• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian tindakan kelas (PTK) Susanti, S,Pd (1)

N/A
N/A
Kevin Hernandes

Academic year: 2024

Membagikan "Penelitian tindakan kelas (PTK) Susanti, S,Pd (1)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PTK

(PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI DI SMKN 2 BUNGO KELAS X DKV

TAHUN AJARAN 2022/2023

OLEH:

SUSANTI, S.Pd

SMK NEGERI 2 BUNGO

KECAMATAN BATHIN II BABEKO KABUPATEN BUNGO

PROVINSI JAMBI

TAHUN 2023

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Susanti, S.Pd

Judul laporan : Penerapan Model Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Di Smkn 2 Bungo Kelas X Dkv

Unit kerja : SMK Negeri 2 Bungo

Alamat : Jln. Lintas Muaro Bungo Desa Simpang Babeko Kec.

Bathin II Babeko Kab. Bungo Prov. Jambi Telah disetujui dan di sahkan pada :

Hari : Selasa

Tanggal : 21 November 2023

Babeko, 21 November 2023 Mengesahkan

Kepala sekolah SMK Negeri 2 Bungo Peneliti,

Ir. Baso Arief Susanti, S.Pd

NIP. 196906061994031009 NIP. -

(3)

ii

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Susanti, S.Pd Jabatan : Guru

Unit kerja : SmkN 2 Bungo

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa penulisan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa pada Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi di Smkn 2 Bungo Kelas X DKV” adalah penulisan saya sendiri.

Babeko, 21 November 2023 Penulis

Susanti, S.Pd

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul " Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Di Smkn 2 Bungo Kelas X DKV". Laporan ini merupakan refleksi dari hasil penerapan pembelajaran model problem based learning.

Sebagai seorang pendidik di SMK Negeri 2 Bungo, saya selalu meyakini bahwa inovasi dalam pendidikan adalah kunci untuk membentuk generasi SDM yang berkualitas. Karna hal itulah, penulis mencoba menerapkan model pembelajaran yang membuat siswa dapat berkembang. Semoga laporan ini dapat memberikan inspirasi dan wawasan bagi rekan-rekan guru, pihak sekolah, da di lingkungan pendidikan. Saya ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah mendukung dan terlibat dalam proses penelitian ini.Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kepala sekolah SMK Negeri 2 Bungo 2. Dewan guru beserta stafnya.

3. Siswa kelas X DKV SMk Negeri 2 Bungo.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Bungo, 21 November 2023

Penulis

Susanti, S.Pd

(5)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah ... 4

1.2.1 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Definisi Operasional ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUA PUSTAKA ... 8

2.1 Keaktifan Belajar ... 8

2.2 Hakikat Belajar ... 9

2.3 Prinsip Belajar ... 10

2.4 Tujuan Belajar ... 11

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 12

2.6 Kemampuan Menulis ... 14

2.7 Pembelajaran Berbasis PBL ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Setting Penelitian ... 20

3.2 Subjek yang Terlibat sebagai Peneliti ... 20

3.3 Instrumen Penelitian ... 20

3.4 Rencana Tindakan ... 22

3.4.1 Jenis Penelitian ... 22

3.4.2 Rencana Tindakan ... 23

3.5 Sumber, Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.5.1 Sumber Data ... 25

3.5.2 Jenis Data ... 26

(6)

v

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data... 26

3.6 Teknik Analisa Data ... 26

3.7 Indikator Keberhasilan ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Hasil Penelitian ... 29

4.1.1 Hasil Siklus I ... 29

4.1.2 Hasil Siklus II ... 36

4.2 Pembahasan ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ... 17

Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I ... 30

Tabel 3. Aktivitas Keterlibatan Siswa pada Pembelajaran Siklus I ... 31

Tabel 4. Penilaian Unjuk Kerja Kemampuan Berpendapat pada Siklus I ... 32

Tabel 5. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I ... 34

Tabel 6. Respon Siswa Terhadap Metode Pembelajaran PBL Pada Siklus I ... 35

Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II ... 37

Tabel 8. Aktivitas Keterlibatan Siswa pada Pembelajaran Siklus II ... 38

Tabel 9. Penilaian Unjuk Kerja Kemampuan Berpendapat pada Siklus II ... 39

Tabel 10. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II ... 40

Tabel 11. Respon Siswa Terhadap Metode Pembelajaran PBL Pada Siklus II .... 41

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 23

Gambar 2. Hasil Observasi Guru Pada Setiap Siklus ... 42

Gambar 3. Aktivitas Keterlibatan Siswa pada Pembelajaran ... 44

Gambar 4. Hasil Persentase Ketuntasan Klasikal pada Setiap Siklus ... 46

Gambar 5. Penilaian Unjuk Kerja Kemampuan Berpendapat Setiap Siklus ... 48

Gambar 6. Respon Siswa Terhadap Metode Pembelajaran PBL ... 50

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kualitas pembelajaran adalah bagian integral dari upaya meningkatkan mutu pendidikan secara menyeluruh. Upaya peningkatan mutu pendidikan mencakup aspek kemampuan, kepribadian, dan tanggung jawab sebagai warga negara (Sutama, 2000). Pendidikan selalu mengalami perubahan seiring perkembangan di berbagai bidang kehidupan, dan perubahan tersebut mencakup pelaksanaan proses pendidikan, tingkatan pendidikan, instrumen kurikulum, infrastruktur pendidikan, dan tata laksana kependidikan. Kurikulum memiliki peran krusial dalam keberhasilan pembelajaran, dan perubahan pada aspek kependidikan melibatkan seluruh elemen yang saling terkait.

Kurikulum 2013 merupakan kerangka rancangan keilmuan dan kependidikan di tingkat mata pelajaran, diimplementasikan oleh satuan pendidikan. Sistem ini bertujuan untuk membuat peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pendidikan bahasa Indonesia diwajibkan dalam kurikulum sebagai wujud kesadaran pemerintah akan pentingnya melestarikan bahasa nasional. Pembelajaran bahasa Indonesia bukan hanya terbatas pada tingkat pendidikan dasar, melainkan juga diterapkan pada tingkat sekolah menengah dan perguruan tinggi. Pengajaran bahasa Indonesia menjadi wujud pelestarian nilai budaya, menuntut peserta didik untuk memahami bahasa kesatuan Indonesia.

Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif, mirip dengan berbicara dalam bentuk tulisan. Proses pendidikan saat ini dianggap terlalu menekankan aspek kognitif dan kurang memperhatikan kreativitas (Anies, seperti yang dikutip dalam Asmani, 2011). Menulis dianggap sebagai aktivitas harian untuk mengikat pengetahuan agar tidak hanya berada dalam khayalan semata (Alwasilah, 2008). Keterampilan menulis memerlukan latihan dan praktik yang teratur agar menghasilkan tulisan yang terstruktur dengan baik.

Keterampilan ini melibatkan penguasaan unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa yang menjadi isi karangan. Bagi sebagian besar orang, menulis merupakan kegiatan yang menyenangkan, bahkan untuk sebagian lainnya, menulis adalah suatu kewajiban.

(10)

2 Semi (2007:5) menyatakan bahwa keterampilan menulis sering kali dikaitkan dengan pembelajaran mengarang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, latihan menulis dan mengarang membiasakan peserta didik menggunakan pengetahuan kebahasaan, seperti tata bahasa, kosakata, gaya bahasa, ejaan, dan sebagainya. Keterampilan menulis perlu dikembangkan sejak dini secara metodis dan sistematis.

Cahyani dan Khodijah (2007:10) mengemukakan bahwa keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling kompleks.

Keterampilan ini tidak hanya mencakup menyalin kata-kata dan kalimat, melainkan juga pengembangan dan pengejawantahan ide dalam struktur tulisan yang teratur. Goeller (1980) menunjukkan karakteristik bahasa tulis, yaitu akurat (kelogisan informasi), ringkas (pengungkapan gagasan yang singkat), dan jelas (mudah dipahami).

Menulis memiliki peranan penting dalam pembelajaran di sekolah. Dengan keterampilan menulis, siswa dapat menyampaikan ide, pikiran, dan gagasannya dalam bentuk tulisan di berbagai mata pelajaran. Keterampilan menulis tidak dapat diperoleh secara otomatis, melainkan melalui latihan dan praktik yang teratur. Guru memiliki peran dalam mengembangkan pengetahuan dan membudayakan kegiatan menulis di kalangan siswa.

Pembelajaran menulis di sekolah menjadi platform untuk menggali potensi dan melatih siswa dalam menulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks, siswa diharapkan mampu memahami, menjelaskan, dan memproduksi berbagai jenis teks. Kurikulum 2013 menetapkan berbagai macam teks pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas X, termasuk teks laporan hasil observasi.

Pemilihan teks laporan hasil observasi sebagai topik penelitian didasarkan pada sifat faktualnya. Teks ini berkaitan dengan fakta, kejadian langsung, dan hasil pengamatan di sekitar siswa. Siswa diharapkan dapat lebih mudah memahami dan memproduksi teks dengan dukungan fakta atau hasil pengamatan dari lingkungan sehari-hari.

Namun, hasil observasi terhadap siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo menunjukkan beberapa masalah dalam proses menulis teks laporan hasil

(11)

3 observasi. Pertama, siswa kesulitan memulai dan mengembangkan ide karena diberi tema tanpa bantuan visual seperti gambar atau video serta kurangnya instruksi untuk mengamati objek secara langsung. Kedua, masih terdapat kekurangan dalam penerapan aturan kebahasaan seperti huruf besar, kata depan, dan tanda baca. Ketiga, siswa mengalami kesulitan dalam menyusun kerangka teks laporan hasil observasi karena kurangnya panduan dan contoh yang diberikan oleh guru.

Diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuannya sendiri, mengingat adanya beberapa masalah dalam proses pembelajaran. Masalah tersebut meliputi kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, belum diterapkannya model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreativitas menulis siswa, serta dominasi metode ceramah yang membuat siswa merasa bosan dan bersifat pasif.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti memandang bahwa model pembelajaran yang kreatif, kritis, dan inovatif dapat membuat pembelajaran lebih interaktif dan tidak monoton. Oleh karena itu, penelitian ini memilih menggunakan model problem based learning (PBL) sebagai solusi yang tepat dalam meningkatkan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi.

Model problem based learning (PBL) menekankan pada penggunaan permasalahan nyata sebagai konteks untuk pembelajaran, memungkinkan peserta didik untuk belajar berfikir kritis dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah guna memperoleh pengetahuan. Langkah-langkah model PBL melibatkan pemberian masalah, siswa secara aktif merumuskan masalah, mempelajari dan mencari materi terkait masalah, melaporkan solusi, menggunakan kelompok belajar, dan menuntut siswa untuk mendemonstrasikan hasil karya. Keunggulan PBL terletak pada kemampuannya mendorong siswa untuk memecahkan masalah dalam konteks nyata serta membangun pengetahuannya sendiri. Kegiatan pada model PBL melibatkan mengorientasikan peserta didik kepada masalah, mengorganisir peserta didik untuk belajar, melakukan penyelidikan mandiri dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta mengevaluasi proses pemecahan masalah.

(12)

4 Keterampilan menulis teks laporan hasil observasi siswa kelas VII SMP N 24 Padang tanpa menggunakan model pembelajaran problem based learning berada pada kualifikasi lebih dari cukup. (3) Berdasarkan uji hipotesis, disimpulkan bahwa model PBL cocok digunakan oleh guru untuk pembelajaran menulis teks laporan hasil observasi karena model ini sangat berpengaruh terhadap keterampilan menulis teks laporan hasil observasi pada siswa kelas VII di SMP N 24 Padang.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sriasih, Sang Ayu, dkk (2015) berjudul "Analisis Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Pembelajaran Menulis Teks Laporan Hasil Observasi Kelas X IIS. 1 SMA N 1 Mendoyo" menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: Pertama, pembelajaran dengan menggunakan PBL yang dilakukan oleh guru telah memenuhi standar pelaksanaan. Kedua, respon positif siswa muncul karena model pembelajaran tidak monoton dan pemilihan materi yang otentik.

Kedua penelitian tersebut mencakup pengaruh model pembelajaran problem based learning, dengan teknik analisis data menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based learning memiliki dampak positif dalam penerapannya. Penelitian yang dilakukan di kelas X DKV SMKN 2 Bungo ini memiliki tujuan untuk mengevaluasi perbedaan antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dalam pembelajaran menulis teks negosiasi dengan menggunakan model PBL. Tujuannya adalah membentuk suasana belajar siswa yang lebih kreatif dengan menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan tingkat kenyamanan siswa, sehingga dapat merangsang kreativitas siswa dalam proses belajar.

1.2 Perumusan dan Pemecahan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah

Pertanyaan penelitian ini diformulasikan sebagai berikut:

(1) Bagaimana meningkatkan pemahaman siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo Tahun Pelajaran 2022/2023 dalam menulis laporan hasil observasi dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL)?

(13)

5 (2) Bagaimana meningkatkan kemampuan belajar siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo Tahun Pelajaran 2022/2023 dalam pelaksanaan pembelajaran kompetensi penulisan laporan hasil observasi menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL)?

(3) Bagaimana respons siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo Tahun Pelajaran 2022/2023 terhadap pelaksanaan pembelajaran penulisan laporan hasil observasi yang mengadopsi model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL)?

1.2.2 Pemecahan Masalah

Dalam penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran Bakteri, dapat diimplementasikan langkah-langkah berikut:

(1) Guru menunjukkan video yang menjelaskan teori dan memberikan contoh penulisan laporan hasil observasi

(2) Guru melakukan penggalian pengetahuan siswa melalui pertanyaan- pertanyaan yang terkait dengan materi penulisan

(3) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran (4) Guru membentuk kelompok berdasarkan prestasi, dengan setiap siswa dalam

kelompok mendapatkan nomor.

(5) Guru memberikan tugas berupa soal-soal, dan setiap kelompok mengerjakannya

(6) Kelompok melakukan diskusi untuk menjawab soal-soal dan memastikan setiap anggota kelompok memahami jawabannya

(7) Guru memanggil siswa berdasarkan nomor, dan siswa yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama kelompoknya

(8) Teman-teman memberikan tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor berikutnya

(9) Guru dan siswa bersama-sama melakukan penarikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

(14)

6 (1) Meningkatkan pemahaman siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo dalam

penulisan laporan hasil observasi dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL).

(2) Meningkatkan kemampuan berpendapat siswa pada pembelajaran penulisan laporan hasil observasi dengan menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL).

(3) Menilai respon siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo terhadap penerapan pembelajaran pada penulisan laporan hasil observasi menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL).

1.4 Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan definisi operasional sebagai berikut: (1) Pemahaman Siswa

Pemahaman siswa merujuk pada kemampuan mereka dalam memahami materi pada Bakteri. Kemampuan ini diukur melalui tes hasil belajar, baik dalam bentuk pretest maupun posttest.

(2) Kemampuan Berpendapat

Kemampuan berpendapat mencakup keterampilan siswa dalam menyampaikan gagasan, berkomunikasi secara efektif, dan menghargai pendapat orang lain. Evaluasi dilakukan melalui penilaian unjuk kerja atau performance test.

(3) Respon Siswa

Respon siswa mencakup reaksi atau pandangan siswa terhadap pembelajaran materi Bakteri yang menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL). Pengukuran respon siswa dilakukan melalui angket.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat baik bagi guru, siswa maupun sekolah, yaitu :

(1) Bagi Guru :

Mendapatkan pengalaman yang berharga untuk menerapkan pengetahuan dan meningkatkan kompetensi guru adalah hal yang penting. Guru dapat mengimplementasikan model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah

(15)

7 atau Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu pendekatan yang mendukung peningkatan pemahaman dan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran kompetensi laporan hasil observasi.

(2) Bagi Siswa :

Melalui model Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL), siswa dibantu dalam memahami konsep Bakteri, diharapkan hal ini dapat mengurangi rasa bosan dalam proses belajar dan membantu siswa meningkatkan pencapaian KKM.

(3) Bagi Sekolah :

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi sekolah untuk diversifikasi model pembelajaran, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas keseluruhan proses pembelajaran.

(16)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keaktifan Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976: 108), arti dari kata "aktif"

adalah berusaha untuk memperoleh suatu keahlian. Seorang anak memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu dan memiliki keinginan yang muncul dari dirinya sendiri. Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat diserahkan kepada orang lain. Ini berarti bahwa motivasi untuk belajar harus berasal dari diri sendiri dan tidak dapat dipaksakan oleh orang lain. Belajar yang efektif terjadi ketika siswa belajar melalui pengalaman langsung, sehingga mereka tidak hanya mengamati secara langsung, tetapi juga terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

Implikasi dari keaktifan bagi siswa adalah terwujud dalam perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil percobaan, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi dari keaktifan bagi guru adalah perubahan peran guru dari yang bersifat didaktis menjadi bersifat individualis. Hal ini berarti guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mencari, memperoleh, dan mengolah pengalaman belajarnya, sehingga dapat mendorong kreativitas siswa dalam belajar maupun memecahkan masalah.

Aktivitas siswa dalam proses belajar tidak hanya sebatas mendengarkan dan mencatat, seperti yang umumnya terjadi di sekolah-sekolah tradisional. Menurut Paul B. Diedric dalam Sardiman A.M (2010: 101), terdapat daftar yang mencakup 177 macam kegiatan siswa yang termasuk di dalamnya diantaranya yaitu :

a)

Visual Activities antara lain yaitu membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.

b) Oral Activities diantara merumuskan, bertanya, member saran, berpendapat, diskusi, interupsi.

c) Aktivitas Listening, sebagai contoh mendengarkan yang terdiri dari uraian, percakapan, diskusi, musik, dan pidato.

(17)

9 d) Writing Aktivities meliputi kegiatan menulis, seperti membuat cerita,

esai, laporan, dan menyalin teks.

e) Kegiatan menggambar, menciptakan grafik, membuat peta, dan diagram.

f) Kegiatan motorik, termasuk di dalamnya melakukan eksperimen, membuat konstruksi, model, melakukan perbaikan, berkebun, dan beternak.

g) Kegiatan mental, contohnya adalah merespons, mengingat, menyelesaikan masalah, menganalisis, dan membuat keputusan.

h) Kegiatan emosional, seperti merasa bosan, gugup, bermimpi, berani, dan tenang.

Dengan klasifikasi seperti yang dijelaskan di atas, ini menunjukkan kompleksitas dan variasi kegiatan di sekolah. Jika beragam aktivitas tersebut dapat diimplementasikan di sekolah, maka sekolah-sekolah akan menjadi lebih dinamis, tidak monoton, dan benar-benar menjadi pusat pembelajaran yang optimal, bahkan memperkuat perannya sebagai pusat transformasi budaya.

2.2 Hakikat Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2005: 36), belajar didefinisikan sebagai penyesuaian atau penguatan perilaku melalui pengalaman. Ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses dan aktivitas, bukan hanya suatu hasil atau tujuan.

Belajar merupakan suatu tahap perubahan perilaku individu yang berlangsung melalui interaksi dengan lingkungan. Dengan melibatkan proses kognitif, belajar dapat dipahami sebagai transformasi keseluruhan tingkah laku individu yang secara relatif tetap hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan (Muhibbin Syah, 2016: 68).

Dengan kata lain, belajar merupakan transformasi tingkah laku atau penampilan melalui berbagai kegiatan seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Kualitas belajar akan meningkat jika pelajar itu sendiri mengalami atau melakukan kegiatan tersebut. Belajar tidak hanya membawa perubahan dalam pengetahuan, tetapi juga melibatkan pengembangan kecakapan, keterampilan, sikap, pemahaman, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Sebagai contoh, seseorang yang belajar dapat

(18)

10 membuktikan pengetahuan baru atau mampu melakukan hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukan. Proses belajar ini mengangkat seseorang dari satu tingkat kemampuan ke tingkat kemampuan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, belajar melibatkan serangkaian kegiatan jiwa dan raga, psikofisik, untuk mencapai perkembangan pribadi manusia secara menyeluruh, termasuk unsur-unsur cipta, rasa, karsa, serta ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sardiman, 2007: 21- 23).

2.3 Prinsip Belajar

Seorang guru atau pembimbing diwajibkan mampu merumuskan sendiri prinsip-prinsip pembelajaran, yakni prinsip-prinsip pembelajaran yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi, serta sesuai dengan kebutuhan setiap siswa secara personal. Menurut Slameto (1995: 27-28), cara merumuskan prinsip-prinsip pembelajaran melibatkan aspek-aspek berikut:

1. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar.

a. Setiap siswa perlu didorong untuk berpartisipasi aktif dalam proses belajar, meningkatkan minat, dan dibimbing menuju pencapaian tujuan instruksional.

b. Pembelajaran harus mampu menciptakan penguatan dan motivasi yang kuat pada siswa agar mencapai tujuan instruksional.

c. Lingkungan pembelajaran harus menantang, memungkinkan anak-anak untuk mengembangkan kemampuan eksplorasi dan pembelajaran yang efektif.

d. Interaksi antara siswa dan lingkungannya diperlukan dalam proses belajar.

2. Sesuai dengan hakikat belajar.

a. Belajar merupakan proses yang kontinu, oleh karena itu, harus melalui tahap demi tahap sesuai dengan perkembangannya.

b. Pembelajaran adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan penemuan.

c. Belajar adalah proses kontinjensi, di mana hubungan antara pemahaman satu konsep dengan konsep lainnya dapat membentuk pemahaman yang

(19)

11 diinginkan. Stimulus yang diberikan akan menimbulkan respons yang diharapkan.

3. Berdasarkan materi pembelajaran yang harus dikuasai:

a. Pembelajaran bersifat holistik, dan materi harus memiliki struktur dan penyajian yang simpel, sehingga siswa dapat dengan mudah memahaminya.

b. Pembelajaran harus mampu mengembangkan keterampilan khusus sesuai dengan tujuan instruksional yang hendak dicapai.

4. Syarat keberhasilan dalam pembelajaran:

a. Proses belajar memerlukan fasilitas yang memadai, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman.

b. Repetisi diperlukan dalam proses pembelajaran untuk memastikan pemahaman, keterampilan, atau sikap yang ditanamkan menjadi lebih mendalam pada siswa.

2.4 Tujuan Belajar

Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Adapun tujuan belajar antara lain:

1) Perubahan perilaku.

Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku, misalnya yang tadinya tingkah lakunya jelek, setelah belajar tingkah lakunya berubah menjadi baik.

2) Mengubah kebiasaan.

Belajar bertujuan untuk mengubah kebiasaan dari yang buruk mejadi lebih baik. Kebiasaan buruk adalah penghambat atau perintang jalan menuju kebahagiaan.

3)

Mengubah sikap

Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari yang negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, dari benci menjadi sayang.

4)

Mengubah keterampilan.

Belajar dapat mengubah keterampilan, misalnya olahraga, kesenian, jasa, teknik, pertanian, perikanan dan lain-lain.

(20)

12

5)

Menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.

Misalnya, tidak bisa membaca, menulis, berhitung, berbahasa Inggris menjadi bisa semuanya, dari tidak mengetahui menjadi mengetahui.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan kegiatan paling penting yang harus dilakukan oleh manusia selama hidupnya, karena melalui belajar manusia dapat melakukan suatu perbaikan dalam berbagai hal menuju kebahagiaan hidup.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Proses belajar dan hasil belajar secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu, meliputi kondisi sosial ekonomi, sarana dan prasarana, biaya, kondisi lingkungan dan sebagainya. Faktor internal terbagi lagi menjadi dua bagian yaitu psikis dan fisiologis. Psikis menyangkut kondisi kejiwaan seseorang dan fisiologis berhubungan dengan kondisi fisik seseorang.

Hasil belajar adalah proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan belajar seseorang dengan cara membandingkannya dengan norma tertentu dalam sistem penilaian yang disepakati. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah (1) ada materi atau mata pelajaran yang dipelajari, (2) faktor lingkungan peserta didik, (3) faktor instrumental, (4) keadaan individu peserta didik, dan (5) proses belajar mengajar. Jenis mata pelajaran atau materi yang dipelajari juga turut mempengaruhi proses dan hasil belajar, misalnya belajar tentang pengetahuan yang bersifat konsep berbeda dengan belajar tentang pengetahuan yang bersifat prinsip.

Nana Sudjana (2008: 39) mengemukakan beberapa hal yang mempengaruhi hasil belajar dan kemudian akan mempengaruhi pencapaian belajar. Faktor-faktor tersebut adalah faktor dari dalam siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap hasi belajar yang dicapai.

(21)

13 Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Sedangkan Wina Sanjaya (2009: 52) hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat, dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan:

1. Faktor guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru bagimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin dapat diaplikasikan.

2. Faktor siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembanganya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadianya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan setiap masing-masing anak pada aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama, disamping karakteristik yang lain yang melekat pada diri anak.

3. Faktor lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor sosial psikologis.

Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa memengaruhi proses pembelajaran.

Faktor iklim sosial maksudnya, hubungan keharmonisan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal atau eksternal, internal ialah antara hubungan orang yang terlibat dilingkungan sekolah misalnya, iklim sosial antara guru dan murid, antara guru dengan guru, bahkan antara guru dan pimpinan sekolah.

4. Faktor sarana dan prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat

(22)

14 pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya.

2.6 Kemampuan Menulis

Menulis adalah suatu kegiatan yang saling terkait melibatkan faktor bahasa dan elemen-elemen di luar bahasa yang mungkin menghasilkan karya tulis.

Seorang penulis diwajibkan untuk mampu mengekspresikan ide-ide tersebut dalam bahasa yang sesuai, terstruktur, dan kompleks, sehingga komunikasi melalui media tulis dapat berlangsung dengan lancar. Aktivitas menulis memiliki makna sebagai penciptaan pemahaman dan penjiwaan yang diungkapkan melalui tulisan. Dengan menulis, seorang penulis mengartikan gagasannya melalui medium tulisan, sehingga pemikiran yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh pembaca.

Keterampilan mengekspresikan ide melalui tulisan bervariasi di antara individu, dengan perbedaan yang tampak dalam pertumbuhan setiap penulis yang mencerminkan keunikan setiap tulisan. Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa dalam kegiatan menulis, penulis harus fokus pada kemampuan dan kebutuhan para pembaca. Menulis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk menyampaikan pesan melalui bahasa tulisan. Pesan, sebagai substansi yang terdapat dalam tulisan, merupakan inti dari setiap komunikasi tertulis. Tulisan bukan sekadar coretan, melainkan representasi bahasa yang telah diterima maknanya. Secara ringkas, dalam dialog tertulis, terdapat setidaknya empat elemen, yaitu penyampai pesan atau penulis, isi tulisan, perantara tulisan, dan pembaca (Suparno dan Yunus, 2007: 113).

Tarigan (2008: 22) menyampaikan bahwa menulis adalah tindakan mentransformasikan simbol-simbol coretan menjadi arti bahasa yang dapat diinterpretasikan, memungkinkan pembaca memahami pesan tersebut jika mereka memahami bahasa yang digunakan. Secara esensial, penulis tetap menghadapi keterbatasan karena tidak selalu mendapatkan umpan balik langsung dari pembaca, bahkan terkadang tanpa umpan balik sama sekali. Melalui kegiatan menulis, gagasan-gagasan dapat muncul, diorganisir, dan dibahas. Menulis juga

(23)

15 mencerminkan sebuah aktivitas untuk menemukan gagasan, menyusunnya, dan membahasnya agar dapat dipahami oleh masyarakat. Interaksi ide dalam menulis tidak dilakukan melalui suara, melainkan melalui rangkaian kata, menciptakan sebuah tulisan.

2.7 Pembelajaran Berbasis PBL

Pembelajaran Berbasis PBL (Problem-based Learning) adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Menurut Barrow dalam Miftahul (2017:270) Problem Based Learning merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigm pengajaran menuju paradigma pembelajaran. Problem Based Learning menuntut upaya kritis dari siswa untuk memperoleh pengetahuan, menyelesaikan masalah, belajar secara mandiri, dan memiliki skil partisipasi yang baik.

Strategi pembelajaran berbasis masalah mengusung gagasan utama bahwa tujuan pembelajaran dapat tercapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas- tugas atau permasalahan yang otentik, relavan dan dipresentasikan dalam satu konteks. Dengan kata lain, tujuan utama pendidikan adalah memecahkan problem- problem kehidupan. Menurut Arends dalam Warsono dan Hariyanto, (2012:147) mengatakan bahwa model pembelajaran yang berdasarkan kontruktivisme dan mengakomodasikan keterlibatan siswa dalam belajar serta dalam pemecahan masalah yang kontekstual.

Pembelajaran berbasis masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran aktif dan kolaboratif, serta berpusat kepada peserta didik, sehingga mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah secara mandiri.

Pembelajaran berbasis masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik, misalnya, peserta didik menyelediki sendiri menemukan permasalahan sendiri dan menyelesaikan masalah tersebut dibawah bimbingan fasilitator atau pendidik.

(24)

16 Tujuan utama Problem-based Learning (PBL) adalah mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiri, dan membentuk serta memperoleh pengetahuan baru.

Strategi pembelajaran dengan PBL memberikan kebebasan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Baron dalam Rusmono (2017:74) keterlibatan siswa dalam strategi pembelajaran dengan PBL, meliputi kegiatan kelompok dan kegiatan perorangan.

Prinsip-prinsip (PBL) yaitu sebagai berkut.

a. Penggunaan masalah nyata (otentik)

b. Berpusat pada peserta didik (student-centered) c. Guru berperan sebagai fasilitator

d. Kolaborasi antarpeserta didik

e. Sesuai dengan paham konstruktivisme yang menekankan peserta didik untuk secara aktif memperoleh pengetahuannya sendiri.

Berikut adalah langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah Sintak model Problem Based Learning (PBL) dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:

1) Mengidentifikasi masalah.

2) Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan.

3) Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang.

4) Melakukan tindakan strategis, dan

5) Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan.

Manfaat pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain:

Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki sikap terhadap sekolah, memperbaiki kehadiran, angka putus sekolah menjadi rendah, penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, perilaku menggangu menjadi lebih kecil, konflik antar pribadi berkurang,

(25)

17 sikap apatis berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, motivasi lebih besar, hasil belajar lebih tinggi, retensi lebih lama, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. (Ibrahim dkk, 2000).

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan

Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

(Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002)

(26)

18 Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu tipe pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) yang menekankan pada stuktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik (Suhadi, 2011). Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000).

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) yaitu :

(1) Hasil belajar akademik struktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik (2) Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

(3) Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Langkah-langkah pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) meliputi enam langkah sebagai berikut:

1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan memuat skenario pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran PBL.

2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuai dengan model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL). Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa.

Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok

(27)

19 yang berbeda. Kelompok dibentuk merupakan campuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan guru.

4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kelompok sertiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan guru.

Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban.

Dalam tahap ini guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengn nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL) terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren antara lain adalah: (1) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (2) memperbaiki kehadiran, (3) penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, (4) perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, (5) konflik antara pribadi berkurang, (6) pemahaman yang mendalam, (7) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, (8) hasil belajar lebih tinggi (Ibrahim ,2000).

(28)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Penelitian ini dijalankan di SMK Negeri 2 Bungo, Kabupaten Bungo, pada Tahun Pelajaran 2022/2023, dengan durasi 4 minggu dari bulan Agustus hingga September 2022 di kelas X DKV SMKN 2 Bungo. Partisipan penelitian melibatkan 20 siswa yang pada pembelajaran kompetensi penulisan laporan hasil observasi dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 4 siswa. Siswa kelas X DKV SMKN 2 Bungo sering mengikuti pembelajaran dengan tingkat partisipasi dan motivasi yang rendah, yang berdampak pada pencapaian hasil belajar yang kurang memuaskan. Fasilitas pembelajaran di kelas mencakup LCD Projektor dan Lembar Kerja Siswa. Sumber belajar melibatkan buku wajib Bahasa Indonesia untuk SMK Kelas X yang diterbitkan oleh LP2IP, internet, dan sumber pustaka lain yang mendukung proses pembelajaran.

3.2 Subjek yang Terlibat sebagai Peneliti

Guru memainkan peran sebagai peneliti, yang melibatkan guru mitra sejak tahap perencanaan. Mereka bekerja sama dalam menyusun rencana tindakan, menjalankan rancangan pembelajaran dan evaluasi, sementara guru mitra bertindak sebagai pengamat. Setelah itu, bersama-sama mereka menganalisis hasil observasi dan evaluasi, melakukan interpretasi, serta refleksi. Langkah berikutnya adalah merancang tindak lanjut penelitian untuk siklus selanjutnya.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian berupa lembar observasi guru dan siswa, angket respon siswa serta perangkat tes.

(1) Lembar observasi guru dan siswa

a. Lembar observasi aktivitas guru difungsikan untuk mengamati 3 (tiga) aspek, yakni kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Setiap aspek tersebut dievaluasi oleh pengamat dengan menggunakan skala 1 hingga 4.

Pemberian skor 1 mengindikasikan bahwa guru menjalankan kegiatan pembelajaran dengan tingkat kualitas "kurang", skor 2 menunjukkan pelaksanaan kegiatan "sedang", skor 3 menggambarkan kegiatan pembelajaran yang dijalankan guru sebagai "baik", dan skor 4 diberikan jika

(29)

21 kegiatan pembelajaran yang dijalankan guru dianggap "sangat baik".

Kriteria penilaian lembar observasi aktivitas guru berdasarkan rentang nilai sebagai berikut: nilai 40 – 48 masuk dalam kategori sangat baik, nilai 31 - 39 termasuk kategori baik, nilai 22 – 30 berada dalam kategori sedang, dan nilai ≤ 21 digolongkan sebagai kategori kurang.

b. Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk memonitor perilaku siswa yang seharusnya tidak terjadi selama pembelajaran, seperti berbicara tidak relevan, membuat coretan di kelas, melamun, berkeluyuran, meninggalkan tempat duduk, melakukan kegiatan lain, mengganggu siswa lain, meminjam pensil, pergi ke kamar mandi, dan sebagainya. Hal ini bertujuan untuk menilai apakah siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran atau tidak. Kriteria penilaian lembar observasi aktivitas siswa dievaluasi oleh pengamat berdasarkan persentase rentang nilai sebagai berikut: nilai 86 – 100% masuk dalam kategori keterlibatan siswa yang sangat baik, nilai 70 – 85% termasuk kategori keterlibatan siswa yang baik, nilai 55 – 69% berada dalam kategori keterlibatan siswa yang sedang, dan nilai 40 – 54% digolongkan sebagai kategori keterlibatan siswa yang kurang.

(2) Angket respon siswa

Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan yang menggambarkan pandangan siswa terhadap model pembelajaran PBL. Jawaban dari setiap pertanyaan dinilai menggunakan skala 1 hingga 4, dengan pemberian skor 1 jika siswa sangat tidak setuju, skor 2 jika tidak setuju, skor 3 jika setuju, dan skor 4 jika sangat setuju. Kriteria penilaian lembar pengamatan respon siswa terhadap model pembelajaran PBL berdasarkan rentang nilai sebagai berikut: nilai 33 – 40 termasuk dalam kategori sangat baik, nilai 25 – 32 masuk dalam kategori baik, nilai 17 – 24 berada dalam kategori sedang, dan nilai ≤ 16 diklasifikasikan sebagai kategori kurang. .

(3) Instrumen Tes

a. Pretest (Tes Awal).

Pretest berperan dalam menilai kemampuan awal siswa sebelum mereka mengikuti proses pembelajaran yang akan dimulai. Oleh karena itu, pretest

(30)

22 memiliki signifikansi yang cukup penting dalam tahapan awal pembelajaran pada siklus I.

b. Postest (Tes Akhir)

Posttest berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Posttest dilakukan pada tahap akhir siklus pembelajaran. Data dari pretest dan posttest digunakan untuk menilai sejauh mana pencapaian pembelajaran dan untuk mengevaluasi tingkat pemahaman siswa baik secara individual maupun secara klasikal. Soal-soal pretest dan posttest dirancang dalam bentuk pilihan ganda, masing-masing terdiri dari 20 soal yang menguji skema penulisan laporan hasil observasi, dan setiap jawaban yang benar diberi nilai 5.

(4) Lembar penilaian kemampuan berpendapat

Lembar penilaian keterampilan berpendapat mencakup indikator-aspek seperti kemampuan berkomunikasi efektif, kemampuan mendengarkan orang lain, penghargaan terhadap ide orang lain, dan kontribusi ide. Setiap aspek dinilai oleh pengamat dengan rentang skor 1 hingga 4. Skor 1 diberikan jika penilaian memerlukan perbaikan, skor 2 menunjukkan adanya kemajuan, skor 3 menunjukkan kinerja yang memuaskan, dan skor 4 menunjukkan kinerja yang sangat baik. Kriteria penilaian unjuk kerja kemampuan berpendapat berdasarkan rentang nilai adalah sebagai berikut:

nilai 14 – 16 termasuk dalam kategori “sangat baik”, nilai 11 – 13 masuk dalam kategori “baik”, nilai 8 - 10 berada dalam kategori “sedang”, dan nilai ≤ 8 dikategorikan sebagai "kurang.

3.4 Rencana Tindakan 3.4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut definisi Susilo (2007), PTK adalah suatu bentuk evaluasi diri oleh peneliti (pelaku tindakan) yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan tindakannya dalam menjalankan tugas, mengeksplorasi pemahaman atas tindakan tersebut, dan memperbaiki kondisi pelaksanaan praktik pembelajaran. Dalam konteks ini, peneliti atau pelaku tindakan melakukan evaluasi sistematis diri selama penelitian untuk merancang perbaikan kondisi lingkungan.

(31)

23 3.4.2 Rencana Tindakan

PTK terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan bersinambungan, yaitu (1) Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (acting), (3) Pengamatan (observing), dan (4) Refleksi (reflecting). Namun sebelumnya, tahapan ini diawali oleh suatu tahapan pra PTK yang meliputi identifikasi masalah, analisis masalah dan rumusan masalah Tahapan-tahapan PTK tersebut diilustrasikan pada gambar 1.

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dengan alokasi waktu dan materi sebagai berikut:

(1) Siklus I dilakukan dalam 2 pertemuan, membahas topik penulisan laporan hasil observasi.

(2) Siklus II dilaksanakan dalam 2 pertemuan, dengan fokus pada pembahasan laporan hasil observasi dalam konteks kehidupan.

Kedua siklus ini membentuk satu rangkaian kegiatan yang saling terkait, yang berarti bahwa pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari siklus I.

(1) Pelaksanaan Siklus I

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Langkah ini mencakup persiapan awal guru dalam menyusun perangkat pembelajaran dan menyiapkan alat serta bahan yang diperlukan selama

(32)

24 proses pembelajaran. Ini melibatkan Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pembuatan instrumen penilaian (pretest dan postest), serta pembuatan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada tahap ini, dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL).

Prosesnya melibatkan beberapa langkah, seperti menggali pengetahuan siswa melalui apersepsi dan pemberian informasi, menyampaikan tujuan pembelajaran, memberikan pretest untuk menilai pemahaman awal siswa, membentuk kelompok siswa, memberikan tugas kepada masing-masing kelompok, kelompok bekerja sama dalam mengerjakan tugas, mendiskusikan jawaban yang benar, memastikan setiap anggota kelompok memahami jawaban, guru memanggil satu siswa dari setiap kelompok untuk melaporkan hasil kerjasama, mendengarkan tanggapan dari siswa lain, guru kemudian memanggil siswa lain untuk melaporkan hasil kerjasama mereka, dan bersama-sama guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran. Selanjutnya, diberikan posttest untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi penulisan laporan hasil observasi.

c. Observasi (Observation)

Observasi atau pengamatan dilakukan sepanjang penelitian untuk memfokuskan pada dua tujuan utama: (1) menilai kegiatan siswa selama mereka mengikuti pembelajaran, dan (2) mengevaluasi aktivitas guru dalam menerapkan metode pendekatan PBL. Dalam kegiatan pengamatan ini, peneliti diberikan bantuan oleh beberapa guru yang berfungsi sebagai pengamat, bertanggung jawab untuk mengamati kegiatan guru dan siswa.

d. Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan pada akhir siklus untuk mengevaluasi hasil dari tahap observasi, yang melibatkan lembar pengamatan dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan sebelumnya. Data yang terkumpul kemudian dianalisis, termasuk hasil tes belajar siswa (pretest dan posttest).

Dengan melakukan hal ini, peneliti dapat menilai sejauh mana pencapaian dari rencana tindakan dan mendiskusikannya dengan pengamat jika ada

(33)

25 permasalahan yang muncul selama pelaksanaan siklus pertama, dan rencana untuk menindaklanjuti perbaikan pada siklus berikutnya.

(2) Pelaksanaan Siklus II

a. Tahap Perencanaan (Planning).

Langkah ini mencakup persiapan awal guru untuk menyusun perangkat pembelajaran dan menyiapkan alat serta bahan yang diperlukan selama kegiatan belajar mengajar. Ini mencakup penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, menunjukkan contoh laporan hasil observasi, pembuatan instrumen penilaian (pretes dan postes), pembuatan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, serta menyiapkan lembar respon siswa (angket).

b. Tahap Pelaksanaan (Tindakan / Action)

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan dengan langkah-langkah yang relatif serupa dengan siklus I, namun melibatkan perbaikan dan penambahan sesuai dengan temuan dan kondisi yang ditemui di lapangan.

c. Observasi (Observation)

Secara prinsip, observasi yang dilakukan pada siklus I hampir identik dengan yang dilakukan pada siklus II, dengan perbedaan utama terletak pada penekanan lebih besar pada peran laporan hasil observasi dalam pengembangan keterampilan menulis siswa pada siklus II.

d. Refleksi (Reflection)

Pada tahap inilah peneliti akan tampak apakah semua indikator sudah dirancang dalam penelitian ini berhasil atau tidak.

3.5 Sumber, Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Sumber Data

Data dalam penelitian ini berasal dari siswa kelas X Program Desain Komunikasi Visual (DKV) SMK Negeri 2, Kabupaten Bungo, pada Tahun Pelajaran 2022/2023.

(34)

26 3.5.2 Jenis Data

(1) Data kualitatif, yang melibatkan hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) pada materi Cerita Pendek.

(2) Data kuantitatif, berupa nilai evaluasi pada akhir setiap siklus untuk menilai peningkatan hasil belajar siswa setelah melalui tindakan.

3.5.3 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yakni:

(1) Pemberian Tes

Pretes, digunakan untuk memperoleh data awal siswa. Postes, digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.

(2) Angket Respon Siswa

Hasil tugas yang dikerjakan oleh siswa digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan dan keterampilan proses belajar siswa.

(3) Observasi (Pengamatan)

Teknik ini dimanfaatkan untuk mengumpulkan informasi mengenai kegiatan guru dan siswa selama Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), serta tanggapan siswa melalui penggunaan kuesioner. Kuesioner siswa bertujuan untuk menghimpun data terkait sikap dan opini siswa terhadap model pembelajaran PBL yang telah dilaksanakan selama dua siklus. Observasi juga dilakukan terhadap aktivitas siswa dalam kemampuan berpendapat, mencakup aspek kemampuan berkomunikasi efektif, keterampilan mendengarkan orang lain, sikap menghormati ide orang lain, dan kemampuan memberikan kontribusi gagasan.

3.6 Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan mempertimbangkan beberapa kriteria, termasuk (1) aktivitas guru, (2) aktivitas siswa, (3) kemampuan berpendapat, dan (4) pemahaman siswa.

Analisis aktivitas guru dilakukan melalui penilaian lembar observasi aktivitas guru dengan menggunakan rentang nilai sebagai berikut: nilai 40 – 48 masuk dalam kategori sangat baik, nilai 31 - 39 masuk dalam kategori baik, nilai

(35)

27 22 – 30 termasuk dalam kategori sedang, dan nilai ≤ 21 diklasifikasikan sebagai kategori kurang.

Dalam evaluasi aktivitas siswa, penilaian dilakukan melalui lembar observasi aktivitas siswa, dengan mengukur persentase pada rentang nilai berikut:

nilai 86 – 100% akan masuk ke dalam kategori keterlibatan siswa yang sangat baik, nilai 70 – 85% akan termasuk dalam kategori keterlibatan siswa yang baik, nilai 55 – 69% akan dikategorikan sebagai keterlibatan siswa yang sedang, dan nilai 40 – 54% akan masuk ke dalam kategori keterlibatan siswa yang kurang.

Kemampuan berpendapat, yang mencakup komunikasi efektif, mendengarkan orang lain, menghormati gagasan orang lain, dan menyumbangkan gagasan, dianalisis melalui penilaian unjuk kerja dengan rentang nilai sebagai berikut: nilai 14 – 16 akan masuk ke dalam kategori “sangat baik”, nilai 11 – 13 akan termasuk dalam kategori “baik”, nilai 8 - 10 akan dikategorikan sebagai kategori “sedang”, dan nilai ≤ 7 akan masuk ke dalam kategori “kurang”.

Respon siswa terhadap model pembelajaran PBL diinterpretasikan secara kualitatif dengan memperhatikan rentang nilai, yaitu nilai 33 – 40 akan termasuk dalam kategori “sangat baik”, nilai 25 – 32 akan masuk dalam kategori “baik”, nilai 17 – 24 akan dikategorikan sebagai kategori “sedang”, dan ≤ 16 akan masuk ke dalam kategori “kurang”.

3.7 Indikator Keberhasilan

Keberhasilan penelitian ini diukur dengan kriteria sebagai berikut:

(1) Ketuntasan Belajar a. Individual :

Dinyatakan berhasil secara individu jika siswa memperoleh nilai ≥ 65 atau setidaknya 65%.

b. Klasikal :

Dinilai berhasil secara klasikal jika 85% dari total siswa berhasil mencapai tingkat ketuntasan belajar.

(2) Indikator Kemampuan Berpendapat

Terdapat peningkatan dalam kemampuan berpendapat yang mencakup kemampuan berkomunikasi secara efektif, kemampuan mendengarkan

(36)

28 orang lain, kemampuan menghormati gagasan orang lain, dan kemampuan menyumbangkan gagasan selama proses belajar mengajar. Evaluasi kemampuan ini dilakukan melalui penggunaan format pengamatan unjuk kerja kemampuan berpendapat. Keberhasilan kemampuan berpendapat dianggap tercapai jika mencapai kategori "baik".

(3) Indikator Respon Siswa

Indikator respons siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran adalah ketika siswa memberikan respon yang bersifat "positif" atau memenuhi kriteria

"baik" terhadap pembelajaran dalam menulis laporan hasil observasi yang menggunakan model PBL

(37)

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Siklus I

(1) Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap ini meliputi persiapan awal guru dalam menyiapkan perangkat pembelajaran serta alat dan bahan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu : Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan LKS, pembuatan instrumen penilaian (Pretest dan Postest), pembuatan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.

(2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tahap ini merupakan pelaksanaan pembelajaran PBL, dimana pada pertemuan ke 1 dan pertemuan ke 2 langkah-langkah pelaksanaannya tidak jauh berbeda, hanya materi pelajaran yang berbeda. Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran yaitu :

a. Menggali pengetahuan siswa melalui apersepsi dan pemberian informasi.

b. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

c. Memberikan pretes untuk mengetahui data awal belajar siswa.

d. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.

e. Guru memberikan tugas pada lembar LKS dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

f. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya.

g. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

h. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.

i. Guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran.

(38)

30 j. Memberikan contoh pada akhir pertemuan kedua untuk mengetahui hasil

pemahaman siswa terhadap pembelajaran laporan hasil observasi.

(3) Tahap Observasi (Observation)

Observasi/pengamatan dilaksanakan selama penelitian berlangsung dengan sasaran :

Pertemuan I, Siklus I a. Aktivitas Guru

Pada sesi awal implementasi PBL, proses berjalan dengan baik, namun beberapa temuan diidentifikasi oleh pengamat, seperti: Guru masih memiliki dominasi yang signifikan, kelompok yang berada di bagian belakang tidak mendapatkan akomodasi yang memadai, penggunaan lembar jawaban LKS tidak efisien karena diisi pada lembar terpisah, kedisiplinan di kelas masih perlu ditingkatkan, dan terjadi penambahan waktu PBM sekitar 10 menit setiap kali ada penjelasan materi tambahan. Hasil obsevasi aktivitas guru pada setiap pertemuan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I

No. ASPEK YANG DIAMATI SIKLUS I

P1 P2

I KEGIATAN AWAL

1. Menyiapkan pembelajaran 3,10 3,10 2. Memberikan appersepsi dan motivasi 3,80 4,00 3, Menyampaikan tujuan pembelajaran 3,50 3,80

II KEGIATAN INTI

4. Membagi siswa kedalam kelompok 3,00 3,00 6. Memberikan tugas pada masing-masing 3,00 3,00

kelompok (LKS)

7. Membimbing siswa dalam diskusi dan memastikan tiap anggota kelompok dapat

3,10 3,20

mengerjakan / mengetahui jawabannya 8. Guru memanggil salah satu nomor dan yang 3,00 3,00 dipanggil melaporkan hasil kerjasamanya

(39)

31 9. Tanggapan dari teman lain, kemudian guru me

nunjuk nomor yang lain

3,00 3,00

10. Menyimpulkan pelajaran melibatkan siswa 3,00 3,00

III KEGIATAN AKHIR

11. Melaksanakan evaluasi 3,00 3,00

12. Tindak lanjut 3,00 3,00

Jumlah 34,5 35,1

Rata-Rata Nilai 2,87 2,92

Keterangan :

P1 = Rata-Rata Nilai Pertemuan ke1 P2 = Rata-Rata Nilai Pertemuan ke2

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru dalam PBM. Pada siklus pertemuan ke 1 diperoleh nilai 34,5 (kategori baik).

b. Aktivitas Siswa

Pada pertemuan pertama PBL, meskipun berlangsung dengan baik, beberapa temuan diamati oleh pengamat, seperti: partisipasi langsung tidak melibatkan semua siswa, motivasi kerja kelompok masih rendah, terdapat pembicaraan yang tidak relevan, banyak siswa yang kurang fokus, sebagian siswa belum aktif dalam diskusi, dan ada siswa yang masih mengalami kebingungan dalam menjawab LKS karena belum memahami sepenuhnya model PBL. Hasil observasi aktivitas keterlibatan siswa dalam PBL disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Aktivitas Keterlibatan Siswa pada Pembelajaran Siklus I

Jumlah Siswa*) % %

Ketidakterlibatan Keterlibatan

Siklus I

Pertemuan 1 11 55 45

Pertemuan 2 9 45 55

Keterangan :

*) = Jumlah siswa yang seharusnya tidak dilakukan siswa, yaitu bicara Tidak relevan, melamun dan melakukan pekerjaan lain.

(40)

32 Pada Tabel 3 diatas dapat dilihat aktivitas keterlibatan siswa yang semakin meningkat pada setiap pertemuan. Pada pertemuan ke 1 dan 2 siklus I, keterlibatan siswa hanya 45 %, atau sebanyak 55% siswa masih belum terlibat pada pembelajaran pada pertemuan 1 dan 55% siwa terlibat dan 45% siswa belum terlibat pada pertemuan 2.

c. Pemahaman Siswa

Ketika mencari pengetahuan awal, hanya sejumlah kecil siswa yang mampu memberikan jawaban, namun setelah melakukan aktivitas LKS dan berpartisipasi dalam diskusi, kemajuan pemahaman siswa tidak mencapai tingkat yang signifikan. Ini terjadi meskipun materi telah disampaikan melalui video dan sumber buku sebagai upaya untuk memperdalam pemahaman materi.

d. Kemampuan berpendapat

Pertemuan pertama lebih dari 10 siswa berkemampuan sedang dalam berkemampuan berpendapat dan kurang dari 10 siswa memiliki kemampuan berpendapat yang kurang. Hal tersebut di persentasekan dalam tabel.4

Tabel 4. Penilaian Unjuk Kerja Kemampuan Berpendapat pada Siklus I

Pada Tabel 4, dapat diperhatikan bahwa kemampuan berpendapat, yang mencakup keterampilan komunikasi efektif, kemampuan mendengarkan orang lain, kemampuan menghormati gagasan orang lain, dan kemampuan menyumbang gagasan, mengalami peningkatan setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama siklus 1, kategori Baik hanya mencapai 4,5%, namun pada pertemuan kedua siklus I, terjadi peningkatan signifikan menjadi 30%, mengalami kenaikan sebesar 23,5%

Rentang Nilai Kategori Siklus I P1(%) P2(%)

14- 16 Sangat Baik - -

11 – 13 Baik 4,5 30

8 – 10 Sedang 60 55,5

≤ 7 Kurang 35,5 14,5

(41)

33 Pertemuan II , Siklus I

a. Aktivitas Guru

Pada pertemuan kedua PBL, pelaksanaannya berjalan dengan baik, meskipun terdapat beberapa temuan yang diamati oleh pengamat, seperti LCD proyektor tidak dapat digunakan karena mati listrik. Upaya akomodasi terhadap kelompok siswa di belakang telah dimulai, tetapi masih belum optimal, meskipun waktu pembelajaran tidak mengalami keterlambatan. Dari Tabel 2, dapat dilihat bahwa pada pertemuan kedua siklus I, terjadi peningkatan aktivitas guru. Pada pertemuan pertama, nilai observasi aktivitas guru mencapai 34,5 (kategori baik), dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 35,1 (kategori baik), mengalami peningkatan sebesar 0,6

b. Aktivitas Siswa

Pada pertemuan kedua siklus I, pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih lancar dan terorganisir, meskipun beberapa catatan ditemukan oleh pengamat.

Beberapa catatan tersebut melibatkan tidak semua siswa aktif terlibat secara langsung, tingkat motivasi kerja kelompok yang masih rendah, adanya siswa yang masih bekerja secara individual, sebagian siswa belum aktif dalam berdiskusi, serta masih terdapat aktivitas yang tidak sesuai di kelas, seperti pembicaraan yang tidak relevan, lamunan, dan kurangnya perhatian. Dari Tabel 3, dapat diidentifikasi bahwa pada pertemuan kedua ini, keterlibatan siswa berubah dibandingkan dengan pertemuan pertama, mencapai 55%. Sebanyak 45% atau 9 siswa lainnya tidak terlibat dalam pembelajaran karena melakukan kegiatan lain, melamun, tidak memperhatikan, atau berbicara tidak relevan.

c. Pemahaman Siswa

Pada pertemuan kedua, ketika melakukan penggalian pengetahuan awal, terlihat adanya peningkatan motivasi siswa, dengan sebagian kecil siswa yang tidak menjawab. Saat mengerjakan LKS dan berdiskusi, kemajuan pemahaman siswa mulai terlihat, dengan jawaban yang lebih terarah, meskipun belum terlalu rinci. Pemahaman siswa juga dapat dinilai dari hasil ketuntasan belajar, dan pada siklus I, pencapaian hasil belajar siswa masih sangat rendah.. Ketuntasan Hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 5.

(42)

34 Tabel 5. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I

Nilai Siswa Pretes Postes Keterangan

Jumlah

Siswa % Jumlah

siswa %

≥ 65 3 15 9 45 Tuntas

≤ 65 17 85 11 55 Tidak

Tuntas

Dari tabel 5, terlihat bahwa hanya 9 siswa yang mencapai nilai ketuntasan individu, dan tingkat ketuntasan klasikal hanya mencapai 45%. Oleh karena itu, secara umum, pencapaian belum mencapai standar tuntas, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada nilai hasil belajar pada siklus II.

d. Kemampuan Berpendapat

Kemampuan siswa dalam hal berpendapat, yang mencakup keterampilan berkomunikasi efektif, mendengarkan orang lain, menghormati gagasan orang lain, dan menyumbangkan gagasan, mengalami peningkatan pada pertemuan kedua siklus I. Kemampuan berpendapat siswa dengan kategori "Baik"

mengalami peningkatan yang signifikan, mencapai 30%. Seiring dengan itu, presentase kategori "Sedang" mengalami penurunan menjadi 55,5%, sementara kategori "Kurang" menjadi 14,5%.

e. Respon Siswa

Respon siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran PBL mengalami peningkatan respon positif pada setiap siklus. Pada siklus I, siswa yang menyenangi pembelajaran menggunakan model PBL dengan kategori "Baik"

mencapai 25%, sedangkan kategori "Sangat Baik" mencapai 75%. Hasil pengamatan respon siswa terhadap model PBL pada siklus I dapat ditemukan dalam Tabel 6.

Tabel 6. Respon Siswa Terhadap Metode Pembelajaran PBL Pada Siklus I Rentang Nilai Jumlah

Siswa

% Kategori

(43)

35

33 – 40 15 75 Sangat Baik

25 – 32 5 25 Baik

(4) Refleksi (Reflection)

Evaluasi KBM pada pertemuan I dan II dapat diuraikan sebagai berikut

1. Aktivitas guru mengalami peningkatan, terlihat kemampuan guru dalam mengakomodir siswa di bagian belakang, dominasi guru mulai berkurang, penerapan metode PBL sesuai prosedur, meskipun belum sepenuhnya dipahami siswa, namun hasil penilaian siswa memberikan respons positif, dan pembimbingan siswa dalam diskusi telah berjalan dengan baik.

2. Aktivitas siswa mengalami peningkatan bertahap, siswa mulai menunjukkan fokus, meskipun masih ada sebagian kecil siswa yang melakukan kegiatan mencorat-coret di kertas tugas, melamun, dan berbicara yang tidak relevan.

Kerja kelompok mulai menunjukkan kekompakan.

3. Pemahaman siswa mengalami peningkatan, terlihat dari keterlibatan siswa dalam PBL, kemampuan siswa menyelesaikan LKS I dan II, serta selisih nilai pretest dan posttest menunjukkan peningkatan.

4. Keterampilan kemampuan berpendapat, yang melibatkan komunikasi efektif, kemampuan mendengarkan orang lain, kemampuan menghormati gagasan orang lain, dan kemampuan menyumbangkan gagasan, menunjukkan peningkatan. Seluruh siswa mulai terlibat dan bekerja sama dalam diskusi kelompok.

5. Respon siswa sangat positif, terlihat dari antusias siswa dalam memahami metode PBL secara benar, antusias dalam menyelesaikan LKS, dan antusias dalam diskusi kelompok.

Perlu dilakukan perbaikan tertentu untuk melanjutkan ke siklus II.

Beberapa aspek yang memerlukan peningkatan termasuk kebutuhan agar guru dapat sepenuhnya mengimplementasikan metode PBL, lebih memperhatikan semua siswa, dan meningkatkan keterampilan berpendapat siswa melalui penyediaan motivasi berupa penghargaan, semangat, dan pujian.

(44)

36 4.1.2 Hasil Siklus II

(1) Tahap Perencanaan (Planning)

Langkah ini mencakup kesiapan awal dari guru dalam menyusun perangkat pembelajaran serta menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama kegiatan pembelajaran. Ini termasuk penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS), pembuatan instrumen penilaian seperti Pretest dan Posttest, serta pembuatan lembar pengamatan untuk aktivitas guru dan siswa.

(2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Tahap ini adalah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode PBL. Pada pertemuan pertama dan kedua, langkah-langkah pelaksanaannya hampir serupa, hanya materi pelajaran yang berbeda. Rincian langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Memulai dengan menggali pengetahuan siswa melalui apersepsi dan memberikan informasi mengenai materi laporan hasil observasi.

2. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

3. Melakukan pretest untuk mengumpulkan data awal belajar siswa.

4. Membagi siswa ke dalam kelompok dan memberikan nomor pada setiap siswa dalam kelompok.

5. Memberikan tugas pada lembar LKS kepada setiap kelompok, dan masing-masing kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas tersebut.

6. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat menjelaskan/mengetahui jawabannya.

7. Guru memanggil salah satu siswa dengan nomor tertentu untuk melaporkan hasil kerjasama kelompok mereka.

8. Teman sekelompok memberikan tanggapan, dan guru kemudian memanggil nomor yang lain.

9. Guru bersama siswa merangkum pelajaran.

10. Memberikan postest pada akhir pertemuan kedua untuk mengevaluasi pemahaman siswa terhadap pembelajaran laporan hasil observasi.

Gambar

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran  Problem Based Learning (PBL)
Gambar 1.  Siklus  Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I
Tabel 3.  Aktivitas Keterlibatan Siswa pada Pembelajaran Siklus I
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penerapan model pembelajaran inkuiri dalam aktivitas senam ritmik dapat memberikan peningkatan

Skripsi yang berjudul Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Pendidikan Matematika Realistik (PTK pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Trimulyo

Skripsi ini berjudul “ Peningkatan Keterampilan Kerja Sama Siswa Melalui Metode Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas VIII-10

Skripsi ini berjudul “Penerapan Media Gambar Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas X- 1 SMA PGII 2

Skripsi yang berjudul Penggunaan Strategi Guided Note Taking Dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sistem Koloid, yang disusun oleh:

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TUTORIAL (Penelitian Tindakan Kelas terhadap Siswa Kelas XI MIIA di SMA. KARTIKA SILIWANGI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA MELALUI MEDIA KOMIK DALAM PEMBELAJARAN IPS(Penelitian Tindakan Kelas

Data hasil observasi aktivitas guru dan siswa akan mempereroleh data tentang kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran di kelas dengan menerapkan model