendri (2013: hlm. 107) “belajar merupakan suatu aktivitas dilakukan secara sengaja dalam upaya memperoleh perubahan dan perbaikan”.
Sejalan dengan pendapat menurut Suyono dan Hariyanto dalam Suhendri (2013: hlm. 107) bahwa “belajar adalah suatu aktivitas atas suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian”. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang berupa aktivitas guna bertujuan untuk mendapatkan suatu perubahan pada diri seseorang.
Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan pada aspek
kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti kegiatan proses belajar. Hasil belajar tersebut dapat digunakan untuk tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran. Menurut Sudjana dalam Tahar, Irzan (2016: hlm. 94) “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia mengalami pengalaman belajarnya”. Sejalan dengan Soedijarto dalam Tahar, Irzan (2016:
hlm. 94) “hasil belajar merupakan tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ditetapkan”. Sedangkan menurut Gagne dalam Nasution (2018: hlm. 113) menyimpulkan ada lima macam hasil belajar yaitu:
a) Informasi Verbal. Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta.
Informasi verbal diperoleh secara lisan, membaca buku dan sebagainya.
b) Keterampilan Intelektual. Kapabilitas keterampilan intelektual untuk dapat memperbedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah.
Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar.
c) Strategi Kognitif. Kapabilitas strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan sintesis.
d) Sikap. Kecenderungan merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian berdasarkan stimulus tersebut.
e) Keterampilan Motorik, merupakan keterampilan seseorang bisa dilihat dari kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot serta badan yang diperhatikan oleh orang tersebut dalam belajar. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan kemampuan seseorang setelah mengalami proses belajar, sehingga mampu merubah aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini hanya mencakup aspek kognitif saja, karena pada aspek kognitif berkaitan langsung dengan kemampuan peserta didik dalam menguasai materi.
2) Klasifikasi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku peserta didik berupa kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh saat proses belajar mengajar, yang
berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sejalan dengan Milsan & Wewe (2019: hlm. 67) bahwa “pada sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan Pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris”. Menurut Benyamin Bloom revisi Anderson dan Kratwohl dalam Dwi Oktaviana (2018: hlm. 82) kemampuan berpikir kognitif dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori :
a) Mengingat (remember) adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Kategori mengingat terdiri dari proses kognitif mengenali dan mengingat kembali. Untuk menilai mengingat, peserta didik diberi soal yang berkaitan dengan proses kognitif mengenali dan mengingat kembali.
b) Memahami (understand) adalah proses kognitif yang berpijak pada kemampuan transfer dan ditekankan di sekolah-sekolah dan perguruan perguruan tinggi. Proses-proses kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
c) Mengaplikasikan (apply) melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses kognitif, yakni mengeksekusi (ketika tugasnya hanya soal latihan) dan mengimplementasikan (ketika tugasnya merupakan masalah).
d) Menganalisis (analyze) melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian- bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhanya. Kategori proses menganalisis ini meliputi proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.
e) Mengevaluasi (evaluate) didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses- proses kognitif memeriksa (keputusan-keputusan diambil berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik (keputusan-keputusan yang diambil
berdasarkan kriteria eksternal).
f) Mencipta (create) melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. Mencipta berisikan tiga proses kognitif: merumuskan, merencanakan, dan memproduksi. Berdasarkan menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh pada proses pembelajaran berupa kemampuan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Klasifikasi hasil belajar ini bertujuan untuk menunjukan tujuan pembelajaran agar mampu mencapai tujuan level berikutnya. Pada taksonomi Benyamin Bloom revisi Aderson dan Krathwohl kemampuan berpikir kognisi merupakan satu kerangka dasar klasifikasi target pembelajaran serta persiapan ujian. Maka dari itu klasifikasi hasil belajar pada kemampuan berpikir kognitif taksonomi Benyamin Bloom revisi Aderson dan Krathwohl terbagi menjadi enam yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
6. Indikator Hasil Belajar Peserta Didik
Indikator Hasil Belajar Untuk mengetahui perubahan nilai pada suatu variabel maka diperlukan indikator sebagai alat ukur perubahan tersebut. Menurut Sudiyanto & Puspitasari (2010: hlm. 10) “penggunaan indikator sebagai alat ukur dari suatu variabel sangat diperlukan, hal ini terkait dengan memberikan sarana kemudahan dalam memahami maknanya”.
Menurut Benjamin S.Bloom dalam Ricardo & Meilani (2017: hlm. 194) Ranah kognitif adalah suatu perubahan perilaku yang terjadi pada kognisi. Proses belajar terdiri atas kegiatan sejak dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan pengolahan otak. Menurut Bloom bahwa tingkatan hasil belajar kognitif dimulai dari terendah dan sederhana yakni hafalan hingga paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi.
Berdasarkan hierarki Taksonomi Bloom revisi dalam Effendi (2017:
hlm. 74-76), indikator hasil belajar ranah kognitif terdiri dari enam aspek yaitu:
1) Mengingat/ C-1 Mengingat adalah mengambil pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang kategori mengingat yaitu: a. Mengenali b. Mengingat
kembali
2) Memahami/ C-2 Memahami yaitu mengkonstruksi makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran peserta didik. Kategori memahami yaitu:
a) Menafsirkan b) Mencontohkan c) Mengklasifikasikan d) Merangkum
e) Menyimpulkan f) Membandingkan g) Menjelaskan
3) Mengaplikasikan/ C-3 Mengaplikasikan atau menerapkan ataupun menggunakan prosedur untuk melakukan latihan atau memecahkan masalah yang berhubungan erat dengan pengetahuan prosedural. Kategori mengaplikasikan yaitu:
a) Mengeksekusi
b) Mengimplementasikan
4) Menganalisis/ C-4 Menganalisis yaitu menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsur penyusunannya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Kategori menganalisis yaitu:
a) Membedakan b) Pengorganisasian c) Attributing
5) Mengevaluasi/ C-5 Mengevaluasi didefinisikan membuat suatu pertimbangan atau penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Kategori mengevaluasi yaitu:
a) Memeriksa b) Mengkritisi
6) Mengkreasi/ C-6 Mengkreasi atau mencipta yaitu adalah menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk satu kesatuan yang utuh atau fungsional.
Kategori mengkreasi yaitu:
a) Merumuskan b) Merencanakan c) Memproduksi
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa indikator merupakan alat ukur untuk mengetahui perubahan yang terjadi dari suatu variabel. Untuk mengetahui perubahan hasil belajar peserta didik dalam ranah kognitif, maka dapat diukur dengan indikator hasil belajar
7. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta Didik
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang telah dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran di kelas. Sebelum mendapatkan hasil belajar ada beberapa faktor- faktor yang mampu mempengaruhi terhadap kemampuan peserta didik pada proses pembelajaran, menurut Slameto dalam Kurniawan (2018: hlm. 157) “faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern merupakan faktor yang ada dari luar peserta didik seperti pengaruh dari teman bergaul ataupun dari sekolah.
1) Faktor-faktor intern, meliputi:
a) Aspek psikologis terdiri dari:
a. Intelegensi, sangat Besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar.
b. Perhatian, merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu semata- mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.
c. Minat, pengaruh terhadap minat belajar harus diminati oleh peserta didik, agar peserta didik mampu belajar dengan sungguh-sungguh.
a. Bakat, merupakan kecakapan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan.
b. Motivasi, merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku kearah suatu tujuan tertentu.
c. Kesiapan, dalam proses pembelajaran perlu adanya perhatian terhadap kesiapan belajar peserta didik, karena jika peserta didik sudah mempunyai kesiapan untuk belajar maka hasil belajar akan baik.