LAPORAN KERJA PRAKTEK
KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KAMPA KABUPATEN KAMPAR
DISUSUN OLEH:
AISYAH AZZAHRA PUTRI 203410473
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU
2023
LEMBAR PENGESAHAN KERJA PRAKTEK
Judul Kegiatan:
“KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KAMPA KABUPATEN KAMPAR”
Nama Mahasiswa:
AISYAH AZZAHRA PUTRI 203410473
Disetujui Oleh:
Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
Puji Astuti, S.T., M.T
Dosen Pembimbing Kerja Praktek (KP)
Dr. Zaflis Zaim, S.T, M. Eng
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya semata sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja Praktek dengan judul “Kajian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar”.Penyusunan Laporan Kerja Praktek ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Strata 1 program studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Islam Riau.
Dari kerja praktek ini diharapkan tambahan pengetahuan pengalaman kerja terutama dalam penerapan ilmu dibidang perencanaan. Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini karena dipengaruhi dengan pengalaman serta ilmu yang penulis miliki.
Terima kasih penulis ucapkan kepada “Dr. Zaflis Zaim S.T, M. Eng” selaku dosen pembimbing kerja praktek yang telah membantu penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua yang telah mendukung penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari, bahwa Laporan Kerja Praktek yang penulis buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Pekanbaru, Februari 2024
Aisyah Azzahra Putri
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN KERJA PRAKTEK...i
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
DAFTAR TABEL...vi
DAFTAR GAMBAR...vii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran...4
1.2.1 Maksud...4
1.2.2 Tujuan...4
1.2.3 Sasaran...4
1.3 Persyaratan Akademis dan Prosedur Administrasi Kerja Praktek...4
1.3.1 Persyaratan Akademis...4
1.3.2 Prosedur Administrasi Kerja Praktek...5
1.3.3 Lingkup Kerja Praktek...5
1.4 Jadwal Kegiatan Kerja Praktek...5
1.5 Sistematika Penyusunan Laporan Kerja Praktek...6
BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN RENCANA KERJA...8
2.1 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kampar...8
2.2 Visi dan Misi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar...8
2.2.1 Visi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar...8
2.2.2 Misi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar...9
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar...9
2.4 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar....11
2.5 Konsultan Perencana...12
2.6 Sistem Dan Metode Kerja...13
2.6.1. Rencana Kerja...13
2.6.2. Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan...14
2.7 Jadwal Kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau (RTH)...17
2.8 Kawasan Perkotaan...17
2.9 Penataan Ruang...18
2.9.1 Penyelenggaraan Penataan Ruang...19
2.9.2 Status Kepemilikan dan Penyediaan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau...20
2.9.3 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau...27
2.10 Ruang Terbuka...28
2.10.1 Pengertian Ruang Terbuka...28
2.10.2 Arahan Bagi Ruang Publik...29
2.10.3 Nilai-Nilai Kualitas Ruang Terbuka Publik...30
2.11 Teori Ruang Terbuka Hijau...30
2.11.1 Jenis-jenis Ruang Terbuka Hijau...31
2.11.2 Fungsi Ruang Terbuka Hijau...33
2.11.3 Manfaat Ruang Terbuka Hijau...35
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH...36
3.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Kampar...36
3.1.1 Letak Geografis...37
3.1.2 Kondisi Fisik Wilayah...38
3.2 Gambaran Umum Kecamatan Kampa...42
3.2.1 Wilayah Administrasi Kecamatan Kampa...42
3.3 Lokasi Kegiatan...43
3.4 Ruang Lingkup Kegiatan...45
3.5 Metode Pengambilan Data...45
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data...45
3.5.2 Mekanisme Pengumpulan Data...46
3.5.3 Teknik Analisis...47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...54
4.1 Pendekatan dan Metodologi Penelitian...54
4.2 Kebutuhan Data...54
4.3 Proses Pelaksanaan Pekerjaan...55
4.3.1 Instrumen Survey...55
4.3.2 Alat Survey...56
4.4 Hasil Lokasi Eksisting RTH Kawasan Perkotaan Kampa...56
4.5 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Kampa...79
4.5.1 Proyeksi Penduduk...79
4.5.2 Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH)...80
BAB V PENUTUP...86
5.1 Kesimpulan Selama Mengikuti Kerja Praktek...86
5.2 Saran Praktikan...86
5.2.1 Saran Kepada Instansi Kerja Praktek...86 5.2.2 Saran Kepada Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota...87 DAFTAR PUSTAKA...88
DAFTAR TAB
Tabel 2.1 Jadwal kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kecamatan Kampa...17
Tabel 2.2 Kepemilikian Ruang Terbuka Hijau...33Y Tabel 3.1 Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Kampar Tahun 2022...37
Tabel 3.2 Luas Desa di Kecamatan Kampa Tahun 2023 4 Tabel 4.1 Kebutuhan Data Primer dan Sekunder...55
Tabel 4.2 Jumlah Sarana Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Tipologi di Perkotaan Kampa...57
Tabel 4.3 Sarana Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Kampa...61
Tabel 4.4 Jumlah Proyeksi Penduduk di Kawasan Perkotaan Kampa Tahun 2023-2027...79
Tabel 4.5 Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Eksisting Perkotaan Kampa...80
Tabel 4.6 Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Perkotaan Kampa...82
Tabel 4.7 Kebutuhan RTH Berdasarkan Perhitungan Faktor Hijau-Biru Indonesia (FHBI)...84
DAFTAR GAMB
Gambar 2.1 Struktur Organisasi...15
Gambar 2.2 Skema Identifikasi RTH Existing...23
Gambar 2.3 Skema Teknis Identifikasi RTH Existing...24
Gambar 2.4 Skema Komparasi Rencana dan Realisasi Penyediaan RTH...26Y Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Kampar...41
Gambar 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar...44
Gambar 3.3 Bagan Alur Proses Kebutuhan RTH...50
Gambar 3.4 Continuum Nearest Neightbour Analysis...53
Gambar 4.1 Peta Pola Sebaran Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Kecamatan Kampa...58
Gambar 4.2 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Pulau Rambai...69
Gambar 4.3 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Kampar...70
Gambar 4.4 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Koto Perambahan...71
Gambar 4.5 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Pulau Birandang...72
Gambar 4.6 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Sungai Tarap...73
Gambar 4.7 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Tanjung Bungo...74
Gambar 4.8 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Sawah Baru...75
Gambar 4.9 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Kuapan...76
Gambar 4.10 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Pulau Tinggi...77
Gambar 4.11 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Alam Panjang...78
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Ruang terbuka hijau (RTH) adalah ruang terbuka hijau perkotaan merupakan suatu (open space) ruang-ruang terbuka yang mempunyai manfaat ekologi, sosial-budaya dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi (kesejahteraan) bagi masyarakat, di mana ruang tersebut diisi oleh vegetasi. (Dwiyanto, 2009). Ruang terbuka hijau yang populasinya didominasi oleh penghijauan baik secara alamiah atau budidaya tanaman, dalam pemanfaatan dan fungsinya adalah sebagai areal berlangsungnya fungsi ekologis dan penyangga kehidupan wilayah perkotaan. Penataan ruang terbuka hijau secara tepat akan mampu berperan meningkatkan kualitas atmosfer kota, penyegaran udara, menurunkan suhu kota, menyapu debu permukaan kota, menurunkan kadar polusi udara, dan meredam kebisingan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pada Pasal 29 ayat 2 telah mengamanatkan bahwa setiap kota dalam rencana tata ruang wilayahnya diwajibkan untuk mengalokasikan sedikitnya 30% dari ruang atau wilayahnya untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), dimana 20% diperuntukkan bagi Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik dan 10% diperuntukkan bagi Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat pada lahan-lahan yang dimiliki oleh swasta atau masyarakat (Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pada Pasal 29 ayat 2). Pengembangan, penataan, dan pemenuhan ruang terbuka hijau bagi seluruh komponen lingkungan hidup perkotaan menjadi tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, provinsi, atau daerah, swasta, dan masyarakat.3Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam hayati (ruang terbuka hijau) dilakukan hampir pada setiap Kabupaten/Kota di Indonesia.
Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan. Pembangunan di wilayah perkotaan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana kota. Perkembangan kota menyebabnya terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu diperlukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang akan menambah keindahan kota serta
meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada wilayah perkotaan akan meningkatkan produksi oksigen dan menyerap karbondioksida, menjadi habitat hewan liar seperti kupu-kupu dan burung serta menjaga air tanah dan mengurangi resiko terjadinya banjir. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersebut.
Menurut Fandeli (2004) Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika, serta berfungsi sebagai kawasan lindung.
Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi salah satu harapan di kawasan perkotaan untuk mengurangi permasalahan lingkungan yang terjadi di kawasan perkotaan. Ruang terbuka hijau merupakan pertemuan antara sistem alam dan manusia dalam lingkungan perkotaan (urban). Kawasan perkotaan yang berkelanjutan ditandai oleh interaksi dan hubungan timbal balik yang seimbang antara manusia dan alam yang hidup berdampingan di dalamnya. Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan salah satu strategi perencanaan kota untuk membatasi pembangunan secara berlebihan serta mengatasi dampak ekologis dari berbagai aktivitas manusia terkait gangguan proses alam pada lingkungan perkotaan.
Dilihat dari wilayah perkotaan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) diharapkan dapat menjaga keseimbangan antar lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna terhadap kepentingan masyarakat maupun stakeholder setempat. Kawasan Perkotaan Kampa merupakan salah satu kawasan perkotaan di Kabupaten Kampar tepatnya di Kecamatan Kampa dengan sistem pusat perkotaan ditetapkan menjadi pusat pelayanan lingungan (PPL), selain itu fungsi kawasan sebagai kawasan industri, perkebunan dan permukiman.
Maka pentingnya penataan ruang kawasan perkotaan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan secara serasi, selaras, dan seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat. Berdasarkan konsep ini, Ruang Terbuka Hijau (RTH) mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam rangka memberikan rasa nyaman dan keindahan bagi masyarakat. Hal ini disebabkan karena RTH mempunyai manfaat, yang meliputi manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung merupakan manfaat yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat, yang meliputi keindahan
dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah). Manfaat tidak langsung merupakan manfaat jangka panjang. Manfaat jangka panjang meliputi pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, dan pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menjaga dan mengembalikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ke dalam lingkungan perkotaan dengan berbentuk sistem yaitu adanya pertemuan antara sistem alam dan manusia dalam lingkungan perkotaan (urban) di Kawasan Perkotaan Kampa. Menimbang hal tersebut, pada tahun anggaran 2023 ini pemerintah Kabupaten Kampar akan menidaklanjutinya karena menyadari pentingnya ketersediaan dan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersebut, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Kampar akan melaksanakan pekerjaan yaitu Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan Kampa.
Sebagai mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) dikenal juga dengan nama jurusan Teknik Planologi. Jurusan ini mempelajari perencanaan kota dan wilayah dengan mempertimbangkan berbagai aspek termasuk aspek sosial, ekonomi, dan politik. Dalam jurusan ini pastinya akan ada mengenal atau mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH). Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai infrastruktur hijau perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pada Pasal 29 ayat 2 telah mengamanatkan bahwa setiap kota dalam rencana tata ruang wilayahnya diwajibkan untuk mengalokasikan sedikitnya 30% dari ruang atau wilayahnya untuk RTH, dimana 20% diperuntukkan bagi RTH publik dan 10% diperuntukkan bagi RTH privat pada lahan-lahan yang dimiliki oleh swasta atau masyarakat.
Dengan Pengalaman pada Kerja Praktek Kajian Ruang Terbuka Hijau ini, serta ilmu yang sudah didapat di perkuliahan, diharapkan mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, mampu menjadi perencana yang handal serta mengerti bagaimana bekerja didunia nyata
pada waktu yang akan datang, sehingga ilmu yang mahasiswa perolehdapat berguna bagi kehidupan masyarakat.
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran 1.2.1 Maksud
Maksud dari pelaksanaan penelitian ini untuk mengetahui ketersediaan dan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Pasal 29 ayat 2 Tentang Penataan Ruang.
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah agar terselenggaranya rencana dalam mengetahui ketersediaan dan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan secara serasi, selaras, dan seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat.
1.2.3 Sasaran
Untuk mencapai maksud dan tujuan diatas, maka ditetapkan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut:
1. Diketahuinya tingka ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa
2. Diketahuinya kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa dan 3. Diketahuinya pola sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa.
1.3 Persyaratan Akademis dan Prosedur Administrasi Kerja Praktek 1.3.1 Persyaratan Akademis
Pada saat mengambil mata kuliah kerja praktek, mahasiswa harus memenuhi persyaratan akademis yang ada. Persyaratan yang telah dipenuhi oleh mahasiswa disetujui oleh Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota. Adapun persyaratan adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Kerja Praktek (KP) adalah mahasiswa yang menyelesaikan mata kuliah sebanyak 110 SKS (Satuan Kredit Semester);
2. Telah mengisi KRS (Kartu Rencana Studi) dan mendapat persetujuan dari Dosen Pembimbing Akademik (PA);
3. Mengajukan proposal Kerja Praktek dan melampirkan Photo Copy KRS dan KHS dari semester awal sampai saat ini;
1.3.2 Prosedur Administrasi Kerja Praktek
Setelah persyaratan akademis di atas terpenuhi, selanjutnya mahasiswa dapat mengajukan permohonan Kerja Praktek dengan mengikuti prosedur administrasi yang telah ditetapkan oleh Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau. Adapun prosedur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penetapan mahasiswa dalam melaksanakan kerja praktek dilakukan oleh koordinator KP yang telah disetujui oleh Program Studi Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota;
2. Mengisi mata kuliah kerja praktek pada kartu rencana studi (KRS) semester VII;
3. Mahasiswa mengisi surat keterangan yang berisi tentang permohonan untuk melakukan kerja praktek yang kemudian diserahkan kepada pihak program Studi yang kemudian akan diserahkan ke Tata Usaha Fakultas Teknik;
4. Instansi tempat mahasiswa melakukan kerja praktek mengeluarkan surat balasan yang ditujukan buat kordinator KP. Surat ini berisi tentang penerimaan mahasiswa kerja praktek dalam jangka waktu tiga bulan yang terhitung dari bulan Juni sampai dengan September
1.3.3 Lingkup Kerja Praktek
Lingkup Kerja Praktek meliputi tiga kegiatan utama, yaitu:
1. Melakukan Kerja Praktek (KP) di Instansi Kerja Praktek (IKP).
2. Menyusun Laporan Kerja Praktek (LKP) dan selama menyusun LKP mahasiswa wajib melakukan asistensi kepada Dosen pembimbing.
1.4 Jadwal Kegiatan Kerja Praktek
Waktu pelaksanaan kerja praktek ini adalah 3 (Tiga) bulan terhitung pada tanggal 23 Juni 2023 sampai 23 September 2023.
1.5 Sistematika Penyusunan Laporan Kerja Praktek
Dalam Penulisan laporan Kerja Praktek, mahasiswa membagi menjadi 5 (lima) bab, yang setiap babnya terdiri dari beberapa sub bab. Pada bagian ini, akan dijelaskan sistematika Laporan Kerja Praktek, yang merupakan gambaran umum tentang pokok- pokok bahasan yang akan disajikan dalam laporan. Adapun sistematika laporan kerja praktek selengkapnya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan secara umum tentang mata Kuliah Kerja Praktek yang di dalamnya terdiri dari Latar Belakang Kerja Praktek, Maksud, Tujuan dan Sasaran, Persyaratan Akademis, Prosedur Pelaksanaan, Pemilihan Instansi, Kedudukan Mahasiswa dalam Pekerjaan, Jadwal Kegiatan Kerja Praktek pada Instansi yang bersangkutan.
BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN RENCANA KERJA
Pada bab ini diuraikan secara umum tentang pengenalan instansi tempat kerja praktek, yang digambarkan melalui Struktur Organisasi Instansi dan Organisasi Pekerjaan.
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KAMPAR
Pada bab ini, diuraikan secara ringkas mengenai Gambaran Umum wilayah, Lokasi Kegiatan, Ruang Lingkup Kegiatan, Standar Teknis, Landasan Hukum dan Metode Pengambilan Data dalam melakukan pekerjaan kegiatan “Kajian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar”. Tahapan pelaksanaan kegiatan kerja praktek, serta berbagai persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan tentang Pendekatan dan Metodologi Penelitian, Proses Pelaksaanan Kerja dan Hasil Lokasi Eksisting RTH dan Data Kebutuhan RTH terhadap materi Kerja Praktek Kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar.
BAB V PENUTUP
Pada bagian ini, diuraikan mengenai kesimpulan dari Kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar. serta saran-saran dalam melakukan Kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar.
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI DAN RENCANA KERJA
2.1 Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Kampar
Kabupaten Kampar merupakan bagian dari wilayah Provinsi Riau, Kabupaten Kampar memiliki luas lebih kurang 1.128.928 Ha. Adapun secara geografis Kabupaten Kampar terbentang antara 01°00’40” lintang utara sampai 00°27’00” lintang selatan dan 100°28’30” – 101°14’30” bujur timur. Dengan batas-batas wilayah Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kuantan Singingi. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Provinsi Sumatera Barat.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak.
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar sebagai salah satu unit kerja di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kampar yang dibentuk berdasarkan Peraturan daerah Nomor 6 tahun 2012 Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2012 tentang organisasi dan tata kerja Dinas, dan Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun 2012 tentang uraian tugas jabatan struktural dilingkungan Dinas-Dinas Kabupaten Kampar, perlu menyelaraskan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya guna mendukung visi, misi, dan program Kepala Daerah terpilih.
Perubahan lingkungan strategis yang terus berkembang secara dinamis, juga semakin menuntut peran Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar untuk melaksanakan salah satu urusan wajib maupun pilihan Pemerintah Kabupaten Kampar secara lebih berdayaguna, berhasilguna, bersih, dan bertanggung jawab, dan semakin mempertegas perlunya peningkatan koordinasi dan sinergi dengan unit organisasi lain di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kampar dalam rangka melaksanakan urusan wajib maupun pilihan pemerintah daerah
2.2 Visi dan Misi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar 2.2.1 Visi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar
“Terwujudnya Kabupaten Kampar sebagai Wilayah Industri dan Pertanian yang Maju dengan Masyarakat yang Religius, Beradat, Berbudaya dan Sejahtera”
2.2.2 Misi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar
Adapun Misi dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar sebagai berikut:
1. Menyiapkan Sumber Daya Manusia yang Handal dan Profesional
2. Mengembangkan Pertanian yang Modern dan Meningkatkan Kualitas Lingkungan Hidup 3. Membangun Infrastruktur Kabupaten Kampar yang berkualitas dan Profesional
4. Menciptakan Iklim Usaha yang Kondusif
5. Mengembangkan Kawasan Pariwisata dan Industri Pengolahan yang Maju
6. Memperkuat Citra Kampar sebagai Serambi Mekkah Riau yang Berakhlak, Beradat, dan Berbudaya
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi DinasPekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar memiliki tugas pokok melaksanakan Sebagian kewenangan Pemerintah Daerah dalam bidang pekerjaan umum. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut. Maka dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang kabupaten Kampar memilili fumgsi sebagai berikut:
a. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan operasional, pembangunan, peningkatan, rehabilitasi dan pemeliharaan jalan, jembatan, sumber daya air, pengairan, dan perizinan pembangunan.
b. Melaksanakan penyusunan program kegiatan operasional, pembangunan, pengelolaan, peningkatan, rehanilitasi, dan pemeliharaan sarana, dan prasarana jalan, jembatan, sumber daya air dan pengairan.
c. Melaksanakan pembinaan, penyuluhan dan pelatihan terhadap masyarakat dalam bidang jalan, jembatan, sumber daya air dan pengairan.
d. Pengelolaan rekomendasi teknis pengamanan dan pemenfaatan jalan, jembatan, sumber daya air dan pengairan.
e. Pembinaan, penyuluhan dan pelatihan jasa dan konstruksi terhadap masyarakat jasa konstruksi dalam usaha meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penyedia jasa dalam bidang jalan, jembatan, sumber daya air dan pengairan.
f. Melaksanakan penanggulangan, pengendalian dan pengamanan terhadap bencana alam, banjir, tanah longsor dan erosi
g. Pengelolaan adminstrasi umum meliputi ketatausahaan dinas, kepegawaian, keuangan, peralatan, perlengkapan, perencanaan, organisasi dan ketatalaksanaan dinas
h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan bidang tugasnya.
Tugas dan fungsi tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam tugas dan fungsi setiap bagian dan sub dinas sebagai berikut:
a. Sekretaris Mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan kegiatan umum, kepegawaian dan keuangan dinas.
b. Bidang Perencanaan Mempunyai tugas melaksanakan sebagaian tugas Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dibidang perencanaan dan Program Kegiatan Pembangunan
c. Bidang Jalan dan Jembatan Mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan tugas Kepala Dinas dalam Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan Jalan dan Jembatan.
d. Bidang Sumber daya Air Mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan tugas Kepala Dinas dalam bidang pengairan/irigasi dan rawa, pengembangan sumber daya air.
e. Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam menyusun pedoman, melaksankan pembinaan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan dan perizinan Tata Ruang dan Pertanahan memberikan rekomendasi yang berkaitan tentang perizinan dan pemenfaatan sarana dan prasarana yang dimanfaatkan oleh pihak swasta pada bidang Pembangunan.
f. Bidang Cipta Karya Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas dalam menyusun pedoman, pengendalian, pengelolaan dan pemanfaatan serta
melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian, operasional dan pemeliharaan pembangunan Infrastruktur dan pemukiman yang afesien serta penataan perizinan.
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) peralatan berat mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan dan pengendalain secara umum terhadap seluruh peralatan/alat berat yang ada pada Dinas Bina Marga dan Pengaiaran yang meliputi administrasi umum, perbengkelan, operasi dan penggudangan. Unit Pelaksanan Teknis Dinas (UPTD) Laboratorium mempunyai tugas dalam menyelenggarakan kegiatan laboratorium meliputi administrasi, pengujian material dan pengujian lapangan. Unit Pelaksanan Teknis Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar (UPT Wil I s/d V ) mempunyai tugas menyelenggarakan perencanaan dan Pengawasan pada Kegiatanpembangunan yang ada pada Wilayah masing –masing.
2.4 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar.
Kedudukan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar diatur berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 6 Tahun 2012 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kampar serta Peraturan Bupati Nomor 35 Tahun 2012 tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural di lingkungan Dinas-Dinas Kabupaten Kampar. Adapun susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Kampar adalah sebagai berikut:
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat terdiri dari:
a. Sub Bagian Umum;
b. Sub Bagian Kepegawaian;
c. Sub Bagian Keuangan;
d. Sub Bagian Program dan Pelaporan 3. Bidang Jalan dan Jembatan, terdiri dari:
a. Seksi Pembangunan dan Peningkatan Jalan b. Seksi Pemeliharaan Jalan;
c. Seksi Jembatan;
4. Bidang Sumber Daya Air a. Seksi Irigasi dan Rawa
b. Seksi Pengembangan Sumber Daya Air;
5. Bidang Tata Ruang dan Pertanahan , terdiri dari:
a. Seksi Pertanahan;
b. Seksi Penataaan Ruang;
6. Bidang Cipta Karya , terdiri dari:
a. Seksi PLP dan Air Minum
b. Seksi Bangunan Gedung dan Jasa Konstruksi ; 7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
a. UPT Wilayah I, II, III, IV, V b. UPT Alat Berat
c. UPT Laboratorium
2.5 Konsultan Perencana
CV. BINA LESTARI CONSULTANT Didirikan Pada Tanggal 19 Februari 2003. CV.
Bina Lestari Consultant Mempunyai Karyawan dan Tenaga Ahli Yang Terdiri dari tenaga-tenaga ahli yang berkualitas terdiri dari Sarjana Teknik Sipil, Sarjana Teknik Arsitektur, Sarjana Teknik Geodesi, Sarjana Teknik Planologi Sarjana Ekonomi dan Sarjana Sosial lainnya serta Tenaga Ahli dari Sarjana Muda dan dari tamatan sekolah umum maupun kejuruan. Kegiatan utama CV.
Bina Lestari Consultant dikonsentrasikan pada Bidang Perencanaan dan Pengawasan yang meliputi antara lain :
Perencanaan Kota dan Pariwisata.
Perencanaan / Pengawasan Gedung dan Bangunan
Perencanaan / Pengawasan Dermaga dan Pelabuhan Laut.
Dibawah Pimpinan Rio Wanto,ST. Sebagai Direktur, CV. Bina Lestari Consultant mulai bergerak dan bekerja secara professional dengan didukungan oleh beberapa tenaga ahli Planologi, Pemberdayaan dan Arsitektur serta Sarjana Teknik lainnya yang merupakan cikal bakal dari Struktur Organisasi Perusahaan. Dalam perjalanannya perusahaan mulai membina dan
meningkatkan hubungan baik dengan sejumlah instansi pemerintah maupun instansi swasta yang diwujudkan dalam pelayanan serta penampilan teknis dan administrasi yang professional, sehingga diharapkan perkembangan perusahaan dapat lebih ditingkatkan dan menjadi salah satu perusahaan Architect & Consulting Engineers yang diakui eksistensinya di Indonesia. Kondisi hubungan baik dengan sejumlah instansi pemerintah maupun swasta yang telah dibina dan terus ditingkatkan secara profesional, baik dalam bentuk pelayanan teknis maupun administratif.
Dengan melihat adanya suatu peningkatan kepercayaan serta hubungan yang telah terjalin dengan berbagai instansi dan keinginan yang kuat untuk mengembangkan wilayah usaha di luar Propinsi Riau, maka para pemilik saham setuju untuk menambah jumlah modal kerja, karena hal ini mengingatkan adanya suatu potensi usaha serta adanya kebutuhan modal kerja dalam rangka pengembangan wilayah kerja. Dibawah manajemen yang sistematis, dikelola dan diarahkan Dewan Direksi yang profesional, Perusahaan mulai mengembangkan bidang-bidang usaha enginering yang cakupanya lebih luas dan meliputi bidangbidang kegiatan antara lain :
Pengembangan Kawasan & Real Estate
Perencanaan kota & Pariwisata
Tata Kota & Tata Lingkungan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Perencanaan / Pengawasan Gedung & Bangunan
Jalan Raya, Jalan Toll & Jembatan
Lapangan Terbang, Pelabuhan Laut & Prasarananya
Pencetakan Sawah dan Irigasi
Studi Kelayakan
Kehutanan dan Perkebunan
Survey Pengukuran dan Pemetaan
2.6 Sistem Dan Metode Kerja
Dalam melaksanakan suatu proyek, satu regu tenaga ahli dibentuk untuk setiap proyek dibawah pimpinan Ketua Regu Pelaksana Tugas (KRPT) yang bertugas mempersiapkan, mengkoordinasikan, merencanakan mengarahtugaskan dalam suatu pengelolaan yang sistematis.
2.6.1. Rencana Kerja
Pelaksanaan suatu pekerjaan pada dasarnya ditentukan oleh komponen- komponen dari sistem kerja yang baik, dimana didalamnya disusun organisasi dan personalia (tenaga ahli) pelaksana sesuai dengan bidang-bidang yang ditangani. Rencana kerja merupakan rincian kegiatan operasional yang dijabarkan dari pendekatan dan metoda pelaksanaan pekerjaan yang disusun menjadi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk memenuhi sasaran yang telah ditetapkan. Rencana kerja ini disusun dengan memperhatikan beberapa aspek pelaksanaan kerja seperti : kesinambungan kerja, alokasi tenaga ahli yang akan terlibat, dan juga koordinasi antar tenaga ahli. Rencana kerja yang akan dijabarkan kedalam rencana kegiatan ini akan terlihat adanya tahapan dari setiap kegiatan yang mengarah pada akhir sasaran kegiatan, yang selanjutnya dapat disusun jadwal pelaksanaannya.
Dalam pelaksanaan kegiatan Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Kampa di Kabupaten Kampar ini harus di sertai pengorganisasian agar memiliki arahan yang jelas dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan. Pengorganisasiaan yang akan di lakukan terdiri dari penjabaran secara mendetail tentang komponen kegiatan dengan sistematika yang jelas sehingga dapat menggambarkan rincian keseluruhan kegiatan dengan baik. Selain hal tersebut, pengorganisasian juga terdiri dari pengalokasian personil, pengaturan jadwal kegiatan dan keterlibatan personil tenaga ahli.
2.6.2. Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan
Pengorganisasian merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam melaksanakan kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar.
Pelaksanaan pekerjaan penyusunan Kajian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar ini memerlukan pengorganisasian pelaksanaan pekerjaan tepat guna agar dapat melaksanakan program/rencana kerja yang efisien, sistematis dan sederhana, sehingga akan menghasilkan suatu produk kerja yang baik, tepat waktu dan tepat mutu.
Struktur organisasi CV. Bina Lestari Consultant disusun sedemikian rupa dimaksudkan untuk menjamin profesionalisme konsultan teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang di percayakan.
Divisi dalam tubuh organisasi CV. Bina Lestari Consultant dibentuk atas dasar bidang spesialisasi usaha sesuai dengan kebutuhan pasar Jasa Konsultasi yang meliputi :
Divisi Bangunan
Divisi Survey dan Pemetaan
Divisi Jalan dan Jembatan
Divisi Air dan Listrik
Dengan dibentuknya divisi-divisi dalam organisasi, hal ini dimaksudkan agar :
Menyederhanakan Birokrasi
Mempermudah pengendalian pelaksanaan Proyek
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja
Meningkatkan kualitas / mutu pelaksanaan Proyek
Adapun keterkaitan pelaksanaan pengerjaan penyusunan Kajian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar dapat dilihat keterkaitannya sebagai berikut:
Gambar 2.1 Struktur Organisasi
Sumber: Dokumen Terbuka (RTH) Kajian Hijau Ruang Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar
Dalam menunjang keberhasilan penyelesaiaan seluruh pekerjaan maka akan dibuat tim perencanaan yang terdiri dari beberapa personil yang memadai dengan keahlian masing-masing yang sesuai dengan jabatannya, baik untuk keperluan survei lapangan maupun untuk pekerjaan - pekerjaan yang dilakukan di kantor, lengkap dengan bagian adminstrasi dengan di dukung dengan peralatan yang memadai.
A. Tenaga Ahli
Tenaga Ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan yang terdiri dari:
1. Ketua Tim (Tim Leader)
Ketua Tim merupakan seorang lulusan Sarjana S - 1 Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota dengan pengalaman pekerjaan minimum selama 1 (satu) tahun. Diutamakan Mempunyai sertifikat keahlian (SKA) Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (502) yangdi terbitkan oleh assosiasi profesi yang telah terakreditasi oleh lembaha yang berwenang (LPJK) Serta dilengkapi dengan referensi kerja dari pengguna jasa. Adapun Tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinasi seluruh kegiatan tim kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
2. Tenaga Pendukung
Tenaga Pendukung/Penunjang yang disyaratkan adalah:
a. Surveyor
Tenaga Pendukung Surveyor dengan syarat pendidikan terakhir SMA/SMK/STM dengan pengalaman kerja setidaknya 1 (Satu) Tahun dibidangnya.
b. Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota
Tenaga ahli Perencanaan Wilayah dan Kota dengan syarat pendidikan terakhir SMA/SMK/STM dengan pengalaman dalam pengerjaan laporan serta turut membantu dilapangan terbuka.
c. Administrasi/ Operator Komputer (1 Orang)
Tenaga Pendukung Administrasi/ Operator Komputer dengan syarat pendidikan terakhir SMA/SMK/STM dengan pengalaman kerja setidaknya 1 (Satu) Tahun dibidangnya.
2.7 Jadwal Kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Tabel 2. 1 Jadwal kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kecamatan Kampa
NO KEGIATAN
BULAN PENUGASAN BULAN KE-1 BULAN KE-2
1 2 3 4 1 2 3 4
A KEGIATAN PERSIAPAN
1 Koordinasi dengan pihak pemberi pekerjaan 2 Menelaah materi dan lingkup pekerjaan 3 Menyusun kerangka kerja dan langkah 4 Melakukan kajian/telaah teori
5 Penyusunan laporan pendahuluan B KEGIATAN SURVEI
1 Survei instasional 2 Survei lapangan
C KEGIATAN PENGOLAHAN DATA 1 Kegiatan pengolahan dan tabulasi data 2 Kegiatan analisis data
D KEGIATAN PENYUSUNAN ALBUM PETA
E KEGIATAN PEMBAHASAN 1 Ekspose laporan pendahuluan 2 Ekspose laporan akhir
F KEGIATAN PELAPORAN 1 Laporan pendahuluan
2 Laporan antara 3 Laporan akhir
4 Album peta dan hard disk
Sumber: Kerangka Acuan Kerja (KAK), 2023
2.8 Kawasan Perkotaan
Dibandingkan dengan kota, pengertian mengenai perkotaan (urban) jauh lebih luas. Hal ini dikarenakan perkotaan merupakan suatu wilayah geografis yang meliputi kota dengan wilayah sekitarnya, tidak dilihat berdasarkan batas administrasi tetapi berdasarkan sifat kekotaannya.
Dalam hal ini perkotaan dapat didefinisikan sebagai kawasan permukiman yang meliputi kota induk dan daerah pengaruh di luar batas administratifnya yang berupa kawasan pinggiran sekitarnya/sub-urban (Kustiwan, 2014).
Perkotaan didefinisikan sebagai tempat orang tinggal dengan konsentrasi kegiatan bukan kegiatan pertanian (Weeks, J., 2010). Karena karakteristik tersebut yang membuat perkotaan berbeda dengan pedesaan. Secara keseluruhan, terdapat karakteristik dari perkotaan seperti kepadatan penduduk, sosial ekonomi masyarakat, dan perbubahan dari lingkungan alami
menjadi lingkungan terbangun. Tidak hanya itu saja proses perubahan menjadi perkotaan juga terpengaruh adanya teknologi yang masuk, sehingga lebih menegaskan lagi mengenai lokasi, ukuran perkotaan, dan juga kehidupan masyarakatnya.
Daerah perkotaan dinilai sangat berkembang karena terdapat kepadatan struktur manusia seperti rumah, gedung, kegiatan perdagangan, jalan raya, jembatan, dan rel kereta api, ruang terbuka hijau. Daerah pedesaan adalah kebalikan dari daerah perkotaan. Pedesaan memiliki kepadatan penduduk yang rendah dan masih banyak terdapat lahan yang belum dikembangkan.
Biasanya, perbedaan antara daerah pedesaan dan perkotaan dapat jelas terlihat.
Di Indonesia, pengertian mengenai kawasan perkotaan tertulis menurut beberapa peraturan.
Dalam Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan dapat berbentuk kota sebagai daerah otonomi, bagian dari kabupaten yang memiliki ciri perkotaan, dan bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan.
2.9 Penataan Ruang
Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang merupakan suatu aturan umum yang mengatur secara makro mengenai penataan ruang di Indonesia. Menurut D.A.
Tisnaadmidjaja (1997), yang dimaksud dengan ruang adalah “wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geometris yang merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas kehidupan yang layak”.Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. Hal tersebut merupakan ruang lingkup penataan ruang sebagai objek Hukum Administrasi Negara. Jadi, hukum penataan ruang menurut Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 yaitu hukum yang berwujud struktur ruang (ialah sususnan pusat-pusat pemukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional)
dan pola ruang (ialah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya).
Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang memiliki asas dan tujuan, yaitu:
1. Keterpaduan;
2. Keserasian, keselarasan, dan kesimbanga;
3. Keberlanjutan;
4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
5. Keterbukaan;
6. Kebersamaan dan kemitraan;
7. Pelindungan kepentingan umum;
8. Kepastian hukum dan keadilan; dan 9. Akuntabilitas.
2.9.1 Penyelenggaraan Penataan Ruang
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang diamanatkan bahwa dokumen Rencana Tata Ruang perlu mengintegrasikan tata ruang darat dan laut. Seperti diketahui bahwa sebelumnya rencana tata ruang darat dan laut berada dalam dokumen yang terpisah sehingga menimbulkan potensi terjadinya tumpang tindih kebijakan terkait ketentuan pemanfaatan ruang. Penyelenggaraan Penataan Ruang yaitu untuk mengintegrasikan berbagai kepentingan lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan yang termanifestasi dalam penyusunan Rencana Tata Ruang, penyelarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungan, perwujudan keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antardaerah, serta penciptaan kondisi peraturan perundang-undangan bidang Penataan Ruang yang mendukung iklim investasi dan kemudian berusaha.
Setelah diintegrasikan, nantinya keseluruhan dokumen rencana tata ruang akan dimuat dalam sebuah platform digital guna mendukung One Spatial Planning Policy. Hal ini dilakukan supaya masyarakat dapat mengetahui poin-poin penting terkait perencanaan penataan ruang serta untuk mewujudkan proses transparansi data kepada publik. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang disebutkan pula bahwa RTR sebagai hasil dari perencanaan tata ruang akan menjadi acuan bagi:
a. Penerbitan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
b. Pemanfaatan ruang untuk seluruh kegiatan pembangunan sektoral dan pengembangan wilayah dan Kawasan yang memerlukan ruang;
c. Penerbitan perizinan berusaha terkait pemanfaatan di laut serta pemberian hak atas tanah dan hak pengelolaan.
Selain itu, disebutkan bahwa proses perencanaan rencana tata ruang dilakukan melalui beberapa tahapan, yakni tahapan persiapan penyusunan rencana tata ruang, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, perumusan konsepsi rencana tata ruang, serta penyusunan rancangan peraturan tentang rencana tata ruang. Pengumpulan data dasar baik berdasarkan materi teknis darat dan materi teknis laut, akan dituangkan ke dalam sebuah peta dasar baru, baik berupa peta dasar rupabumi Indonesia ataupun peta dasar lainnya. Perlu diingat bahwa ketentuan bagi peta dasar rupabumi Indonesia merupakan peta termutakhir yang telah ditetapkan oleh kepala badan yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang informasi geospasial, yakni Badan Informasi Geospasial (BIG). Dalam rangka percepatan penyusunan RDTR, daerah yang belum memiliki Peta Rupabumi Indonesia dapat menggunakan Peta Dasar Lainnya sesuai ketentuan tingkat ketelitian RTR yang disertai oleh rekomendasi dari Badan Informasi Geospasial (BIG).
Berkaitan dengan proses pengintegrasian tata ruang darat dan laut, terutama dalam penyusunan rencana tata ruang, maka dilakukan dengan tahapan persiapan penyusunan (penyusunan kerangka acuan kerja dan penetapan metodologi), pengumpulan data (wilayah administrasi, data dan informasi kependudukan, pertanahan, kebencanaan, kelautan dan peta dasar serta peta tematik yang dibutuhkan).
2.9.2 Status Kepemilikan dan Penyediaan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
Dalam Peraturan Menteri ATR/KBPN RI Nomor 14 Tahun 2022 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau merupakan suatu aturan umum yang mengatur secara makro mengenai RTH di Indonesia. Dalam undang-undang ini mengatur tentang tipologi Ruang Terbuka Hijau, penyediaan Ruang Terbuka Hijau dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau.Sistem ekologi yang sehat (healthy ecosystem) yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampungnya, dapat menjamin keberlangsungan kehidupan baik di lingkungan alami maupun terbangun dengan keberadaan ruang terbuka yang berperan penting dalam menyediakan jasa lingkungan
(ecosystem services) sebagai ruang berfungsi ekologis, sosial budaya, resapan air, ekonomi, estetika, serta fungsi lainnya seperti penanggulangan bencana.
Penyediaan ruang terbuka dengan beragam fungsi dan bentuknya perlu mempertimbangkan keterhubungannya dalam sistem ekologi yang utuh yang dapat melampaui batas administratif pemerintahan melalui pendekatan kawasan atau skala lanskap (ecoregion) untuk membentuk jejaring hijau dan biru. Dengan demikian, keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH), maupun Ruang Terbuka Biru (RTB) dalam sebuah kawasan perlu diperhitungkan sebagai satu kesatuan ekologis yang saling terhubung. Di samping itu pula, penyediaan dan pemanfaatan RTH termasuk di dalamnya RTNH dan RTB, perlu mempertahankan dan menguatkan nilai ekologis serta historiskawasan seperti toponimi yang merujuk pada aspek kebencanaan dan bentukan bentang alam sebagai wujud kearifan lokal masyarakat.
Pengaturan yang terpisah untuk RTH dan RTNH diduga menjadi kendala dalam pencapaian RTH paling sedikit 30% dari luas wilayah kota dengan proporsi 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat yang secara rinci sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang.
Padahal, baik RTH, RTNH, maupun RTB memiliki potensi yang besar untuk berkontribusi secara ekologis, sosial budaya, resapan air, ekonomi, estetika, maupun penanggulangan bencana bagi kehidupan masyarakat kota dan lingkungannya. Dengan pertimbangan tersebut, maka pengintegrasian RTH, RTNH khususnya yang berupa material ramah lingkungan, dan RTB menjadi penting sebagai upaya dalam menyediakan dan memanfaatkan RTH berkualitas untuk keberlanjutan lingkungan kota maupun kawasan (ecoregion).
Ketersediaan data RTH existing untuk setiap wilayah kota maupun kawasan perkotaan di wilayah kabupaten merupakan hal penting sebagai data awal (baseline) dalam menentukan rencana penyediaan maupun pemanfaatan RTH. Identifikasi RTH existing menjadi tahap krusial untuk menghasilkan data RTH yang berkualitas yaitu data yang akurat (accurate), lengkap (complete), relevan (relevant), aman (secure), flesibel (flexible), tepat waktu (timely), dapat dipercaya (reliable), dapat dipertanggungjawabkan (accountable), dapat diakses (accessible), dan dapat diverifikasi (verifiable). Dengan demikian, maka proses identifikasi perlu dilakukan berdasarkan prinsip tepat dan seragam.Prinsip identifikasi secara tepat dilakukan sesuai dengan konteks RTH di wilayah kota maupun kawasan perkotaan di wilayah kabupaten. Adapun
identifikasi secara seragam dilakukan dengan atribut data yang sama untuk hasil yang seragam terutama terkait definisi RTH, tipologi RTH, serta fungsi dan manfaat RTH.
Proses identifikasi RTH existing secara umum terdiri dari tahap pengumpulan basis data aset lahan dan bangunan milik Pemerintah Daerah untuk menghasilkan data RTH Publik yang terdaftar sebagai aset milik Pemerintah Daerah dan Kegiatan ini dibiayai dari sumber pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kampar Tahun Anggaran 2023.
Data RTH Publik existing yang diidentifikasi harus sudah terdaftar untuk menjamin status lahan sebagai kawasan/zona RTH. Data RTH Publik existing selanjutnya dikompilasikan dengan data RTH Privat existing sebagai baseline data RTH existing yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah.
Gambar 2.2 Skema Identifikasi RTH Existing
Pengumpulan Data RTH Privat
RTH Publik yang Terdaftar sebagai Aset Milik Pemerintah Daerah
Pengumpulan Basis Data Aset Lahan dan Bangunan Milik
Pemerintah Daerah
Potensi RTH di Aset Milik Pemerintah Daerah
1. IDENTIFIKASI RTH EKSISTING
Data RTH dan RTH Privat Eksisting
Pengumpulan Data RTH Menurut Rencana Tata Ruang dan Dikonversi seusai Tipologi RTH
2. IDENTIFIKASI POTENSI LAHAN RTH
Komparasi Rencana dan Realisasi
Data RTH Rencana
3. IDENTIFIKASI KATEGORISASI WILAYAH KOTA DAN KAWASAN
PERKOTAAN
Data Potensi Lahan RTH Publik dan RTH Privat
Rencana RTH Terealisasi (%)
Rencana RTH Tidak Terealisasi (%)
Target Penyediaan RTH Secara Kategori
4. IDENTIFIKASI PENDANAAN PENYEDIAAN
RTH
5. IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN PENYEDIAAN
RTH
PENDANAAN PENYEDIAAN RTH
PEMANGKU KEPENTINGAN PENYEDIAAN RTH
6. PERUMUSAN RENCANA PENYEDIAAN RTH
Kategorisasi Solusi:
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas RTH 2.Pembebasan Lahan
3. Alih Fungsi menjadi RTH 4. Revisi Rencana Kategorisasi Masalah
1. Kualitas dan Kuantitas RTH 2.Status Lahan
Secara lebih rinci, data RTH existing terakhir yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dijadikan sebagai acuan untuk melakukan verifikasi berupa peta, tabel, maupun dokumen lain seperti foto/video dari RTH existing. Proses verifikasi keberadaan RTH existing di lapangan dilakukan melalui survei (ground check).
Gambar 2.3 Skema Teknis Identifikasi RTH Existing
RTH existing yang telah terdaftar di dalam aset Pemerintah Daerah ditetapkan sebagai baseline data. Adapun bagi Wilayah Kota maupun Kawasan Perkotaan di wilayah kabupaten yang belum memiliki database RTH existing, maka RTH di dalam Wilayah Kota maupun Kawasan Perkotaan ditetapkan sebagai RTH potensial. Dengan demikian, baseline data RTH existing sama dengan 0 (nol).
Identifikasi dilakukan untuk mengetahui ketersediaan RTH sesuai dengan tipologi RTH, yaitu Kawasan/Zona RTH (A), Kawasan/Zona Lainnya (B), dan Objek Ruang Berfungsi RTH (C). Data yang dihasilkan terdiri dari data kuantitas dan kualitas RTH existing, keterjangkauan yang menunjukkan rata-rata jarak antara RTH, keterlayanan yang menunjukkan pemenuhan ketersediaan RTH per jiwa, dan ketersebaran yang menunjukkan kondisi RTH terdistribusi merata, terdistribusi acak atau terpusat, serta kepemilikan RTH apakah milik publik maupun privat.
Hasil identifikasi RTH existing selanjutnya dapat digunakan untuk komparasi antara rencana dan realisasi. Komparasi rencana dan realisasi dilakukan terhadap data RTH menurut
Basis Data RTH Eksisting
Survei (Ground Check)
Pengumpulan Data Citra Satelit Resolusi Tinggi dan
Foto Udara/drone
Kalsifikasi Penutup Lahan (Land Cover
Classificaion)
Klasifikasi Pernutukan Lahan (Land Use
Classificagion)
Identifikasi RTH Eksisting
Identifikasi RTH Potensial
Target Penyediaan
RTH 30%
Perumusan Rencana Penyediaan RTH dalam
RTRW atau RDTR Wali data
rencana di RTRW atau RDTR yang berlaku untuk mengetahui rencana penyediaan RTH yang terealisasi maupun tidak terealisasi. Jika terealisasi maka dihitung berapa luasan dan persentasenya. Adapun jika tidak terealisasi dapat dilanjutkan dengan analisis permasalahan untuk menghasilkan kategori masalah baik terkait kuantitas dan kualitas RTH maupun terkait status lahan. Setelah dilakukan kategorisasi masalah, dapat dihasilkan kategori solusi yang meliputi, di antaranya, peningkatan kualitas dan kuantitas RTH, pembebasan lahan, alih fungsi lahan menjadi RTH, atau revisi rencana. Kategorisasi masalah dan solusi dalam tahap ini menjadi rekomendasi bagi Pemerintah Daerah untuk dipertimbangkan dalam penyusunan rencana penyediaan RTH.
Kegiatan analisis data RTH existing menghasilkan kategori data berdasarkan tipologi RTH yang meliputi atribut kuantitas dan kualitas RTH; keterjangkauan, keterlayanan, dan ketersebaran RTH; serta kepemilikan RTH. Hasil dari kegiatan kategorisasi ini menjadi data utama penyusunan baseline data RTH existing baik publik maupun privat. RTH existing yang dijadikan sebagai baseline harus sudah terdaftar sebagai asset kepemilikan Pemerintah Daera
Gambar 2.4 Skema Komparasi Rencana dan Realisasi Penyediaan RTH
Pengumpulan Data RTH Privat
RTH Publik yang Terdaftar sebagai Aset Milik Pemerintah Daerah
Pengumpulan Basis Data Aset Lahan dan Bangunan Milik
Pemerintah Daerah
Potensi RTH di Aset Milik Pemerintah Daerah
1. IDENTIFIKASI RTH EKSISTING
Data RTH dan RTH Privat Eksisting
Pengumpulan Data RTH Menurut Rencana Tata Ruang dan Dikonversi seusai Tipologi RTH
2. IDENTIFIKASI POTENSI LAHAN RTH
Komparasi Rencana dan Realisasi
Data RTH Rencana
3. IDENTIFIKASI KATEGORISASI WILAYAH KOTA DAN KAWASAN
PERKOTAAN
Data Potensi Lahan RTH Publik dan RTH Privat
Rencana RTH Terealisasi (%)
Rencana RTH Tidak Terealisasi (%)
Target Penyediaan RTH Secara Kategori
4. IDENTIFIKASI PENDANAAN PENYEDIAAN
RTH
5. IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN PENYEDIAAN
RTH
PENDANAAN PENYEDIAAN RTH
PEMANGKU KEPENTINGAN PENYEDIAAN RTH
6. PERUMUSAN RENCANA PENYEDIAAN RTH
Kategorisasi Solusi:
1. Peningkatan kualitas dan kuantitas RTH 2.Pembebasan Lahan
3. Alih Fungsi menjadi RTH 4. Revisi Rencana Kategorisasi Masalah
1. Kualitas dan Kuantitas RTH 2.Status Lahan
2.9.3 Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau merupakan kewajiban pihak Pemerintah Daerah untuk melakukan pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) dalam rangka menjaga keberadaan dan keberlangsungan RTH. Pengelolaan RTH dilakukan berlandaskan pada asas manfaat, selaras, seimbang, terpadu, keberlanjutan, keadilan, perlindungan, dan kepastian hukum.
Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) dilakukan untuk memberikan pedoman dan arahan dalam rangka tertib pengelolaan RTH, serta menyelenggarakan pengelolaan RTH secara terencana, sistematis, dan terpadu. Tujuannya agar menjamin kepastian hukum dalam menjaga dan melindungi ketersediaan RTH dari alih fungsi lahan serta meningkatkan peran dan tanggung jawab aparatur dan masyarakat dalam mengelola RTH.
Tujuan pengelolaan RTH adalah sebagai berikut:
1. Menjaga keberadaan dan keberlangsungan RTH yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
2. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan perkotaan;
3. Mewujudkan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan di perkotaan;
4. Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan yang sehat, indah, bersih, aman dan nyaman; dan
5. Meningkatkan optimalisasi pemanfaatan RTH.
Pengelolaan RTH diarahkan untuk meningkatkan fungsinya, baik fungsi ekologis, sosial budaya, ekonomi, dan estetika, sebagai berikut:
1. Fungsi Ekologis, terdiri dari:
Pengamanan keberadaan kawasan lindung perkotaan;
Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati;
Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara pengendali tata air.
2. Fungsi Sosial dan Budaya, terdiri dari:
Sarana bagi warga kota untuk berinteraksi;
Tempat rekreasi;
Sarana pengembangan budaya daerah;
Sarana peningkatan kreativitas dan produktivitas warga kota sarana pendidikan, penelitian dan pelatihan.
3. Fungsi Ekonomi, terdiri dari:
Sarana ekonomi dalam rangka transaksi komoditas produktif;
Sarana dalam rangka penambahan nilai dari lingkungan.
4. Fungsi Estetika, terdiri dari:
Sarana dalam rangka meningkatkan kenyamanan dan keindahan lingkungan;
Sarana dalam rangka meningkatkan harmonisasi dan keseimbangan antara ruang terbangun dan ruang tidak terbangun.
Peningkatan fungsi RTH sebagaimana tersebut di atas harus memberikan manfaat bagi masyarakat di daerah yang mencakup:
1. Manfaat langsung yang bersifat nyata (tangible) dan cepat, dalam bentuk keindahan (estetika) dan kenyamanan, sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan, sarana rekreasi aktif dan pasif;
2. Sarana aktivitas sosial bagi warga kota, serta sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat; dan
3. Manfaat tidak langsung yang berjangka panjang dan bersifat tidak nyata (intangible), yaitu persediaan cadangan air tanah, pengendali polusi udara, tanah dan air, serta penyeimbang ekosistem kota.
Pengelolaan RTH merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan penataan ruang daerah, dengan ruang lingkup mencakup perencanaan pemanfaatan RTH, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi
2.10 Ruang Terbuka
2.10.1 Pengertian Ruang Terbuka
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup lain, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya (Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang).
Ruang terbuka merupakan ruang yang direncanakan karena kebutuhan akan tempat- tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Dengan adanya pertemuan bersama dan relasi antara orang banyak, kemungkinan akan timbul berbagai macam kegiatan di ruang umum terbuka tersebut. Sebetulnya ruang terbuka merupakan salah satu jenis saja dari ruang umum (Budiharjo & Djoko, 2005).
Ruang terbuka kota digunakan untuk utilitas umum, misalnya untuk daerah/kolam penyangga banjir, taman untuk resapan, balai bibit tanaman, daerah untuk kuburan.
Kebutuhan kota akan utilitas umum pada umumnya bisa mencapai 7-10 % dari luas total lahan dalam wilayah perkotaan. Kebutuhan untuk cadangan pengembangan yang ideal paling tidak ada 5 % di luar daerah hijau untuk utilitas umum. Daerah cadangan inilah yang biasanya menyangga bidang resapan kota sekaligus menjadi paru-paru kota. RTH Publik adalah kependekan dari Ruang Terbuka Hijau Publik. RTH Publik adalah ruang terbuka hijau yang dimiliki, dikelola, dan/atau diperoleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota atau Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota melalui kerja sama dengan pemerintah dan/atau masyarakat serta digunakan untuk kepentingan umum.
Maka dapat disimpulkan ruang terbuka merupakan ruang-ruang yang berada di sebuah kota atau wilayah yang dasarnya tanpa bangunan dan memiliki berbagai manfaat yang digunakan untuk kepentingan umum. Salah satu manfaat terpenting ruang terbuka yaitu sebagai menyangga bidang resapan kota sekaligus menjadi paru-paru kota.
2.10.2 Arahan Bagi Ruang Publik
Arahan dalam ruang publik adalah sebagai berikut:
a. Menjaga asset dan ruang publik yang masih tersisa. bangunan tidak akan kembali menjadi ruang
b. Memanfaatkan berbagai asset dan ruang tersebut secara optimal
c. Menjaga agar pengembangan mendatang selalu mencadangkan ruang bagi kehidupan publik bahkan dalam pengembangan komersial sekalian.
d. Menyusun suatu mekanisme manajemen ruang kota, infrastruktur kota, dan pengelolaan kota sebagai ruang bertemunya segenap sivitas kota
2.10.3 Nilai-Nilai Kualitas Ruang Terbuka Publik
Dimensi nilai-nilai kualitas yang dipenuhi sebuah ruang publik untuk berhasil menurut (Carr dalam Yanti, 2016) adalah:
a. Responsive
Ruang publik dirancang dan dikelola untuk melayani kebutuhan dari penggunanya, kebutuhan yang utama yang harus dipenuhi adalah kenyamanan, relaksasi, aktivitas aktif dan pasif, dan kemungkinan pengalaman baru
b. Demokrasi
Melindungi hak dari kelompok-kelompok pengguna memiliki akses kepada semua kelompok yeng disediakan untuk kebebasan beraktivitas, juga hak untuk mengklaim dan dimiliki secara temporer. Karena kepemilikannya untuk semua orang.
c. Bermakna
Memberikan hubungan yang kuat antara pengguna, tempat, kehidupan pribadinya dan dunia yang luas. Berhubungan kepada konteks fisik sosial. Kondisi ini dapat tercipta dari penggunaan yang terus menerus dari sebuah ruang publik sehingga membentuk banyak kenangan yang mengikat perasaan pribadi terus berlangsung dalam konteks perubahan yang terjadi.
2.11 Teori Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau sebagai ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya (Permendagri No.1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan).
Ruang terbuka hijau adalah penempatan tumbuhan sebagai struktur ekosistem wilayah. Sebagai pembentuk ekosistem wilayah, RTH memiliki 2 parameter struktur
yaitu luas dan persebaran. RTH telah menjadi kesatuan program pembangunan di banyak Negara dan diintensifkan untuk mengatasi pemanasan global yang disebabkan peningkatan karbondioksida di udara (Ludang, 2017)
Ruang terbuka hijau adalah sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun yang ada didalamnya terdapat tumbuhan hijau berkayu dan tahunan, dengan pepohonan sebagai tumbuhan perinci utama dan lainnya (perdu, semak, penciri utama dan tumbuhan penutup lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi ruang terbuka hijau yang bersangkutan (Arsana, 2018)
Sedangkan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) gua mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut, yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut ( Khambali, 2017)
2.11.1 Jenis-jenis Ruang Terbuka Hijau
Jenis ruang terbuka hijau terdiri dari jenis ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat (Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang).
Pada intinya Undang-Undang Penataan Ruang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Ruang Terbuka Hijau (RTH) terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat, adalah sebagai berikut:
A. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik
RTH publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau publik antara lain adalah:taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau sepanjang sungai, jalan, dan pantai.
B. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Privat
Yang termasuk ruang terbuka hijau privat antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Jenis RTHKP menurut (Permendagri No.1 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Wilayah