• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KERJA PRAKTEK KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KAMPA KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2023

N/A
N/A
Aisyah Azzahra

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN KERJA PRAKTEK KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KAMPA KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2023"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTEK

KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KAMPA KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2023

DISUSUN OLEH:

AISYAH AZZAHRA PUTRI 203410473

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU

2023

(2)

LEMBAR PENGESAHAN KERJA PRAKTEK

Judul Kegiatan:

“KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KAMPA KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2023”

Nama Mahasiswa:

AISYAH AZZAHRA PUTRI 203410473

Disetujui Oleh:

Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Puji Astuti ST, MT

Dosen Pembimbing Kerja Praktek (KP)

Dr. Zaflis Zaim ST, MT

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya semata sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja Praktek dengan judul “Kajian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar”.Penyusunan Laporan Kerja Praktek ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Strata 1 program studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Universitas Islam Riau.

Dari kerja praktek ini diharapkan tambahan pengetahuan pengalaman kerja terutama dalam penerapan ilmu dibidang perencanaan. Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini karena dipengaruhi dengan pengalaman serta ilmu yang penulis miliki.

Terima kasih penulis ucapkan kepada “Dr. Zaflis Zaim ST, MT” selaku dosen pembimbing kerja praktek yang telah membantu penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua dan teman-teman seperjuangan yang telah mendukung penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas ini.

Penulis menyadari, bahwa Laporan Kerja Praktek yang penulis buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Pekanbaru, September 2023

Aisyah Azzahra Putri

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN KERJA PRAKTEK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...viii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.1.1 Latar Belakang Kerja Praktek...1

1.1.2 Latar Belakang Kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau (RTH)...2

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Kerja Praktek...5

1.2.1 Maksud Kerja Praktek...5

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek...5

1.2.3 Sasaran Kerja Praktek...6

1.11 Persyaratan Akademis dan Prosedur Administrasi Kerja Praktek...6

1.3.1 Persyaratan Akademis...6

1.3.2 Prosedur Administrasi Kerja Praktek...7

1.3.3 Lingkup Kerja Praktek...7

1.4 Jadwal Kegiatan Kerja Praktek...7

1.5 Sistematika Penyusunan Laporan Kerja Praktek...8

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN RENCANA KERJA...10

2.1 Sejarah Singkat Fakultas Teknik Universitas Riau...10

2.2 Visi dan Misi Fakultas Teknik...11

2.1.1 Visi Fakultas Teknik...11

2.1.2 Misi Fakultas Teknik...11

2.3 Sejarah LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Universitas Islam Riau 12 2.4 Rencana Kerja...13

2.5 Struktur Organisasi...13

BAB III RINGKASAN HASIL PEKERJAAN...15

3.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Kampar...15

3.1.1 Letak Geografis...16

3.1.2 Kondisi Fisik Wilayah...17

(5)

3.2 Gambaran Umum Kecamatan Kampa...22

3.2.1 Wilayah Administrasi Kecamatan Kampa...22

3.3 Lokasi Kegiatan...23

3.4 Ruang Lingkup Kegiatan...25

3.5 Standar Teknis...25

3.6 Landasan Hukum...26

3.7 Jadwal Kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau (RTH)...26

3.8 Pendekatan dan Metodologi Penelitian...27

3.9 Kebutuhan Data...28

3.10 Metode Pengambilan Data...29

3.11.1 Teknik Pengumpulan Data...29

3.11.2 Mekanisme Pengumpulan Data...30

3.11.3 Teknik Analisis...31

BAB IV EVALUASI PELAKSANAAN PEKERJAAN...37

4.1 Evaluasi Peran Praktikum Dalam Kajian Ruang Terbuka Hijau...37

4.2 Evaluasi Kemampuan Praktikum Selama Kerja Praktek...37

4.3 Evaluasi Materi Kerja Praktek...37

4.4 Evaluasi Teknik Pengumpulan Data...38

4.5 Evaluasi Mekanisme Pengumpulan Data...38

4.6 Evaluasi Pengolahan Data...39

4.7 Evaluasi Proses Pelaksanaan Pekerjaan...41

4.7.1 Evaluasi Terhadap Koordinasi...41

4.7.2 Evaluasi Terhadap Pengerjaan Proyek...42

4.7.3 Evaluasi Jadwal Pelaksanaan...42

4.8 Evaluasi Lokasi Eksisting RTH Kawasan Perkotaan Kampa...43

BAB V TEMUAN DAN SASARAN...69

5.1 Temuan Selama Mengikuti Kerja Praktek...69

5.2 Saran Praktikan...69

5.2.1 Saran Kepada Instansi Kerja Praktek...69

5.2.2 Saran Kepada Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota...70

DAFTAR PUSTAKA...71

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Kampar Tahun 2022...16

Tabel 3.2 Luas Desa di Kecamatan Kampa Tahun 2023...23

Tabel 3.3 Jadwal kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kecamatan Kampa...26

Tabel 3.4 Kebutuhan Data Primer dan Sekunder...28

(7)

DAFTAR GAMB

Gambar 2.1 Struktur Organisasi...14Y

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Kampar...21

Gambar 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar...24

Gambar 3.3 Bagan Alur Proses Kebutuhan RTH...33

Gambar 3.4 Continuum Nearest Neightbour Analysis 3 Gambar 5.1 Peta Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Kecamatan Kampa...45

Gambar 5.2 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Pulau Rambai...59

Gambar 5.3 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Kampar...60

Gambar 5.4 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Koto Perambahan...61

Gambar 5.5 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Pulau Birandang...62

Gambar 5.6 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Sungai Tarap...63

Gambar 5.7 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Tanjung Bungo...64

Gambar 5.8 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Sawah Baru...65

Gambar 5. 9 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Kuapan...66

Gambar 5.10 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Pulau Tinggi...67

Gambar 5. 11 Peta Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Desa Alam Panjang...68

(8)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.1.1 Latar Belakang Kerja Praktek

Kerja Praktek merupakan salah satu syarat mata kuliah yang wajib ditempuh seluruh mahasiswa sebelum menghadapi tugas akhir dimana diharapkan Mahasiswa yang menempuh kerja praktek dapat merasakan suasana di lingkungan kerja serta dapat berkontribusi dengan cara menyelesaikan permasalahan yang dihadapi organisasi di tempat Mahasiswa yang sedang melaksanakan kerja praktek dan termasuk mata kuliah yang terdapat pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) atau Planologi Fakultas Teknik Universitas Islam Riau.

Mata kuliah ini merupakan salah satu mata kuliah yang wajib untuk diambil oleh seluruh mahasiswa teknik PWK yang telah menyelesaikan 110 SKS (Satuan Kredit Semester) dan akan membuat tugas akhir (Skripsi). Dapat dikatakan bahwa mata kuliah ini merupakan suatu wadah bagi mahasiswa teknik PWK untuk mengaplikasikan semua ilmu-ilmu yang telah dipelajari selama perkuliahan dan menambah pengalaman serta ilmu yang tidak didapat dibangku perkuliahan.

Pada umumnya kegiatan kerja praktek yang dilakukan pada salah satu perusahaan (berkaitan dengan perencanaan wilayah dan kota) itu meliputi: proses awal pengerjaan suatu proyek mulai dari persiapan (rencana), pelakasanaan dan pengawasan, kerterkaitan antara rencana dengan pelaksanaan, keterampilan teknis yang memadai, dan tata pelaksanaan proses dalam perencanaan. Untuk mengetahui hal yang terjadi pada dunia kerja, maka para mahasiswa teknik perencanaan wilayah dan kota dipersiapkan agar dapat masuk dalam dunia pekerjaan dan dibekali pengalaman-pengalaman secara umum mengenai pelaksanaan suatu pekerjaan. Dalam lingkungan ataupun dunia kerja hal yang dibutuhkan tidak hanya pemahaman dan penguasaan mengenai teori-teori perencanaan wilayah dan kota, tetapi juga kesiapan untuk memasuki lingkungan kerja karena kegiatan akademis di kampus secara umum berbeda dengan kegiatan kerja di lapangan. Perbedaan tersebut terdapat pula pada lingkungan dan beban tanggung jawab, serta dari perkuliahan mahasiswa sudah mendapatkan berbagai macam teori, konsep, proses, pendekatan dan metode perencanaan dalam lingkup perencanaan.

(9)

Hal ini memberikan suatu wawasan berfikir untuk mahasiswa tentang konsep perencanaan komprehensif.

Ilmu perencanaan wilayah dan kota berkaitan dengan berbagai macam displin ilmu yang menggunakan berbagai macam konsep perencanaan secara menyeluruh. Konsep tersebut perlu diasah lebih lanjut agar dapat memperdalam pemahaman dan merasakan langsung permasalahan yang ada di lapangan. Tidak semua konsep dapat dijalankan begitu saja, banyak hal sebelumnya yang tidak dipelajari di bangku perkuliahan dapat dilihat dan dipahami langsung dari pelaksanaan suatu pekerjaan.

Kegiatan Kerja Praktek (KP) sangat diperlukan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari dibangku perkuliahan dengan kenyataan di lapangan terutama di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota, selain itu agar mahasiswa dapat memahami lebih jauh konsep perencanaan, penanganan suatu pekerjaan, baik secara teori maupun dari pelaksanaannya. Kemudian mahasiswa dapat mencari solusi terhadap masalah pembangunan yang terjadi. Untuk itu Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Islam Riau dalam kurikulum pendidikannya memberikan bekal pada mahasiswa untuk melakukan observasi ke lapangan melalui mata kuliah Kerja Praktek (KP).

1.1.2 Latar Belakang Kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pada Pasal 29 ayat 2 telah mengamanatkan bahwa setiap kota dalam rencana tata ruang wilayahnya diwajibkan untuk mengalokasikan sedikitnya 30% dari ruang atau wilayahnya untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), dimana 20% diperuntukkan bagi Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik dan 10% diperuntukkan bagi Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat pada lahan-lahan yang dimiliki oleh swasta atau masyarakat. Pengembangan, penataan, dan pemenuhan ruang terbuka hijau bagi seluruh komponen lingkungan hidup perkotaan menjadi tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan baik pemerintah pusat, provinsi, atau daerah, swasta, dan masyarakat.3Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam hayati (ruang terbuka hijau) dilakukan hampir pada setiap Kabupaten/Kota di Indonesia.

Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

(10)

terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhan masyarakat akan sarana dan prasarana kota. Perkembangan kota menyebabnya terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu diperlukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang akan menambah keindahan kota serta meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada wilayah perkotaan akan meningkatkan produksi oksigen dan menyerap karbondioksida, menjadi habitat hewan liar seperti kupu-kupu dan burung serta menjaga air tanah dan mengurangi resiko terjadinya banjir. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) khususnya pada wilayah perkotaan sangat penting mengingat besarnya manfaat yang diperoleh dari keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersebut.

Menurut Fandeli (2004) Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika, serta berfungsi sebagai kawasan lindung.

Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menjadi salah satu harapan di kawasan perkotaan untuk mengurangi permasalahan lingkungan yang terjadi di kawasan perkotaan. Ruang terbuka hijau merupakan pertemuan antara sistem alam dan manusia dalam lingkungan perkotaan (urban). Kawasan perkotaan yang berkelanjutan ditandai oleh interaksi dan hubungan timbal balik yang seimbang antara manusia dan alam yang hidup berdampingan di dalamnya. Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota merupakan salah satu strategi perencanaan kota untuk membatasi pembangunan secara berlebihan serta mengatasi dampak ekologis dari berbagai aktivitas manusia terkait gangguan proses alam pada lingkungan perkotaan.

Dilihat dari wilayah perkotaan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) diharapkan dapat menjaga keseimbangan antar lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna terhadap kepentingan masyarakat maupun stakeholder setempat. Kawasan Perkotaan Kampa merupakan salah satu kawasan perkotaan di Kabupaten Kampar tepatnya di Kecamatan Kampa dengan sistem pusat perkotaan ditetapkan menjadi pusat pelayanan lingungan (PPL), selain itu fungsi kawasan sebagai kawasan industri, perkebunan dan permukiman.

Maka pentingnya penataan ruang kawasan perkotaan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan secara serasi, selaras, dan seimbang antara perkembangan lingkungan dengan tata kehidupan masyarakat. Berdasarkan konsep ini, Ruang

(11)

Terbuka Hijau (RTH) mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam rangka memberikan rasa nyaman dan keindahan bagi masyarakat. Hal ini disebabkan karena RTH mempunyai manfaat, yang meliputi manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung merupakan manfaat yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat, yang meliputi keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah). Manfaat tidak langsung merupakan manfaat jangka panjang. Manfaat jangka panjang meliputi pembersih udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah, dan pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menjaga dan mengembalikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ke dalam lingkungan perkotaan dengan berbentuk sistem yaitu adanya pertemuan antara sistem alam dan manusia dalam lingkungan perkotaan (urban) di Kawasan Perkotaan Kampa. Menimbang hal tersebut, pada tahun anggaran 2023 ini pemerintah Kabupaten Kampar akan menidaklanjutinya karena menyadari pentingnya ketersediaan dan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersebut, Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Kampar akan melaksanakan pekerjaan yaitu Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan Kampa.

Sebagai mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) dikenal juga dengan nama jurusan Teknik Planologi. Jurusan ini mempelajari perencanaan kota dan wilayah dengan mempertimbangkan berbagai aspek termasuk aspek sosial, ekonomi, dan politik. Dalam jurusan ini pastinya akan ada mengenal atau mengelola Ruang Terbuka Hijau (RTH). Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai infrastruktur hijau perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang pada Pasal 29 ayat 2 telah mengamanatkan bahwa setiap kota dalam rencana tata ruang wilayahnya diwajibkan untuk mengalokasikan sedikitnya 30% dari ruang atau wilayahnya untuk RTH, dimana 20% diperuntukkan bagi RTH publik dan 10% diperuntukkan bagi RTH privat pada lahan-lahan yang dimiliki oleh swasta atau masyarakat.

(12)

Dengan Pengalaman pada Kerja Praktek Kajian Ruang Terbuka Hijau ini, serta ilmu yang sudah didapat di perkuliahan, diharapkan mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, mampu menjadi perencana yang handal serta mengerti bagaimana bekerja didunia nyata pada waktu yang akan datang, sehingga ilmu yang mahasiswa perolehdapat berguna bagi kehidupan masyarakat.

1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran Kerja Praktek 1.2.1 Maksud Kerja Praktek

Mengacu kepada latar belakang di atas, Kerja Praktek (KP) dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar memperoleh pengalaman kerja pada suatu instansi dengan menerapkan ilmu yang telah diperolehnya selama kuliah, serta dapat membuka wawasan mahasiswa untuk dapat mengenali dan mengatasi segala permasalahan yang berkaitan dengan perencanaan dan pemanfaatan ruang yang lebih nyata. Selain itu mahasiswa diharapkan memperoleh pengalaman dan mengintegrasikan diri kedalam suatu organisasi kerja.

Setelah lulus dari Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, mahasiswa diharapkan menjadi perencana yang wawasan dan memiliki etika profesi yang baik. Maksud dan tujuan dari pelaksanaan pekerjaan ini untuk mengetahui ketersediaan dan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa.

1.2.2 Tujuan Kerja Praktek

Tujuan dari pelaksanaan Kerja Praktek bagi mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Islam Riau adalah:

1. Mengimplementasikan ilmu-ilmu perencanaan yang telah diperoleh mahasiswa selama kuliah ke dalam dunia kerja.

2. Melatih dan memperluas wawasan mahasiswa dalam pengembangan kreativitas dan pemecahan permasalahan pembangunan di bidang perencanan wilayah dan kota.

3. Melihat dan memahami administrasi suatu kantor/ perusahaan/ instansi yang meliputi struktur organisasi, tata kerja dan pola manajemen proyek.

(13)

4. Mempelajari dan memahami pengelolaan sebuah pekerjaan/proyek perencanaan dalam sebuah perusahaan atau instansi lainnya.

5. Melatih mahasiswa bekerja sama dengan bidang/orang lain di luar disiplin ilmu perencanaan wilayah dan kota.

1.2.3 Sasaran Kerja Praktek

Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kerja praktek ini yaitu dapat membantu pola pikir dalam pemahaman untuk melihat dan menelaah kenyataan serta permasalahan yang dijumpai dilapangan, selain itu untuk mengatasinya dengan disiplin ilmu serta teori-teori ilmu perencanaan yang diperoleh sewaktu perkuliahan. Karena pada kenyataannya penerapan teori-teori perencanaan sering tidak sesuai dengan prakteknya dan permasalahan ini sering dijumpai dalam suatu proses perencanaan. Untuk itulah maka pelaksanaan pekerjaan kerja praktek ini diharapkan dapat mampu membentuk pola pikir mahasiswa secara kreatif sehingga sasaran dapat terwujudkan.

Untuk mencapai maksud dan tujuan diatas, maka ditetapkan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut:

1. Diketahuinya tingka ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa;

2. Diketahuinya kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa;

dan

3. Diketahuinya pola sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa.

1.11 Persyaratan Akademis dan Prosedur Administrasi Kerja Praktek 1.3.1 Persyaratan Akademis

Pada saat mengambil mata kuliah kerja praktek, mahasiswa harus memenuhi persyaratan akademis yang ada. Persyaratan yang telah dipenuhi oleh mahasiswa disetujui oleh Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota. Adapun persyaratan adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Kerja Praktek (KP) adalah mahasiswa yang

(14)

2. Telah lulus mata kuliah pratikum seperti Pratikum Ilmu Ukur Tanah dan Pratikum Komputer;

3. Telah mengisi KRS (Kartu Rencana Studi) dan mendapat persetujuan dari Dosen Pembimbing Akademik (PA);

4. Mengajukan proposal Kerja Praktek dan melampirkan Photo Copy KRS dan KHS dari semester awal sampai saat ini;

1.3.2 Prosedur Administrasi Kerja Praktek

Setelah persyaratan akademis di atas terpenuhi, selanjutnya mahasiswa dapat mengajukan permohonan Kerja Praktek dengan mengikuti prosedur administrasi yang telah ditetapkan oleh Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau. Adapun prosedur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penetapan mahasiswa dalam melaksanakan kerja praktek dilakukan oleh koordinator KP yang telah disetujui oleh Program Studi Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota;

2. Mengisi mata kuliah kerja praktek pada kartu rencana studi (KRS) semester VII;

3. Mahasiswa mengisi surat keterangan yang berisi tentang permohonan untuk melakukan kerja praktek yang kemudian diserahkan kepada pihak program Studi yang kemudian akan diserahkan ke Tata Usaha Fakultas Teknik;

4. Instansi tempat mahasiswa melakukan kerja praktek mengeluarkan surat balasan yang ditujukan buat kordinator KP. Surat ini berisi tentang penerimaan mahasiswa kerja praktek dalam jangka waktu tiga bulan yang terhitung dari bulan Juni sampai dengan September

1.3.3 Lingkup Kerja Praktek

Lingkup Kerja Praktek meliputi tiga kegiatan utama, yaitu:

1. Melakukan Kerja Praktek (KP) di Instansi Kerja Praktek (IKP).

2. Menyusun Laporan Kerja Praktek (LKP) dan selama menyusun LKP mahasiswa wajib melakukan asistensi kepada Dosen pembimbing.

(15)

1.4 Jadwal Kegiatan Kerja Praktek

Waktu pelaksanaan kerja praktek ini adalah 3 (Tiga) bulan terhitung pada tanggal 23 Juni 2023 sampai 23 September 2023.

1.5 Sistematika Penyusunan Laporan Kerja Praktek

Dalam Penulisan laporan Kerja Praktek, mahasiswa membagi menjadi 5 (lima) bab, yang setiap babnya terdiri dari beberapa sub bab. Pada bagian ini, akan dijelaskan sistematika Laporan Kerja Praktek, yang merupakan gambaran umum tentang pokok- pokok bahasan yang akan disajikan dalam laporan. Adapun sistematika laporan kerja praktek selengkapnya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan secara umum tentang mata Kuliah Kerja Praktek yang di dalamnya terdiri dari Latar Belakang Kerja Praktek, Maksud, Tujuan dan Sasaran, Persyaratan Akademis, Prosedur Pelaksanaan, Pemilihan Instansi, Kedudukan Mahasiswa dalam Pekerjaan, Jadwal Kegiatan Kerja Praktek pada Instansi yang bersangkutan.

BAB II STRUKTUR ORGANISASI DAN RENCANA KERJA

Pada bab ini diuraikan secara umum tentang pengenalan instansi tempat kerja praktek, yang digambarkan melalui Struktur Organisasi Instansi dan Organisasi Pekerjaan.

BAB III RINGKASAN HASIL PEKERJAAN

Pada bab ini, diuraikan secara ringkas mengenai gambaran umum tentang cara kerja Mahasiswa dalam melakukan pekerjaan kegiatan “Kajian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar Tahun 2023”. Tahapan pelaksanaan kegiatan kerja praktek, serta berbagai persoalan yang dihadapi dalam pelaksanaan pekerjaan.

BAB IV EVALUASI PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

(16)

Pada bab ini berisikan tentang evaluasi Mahasiswa terhadap materi Kerja Praktek serta evaluasi terhadap proses pelaksanaan pekerjaan, penugasan anggota tim, deskripsi dan pembagian anggota tim.

BAB V PENUTUP

Pada bagian ini, diuraikan mengenai kesan-kesan Mahasiswa selama melakukan kerja praktek, yaitu diantaranya kesan terhadap pelaksanaan pekerjaan dan materi kerja.

(17)

BAB II

STRUKTUR ORGANISASI DAN RENCANA KERJA 2.1 Sejarah Singkat Fakultas Teknik Universitas Riau

Fakultas Teknik Universitas Riau (FT-UR) didirikan pada tanggal 29 Desember 2000 berdasarkan SK Menteri Pendidikan Nasioanal RI No. 236/Q tahun 2000. Cikal bakal FT-UR dimulai dengan didirikannya Fakultas Non Gelar Teknologi (FNGT) pada tahun 1981 dengan 4 Program Studi, yaitu Teknik Sipil, Teknik Kimia, Penyuluhan Pertanian dan Sosial Ekonomi Pertanian. Tahun 1990 FNGT ditutup dan program studi yang ada di FNGT dikembalikan ke fakultas pembinanya. Jurusan Pertanian membentuk Fakultas sendiri sedangkan Program Studi Teknik Sipil dan Teknik Kimia membentuk Program Diploma di bawah Rektor.

Pada tahun 1994 Rektor Universitas Riau mengeluarkan kebijaksanaan untuk menerima mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Sipil dan Teknik Kimia sebagai cikal bakal Fakultas Teknik dengan SK Rektor No. 429/PT.22/H.Q/1994. Berdasarkan Surat Direktur Pembinaan Akademis Dirjen Dikti No. 657/D2/96 tanggal 18 Maret 1996 mengizinkan untuk membuka Program Studi Diploma Teknik Mesin dan Teknik Elektro dengan penerimaan mahasiswa baru pada Tahun Ajaran 1998/1999.

Fakultas Teknik Universitas Riau saat ini mempunyai 5 Jurusan (Jurusan Teknik Sipil, Teknik Kimia, Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Teknik Arsitektur) 7 Program Studi Sarjana yaitu:

1. Teknik Sipil S1, 2. Teknik Kimia S1, 3. Teknik Mesin S1, 4. Teknik Elektro S1, 5. Teknik Lingkungan S1, 6. Teknik Informatika S1 dan 7. Teknik Arsitektur S1, 1. Program Studi Diploma yaitu:

(18)

1. Teknik Sipil D3, 2. Teknik Kimia D3, 3. Teknik Mesin D3, 4. Teknik Elektro D3 dan 2. Program Studi Magister yaitu:

1. Magister Teknik Sipil 2. Magister Teknik Kimia

2.2 Visi dan Misi Fakultas Teknik 2.1.1 Visi Fakultas Teknik

Adapun Visi dari Fakultas Teknik sebagai berikut:

“Menjadi fakultas terkemuka pada tingkat nasional dan internasional dalam Ilmu Teknik berbasis pengembangan sumber daya perairan yang berwawasan lingkungan pada tahun

2035.”

2.1.2 Misi Fakultas Teknik

Dalam Mendukung terwujudnya Visi tersebut, Fakultas Teknik ini membuat 5 misi yang memuat langkah-langkah demi tercapainya visi yang telah di paparkan, adapun misi dari Fakultas Teknik adalah sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan pendidikan diploma, sarjana, dan pascasarjana dalam bidang ilmu teknik berbasis penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan lulusan unggul, professional dan kompetitif berlandaskan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam bidang teknik berbasis pengembangan sumberdaya kawasan perairan yang berwawasan lingkungan, serta pelayanan masyarakat yang inovatif, bermutu dan tanggap terhadap perkembangan global dan tantangan lokal.

3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam menerapkan teknologi berbasis penelitian yang berlandaskan pada budaya daerah dan nasional.

(19)

4. Menghasilkan publikasi ilmiah, teknologi dan paten dalam bidang ilmu teknik

5. Mengembangkan kerjasama yang luas dengan lembaga pendidikan tinggi dan lembaga lain di dalam dan di luar negeri.

2.3 Sejarah LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat) Universitas Islam Riau

Penelitian merupakan salah satu faktor penentu pengembangan Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni [IPTEKS]. Karena itu kemajuan peradapan suatu bangsa tidak terlepas dari peran penelitian. Tak bisa dipungkuri bahwa negara- negara maju di dunia dewasa ini merupakan negara-negara yang unggul di dalam penelitian, baik penelitian dasar maupun penelitian rekayasa. Jepang dan Skandinavia misalnya adalah dua negara maju yang memiliki sumber daya alam relatif sedikit/miskin, tetapi merupakan negara berkehidupan paling makmur dengan pendapatan perkapita tinggi di dunia. Kemakmuran ini tecapai karena kemajuan IPTEKS yangmereka kembangkan berdasarkan hasil penelitian. Sebaliknya, Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alam, namun karena rendahnya pengembangan IPTEKS berdasarkan penelitian menyebabkan Indonesia masuk dalam kelompoknegara miskin di dunia.

Menyadari makna penting penelitian bagi kemajuan dan kemakmuran suatu negara, maka pemerintah maupun swasta harus mengambil peran dalam aktifitas ini. Salah satu lembaga yang mempunyai tugas untuk melaksanakan penelitian adalah perguruan tinggi. Bagi perguruan tinggi, penelitian merupakan wujud pelaksanaan tri dharma yang harus dilakukan oleh segenap tenaga pendidik baik secara mandiri maupun berkelompok. Universitas Islam Riau sebagai perguruan tinggi juga bertugas mengembangkan IPTEKS berdasarkan penelitian. Pelaksanaan penelitian di UIR dikoordinir dan dilaksanakan serta dinaungi oleh lembaga penelitian.

Lembaga Penelitian Universitas Islam Riau (Lemlit UIR) merupakan unsur pelaksana akademik di tingkat Universitas dalam bidang penelitian yang bertugas mengkoordinasikan, memantau, membina, mengembangkan dan mengelola kegiatan bidang penelitian. Kegiatan penelitian para tenaga pendidik baik yang dilakukan secara mandiri maupun kerjasama dengan pihak luar UIR di koordinasikan melalui lemlit UIR.

(20)

Untuk mendapatkan deskripsi lemlit UIR, maka disusun profil lembaga dengan maksud untuk memberikan informasi keberadaan Lemlit UIR secara ringkas dan padat sehingga stakeholder dapat mengetahui dan mempergunakan untuk tujuan penelitian dan kerjasama.

(21)

2.4 Rencana Kerja

Pelaksanaan suatu pekerjaan pada dasarnya ditentukan oleh komponen- komponen dari sistem kerja yang baik, dimana didalamnya disusun organisasi dan personalia (tenaga ahli) pelaksana sesuai dengan bidang-bidang yang ditangani. Rencana kerja merupakan rincian kegiatan operasional yang dijabarkan dari pendekatan dan metoda pelaksanaan pekerjaan yang disusun menjadi rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk memenuhi sasaran yang telah ditetapkan. Rencana kerja ini disusun dengan memperhatikan beberapa aspek pelaksanaan kerja seperti : kesinambungan kerja, alokasi tenaga ahli yang akan terlibat, dan juga koordinasi antar tenaga ahli. Rencana kerja yang akan dijabarkan kedalam rencana kegiatan ini akan terlihat adanya tahapan dari setiap kegiatan yang mengarah pada akhir sasaran kegiatan, yang selanjutnya dapat disusun jadwal pelaksanaannya.

Dalam pelaksanaan kegiatan Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Kampa di Kabupaten Kampar ini harus di sertai pengorganisasian agar memiliki arahan yang jelas dari awal kegiatan hingga akhir kegiatan. Pengorganisasiaan yang akan di lakukan terdiri dari penjabaran secara mendetail tentang komponen kegiatan dengan sistematika yang jelas sehingga dapat menggambarkan rincian keseluruhan kegiatan dengan baik. Selain hal tersebut, pengorganisasian juga terdiri dari pengalokasian personil, pengaturan jadwal kegiatan dan keterlibatan personil tenaga ahli.

2.5 Struktur Organisasi

Adapun keterkaitan pelaksanaan pengerjaan penyusunan Kajian Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar dapat dilihat keterkaitannya sebagai berikut:

(22)

Gambar 2.1 Struktur Organisasi

Sumber: Dokumen Terbuka (RTH) Kajian Hijau Ruang Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar

(23)

BAB III

RINGKASAN HASIL PEKERJAAN 3.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Kampar

Berdasarkan Rencana tata Ruang Provinsi Riau Kabupaten Kampar termasuk kedalam Kawasan Strategis Provinsi PEKANSIKAWAN (Pekanbaru – Siak - Kampar – Pelalawan) yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi yang meliputi kawasan Industri Kampar yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

a) Kawasan Candi Muara Takus dan Sekitarnya yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan Sosial Budaya;

b) Kawasan Strategis Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang yang merupakan kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan. dan

c) Kawasan Koridor Riau – Jambi – Sumatera Barat (RIMBA) yang merupakan kawasan strategis dari sudut fungsi dan daya dukung lingkunga.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kampar Tahun 2019 – 2039 Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten adalah mewujudkan Kabupaten sebagai kawasan ekonomi berbasis sumber daya lokal yang didukung kegiatan industri dan pertanian yang maju berkelanjutan, untuk mewujudkan masyarakat yang religius, beradat, berbudaya dan sejahtera.

Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang maka disusun kebijakan dan strategi penataan ruang. Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Kampar Meliputi

a) Penguatan fungsi kawasan konservasi pada daerah hulu sesuai dengan kekhasan fungsi dan peran ekosistem yang diemban masing-masing kawasan;

b) Peningkatan produktivitas lahan sesuai komoditas unggulan sektor pertanian, kehutanan dan pertambangan yang ramah lingkungan dengan pendekatan pengelolaan yang bersifat hulu-hilir berbasis masyarakat adat;

c) Pengembangan kawasan-kawasan fungsional sebagai penyangga kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan Ibu Kota Provinsi;

(24)

d) Menumbuhkembangkan wilayah secara berimbang dan berkelanjutan melalui penguatan fungsi-fungsi pusat pertumbuhan dan pelayanan; dan

e) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara.

3.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Kampar adalah salah satu dari 12 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Riau. Kabupaten Kampar memiliki luas lebih kurang 1.128.928 Ha, yang terletak antara 01°00’40” lintang utara sampai 00°27’00” lintang selatan dan 100°28’30” – 101°14’30”

bujur timur. Adapun batas- batas wilayah Kabupaten Kampar sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kuantan Singingi.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Provinsi Sumatera Barat.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak.

Berdasarkan letak geografisnya, posisi Kabupaten Kampar mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan iklim perekonomian, budaya adat istiadat suatu daerah. Secara geografis, posisi Kabupaten Kampar sangat strategis karena bertetangga dengan Provinsi Sumatera Barat dan dilalui jalur lintas Riau-Sumatera Barat. Kekayaan kultur di Kabupaten Kampar tidak lepas dari pengaruh kebudayaan daerah tetangga yang terletak di sekitarnya. Pengaruh budaya ini lambat laun memasuki proses asimilasi dan sebagai hasilnya Kampar juga kaya akan budaya yang beragam dan khas. Wilayah Kabupaten Kampar memiliki banyak sungai, baik sungai besar maupun sungai-sungai kecil, danau dan besar Sungai rawa-rawa diantaranya Sungai Kampar yang panjangnya ± 413,5 km denga n kedalaman rata-rata 7,7 m dan lebar rata-rata 143 meter. Sungai Kampar mengalir dari hulu di punggung Bukit Barisan kearah Timur membelah wilayah Kabupaten Kampar. Sungai Kampar Kanan melalui beberapa kecamatan diantaranya kecamatan Koto Kampar Hulu, XIII Koto Kampar, Kuok, Salo, Bangkinang, Kampar, Kampar Timur, Kampar Utara, Rumbio Jaya , Tambang, Siak Hulu.

Tabel 3. 1 Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Kampar Tahun 2022 N

o Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

1 Kampar Kiri Lipat Kain 915,33

2 Kampar Kiri Hulu Gema 1 301,25

(25)

N

o Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

3 Kampar Kiri Hilir Sungai Pagar 759,74

4 Gunung Sahilan Gunung Sahilan 597,97

5 Kampar Kiri Tengah Simalinyang 330,59

6 XIII Koto Kampar Batu Bersurat 732,40

7 Koto Kampar Hulu Tanjung 674,00

8 Kuok Kuok 151,41

9 Salo Salo 207,83

10 Tapung Petapahan 1 365,97

11 Tapung Hulu Sinama Nenek 1 169,15

12 Tapung Hilir Kota Garo 1 013,56

13 Bangkinang Kota Bangkinang 177,18

14 Bangkinang Muara Uwai 253,50

15 Kampar Air Tiris 136,28

16 Kampa Kampar 173,08

17 Rumbio Jaya Teratak 76,92

18 Kampar Utara Sawah 79,84

19 Tambang Sungai Pinang 371,94

20 Siak Hulu Pangkalan Baru 689,80

21 Perhentian Raja Pantai Raja 111,54

Kabupaten Kampar Bangkinang 11 289,28

Sumber: Kabupaten Kampar Dalam Angka Tahun 2022

3.1.2 Kondisi Fisik Wilayah 3.1.2.1 Topografi

Secara topografis, Kabupaten Kampar merupakan daerah bergelombang dengan dataran rendah, rawa-rawa, dataran tinggi atau perbukitan dan sedikit bergunung dengan ketinggian rata-rata sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi Kabupaten Kampar untuk menjadi daerah pertanian. Disamping itu, kondisi jenis tanah yang ada di Kabupaten Kampar terdiri dari 5 (lima) jenis, yaitu tanah jenis organosol dan glei humus dengan bahan aluvial, jenis tanah podsolik merah kuning dengan bahan induk batuan endapan dan beku, dan jenis tanah podsolik merah kuning latosol, litosol dengan bahan induk batuan beku.

Tekstur tanah yang ada di Kabupaten Kampar pada umumnya liat berpasir dan lempung pasir. Kabupaten Kampar dengan luas lahan sebesar 1.052.458 hektar, penggunaan tanahnya dapat dibedakan menjadi tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tegal kebun, ladang huma, padang rumput, tambak, kolam, lahan sementara tidak diusahakan, hutan, perkebunan, sawah dan lainnya. Dari berbagai jenis tanah yang tersebar, seluas 11.542 hektar (1,10 %) digunakan untuk lahan sawah, dan 1.040.916

(26)

hektar (98,90 %) merupakan lahan kering. Pada umumnya sebagian besar lahan kering dimanfaatkan untuk usaha perkebunan seluas 311.775 hektar (29,95 %).

3.1.2.2 Klimatologi

Kondisi iklim di Kabupaten Kampar menurut data dari BMKG Kabupaten Kampar dalam Angka Tahun Kabupaten Kampar tahun 2020 dikatakan bahwa jumlah hari hujan tertinggi terjadi di bulan November dan Desember, demikian juga dengan kondisi tinggi curah hujan, juga banyak terjadi di bulan November dan Desember. Rata- rata curah hujan tertinggi yaitu berkisar 411 mm/ tahun di bulan November. Daerah Kecamatan Koto Kampar Hulu, Salo, Tapung Hulu, Kampar Timur, termasuk kecamatan-kecamatan yang memiliki curah hujan terbanyak. Kecamatan dengan rata-rata curah hujan tertinggi adalah Koto Kampar Hulu dengan rata-rata 333.1 mm/tahun. Secara umum Kabupaten Kampar beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata 270C – 330C, kelembaban nisbi rata- rata 78 – 94 persen dan curah hujan rata-rata 283 mm per tahun.

Selama tahun 2014 jumlah curah hujan tertinggi di Kabupaten Kampar terjadi di bulan November yaitu 969 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 26 hari. Sedangkan jumlah hari hujan dalam tahun 2015, yang terbanyak terjadi di Kecamatan Koto Kampar Hulu dengan jumlah hujan tertinggi bulan November dan Desember dengan masing-masing 21 hari hujan.

3.1.2.3 Geologi

Kondisi geologi yang terdapat di Kabupaten Kampar terdiri dari batuan sedimen dan endapan permukaan yang terbentuk mulai Pliosen hingga Resen. Secara umum, struktur yang berkembang di daerah penyelidikan mengikuti pola struktur regional Pulau Sumatera yang berarah baratlaut-tenggara. Secara geologi regional, Kabupaten Kampar termasuk dalam bagian Cekungan Sumatera Tengah dan merupakan cekungan belakang busur.Pada Kala Miosen, Termasuk kedalam peta geologi lembar Pekanbaru, yang terdapat dua formasi yaitu Kuantan dan kelompok Sihapas, terdapat kelompok Batuan dasar Formasi Kuantan yang berumur Perm - Karbon dengan litologi yang terdiri dari Filit, Sabak, Tuff dan Batugamping.

3.1.2.4 Jenis Tanah

(27)

Jenis Tanah Yang Berada pada wilayah di Kabupaten Kampar diklasifikasikan ke dalam sepuluh macam tanah (sub group) yakni: Aluvial Distrik, Gleisol Histik, Organosol Saprik, Kambisol Arenik, Kambisol Gleik, Podsolik Humik, Podsolik Kandik, dan Podsolik Kromik. Berdasarkan jenis tanah tersebut kabupaten Kampar merupakan jenis tanah yang terbentuk karena endapan, Daerah endapan terjadi di sungai, danau yang berada di dataran rendah, ataupun cekungan yang memungkin kan terjadinya endapan.

Jenis Tanah tersebut memiliki manfaat di bidang pertanian salah satunya untuk mempermudah proses irigasi pada lahan pertanian. Tanah ini terbentuk akibat endapan dari berbagai bahan seperti aluvial dan koluvial yang juga berasal dari berbagai macam asal. Jenis tanah di Kabupaten Kampar juga tergolong sebagai tanah muda, yang terbentuk dari endapan halus di aliran sungai dan dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian karena kandungan unsur hara yang relatif tinggi, dan memiliki struktur tanah yang pejal dan tergolong liat atau liat berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50%..

3.1.2.5 Hidrologi

Terdapat tiga sungai besar yang melewati Kabupaten Kampar, yaitu Sungai Kampar Kanan, Sungai Kampar Kiri dan Sungai Tapung. Sungai-sungai besar ini mengalir sepanjang musim dan berfungsi baik sebagai prasarana perhubungan, sumber air untuk budidaya pertanian dan perikanan, serta sumber energi listrik (Danau PLTA Koto Panjang). Selain air sungai dan danau, sumber air diperoleh dari air tanah. Muka air tanah umumnya tergolong dangkal (< 2 meter). Air tanah dijumpai lebih dalam di daerah topografi berombak–bergelombang sampai berbukit terutama di wilayah bagian barat–

selatan. Kabupaten Kampar di samping memiliki sungai besar, juga sungai kecil, alur, danau dan rawa-rawa. Perairan umum dimanfaatkan untuk perikanan darat dan tempat penangkapan (fishing ground) berbagai jenis ikan perairan, sedangkan sungai-sungai besar (Sungai Kampar, Sungai Siak dan Sungai Tapung) dimanfaatkan untuk jalur perhubungan antar desa. Kampar memiliki dua sungai besar dan beberapa anak sungai, diantaranya:

1. Sungai Kampar, mengalir dari punggung Bukit Barisan ke arah timur membelah wilayah Kabupaten Kampar dengan melalui beberapa kecamatan diantaranya

(28)

Kecamatan XIII Koto Kampar, Kecmaatan Bangkinang, Kecamatan Kampar, Kecamatan Kampar Timur, Kecamatan Siak Hulu dan Kecamatan Tambang, yang dilalui oleh Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri. Sungai Kampar dengan panjang ± 413,5 kilometer dengan kedalaman rata-rata 7,7 meter dan lebar rata-rata 143 meter.

2. Sungai Tapung yaitu Sungai Tapung Kanan dan Sungai Tapung Kiri, kedua hilir sungai ini menyatu ke Sungai Siak. Sungai Siak bagian hulu mempunyai panjang ± 90 kilometer dengan kedalaman rata-rata 8 – 12 meter.

(29)
(30)

Sumber Hasil Analisis, 2023

(31)

3.2 Gambaran Umum Kecamatan Kampa

Kecamatan Kampar Timur merupakan salah satu diantara 21 Kecamatan yang ada dalam Kabupaten Kampar, yaitu merupakan pemekaran dari Kecamatan Kampar Air Tiris sejak Tahun 2005, berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kecamatan Bangkinang Seberang, kecamatan Salo, Kecamatan Kampar Utara, Kecamatan Rumbio Jaya, Kecamatan Kampar Kiri Tengah. Kecamatan Gunung Sahilan, Kecamatan Perhentian Raja, Kecamatan Koto Kampar Hulu dan Kecamatan Kampar Timur.

Kemudian dengan adanya aspirasi Masyarakat diadakan perubahan nama Kecamatan Kampar Timur menjadi Kecamatan Kampa berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 12 Tahun 2016.

3.2.1 Wilayah Administrasi Kecamatan Kampa

Luas wilayah Kecamatan Kampa lebih kurang 51.391.5 KM berada pada ketinggian 30-40 M diatas permukaan Laut dengan batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Tapung / Rumbio Jaya Sebelah Selatan : Kecamatan Kampar Kiri Tengah Sebelah Timur : Kecamatan Tambang

Sebelah Barat : Kecamatan Kampar.

Jumlah Desa dalam wilayah Kecamatan Kampa dan termasuk dalam deliniasi kegiatan ini adalah sebanyak Sembilan (9) Desa yaitu :

1. Desa Pulau Rambai 2. Desa Sawah Baru 3. Desa Kampar 4. Desa Sungai Tarap 5. Desa Tanjung Bungo 6. Desa Koto Perambahan 7. Desa Pulau Birandang

(32)

8. Desa Sungai Putih 9. Desa Deli Makmur

Tabel 3.2 Luas Desa di Kecamatan Kampa Tahun 2023

No Desa Luas (Km2)

1 Pulau Rambai 33,2

2 Kampar 18,61

3 Koto Perambahan 20,64

4 Pulau Birandang 40

5 Sungai Putih 10,22

6 Deli Makmur 16,58

7 Sungai Tarap 2,95

8 Tanjung Bungo 4,39

9 Sawah Baru 4,32

Grand Total 150,91

Sumber: Kecamatan Kampa dalam Angka 2022

3.3 Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan berada di wilayah administrasi Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar, sebagaimana tertuang pada Peraturan Daerah Kabupaten Kampar Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kampar Tahun 2019-2039.

(33)

Gambar 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar Sumber: RTRW Kabupaten Kampa 2019-2039

(34)

3.4 Ruang Lingkup Kegiatan 1. Lingkup Kegiatan Umum

a. Melakukan koordinasi secara intensif dalam melaksanakan pekerjaan Penyusunan Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Kampa di Kabupaten Kampar kepada instansi terkait di Kabupaten Kampar, agar hasil dari pekerjaan dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Kampar.

b. Mempertimbangkan hasil studi, rencana dan kegiatan-kegiatan yang terkait, yang telah ataupun sedang dilaksanakan sebagai referensi dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

2. Lingkup Kegiatan Khusus

Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Kampa di Kabupaten Kampar antara lain:

a. Mengidentifikasi ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa;

b. Mengidentifikasi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa; dan

c. Menggambarkan/memetakan pola sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa.Standar Teknis dan Landasan Hukum

3.5 Standar Teknis

Standar teknis yang akan digunakan dalam kegiatan pekerjaan Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Kampa di Kabupaten Kampar adalah:

a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;

c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

(35)

d. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2019 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

f. Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2022 Tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH); dan

g. Standar teknis lainnya tentang pemanfaatan ruang dan Ruang Terbuka Hijau (RTH).

3.6 Landasan Hukum

Landasan hukum yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pekerjaan Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Kampa di Kabupaten Kampa antara lain :

a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;

c. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan;

e. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang;

dan

f. Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2022 tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH).

3.7 Jadwal Kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Tabel 3.3 Jadwal kegiatan Kajian Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kecamatan Kampa

(36)

NO KEGIATAN

BULAN PENUGASAN BULAN KE-1 BULAN KE-2

1 2 3 4 1 2 3 4

A KEGIATAN PERSIAPAN

1 Koordinasi dengan pihak pemberi pekerjaan 2 Menelaah materi dan lingkup pekerjaan 3 Menyusun kerangka kerja dan langkah 4 Melakukan kajian/telaah teori

5 Penyusunan laporan pendahuluan B KEGIATAN SURVEI

1 Survei instasional 2 Survei lapangan

C KEGIATAN PENGOLAHAN DATA 1 Kegiatan pengolahan dan tabulasi data 2 Kegiatan analisis data

D KEGIATAN PENYUSUNAN ALBUM PETA

E KEGIATAN PEMBAHASAN 1 Ekspose laporan pendahuluan 2 Ekspose laporan akhir

F KEGIATAN PELAPORAN 1 Laporan pendahuluan

2 Laporan antara 3 Laporan akhir

4 Album peta dan hard disk

Sumber: Kerangka Acuan Kerja (KAK), 2023

3.8 Pendekatan dan Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam Kajian Ketersediaan dan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan Perkotaan Kampa di Kabupaten Kampa adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan filsafat positivisme, di gunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/

statistik, dengan tujuan menguji hipotesis atau pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2020).

Data yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, dan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian dan proses analisis yang akan dilakukan. Pengumpulan data primer bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai kondisi ruang terbuka hijau di lapangan.

Pengumpulan data primer dilakukan secara langsung melalui observasi lapangan di setiap titik

(37)

ruang terbuka hijau yang didapat melalui interpretasi citra Pleiades kawasan perkotaan Kampa dan identifikasi mengenai fungsi dan kriteria vegetasi.

3.9 Kebutuhan Data

Dalam memperoleh gambaran menyeluruh tentang wilayah kajian dan menjawab tujuan dan sasaran dari kajian ini maka dibutuhkan dukungan data sebagai input untuk proses analisis dan penelitian. Pada umumnya kualitas analisis yang dihasilkan tergantung dengan kualitas data sebagai input dan proses pengolahan data untuk mendukung keputusan yang di buat. Penelitian kali ini terdapat dua jenis data yang dibutuhkan, yaitu:

1. Data Primer, Merupakan data yang di peroleh secara langsung dari sumbernya, data ini adalah data-data mengenai kondisi pemanfaatan ruang dengan skala objek unit

bangunan dimana data ini nantinya didapatkan dari hasil survei dan observasi lapangan.

2. Data Sekunder, merupakan data yang didapatkan melalui berbagai sumber sehingga tidak langsung di peroleh melalui subjek kajian/penelitian. Biasanya data sekunder didapatkan melalui sumber- sumber dokumentasi yang telah dipublikasikan. Data ini digunakan guna membantu dalam melakukan identifikasi kondisi keadaan fisik wilayah dan gambaran penggunaan lahan eksisting yang ada di wilayah kajian dan data yang dapat pendukung informasi lainnya yang berkaitan dengan substansi laporan.

Data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam kajian/penelitian ini data dilihat pada tabel.

Tabel 3.4 Kebutuhan Data Primer dan Sekunder

No Data Jenis Data Sumber

1 Citra Satelit Sekunder BRIN, Dinas PUTR Kabupaten Kampar

2 Peta Guna Lahan RTRW Kampar Sekunder Dinas PUTR Kabupaten Kampar

3 Peta Dasar RTRW Kampar Sekunder Dinas PUTR Kabupaten Kampar

4 Peta Jaringan Jalan se Kabupaten Kampar

Sekunder Dinas PUTR Kabupaten Kampar

5 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten

Sekunder Dinas PUTR Kabupaten Kampar

(38)

No Data Jenis Data Sumber 6 Peta Rencana pola Ruang Kabupaten

Kampar

Sekunder Dinas PUTR Kabupaten Kampar

7 Peta Sebaran Ruang Terbuka Hijau (Lokasi, Luas, dsb)

Sekunder Dinas PUTR Kabupaten Kampar

8 Peta Penguasaan Tanah (Kepemilikan asset tanah)

sekunder BPN/Kantor Pertanahan

9 Dokumen Teknis Rencana Tata Ruang Kabupaten Kampar

Sekunder Dinas PUTR Kabupaten Kampar

10 Kecamatan Kampa Dalam Angka (data sosial, ekonomi dan budaya)

Sekunder BPS

11 Kabupaten Kampar Dalam Angka (data sosial, ekonomi dan budaya)

Sekunder BPS

12 Data lain yang relevan Primer dan

sekunder

-

Sumber: Hasil Analisis 2023

3.10 Metode Pengambilan Data 3.11.1 Teknik Pengumpulan Data

A. Teknik Pengambilan Data Primer

Pengambilan data primer dilakukan peneliti dengan melakukan survei ke lapangan secara langsung maupun melalui narasumber yang terkait dengan penelitian. Teknik pengambilan data primer yang akan di lakukan oleh peneliti dalam penelitian kali ini adalah:

1. Observasi

Teknik Observasi atau biasanya lebih dikenal dengan pengamatan merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat langsung di lapangan dan mengidentifikasi fenomena- fenomena apa yang ditemui pada objek penelitian di lapangan. Menurut Sugiyono (2020). Dalam penelitian kali ini observasi dilakukan melalui identifikasi untuk mengetahui ketersediaan RTH sesuai dengan tipologi RTH, yaitu Kawasan/Zona RTH (A), Kawasan/Zona Lainnya (B), dan Objek Ruang Berfungsi RTH (C). Data yang dihasilkan terdiri dari data; (1) kuantitas dan kualitas RTH existing; (2) keterjangkauan yang menunjukkan rata- rata jarak antara RTH, keterlayanan yang menunjukkan pemenuhan ketersediaan RTH.

B. Teknik Pengambilan Data Sekunder

(39)

Pengambilan data Sekunder Pada penelitian kali ini di dapatkan oleh peneliti melalui kajian literatur, survei instansi, dan hasil unduhan dari website lembaga tertentu. Teknik pengambilan data sekunder yang di lakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Kajian Literatur

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data serta informasi melalui cara membaca dan mempelajari literatur serta penelitian yang sudah ada serta memiliki tema yang relevan dengan penelitian.

2. Survei Instansi

Survei Instansi dilakukan guna mendapatkan data yang beruhubungan dengan ketersediaan dan kebutuhan RTH dan pola sebaran RTH dan data lainnya yang relevan dalam proses penyususunan dokumen.

3.11.2 Mekanisme Pengumpulan Data A. Persiapan Survei

Persiapan Survei akan dilakukan guna mempersiapkan dan merencanakan survei dengan matang.

Persiapan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

- Menyiapkan berkas perizinan untuk melakukan survey - Tabel Kebutuhan data untuk Survei

- Penentuan pembagian jumlah tenaga kerja dan surveyor - Melakukan Pembuatan Desain Formulir Observasi - Pengkoordinasan Jadwal Survei

- Menyiapkan lamanya estimasi survey

- Melakukan pengecekan ketersediaan peralatan dan perlengkapan yang ada dilapangan.

- Mempersiapkan Anggaran Survei

B. Survei Lapangan

Survei lapangan yang akan dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai ketersediaan dan kebutuhan ruang terbuka hijau perkotaan Kampa. Untuk mendapatkan titik letak posisi bangunan dilakukan dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System) dan alat lainnya yang dinilai

(40)

fungsional untuk mendapatkan data posisi yang secara akurat. Selain itu dalam rangka mendapatkan data- data lain yang dibutuhkan dalam mendukung kebutuhan laporan maka surveyor dapat meminta informasi dan data-data yang dimiliki instansi terkait.

3.11.3 Teknik Analisis

Langkah Langkah Pengolahan data (Hasan, 2006) yang akan digunakan pada kegiatan ini adalah:

1. Editing, merupakan kegiatan pengecekan dan pengkoresksian data yang telah terkumpul dengan mengacu kepada daftar kebutuhan data sebelumnya. Selain itu editing juga di gunakan untuk melakukan penghilangan data yang salah selama dilakukan pengecekan di lapangan.

Selain itu editing bisa di lakukan Bersama dengan verifikasi. Selain itu table akan di buat untuk memudahkan dalam kegiatan verifikasi dan editing.

2. Pengklasifikasian, Kegiatan ini akan di lakukan dengan melakukan membagi data dari hasil survei kedalam kelompok data berdasarakan gejala atau katergori yang sudah ditetapkan sebelumnya.

3. Validasi, merupakan penilaian terhadap data yang telah terkumpul guna melihat akurasi, dengan permasalahan yang sedang di teliti, serta tingkat kepercayaan dan tingkat representasi terhadap permasalahan.

4. Tabulasi, merupakan proses akhir dalam penyusunan suatu data. Dalam proses ini dilakukan dengan tujuan supaya data yang tersedia dapat dibaca, diintepretasikan dan dipergunakan sesuai dengan kebutuhan.

Pendekatan analisis yang dilakukan dalam penyelesaian studi ini yang di dasarkan pada sasaran yang telah di tetapkan untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu:

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber tetapi tidak dilakukan dengan tujuan untuk membuat generalisasi. Data ketersediaan potensi lahan untuk RTH Publik dan RTH Privat berupa data informasi yang dapat menggambarkan secara spasial lokasi- lokasi mana saja yang dapat dikembangkan sebagai RTH dalam pemenuhan target minimal 30% dari wilayah kota atau kawasan perkotaannya. Lahan potensial memberikan informasi spasial yang dapat didasarkan pada peta tutupan lahan yang merupakan bagian dari peta dasarnya/peta rupa bumi, peta gambaran fisik (lereng, morfologi, penutupan dan pemanfaatan lahan, dan lainnya), serta peta kemampuan lahan (land capacity and capability).

(41)

Data lainnya yang terkait memberikan data tambahan yang diperlukan dalam analisis penyediaan RTH seperti data kepemilikan tanah, data proyeksi kependudukan, data kebencanaan, dan lainnya, sebagai dasar untuk mengetahui lokasi, jenis/tipologi guna lahan, kondisi, dan sebaran lahan yang dapat dikembangkan menjadi RTH Publik dan RTH Privat. Database RTH Potensial perlu diolah melalui analisis potensi RTH, dengan mengidentifikasi ruang, lahan, kawasan peruntukan, atau zona yang sesuai dengan kriteria RTH. Analisis potensi RTH bertujuan untuk memperkirakan pemenuhan RTH publik dan RTH privat sesuai dengan kebutuhan rencana tata ruang dan evaluasi perencanaan wilayah kota dan kawasan perkotaan. Analisis potensi RTH dilakukan dengan mengelompokkan potensi ruang berdasarkan kepemilikan, pengelolaan, maupun status lahan sesuai tipologi RTH, yang terdiri dari kawasan/zona RTH (rimba kota, taman kota, taman kecamatan, taman kelurahan, taman RW, taman RT, pemakaman, dan jalur hijau), RTH berupa kawasan/zona lainnya (kawasan/zona yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan/zona perlindungan setempat, kawasan/zona konservasi, kawasan/zona hutan adat, kawasan/zona lindung geologi, kawasan/zona cagar budaya, kawasan/zona ekosistem mangrove, kawasan/zona hutan produksi, kawasan/zona perkebunan rakyat, dan kawasan/zona pertanian), dan objek ruang berfungsi RTH (RTH pada bangunan, RTH pada kaveling, dan RTB).

2. Analisisi Kuantitatif

Menurut Sugiyono (2017) penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantutatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Analisis yang dapat digunakan antara lain:

1. Penyajian data dalam bentuk tabel atau distribusi frekuensi dan tabulasi silang (crosstab).

Dengan analisis ini akan diketahui kecenderungan hasil temuan penelitian, apakah masuk dalam kategori rendah, sedang atau tinggi.

2. Penyajian data dalam bentuk visual seperti histogram, poligon, ogive, diagram batang, diagram lingkaran, diagram pastel (pie chart), dan diagram lambang.

3. Penghitungan ukuran tendensi sentral (mean, median modus).

4. Penghitungan ukuran letak (kuartil, desil, dan persentil).

5. Penghitungan ukuran penyebaran (standar deviasi, varians, range, deviasi kuartil, mean deviasi, dan sebagainya).

(42)

F

(43)

Gambar 3.3 Bagan Alur Proses Kebutuhan RTH

Sumber:Dokumen Terbuka (RTH) Kajian Hijau Ruang Kawasan Perkotaan Kampa Kabupaten Kampar

(44)

Tahap identifikasi potensi lahan untuk dijadikan RTH, secara umum dilakukan dengan menggunakan data rencana tata ruang yang berlaku dan basis data aset lahan dan bangunan milik Pemerintah Daerah. Data dari Rencana Tata Ruang baik RTRW atau RDTR yang berlaku, dilakukan untuk mengetahui data awal dari rencana kawasan/zona RTH dan kawasan/zona lainnya yang potensial dialihfungsikan menjadi RTH. Kegiatan identifikasi RTH potensial ini dapat dilakukan bersamaan dengan proses identifikasi RTH existing (Gambar 3.3).

Prinsip lahan yang dapat dijadikan sebagai RTH ditentukan berdasarkan aturan tipologi RTH yang terdiri dari 3 (tiga) tipologi utama yaitu (1) kawasan/zona RTH; (2) kawasan/zona lainnya; dan (3) objek ruang berfungsi RTH. Potensi lahan untuk ketiga tipologi RTH tersebut diidentifikasi secara multiskala, yaitu skala makro dan mikro. Identifikasi skala makro menggunakan data citra satelit resolusi tinggi dan/atau foto udara/drone untuk mengetahui potensi RTH, RTNH, dan RTB berdasarkan hasil klasifikasi penutup lahan (land cover classification). Hasil dari identifikasi skala makro berupa peta ketersediaan lahan potensial dalam skala 1:50.000 atau 1:25.000.

Metode analisis yang dilakukan dalam penyelesaian studi ini yang di dasarkan pada sasaran yang telah di tetapkan untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu:

a) Analisis Ketersediaan RTH

Analisis ketersediaan RTH Publik dilakukan dengan mengidentifikasi dari data sekunder yang diperoleh juga peninjauan langsung untuk mengetahui jumlah eksisting ketersediaan RTH Publik, jenis, luas, serta sebaran RTH Publik yang ada di lokasi penelitian selanjutnya data dianalisis menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG).

b) Analisis Kebutuhan RTH

Untuk mengetahui kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah dilakukan pendekatan analisis berdasarkan ketentuan luas minimal RTH untuk kota berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yaitu sebesar minimal 30% dari luas wilayah kota. Rumus kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk perlu diketahui data jumlah penduduk dari data sekunder menggunakan data BPS Kecamatan Kampa dan diproyeksikan sesuai tahun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Penentuan kebutuhan RTH mengacu pada ketentuan Permen PU

Kebutuhan RTH (ha) = Luas Wilayah Kota (ha)

(45)

Nomor 05/PRT/M/2008 untuk luas minimal RTH per jiwa yaitu 20 m2/jiwa. Rumusan kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk adalah sebagai berikut :

c) Analisis Nearest Neighbour

Analisis tetangga terdekat (nearest neighbour analysis) untuk mengetahui pola sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kawasan Perkotaan Kampa. Analisis ini digunakan untuk menentukan pola sebaran kegiatan, apakah mengikuti pola random, mengelompok atau seragam, yang ditunjukkan dari besarnya nilai T (Muta’ali, 2015). Adapun rumus menghitung indeks penyebaran lokasi adalah sebanagi berikut:

Keterangan:

T : Indeks penyebaran tetangga terdekat

Ju : Jarak rat

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Organisasi
Tabel 3. 1 Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Kampar Tahun 2022 N
Tabel 3.2 Luas Desa di Kecamatan Kampa Tahun 2023
Gambar 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Kampa Kabupaten Kampar Sumber: RTRW Kabupaten Kampa 2019-2039
+7

Referensi

Dokumen terkait

05/PRT/M/2008 menjelaskan bahwa penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah adalah sebagai berikut: (1) ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH publik dan

Perkembangan tersebut berakibat pada jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin berkurang. Padahal keberadaan RTH sangat diperlukan di perkotaan agar tercipta lingkungan

Perkembangan tersebut berakibat pada jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin berkurang. Padahal keberadaan RTH sangat diperlukan di perkotaan agar tercipta lingkungan

Penekanan : Mewujudkan peraturan pemerintah Kota Batu tentang Ruang Terbuka Hijau di perumahan yaitu dengan membandingkan luas RTH yang ada dengan luas perumahan

Perkembangan tersebut berakibat pada jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin berkurang. Padahal keberadaan RTH sangat diperlukan di perkotaan agar tercipta lingkungan

Makalah yang berjudul Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai Nilai Tambah Pada Kawasan Perkotaan Kuningan merupakan suatu pemikiran penulis teekait

Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang ada di perkotaan, baik berupa ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau telah mengakibatkan menurunnya

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terpengaruh adalah luas ruang terbuka hijau (RTH), sedangkan variabel pengaruh adalah jumlah penduduk, luas permukiman,