• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN

N/A
N/A
Jenti Oktavia Sianturi

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5 B

Kristina Gurning 2204016088

Wisnu Candra Murti 2204016068

Sarifah Asri Nurhani 2204016082

Muhammad Syarif 2204016290

Reva Yani 2204016156

Immanuel Gerrald Sheva Kumayas 2204016078 Ilizario Frederico Ximenes Belo 2204016300

Ersa Vitta Bella 2204016044

Hastian Maulana 2204016020

Rini Widiastuti 2204016004

LABORATORIUM EKOLOGI DAN

KONSERVASI BIODIVERSITAS HUTAN TROPIS FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

2023

(2)

i DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

KATA PENGANTAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Ekologi ... 3

2.2 Ekosistem ... 5

2.3 Hubungan Ekologi dengan Pelestarian Lingkungan ... 6

2.4 Komponen-Komponen Biotik dan Abiotik ... 8

2.5 Saling Ketergantungan Antar Mahluk Hidup ... 14

BAB III METODE ... 17

3.1 Lokasi dan Waktu Praktikum ... 17

3.2 Alat dan Bahan Praktikum ... 17

(3)

ii

3.2.1 Alat ... 17

3.2.2 Bahan ... 18

3.3 Metode ... 18

3.3.1 Rancangan Praktikum ... 18

3.3.2 Penentuan Petak Ukur ... 18

3.3.3 Proses Pengambilan Bahan dan Data ... 19

3.3.4 Analisis data ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 25

4.1 Hasil ... 25

4.2 Pembahasan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 62

(4)

iii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Komponen Biotik ... 8

Gambar 2. Rantai Makanan... 15

Gambar 3. Jaring-Jaring Makanan ... 16

Gambar 4. Plot 20x20 ... 19

Gambar 5. Rantai Makanan Pertama ... 45

Gambar 6. Rantai Makanan Kedua ... 45

Gambar 7. Rantai Makanan Ketiga ... 46

Gambar 8. Rantai Makanan Keempat ... 46

Gambar 9. Rantai Makanan Kelima ... 47

Gambar 10. Rantai Makanan Keenam ... 48

Gambar 11. Rantai Makanan Ketujuh ... 48

Gambar 12. Rantai Makanan Kedelapan ... 49

Gambar 13. Rantai Makanan Kesembilan ... 49

Gambar 14. Rantai Makanan Kesepuluh ... 50

Gambar 15. Profil Tegakan Plot1 20x20... 51

Gambar 16. Profil Tegakan Plot2 20x20... 52

(5)

iv DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tallysheet Tingkat Pohon ... 20

Tabel 2. Tallysheet Tingkat Pancang ... 20

Tabel 3. Tallysheet Tingkat Semai... 20

Tabel 4. Kategori Indeks Nilai Penting ... 22

Tabel 5. Kriteria Indeks Kekayaan Jenis... 22

Tabel 6. Kriteria Indeks Keanekaragaman Jenis ... 23

Tabel 7. Kriteria Indeks Kemerataan Jenis ... 24

Tabel 8. Pengolahan Data Semai ... 25

Tabel 9. Tabel Indeks Keragaman dan Kemerataan Semai ... 27

Tabel 10. Pengolahan Data Pancang ... 28

Tabel 11. Nilai Indeks Keragaman dan Kemerataan Sesuai ... 30

Tabel 12. Pengolahan Data Pohon ... 31

Tabel 13. Nilai Indeks Keragaman dan Kemerataan Pohon ... 34

Tabel 14. Tanah ... 34

Tabel 15. Suhu ... 35

Tabel 16. Tinggi Serasah... 35

Tabel 17. Status Konservasi Semai ... 36

Tabel 18. Status Konservasi Pancang ... 38

Tabel 19. Status Konservasi Pohon ... 41

(6)

v DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daun Pohon 1 Plot 1 ... 62

Lampiran 2. Batang Pohon 1 Plot 1 ... 62

Lampiran 3. Daun Pohon 2 Plot 1 ... 62

Lampiran 4. Batang Pohon 2 Plot1 ... 62

Lampiran 5. Daun Pohon 3 Plot 1 ... 62

Lampiran 6. Batang Pohon 3 Plot 1 ... 62

Lampiran 7. Daun Pohon 4 Plot 1 ... 63

Lampiran 8. Batang Pohon 4 Plot 1 ... 63

Lampiran 9. Daun Pohon 5 Plot 1 ... 63

Lampiran 10. Batang Pohon 5 plot 1 ... 63

Lampiran 11. Daun Pohon 6 Plot 1 ... 64

Lampiran 12. Batang Pohon 6 Plot 1 ... 64

Lampiran 13. Daun Pohon 7 Plot 1 ... 64

Lampiran 14. Batang Pohon 7 Plot 1 ... 64

Lampiran 15. Daun Semai 1 Plot 1 ... 64

Lampiran 16. Daun Semai 2 Plot 1 ... 64

Lampiran 17. Daun Pohon 1 Plot 2 ... 65

Lampiran 18. Batang Pohon 1 Plot 2 ... 65

Lampiran 19. Daun Pohon 2 Plot 2 ... 65

Lampiran 20. Batang Pohon 2 Plot 2 ... 65

Lampiran 21. Daun Pohon 3 Plot 2 ... 65

(7)

vi

Lampiran 22. Batang Pohon 3 Plot 2 ... 65

Lampiran 23. Daun Pancang 1 Plot 2... 66

Lampiran 24. Batang Pancang 1 Plot 2 ... 66

Lampiran 25. Daun Pancang 2 Plot 2... 66

Lampiran 26. Batang Pancang 2 Plot 2 ... 66

Lampiran 27. Daun Pancang 3 Plot 2... 66

Lampiran 28. Batang Pancang 3 Plot 2 ... 66

Lampiran 29. Daun Pancang 4 Plot 2... 67

Lampiran 30. Batang Pancang $ Plot 2 ... 67

Lampiran 31. Daun Pancang 5 Plot 2... 67

Lampiran 32. Batang Pancang 5 plot 2 ... 67

Lampiran 33. Daun Pancang 6 Plot 2... 68

Lampiran 34. Batang Pancang 6 Plot 2 ... 68

Lampiran 35. Daun Pancang 7 Plot 2... 68

Lampiran 36. Batang Pancang 7 Plot 2 ... 68

Lampiran 37. Daun Pancang 8 Plot 2... 68

Lampiran 38. Batang Pancang 8 Plot 2 ... 68

Lampiran 39. Daun Semai 1 Plot 2 ... 69

Lampiran 40. Daun Semai 2 Plot 2 ... 69

Lampiran 41. Daun Semai 3 plot 2 ... 69

Lampiran 42. Hewan 1 ... 69

Lampiran 43. Hewan 2 ... 69

(8)

vii

Lampiran 44. Hewan 3 ... 69

Lampiran 45. Hewan 4 ... 70

Lampiran 46. Hewan 5 ... 70

Lampiran 47. Hewan 6 ... 70

Lampiran 48. Hewan 7 ... 70

Lampiran 49. Pengukuran Serasah ... 71

Lampiran 50. Pengambilan Sampel tanah ... 71

Lampiran 51. Sampel Tanah ... 71

Lampiran 52. Sampel Tanah ... 71

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum yang telah kami laksanakan. Sehingga penyusunan lapaoran ini bisa dapat terselesaikan dengan baik.

Dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Dosen Pengampu matakuliah Ekologi hutan yang telah membantu dalam pelaksanaan ngajar mengajar serta asisten praktikum yang membantu dalam pelaksanaan praktikum, Sehingga kami dapat melaksanakannya dengan lancar dan menyelesaikannya dengan baik.

Kami sadar bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, maka kami memohon maaf bila dalam penyusunan laporan ini ada kesalahan yang kami buat. Pada penyusunan laporan ini kami sudah berusaha untuk bisa menyelesikan laporan ini walaupun tersusun sangat sederhana dan masih banyak kekurangan. Sehingga kami mengharapkan agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran.

Samarinda, 27 November 2023

Penyusun, Kelompok 5 (B)

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pengertian Istilah ekologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu oikos dan logos. Istilah ini mula-mula diperkenalkan oleh Ernst Haeckel pada tahun 1869. Ekologi berasal dari kata Yunani oikos, yang berarti rumah dan logos, yang berarti ilmu/ pengetahuan. Jadi, ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbalbalik (interaksi) antara organisme dengan alam sekitar atau lingkungannya.

Jauh sebelurmya, studi dalam bidang-bidang yang sekarang termasuk dalam ruang lingkup ekologi telah dilakukan oleh para pakar. Ekologi merupakan cabang biologi, dan merupakan bagian dasar dari biologi.

Peran ekologi sangat penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Sebagai disiplin ilmu, ekologi harus dikaji, dipahami dengan serius dan benar, sehingga perilaku kita terhadap lingkungan menjadi lebih arif dan tidak merusak karena kepentingan pembangunan semata. Pemahaman yang benar terhadap lingkungan alam merupakan modal besar dalam menjaga kelestarian lingkungan dan pertimbangan kebijakan pembangunan di negara kita.

Ruang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem, hingga biosfer.

Studi-studi ekologi dikelompokkan ke dalam autekologi dan sinekologi sebagai bagian dari cabang biologi, ekologi pun terkait dengan disiplin ilmu lainnya dalam biologi, seperti morfologi, fisiologi, evolusi, genetika, zoologi, botani, biologi molekuler dan entomologi.

(11)

2 Ekologi berkembang seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Perkembangan ekologi tak lepas dari perkembangan ilmu yang lain. Misalnya, berkembangnya ilmu komputer sangat membantu perkembangan ekologi.

Penggunaan model-model matematika dalam ekologi misalnya, tidak lepas dari perkembangan matematika dan ilmu komputer. Populasi ialah organisme satu spesies yang mendiami suatu tempat. Komunitas adalah kumpulan spesies organisme yang mendiami suatu tempat. Komunitas beserta lingkungan abiotik membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Komunitas pada acuan dari Eropa dan Rusia disebutbiocoenosis, sedangkan ekosistem dikenal dengan sebutan biogeocoenosis. Biosfir atau ekosfirmencakup semua organisme di bumi yang berinteraksi dengan lingkungan fisik. Pembagian ekologi secara umum asas integratif fungsional yang meluputi pertumbuhan sifat-sifat dengan naiknya kompleksitas struktur merupakan suatu hal yang sangat penting dalam ekologi.(Makmum, 2017)

1.2 Tujuan

1 Praktikan dapat mengetahui keanekaragaman komponen biotik dan abiotik yang ada di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Lempake.

2 Praktikan dapat mengidentifikasi serta membuat rantai makanan dari komponen biotik yang ada di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Lempake.

3 Praktikan dapat menganalisis kerapatan relative, frekuensi relative dan nilai penting jenis dari vegetasi yang ada pada plot pengamatan.

(12)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekologi

Istilah Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal, dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara sederhana, ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tempat tinggal makhluk hidup. Atau interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Penggagas istilah ini pertama kalinya adalah Ernst Haeckel (1834-1914).

Ekologi hutan adalah cabang dari ilmu ekologi yang bisa didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungan. Dalam lingkungan hutan, hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya tidak bisa dipisahkan, sehingga seluruh unsur tersebut menjadi satu kesatuan sistem ekologi atau ekosistem. Dalam sistem ekologi atau ekosistem tersebut, makhluk hidup yang hidup di lingkungan tersebut dengan unsur-unsur alam saling mempengaruhi dan saling tukar-menukar zat yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.Unsur-unsur yang menyusun ekosistem adalah:

unsur makhluk hidup (biotik); dan

unsur tak hidup (abiotik), Ilmu Ekologi Hutan

Ilmu yang mempelajari ekosistem dalam hutan merupakan ilmu ekologi secara umum. Ekologi hutan dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Autekologi

Ilmu yang mempelajari interaksi spesies dengan lingkungannya secara individu dan sebagai suatu spesies organisme. Dengan kata lain, ilmu ini mengkaji

(13)

4 perilaku dan proses adaptasi suatu spesies organisme terhadap lingkungannya.

Misalnya kemampuan beradaptasi pohon jenis merbau (Intsia palembanica) di kawasan alang-alang, dan masih banyak contoh lainnya. Sifat penyelidikan yang dilakukan mendekati fisiologi tumbuhan.

2. Sinekologi

Ilmu ini mengkaji kelompok organisme dalam satu kesatuan dan interaksinya dengan lingkungan tertentu tempat hidupnya. Misalnya mempelajari komposisi dan struktur spesies tumbuhan yang hidup di hutan gambut, hutan payau, hutan rawa. Juga menyelidiki pola perpindahan binatang liar di alam liar, di hutan wisata, di suaka margasatwa, di taman nasional, dan lain-lain. Kaitan ekologi hutan dengan ilmu-ilmu lainnya ekologi hutan bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, ia memiliki kaitan dengan banyak ilmu alam lainnya, antara lain:

a Taksonomi Tumbuh-Tumbuhan

Adalah ilmu yang mendokumentasikan riwayat setiap tumbuhan, mulai dari identifikasi, klasifikasi, pemberian nama, hingga penyimpanan contoh. Hal ini penting dalam ekologi hutan, mengingat terdapat setidaknya 4.000 jenis spesies pohon di hutan di Indonesia, yang belum semuanya teridentifikasi. Karena itu keberadaan dokumentasi tentang riwayat tumbuh-tumbuhan yang telah teridentifikasi akan sangat memudahkan untuk mengenali dan mempelajari jenis-jenis spesies tumbuhan dalam suatu hutan.

b Geologi dan Geomorfologi

Geologi adalah ilmu yang mengkaji tentang bentuk-bentuk, lapisan batuan, dan juga fosil yang terkubur di dalam bumi. Sementara itu Geomorfologi adalah ilmu yang mengkaji bentuk permukaan bumi mulai dari proses pembentukan dan segala perubahan yang terjadi seiring perkembangannya. Kondisi bentuk

(14)

5 muka bumi dan jenis batuan ini sangat berpengaruh terhadap tipe komunitas tumbuhan tertentu.

c Ilmu tanah

Adalah ilmu yang mempelajari tanah sebagai tubuh alam yang dihasilkan dari aneka campuran hasil pelapukan. Pedologi, adalah ilmu tanah yang mempelajari tanah murni. Sedangkan edafologi adalah ilmu yang mempelajari tanah sebagai tempat tumbuh. Jenis tanah dan tingkat kesuburannya sangat mempengaruhi jenis tumbuhan yang tumbuh di atasnya, dan ini tentunya akan mempengaruhi tipe suatu hutan.

d Klimatologi

Adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim dan unusur-unsurnya seperti temperatur, kelembapan, curah hujan, tekanan air, dan sebagainya. Kondisi iklim tertentu akan mempengaruhi jenis vegetasi tertentu pula (Ziuma, 2021).

2.2 Ekosistem

Ekosistem atau sistem ekologi adalah satu kesatuan tatanan yang terbentuk oleh interaksi (hubungan) timbal balik antara makhluk hidup (hayati) dengan unsur-unsur nonhayati (abiotik) dalam suatu wilayah.

Hubungan ketergantungan dan sebab akibat dari rangkaian komponen- komponen organisme hidup (biotik) dan lingkungannya (abiotik) untuk membentuk satu kesatuan fungsional yang saling berinteraksi dan saling memengaruhi. Dengan demikian, pengelolaan suatu ekosistem tidak terlepas dari upaya pengelolaan faktor biotik dan abiotiknya secara holistik.

Ekosistem adalah keseluruhan sistem komunitas biotik dan lingkungan nonbiotik yang saling berinteraksi. Sebuah ekosistem terdiri atas empat sistem.

yaitu abiotik, produsen, konsumen, dan pengurai.

Ekosistem merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan satu kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya. Di

(15)

6 dalam ekosistem terdapat dua aspek penting yaitu energi (aliran energi) dan siklus materi. Untuk mendapatkan energi dan materi yang diperlukan untuk hidupnya, semua komunitas biotik bergantung kepada lingkungan abiotik. Organisme produsen memerlukan energi, cahaya, oksigen, air, dan garam-garam mineral yang diambil dari lingkungan abiotik. Energi dan materi dari konsumen tingkat pertama diteruskan ke konsumen tingkat kedua dan seterusnya ke tingkatan trofik selanjutnya melalui mekanisme jaring makanan (food web).

Materi dan energi berasal dari lingkungan abiotik akan kembali ke lingkungan abiotik. Dalam hal ini komunitas dalam lingkungan abiotiknya merupakan suatu sistem yang disebut ekosistem. Dengan demikian, konsep ekosistem menyangkut semua hubungan dalam suatu komunitas dan juga semua hubungan antara komunitas dan lingkungan abiotiknya (Irwan, 2003).

Fungsi ekosistem berkaitan dengan aliran energi dan siklus materi melalui struktur komponen-komponennya (Latuconsina, 2019).

2.3 Hubungan Ekologi dengan Pelestarian Lingkungan

Hubungan Ekologi Dengan Pelestarian Lingkungan Munculnya ekologi ini tentunya sangat membantu proses pelestarianlingkungan, karena pada awal kemunculan ekologi atau sebelum terkenalnyaekologi, jarang orang memperhatikan lingkungan. Sebagian besar naturalis tidakmenganggap menembak hewan untuk mempelajarinya bahwa hal itu salah. Selain itu padaabad ke-19, tradisi memperlakukan hidupan liar sebagai sumber daya alam yangdapat diperbarui terus berlanjut.Hingga abad ke-20 dimulai, peristiwa-peristiwa semacam itu membantu berkembangnya cara pandang baru pada alam. Salah satu pandangan murni pragmatik: untuk mengeksploitasi berbagai sumber daya alam, sumber-sumberitu terkadang harus dilestarikan. Pandangan kedua atau yang disebut preservasionisme melibatkan perubahan cara berpikir yang lebih fundamental dimanagagasan bahwa alam memiliki nilai intrinsik dan harus dilindungi demi alam itusendiri. Kedua pandangan itu merupakan bagian penting dari environmentalismesaat ini.Berdasarkan pemaparan diatas dapat kita

(16)

7 simpulkan kehadiran ekologisangat mempengaruhi pemikiran manusia dalam hal pelestarian lingkungan.Setelah munculnya ekologi, manusia tidak lagi melakukan perburuan liar dantentunya hal tersebut berimbas padapopulasi hewan tersebut. Hal tersebutjuga membuktikan bahwa ekologi memiliki hubungan erat dengan pelestarianlingkungan.Adapula terdapat hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa Partisipasi sesorang dalam melestarikan lingkungan dapat dipengaruhi oleh pemahaman konsep ekologi dan etika lingkungan. Dengan demikian berarti makin tinggi pemahaman konsep ekologi dan makin tinggi etika lingkungan, makin tinggi pula Partisipasi seseorangdalam melestarikan lingkungan. Sebaliknya semakin rendah pemahaman konsep ekologi dan makin rendah etika lingkungan, semakin rendah pula partisipasi seseorang dalam melestarikan lingkungan tersebut. Hasil penelitian sesuai dengan pendapat Otto Soemarwoto bahwa pemahaman konsep ekologi adalah kelangsungan hidup makluk hidup yang mengedepankan hubungan timbal balik antara manusia dengan makluk hidup lainnya di muka bumi. Etika lingkungan adalah kepedulian manusia terhadap lingkungan yang tidak berpusat pada diri individu dengan status moral.

Manusia tidak boleh merusak lingkungan karena mereka memiliki moral.Seperti yang dikemukakan oleh Otto Sumarwoto perilaku berwawasan lingkungan adalah tindakan atau perbuatan manusia dalam menjaga lingkungan agar terjaga kelestariannya. Partisipasi dapat dilakukan dengan cara usaha sadar diri untuk memelihara atau memperbaiki mutu lingkungan agar kelangsungan hidup dapat terjaga. Perubahan partisipasi terhadap lingkungan dapat menggunakan alam sesuai dengan kebutuhan tanpa merusak lingkungannya. Dari pembahasan teori di atas menyebutkan bahwa Pemahaman Konsep Ekologi dan etika lingkungan yang dimiliki oleh manusia akan berhubungan dengan Partisipasi manusiadalam Melestarikan Lingkungan (Putra dkk, 2023).

(17)

8 2.4 Komponen-Komponen Biotik dan Abiotik

Dalam ekosistem, satuan-satuan makhluk hidup dan makhluk tak hidup saling berinteraksi. Satuan makhluk hidup maupun tak hidup membentuk komponen.

Komponen ekosistem tersebut membentuk suatu keseimbangan. Jika salah satu komponen dihilangkan, keseimbanagan ekosistem akan terganggu. Satuan-satuan makhluk hidup dan makhluk tak hidup dikelompokkan menjadi dua komponen.

Komponen - komponen tersebut yaitu komponen biotik dan komponen abiotik (Mukharomah, 2021).

1 Komponen Biotik

Komponen biotik terdiri atas semua makhluk hidup yang melakukan interaksi. Contohnya dalam ekosistem sawah, ada tanaman padi, tikus, dan ular, interaksi yang dilakukan tergantung pada urutan makan dan di makan dalam ekosistem. Padi dimakan tikus dan tikus dimakan ular. Dengan demikian, interaksi antar komponen biotik berupa hubungan makan dan dimakan.

Berdasarkan posisi urutan makan dan dimakan komponen biotik digolongkan sebagai berikut:

Gambar 1. Komponen Biotik Sumber: SaputarIlmu.com

a Produsen

Produsen ini terdiri atas semua makhluk hidup yang mampu membuat makanan sendiri. Sebagian besar tumbuhan merupakan produsen. Tumbuhan

(18)

9 menghasilkan makanan melalui proses yang terjadi dalam tubuhnya. Tumbuhan yang mampu membuat makanan sendiri disebut Autotrof. Auto berarti sendiri dan Trof berarti makanan atau sumber energi. Pada umumnya, pembentukan makanan dilakukan dalam serangkaian proses fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses pembentukan zat-zat organik dari zat-zat anorganik sederhana. Proses ini memerlukan bantuan energi cahaya. Dalam ekosistem, energi tersebut diperoleh oleh matahari. Cahaya matahari dapat digunakan sebagai energi jika tumbuhan memiliki zat pengikat energi cahaya. Zat tersebut dapat mengikat energi cahaya dan menggunakannya untuk memproduksi makanan. Zat tersebut dikenal dengan Klorofil.

Sebagai produsen, tumbuhan menghasilkan makanan. Makanan tersebut berupa karbohidrat. Karbohidrat dibentuk dari zat anoganik sederhana yaitu karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Karbokdioksida dan air diubah menjadi karbohidrat dan oksigen. Perubahan ini menggunakan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis. Karbohidrat disimpan dalam bagian tubuh tumbuhan, misalnya akar, batang, dan daun. Karbohidrat disimpan dalam bagian tubuh tumbuhan, misalnya akar, batang, dan daun. Karbohidrat disimpan sebagai bahan makanan cadangan. Bahan makanan tersebut digunakan untuk pertumbuahan dan kebutuhan hidup tumbuhan. Selain digunakan untuk kebutuhan hidup, karbohidrat yang diproduksi juga dimanfaatkan hewan. Hewan-hewan herbivora memakan bagian tumbuhan, misalnya daun. Hewan-hewan tersebut memakan daun-daun tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Dengan demikian, produsen merupakan sumber energi utama bagi organisme lain, organisme yang menggunakan tumbuhan sebagai sumber energi disebut konsumen (Mukharomah, 2021).

b Konsumen

Semua konsumen biotik yang tergolong konsumen tidak dapat memproduksi makannya. Oleh karena itu, konsumen juga disebut Heterotrof. Konsumen memperoleh energi yang dibentuk oleh produsen. Selain itu, konsumen juga

(19)

10 dapat memperoleh energi dari konsumen yang dimangsanya. Konsumen berdasarkan jenis makananya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1 Konsumen Pemakan Tumbuhan. Konsumen pemakan tumbuhan terdiri atas hewan- hewan herbivora. Hewan-hewan tersebut mendapatkan energi dengan memakan bagian tumbuhan, misalnya daun. Hewan- hewan pemakan tumbuhan antara lain kerbau, kelinci, sapi, dll. Hewan- hewan herbivora dalam ekosistem disebut konsumen tingkat 1 atau konsumen primer.

2 Konsumen Pemakan Hewan Lain Konsumen pemakan hewan lain disebut karnivora. Konsumen kelompok ini memakan herbivora dan memakan hewan karnivora. Oleh karena itu, konsumen kelompok ini dibedakan menjadi konsumen II, III, dan Seterusnya Konsumen II berarti hewan tersebut memakan hewan pemakan tumbuhan (herbivora).

Konsumen III dan seterusnya berarti hewan tersbut memakan hewan lain (karnivora). Hubungan makan-memakan pada konsumen berlangsung hingga konsumen puncak. Komponen biotik pemakan konsumen lain disebut predator, misalnya singa, serigala, dan lain-lain.

3 Konsumen Pemakan Tumbuhan dan Hewan (Pemakan Segala Makanan) Konsumen pemakan segala baik tumbuhan dan hewan disebut omnivora. Konsumen kelompok ini memakan berbagai jenis tumbuhan dan hewan lain. Sebagai contoh ayam, ayam bisa memakan padi dan bisa memakan serangga (Mukharomah, 2021).

c Pengurai

Kelompok pengurai terdiri atas organisme yang bersifat saprofit. Organisme saprofit yaitu organisme pengurai makhluk hidup menjadi zat-zat anorganik.

Oleh karena itu, komponen biotik kelompok ini disebut juga dekomposer atau pengurai. Pengurai sangat penting keberadaanya dalam ekosistem. Pengurai

(20)

11 menguraikan tumbuhan atau hewan yang telah mati. Tumbuhan maupun hewan yang mati diuraikan menjadi unsur-unsur hara tanah. Unsur-unsur hara ini sangat dibutuhkan oleh tumbuhan. selain menghasilkan unsur hara, aktifitas pengurai juga menghasilkan gas karbodioksida. Gas karbodioksida juga penting bagi berlangsungnya proses ekosistem. (Kurniawati, 2007; Mukharomah, 2021).

2 Komponen Abiotik a Tanah

Tanah terbentuk dari pelapukan natua oleh suhu, angin, dan air. Suhu, angin, dan air memecahkan bebatuan permukaan bumi untuk menghasilkan partikel- partikel. Partikel-partikel tersebut mengandung mineral yang merupakan bahan dasar tanah. Tanah berperan menopang kehidupan hampir semua makhluk di bumi. Selain terbentuk dari pelapukan bebatuan, tanah juga terbentuk dari bahan organik. Bahan organik pembentuk tanah berupa makhluk hidup yang telah mati. Makhluk hidup yang telah mati diurai oleh pengurai menghasilkan humus. Campuran partikel mineral dan humus merupakan bahan pembentuk tanah. Selain itu, tanah juga mengandung air dan udara. Air dan udara tersebut terjebak diantara partikel-partikel. Diantara partikel-partikel tanah juga hidup organisme mikroskopik. Organisme-organisme yang hidup ditanah antara lain bakteri dan serangga tanah.

Tanah menyediakan kebutuhan dasar makhluk hidup terutama tumbuhan ada beragam jenis tanah. Setiap jenis tanah memiliki perbandingan humus dan mineral yang beda. Jenis tanah berbeda merupakan tempat hidup tumbuhan yang berbeda jenisnya. Tanah memiliki sifat fisik maupun kimiawi tertentu.

Sifat-sifat tersebut berperangruh pada sifat ekosistem. Sifat fisik tanah yang berperan dalam ekosistem antara lain tekstur. Sementara itu, sifat kimia tanah yang berperan dalam ekosistem yaitu keasaman tanah. Sifat-sifat ini

(21)

12 mempengaruhi makhluk hidup yang terdapat dalam ekosistem (Mukharomah, 2021).

b Air

Air sangat penting bagi kehidupan. Hampir seluruh makhluk hidup mengandung 75% air. Air juga merupakan tempat hidup berbagai organisme air, misalnya ikan. Air memiliki sifat-sifat yang khas. Sifat-sifat air tersebut sangat mempengaruhi ekosistem. Sifat-sifat air yang mempegaruhi ekosistem sebagai berikut:

1 Suhu Air

Air memiliki suhu tertentu. Suhu air tergantung kondisi lingkungannya tinggi rendahnya suhu mempengaruhi komponen biotik yang hidup didalamnya. Akibatnya ekosistem disekitarnya juga sangat berpengaruh oleh perubahan suhu air.

2 Salinitas

Merupakan kadar garam pada air. Salinitas sangat mempengaruhi pola kehidupan dan ekosistem yang hidup didalamnya. Komponen biotik dalam suatu ekosiste sangat rentan dengan perubahan kadar garam.

3 Arus air

Dalam ekosistem perairan, besarnya arus air sangat penting. Besar kecilnya arus mempengaruhi komponen biotik yang terdapat dalam ekosistem. Hanya organisme tertentu yang menyesuaikan diri dengan arus yang deras.

4 Curah Hujan

Curah hujan merupakan banyaknya hujan yang tercurah disuatu daerah dalam waktu tertentu. Keadaan curah hujan berpengaruh terhadap jenis oragnisme yang hidup disuatu tempat.

5 Penguapan

(22)

13 Tingkat penguapan juga berpengaruh terhadap adaptasi suatu makhluk hidup. Misalnya, adaptasi tumbuhan ketika kekurangan air. Jumlah ari yang sedikit menyebabkan asupan air ke daun menjadi berkurang.

Akibatnya daun layu dan berguguran. Pengguguran daun ini bertujuan untuk mengurangi penguapan. Jadi, tingkat penguapan sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup tertutama bagi tumbuhan (Mukharomah, 2021).

c Udara

Udara merupakan campuran maupun kumpulan beberapa gas. Campuran terbanyak yaitu nitrogen dan oksigen. Udara juga penting untuk melindungi bumi dari radiasi berbahaya. Radiasi tersebut berasal dari ruang angkasa. Udara yang bersih dan kering memiliki rata-rata persentase (per volume) sebagai berikut:

1 Nitrogen = 78%

2 Oksigen = 20,8%

3 Argon = 0,9%

4 Karbondioksida = 0,03%

5 Gas lain = 0,27%

Udara merupakan salah satu komponen abiotik. Dalam ekosistem, udara ini berupa gas. Gas yang terdapat dalam udara bermacam-macam. Bumi meruapakn planet yang diselimuti berbagai gas (Mukharomah, 2021).

d Cahaya Matahari

Cahaya matahari merupakan energi utama makhluk hidup. Apabila tidak ada cahaya matahari, seluruh permukaan bumi akan membeku. Dengan demikian, tidak ada satu makhluk hidup yang tidak membutuhkan matahari. Akan tetapi, penyebaran cahaya tidak merata. Oleh karena itu, setiap organisme harus

(23)

14 menyesuaikan diri dengan lingkungan. Cahaya matahari sangat diperlukan tumbuhan hijau. Secara tidak langsung hewan juga memerlukan cahaya matahari untuk tetap tidur. Tumbuhan hijau membuat makanan dengan memanfaatkan cahaya matahari dalam proses fotosintesis. Proses fotosintesis ini akan menghasilkan karboidrat yang merupakan sumber materi dan energi bagi tumbuhan itu sendiri dan herbivore (Mukharomah, 2021).

e Suhu atau Temperatur

Setiap makhluk hidup memerlukan suhu optium untuk kelangsungan proses biologis. Suhu optimum memungkinkan enzim-enzim tubuh dapat bekerja dengan baik. Dengan demikian proses-proses biologis tubuh dapat berjalan baik. Bumi memiliki suhu permukaan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, makhluk yang ada di bumi melakukan penyesuaian diri. Penyesuain diri ini dilakukan oleh tumbuhan maupun hewan. Contoh tumbuhan kaktus, yang hidup digurun akan menyesuaikan diri, kaktus memiliki lapisan lilin pada permukaan daunnya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan (Cambell, 2010;

Mukharomah, 2021).

2.5 Saling Ketergantungan Antar Mahluk Hidup

Secara alami semua organisme yang hidup pada suatu kawasan akan saling bergantung dengan mahluk hidup satu dengan lainya. Secara ekologis semua yang ada di dalamnya akan saling berinteraksi karena saling membutuhkan satu dengan lainya. Ada yang menguntung keduanya namun ada juga yang hanya salah satu pihak saja yang diuntungkan. Akibat adanya timbal balik antar organisme satu dengan yang lain dalam ekosistem, menyebabkan adanya aliran dan siklus materi (daur bigeokimia) (Purwanti dkk, 2019).

(24)

15 1 Rantai Makanan

Rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang ada pada suatu wilayah kita dapat melihat suatu aliran energi kimia di dalam ekosistem. Rantai makanan adalah aliran energi makanan dalam ekosistem yang searah. Cahaya matahari sangat memberikan peran besar dalam aliran energi yang masuk pada suatu rantai makanan, keseluruhan akan diproses dalam kegiatan proses metabolik biokimia yang dinamakan fotosintesis, menghasilkan karbohidrat sebagai energi makanan yang akan digunakan dan disimpan sebagai cadangan berupa energi kimia, lalu akan dialirkan konsumen pada tingkatan trofik.

Misalnya pada gambar 2. tikus sebagai konsumen 1 memakan tumbuhan (produsen), kemudian ular sebagai konsumen tingakt 2 akan memakan tikus, dan ular dimakan elang (konsumen tingkat 3), kemudian elang diuraikan oleh dekomposer. Jika diurutkan peristiwa tersebut akan diperoleh sebagai berikut:

tumbuhan tikus ular elang dekomposer. Peristiwa tersbut merupakan rantai makanan yang berarti proses makan dan dimakan (Purwanti dkk, 2019).

Gambar 2. Rantai Makanan Sumber: Djumhana, 2008

2 Jaring-jaring Makanan

Jaring-jaring makanan terbentuk dari kumpulan rantai makanan, artinya jika rantai makanan merupakan proses makan dan dimakan secara sederhana, jaring-jaring makanan proses makan dan dimakan lebih kompleks atau lebih

(25)

16 rumit. Jaring-jaring makanan menunjukkan hubungan antar populasi yang kompleks, hal ini bertujuan agar menjamin kehidupan populasi tersebut dan menyebabkan ekosistem yang stabil. Adanya keaenkaragaman jenis atau populasi yang berinteraksi maka kestabilan ekosistem akan terjaga. Seperti contoh jaring-jaring makanan yang ditunjukkan pada Gambar 3 terdiri dari 8 (delapan) rantai makanan (Purwanti dkk, 2019).

Gambar 3. Jaring-Jaring Makanan Sumber: Djumhana, 2008

(26)

17

BAB III METODE

3.1 Lokasi dan Waktu Praktikum

Lokasi Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus, Hutan Pendidikan dan Pelatihan (KHDTK-DIKLAT), Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman

Hari/Tanggal Minggu, 19 November 2023 Waktu 08.00-15.00 WITA

3.2 Alat dan Bahan Praktikum

Alat dan Bahan yang di gunakan selama acara praktikum berlangsung:

3.2.1 Alat 1. Clinometer 2. Phiband 3. Kompas 4. Meteran

5. Mistar 30 centimeter 6. Parang

7. Kamera 8. Papan LJK 9. Staples tembak 10. Laptop

11. Spidol 12. Patok 25 biji

(27)

18 13. Tali rafia

3.2.2 Bahan 1. Pita survey 2. Plastik 1 kg

3. Semai, Pancang, Pohon 4. Satwa

5. Tallysheet

3.3 Metode

3.3.1 Rancangan Praktikum

Pengamatan vegetasi dilapangan dilakukan dengan menentukan dengan titik pengamatan terlebih dahulu. Blok pengamatan ditentukan berdasarkan survei, kemudian menentukan titik pengamatan yang mewakili berbagai kondisi lapangan

3.3.2 Penentuan Petak Ukur

Untuk mengetahui keadaan hutan dilakukan analisis vegetasi dengan cara berikut:

1 Pohon dengan kriteria setinggi dada (1,3 m) antara >10 cm dengan ukuran petak 20x20 m

2 Pancang yaitu permudaan yang tingginya lebih dari 15 m sampai pohon muda dengan diameter <10 cm, dan ukuran petak 5x5 m.

3 Semai yaitu permudaan mulai dari kecambah sampai tinggi <1,5 m, dan ukuran petak 2x2 m.

(28)

19 3.3.3 Proses Pengambilan Bahan dan Data

Pengambilan data dan vegetasi meliputi:

1. Vegetasi tingkat pohon

⚫ Nama jenis

⚫ Diameter tinggi 1,3 m dari permukaan tanah 2. Vegetasi tingkat pancang

⚫ Nama jenis

⚫ Jumlah

⚫ Diameter

3. Vegetasi tingkat semai

⚫ Nama jenis

⚫ Jumlah

Pada masing masing plot, jenis pohon atau tanaman yang ada di dalam petak ukur pada tingkat pohon dilakukan pengukuran diameter, di beri pita survei yang bertuliskan nomor plot (P), diameter (D) dan nomor pohon (Ph), memfoto kedudukan daun dan batang pada setiap pohon agar dapat diidentifikasi jenis pohon tersebut. Pada petak ukur tingkat pancang dilakukan perhitungan jumlah dan perhitungan diameter

2x2 m

5x5 m

2x2 m 5x5 m

20x20 m

20x20 m

Gambar 4. Plot 20x20 m

(29)

20 kemudian di pasangkan pita survei bertuliskan nomor plot (P), nomor pancang (Pc), dan nomor diameter (D). Sedangkan pada petak ukur tingkat semai dilakukan perhitungan jumlah jenis dan jumlah individu kemudian di beri pita survei bertuliskan nomor plot (P), nomor semai (s). Setelah diberi pita survey dan memfoto apa yang dibutuhkan kemudian dicatat pada Tallysheet, untuk Tallysheet tingkat pohon yang dibutuhkan yaitu nomor, plot, nama ilmiah, nama lokal, family dan diameter. Pada Tallysheet tingkat pancang dan semai yang dibutuhkan yaitu nomor, plot, nama ilmiah, nama lokal dan famili. Untuk jenis vegetasi yang belum dikenali, diambil bagian tumbuhan untuk kemudian diidentifikasi.

PLOT NO JENIS DIA CM) KET

Tabel 1. Tallysheet Tingkat Pohon

PLOT NO JENIS JUMLAH HABITUS DBH KET

Tabel 2. Tallysheet Tingkat Pancang

PLOT NO JENIS JUMLAH HABITUS KET

Tabel 3. Tallysheet Tingkat Semai

(30)

21 3.3.4 Analisis data

1) Kerapatan Jenis

𝐾𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝐾) = ∑ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

𝐾 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (𝐾𝑅) = 𝐾 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

𝐾 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠× 100%

2) Frekuensi

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 (𝐹) =∑ 𝑆𝑢𝑏 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠

∑ 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑢𝑏 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

𝐹 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (𝐹𝑅) = 𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠100%

3) Dominasi

𝐷𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑠𝑖 (𝐷) =𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ

𝐷 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 (𝐷𝑅) = 𝐷 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠

𝐷 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠× 100%

4) Indeks Nilai Penting (INP/NPJ)

NPJ = KR + FR + DR (untuk tingkat pohon dan tiang) NPJ = KR + FR (untuk tingkat pancang dan semai) Kategorisasi nilai INP adalah sebagai berikut:

(31)

22

Kriteria Indeks nilai penting

Tinggi INP > 42,66

Sedang 21,96 – 42,66

Rendah INP < 21,96

Tabel 4. Kategori Indeks Nilai Penting Sumber: Fachrul (2007)

5) Indeks kekayaan jenis (R)

Indeks kekayaan jenis dihitung dengan formulasi Margalef ( ) sebagai berikut:

R= S-1 ln (N) Keterangan:

R = indeks kekayaan jenis S = jumlah jenis

N = jumlah individu seluruh jenis ln = logaritma natural

Kriteria komunitas berdasarkan indeks kekayaannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Kriteria Indeks kekayaan jenis

Tinggi R > 5,0

Sedang 3,5 – 5,0

Rendah R < 3,5

Tabel 5. Kriteria Indeks Kekayaan Jenis

(32)

23 Sumber: Magurran (1988)

6) Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis vegetasi dihitung dengan menggunakan rumus menurut Sannon-Whiener (1963) dalam Ludwing dan Reynolds (1988) sebagai berikut:

H’ = − ∑ [ni/N] ln [ni/N]

Keterangan:

H’: Indeks keanekaragaman jenis

n : Indeks Nilai Penting dari suatu jenis l N : Jumlah total nilai Indeks Nilai Penting

Kriteria indeks keanekaragaman jenis (diversitas) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Kriteria Indeks keanekaragaman jenis

Tinggi > 3

Sedang 2 – 3

Rendah 0 – 2

Tabel 6. Kriteria Indeks Keanekaragaman Jenis Sumber: Barbour et al. (1987)

7) Indeks Kemerataan Berdasarkan Rumus Shannon-Wienner (Odum, 1996) :

Indeks Kemerataan (e) menurut Pielou (1966) dalam Odum (1994) dihitung dengan rumus sebagai berikut:

e = H' ln (S)

(33)

24 Keterangan:

e = Indeks Kemerataan Jenis H’ = Indeks Keanekaragaman Jenis S = Jumlah Jenis

ln = logaritma natural

Indeks kemerataan yang lebih tinggi dari suatu tingkat pertumbuhan menunjukkan distribusi jumlah individu pada setiap jenis lebih merata. Indeks kemerataan berkisar antara 0 – 1.

Pengelompokan indeks kemerataan adalah sebagai berikut:

Kriteria Indeks kemerataan

Tidak merata 0,00 – 0,25

Kurang merata 0,26 – 0,50

Cukup merata 0,51 – 0,75

Hampir merata 0,76 – 0,95

Merata 0,96 – 1,00

Tabel 7. Kriteria Indeks Kemerataan Jenis Sumber: Magurran (1988)

(34)

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 8. Pengolahan Data Semai N

o Famili Nama

Lokal Jenis n f K

Kerapa tan Individ

u/Ha

F KR FR NPJ ni/N LN/N ni/N*LN

(ni/N) PI^2

1

Lauracea e

Medan g

Litsea garciae S.Vidal

2 1 2

1.

05 10500 0.

4

23.5955 0562

9.52380 9524

33.1193 1514

0.23595 5056

- 1.44411

3932

- 0.340745

984

0.05567 4789

2 Vitaceae

Mali- mali

Leea indica (Burm.f.)

Merr 7 1 0.

35 3500 0.

2

7.86516 8539

4.76190 4762

12.6270 733

0.07865 1685

- 2.54272

6221

- 0.199989

703

0.00618 6088 3

Zingiber

aceae Honje

Etlingera

Giseke 3 1 0.

15 1500 0.

2

3.37078 6517

4.76190 4762

8.13269 1279

0.03370 7865

- 3.39002

4081

- 0.114270

475

0.00113 622

4

Apocyna ceae

Bongan g

Tabernaem ontana macrocarp

a (Korth) 1 1 0.

05 500 0.

2

1.12359 5506

4.76190 4762

5.88550 0268

0.01123 5955

- 4.48863

637

- 0.050434

117

0.00012 6247 5

Phyllanth

aceae Kanidei

Bridelia glauca (Blume)

1 5 2

0.

75 7500 0.

4

16.8539 3258

9.52380 9524

26.3777 4211

0.16853 9326

- 1.78058

6169

- 0.300098

792

0.02840 5504

(35)

26 6

Lamiace ae

Anaden drum

Clerodend rum laevifolium

(Hook.f.) 6 2 0.

3 3000 0.

4

6.74157 3034

9.52380 9524

16.2653 8256

0.06741 573

- 2.69687

6901

- 0.181811

926

0.00454 4881 7

Arecacea

e Rotan

Calamus sp (W.J.

Baker) 1 5 2

0.

75 7500 0.

4

16.8539 3258

9.52380 9524

26.3777 4211

0.16853 9326

- 1.78058

6169

- 0.300098

792

0.02840 5504

8

Fabacea

e Biansu

Fordia speldidissi

ma

(Blume) 3 1 0.

15 1500 0.

2

3.37078 6517

4.76190 4762

8.13269 1279

0.03370 7865

- 3.39002

4081

- 0.114270

475

0.00113 622

9 Araceae

Anaden drum

Anadendru m microstach

um (de Vriese &

Miq.) 5 2 0.

25 2500 0.

4

5.61797 7528

9.52380 9524

15.1417 8705

0.05617 9775

- 2.87919

8457

- 0.161752

722

0.00315 6167

1 0

Annonac

eae Antui

Monocarpi a marginalis

(Miq.,

Ann.) 7 1 0.

35 3500 0.

2

7.86516 8539

4.76190 4762

12.6270 733

0.07865 1685

- 2.54272

6221

- 0.199989

703

0.00618 6088 1

1

Thymela

aceae Gaharu

Aquilaria malaccensi s (Lam)

1 1

0.

05 500 0.

2

1.12359 5506

4.76190 4762

5.88550 0268

0.01123 5955

- 4.48863

637

- 0.050434

117

0.00012 6247 1

2

Rubiacea e

Bisinga ng

Canthium confertum (Korth.) K.M.Wong

1 1

0.

05 500 0.

2

1.12359 5506

4.76190 4762

5.88550 0268

0.01123 5955

- 4.48863

637

- 0.050434

117

0.00012 6247 1

3

Fabacea

e Jaring

Archidendr on triplinerviu

1 1

0.

05 500 0.

2

1.12359 5506

4.76190 4762

5.88550 0268

0.01123 5955

- 4.48863

637

- 0.050434

117

0.00012 6247

(36)

27 m

(Kosterm.) I.C.Nielsen 1

4

Ebenace ae

Benuan g ranka

Diospyros buxifolia

(Blume) Hiern

1 1

0.

05 500 0.

2

1.12359 5506

4.76190 4762

5.88550 0268

0.01123 5955

- 4.48863

637

- 0.050434

117

0.00012 6247 1

5

Myrtacea

e Ubah

Syzygium borneense

(Miq.) 1

1 0.

05 500 0.

2

1.12359 5506

4.76190 4762

5.88550 0268

0.01123 5955

- 4.48863

637

- 0.050434

117

0.00012 6247 1

6 Theaceae Puspa

Schima wallichii

(DC.) Korth

1 1

0.

05 500 0.

2

1.12359 5506

4.76190 4762

5.88550 0268

0.01123 5955

- 4.48863

637

- 0.050434

117

0.00012 6247

Jumlah 8

9 2 1

4.

45 44500 4.

2 100 100 200 1

- 53.8673

1682

- 2.266067

387

0.13571 5187 Tabel 9. Tabel Indeks Keragaman dan Kemerataan Semai

Indeks Keane H^ 2.266067387

Kemerataan E 0.817311046

R 15.77721519

C 0.135715187

(37)

28 Tabel 10. Pengolahan Data Pancang

N O

Na ma Lok al

Nama

Ilmiah n f LBD k kerapa

tan/Ha F D KR FR DR INP Pi

(Ni/N) Pi^ LN LN*P

i

1 Tak alis

Pentace laxiflora Merr.

1 1 0.006 64761

0.0 00

5

5 0

. 2

0.033 23805

4.347 82608 7

4.545 45454

5

18.331 45629

27.224 73693

0.043 47826 1

0.001 89035 9

- 3.135 49421 6

- 0.136 32583 5 2 Tera

p

Artocarpu s elasticus Reinw. Ex

Blume

4 3 0.005 5025

0.0

02 20

0 . 6

0.027 51249 8

17.39 13043 5

13.63 63636

4

15.173 69835

46.201 36633

0.173 91304 3

0.030 24574 7

- 1.749 19985 5

- 0.304 20867

3 Bini tan

Popowia pisocarpa

(Blume) Endl. Ex Walp.

2 2

0.003 54528 7

0.0

01 10

0 . 4

0.017 72643 7

8.695 65217 4

9.090 90909

1

9.7764 87915

27.563 04918

0.086 95652 2

0.007 56143 7

- 2.442 34703 5

- 0.212 37800 3 4 Med

ang

Litsea garciae S.Vidal

2 2

0.002 54626 1

0.0

01 10

0 . 4

0.012 73130 4

8.695 65217 4

9.090 90909

1

7.0215 71515

24.808 13278

0.086 95652 2

0.007 56143 7

- 2.442 34703 5

- 0.212 37800 3 5

Eng kara s

Aquilaria microcarp a Baill

2 2

0.001 93836 3

0.0

01 10

0 . 4

0.009 69181 3

8.695 65217 4

9.090 90909

1

5.3452 30876

23.131 79214

0.086 95652 2

0.007 56143 7

- 2.442 34703 5

- 0.212 37800 3 6 Tria

ng

Timonius wallichian usValeton

2 2

0.002 74967 9

0.0

01 10

0 . 4

0.013 74839 5

8.695 65217 4

9.090 90909

1

7.5825 17543

25.369 07881

0.086 95652 2

0.007 56143 7

- 2.442

- 0.212

(38)

29 34703

5

37800 3

7 Pep auh dau

n besa

r

Melicope glabra (Blume)

T.G.

Hartley

2 2

0.003 63246 7

0.0

01 10

0 . 4

0.018 16233 3

8.695 65217 4

9.090 90909

1

10.016 89336

27.803 45462

0.086 95652 2

0.007 56143 7

- 2.442 34703 5

- 0.212 37800 3

8 Uba h

Syzygium borneense

(Miq.)

2 2

0.002 24702 4

0.0

01 10

0 . 4

0.011 23512 1

8.695 65217 4

9.090 90909

1

6.1963 96084

23.982 95735

0.086 95652 2

0.007 56143 7

- 2.442 34703 5

- 0.212 37800 3 9 Ulin

Eusiderox ylon zwageri (Teijsm.

& Bin)

1 1

0.000 96211 3

0.0 00

5

5 0

. 2

0.004 81056 4

4.347 82608 7

4.545 45454

5

2.6531 23105

11.546 40374

0.043 47826 1

0.001 89035 9

- 3.135 49421 6

- 0.136 32583 5 1

0 Bua

h krim

Inga edulis (Mart.)

1 1

0.000 75476 8

0.0 00

5

5 0

. 2

0.003 77383 8

4.347 82608 7

4.545 45454

5

2.0813 48003

10.974 62864

0.043 47826 1

0.001 89035 9

- 3.135 49421 6

- 0.136 32583 5 1

1 Saw

o man

ila

Manilkara zapota

(L.) P.Royen

1 1

0.000 70685 8

0.0 00

5

5 0

. 2

0.003 53429 2

4.347 82608 7

4.545 45454

5

1.9492 33302

10.842 51393

0.043 47826 1

0.001 89035 9

- 3.135 49421 6

- 0.136 32583 5 1

2 Jabo

n

Neolamar ckia cadamba

(Roxb.) Bosser

1 1

0.003 01907 1

0.0 00

5

5 0

. 2

0.015 09535 3

4.347 82608 7

4.545 45454

5

8.3253 92012

17.218 67264

0.043 47826 1

0.001 89035 9

- 3.135 49421 6

- 0.136 32583 5

(39)

30 1

3 Jang

gau

Aporosa lucida

(Miq.

Airy shaw)

1 1

0.001 25663 7

0.0 00

5

5 0

. 2

0.006 28318 5

4.347 82608 7

4.545 45454

5

3.4653 0E+00

1.2358 6E+01

0.043 47826 1

0.001 89035 9

- 3.135 49421 6

- 0.136 32583 5 1

4 Meli

njo

Gnetum gnemon (L. Mant)

1 1

0.000 75476 8

0.0 00

5

5 0

. 2

0.003 77383 8

4.347 82608 7

4.545 45454

5

2.0813 48003

10.974 62864

0.043 47826 1

0.001 89035 9

- 3.135 49421 6

- 0.136 32583 5

JUMLAH 2

3 2 2

0.036 26340 4

0.0 11

5

115 4

. 4

0.181

31702 100 100 100 300 1

0.088 84688 1

- 38.35 17415 8

- 2.532 75753 7 Tabel 11. Nilai Indeks Keragaman dan Kemerataan Sesuai

Indeks Keane H^ 2.532757537

Kemerataan E 0.959720544

R 13.68107101

C 0.088846881

(40)

31 Tabel 12. Pengolahan Data Pohon

N O

Nam a Loka

l

Nama

Ilmiah n f LBD k kerapa

tan/Ha F D KR FR DR INP Pi

(Ni/N) Pi^ LN LN*Pi

1

Semu kau

Neouva ria acumin atissima

(Miq.) Airy

Shaw 1 1

0.0463 76976

0.0 00

5 5

0 . 2

0.2318 84881

2.9411 76471

4.5454 54545

2.1874 50453

9.6740 81469

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486

2

Meda ng

Litsea angulat

a

Blume 5 3

0.3281 95116

0.0 02

5 25

0 . 6

1.6409 7558

14.705 88235

13.636 36364

15.479 89141

43.822 1374

0.1470 58824

0.0216 26298

- 1.9169

22612 - 0.2819

00384

3 Ulin

Eusider oxylon zwageri Teijsm.

& Binn. 2 2

0.1459 46614

0.0

01 10

0 . 4

0.7297 33069

5.8823 52941

9.0909 09091

6.8838 24965

21.857 087

0.0588 23529

0.0034 60208

- 2.8332

13344 - 0.1666

59608 4

Katiti war

Aglaia laxiflor

a Miq. 1 1

0.0572 55526

0.0 00

5 5

0 . 2

0.2862 77631

2.9411 76471

4.5454 54545

2.7005 56115

10.187 18713

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486

5

Mang gis

Garcini a celebica (Thouar

s) 1 1

0.0522 79243

0.0 00

5 5

0 . 2

0.2613 96217

2.9411 76471

4.5454 54545

2.4658 41114

9.9524 7213

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486

(41)

32 6

Jangg au

Popowi a pisocar

pa (Blume)

Endl.

Mantan

Walp. 1 1

0.0408 28138

0.0 00

5 5

0 . 2

0.2041 40691

2.9411 76471

4.5454 54545

1.9257 29891

9.4123 60907

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486

7

Maka ranga

Macara nga gigante

a (Rchb.f.

& Zoll.) Mull.Ar

g. 1 1

0.1839 84232

0.0 00

5 5

0 . 2

0.9199 21161

2.9411 76471

4.5454 54545

8.6779 3516

16.164 56618

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486 8

Meda ng

Litsea garciae

S.Vidal 1 1

0.3421 1944

0.0 00

5 5

0 . 2

1.7105 972

2.9411 76471

4.5454 54545

16.136 65629

23.623 28731

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486

9

Dula ng- dulan

g

Pternan dra coerule

scens

Jack 1 1

0.0692 79187

0.0 00

5 5

0 . 2

0.3463 95933

2.9411 76471

4.5454 54545

3.2676 72899

10.754 30391

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486 1

0

Kany ere Bada k

Bridelia glauca Blume, Bijdr

1 1 3

0.6542 3667

0.0 05

5 55

0 . 6

3.2711 83351

32.352 94118

13.636 36364

30.858 20636

76.847 51117

0.3235 29412

0.1046 7128

- 1.1284

65252 - 0.3650

91699 1

1

Pala Huta

n

Myristic

a sp. 2 1

0.0443 00383

0.0

01 10

0 . 2

0.2215 01917

5.8823 52941

4.5454 54545

2.0895 04357

12.517 31184

0.0588 23529

0.0034 60208

- 2.8332

13344 - 0.1666

59608

(42)

33 1

2

Sara wak

Monoon Xantho

petala (Merr.)

B.Xue

&

RMKSa

unders 1 1

0.0257 30429

0.0 00

5 5

0 . 2

0.1286 52146

2.9411 76471

4.5454 54545

1.2136 20286

8.7002 51302

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486

1

3 Terap

Artocar pus elasticu

s Reinw.

Ex Blume,

Cat.

Bog. 1 1

0.0093 31316

0.0 00

5 5

0 . 2

0.0466 56578

2.9411 76471

4.5454 54545

0.4401 27671

7.9267 58687

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486

1 4

Nyat oh

Palaqui um beccari

anum (Pierre)

P.Roye

n 2 1

0.0809 34495

0.0

01 10

0 . 2

0.4046 72477

5.8823 52941

4.5454 54545

3.8174 15734

14.245 22322

0.0588 23529

0.0034 60208

- 2.8332

13344 - 0.1666

59608

1 5

Kaka t

Macara nga tanarius

(L) Mull.Ar

g., in DC.

Prordr. 1 1

0.0091 60884

0.0 00

5 5

0 . 2

0.0458 04421

2.9411 76471

4.5454 54545

0.4320 88978

7.9187 19994

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486

(43)

34 1

6

Clerode ndrum laevifoli

um Blume,

Bridal

Veil 1 1

0.0122 71846

0.0 00

5 5

0 . 2

0.0613 59232

2.9411 76471

4.5454 54545

0.5788 22898

8.0654 53914

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486

1 7

Kaca ng

Stromb osia javanic

a Blume,

Bijdr 1 1

0.0179 07864

0.0 00

5 5

0 . 2

0.0895 39318

2.9411 76471

4.5454 54545

0.8446 55418

8.3312 86434

0.0294 11765

0.0008 65052

- 3.5263

60525 - 0.1037

16486

Jumlah 3

4 2 2

2.1201 3836

0.0

17 170 4

.

4 10.60 100 100 100 300 1

0.1470 58824

- 53.861

35419 - 2.3915

68741 Tabel 13. Nilai Indeks Keragaman dan Kemerataan Pohon

Indeks Keane H^ 2.391568741

Kemerataan E 0.844118833

R 16.71642151

C 0.147058824

Tabel 14. Pengamatan Warna dan TeksturTanah

TANAH

WARNA COKLAT KEKUNINGAN

TEKSTUR LEMPUNG BERLIAT

(44)

35 Tabel 15. Pengukuran Suhu

SUHU

NO JAM SUHU°

1 9:30 29,8

2 10:00 30,2

3 10:30 29,4

4 11:00 30,8

5 11:30 30

6 12:00 30,4

KELERENGAN = 4°

Tabel 16. Pengukuran Tinggi Serasah

SERASAH

TITIK 1 9 cm

TITIK 2 7 cm

TITIK 3 7 cm

(45)

36 Tabel 17. Status Konservasi Semai

No Famili Nama Lokal Nama Ilmiah Status Konservasi

IUCN P.106 CITES ENDEMIK

1 Lauraceae Medang Litsea garciae S.Vidal LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

2 Vitaceae Mali-mali Leea indica (Burm.f.) Merr LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

3 Zingiberaceae Honje Etlingera Giseke

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

4 Apocynaceae Bongang Tabernaemontana macrocarpa (Korth) LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

5 Phyllanthaceae Kanidei Bridelia glauca (Blume) LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

6 Lamiaceae Rengat Kilat Clerodendrum laevifolium (Hook.f.) VU

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Endemik

(46)

37

7 Arecaceae Rotan Calamus sp (W.J. Baker) LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

8 Fabaceae Biansu Fordia speldidissima (Blume) LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

9 Araceae Sirih Hias

Anadendrum microstachum (de Vriese

& Miq.)

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

10 Annonaceae Antui Monocarpia marginalis (Miq., Ann.)

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

11 Thymelaaceae Gaharu Aquilaria malaccensis (Lam) KR

Tidak

Terdaftar * Endemik

12 Rubiaceae Bisingang

Canthium confertum (Korth.) K.M.Wong

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

13 Fabaceae Jaring

Archidendron triplinervium (Kosterm.) I.C.Nielsen

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

14 Ebenaceae

Benuang

ranka Diospyros buxifolia (Blume) Hiern

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

(47)

38 15 Myrtaceae Ubah Syzygium borneense (Miq.)

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

16 Theaceae Puspa Schima wallichii (DC.) Korth LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

Tabel 18. Status Konservasi Pancang

NO JENIS

NAMA LOKAL

FAMILI

Status Konservasi

ICN P.360 CITES ENDEMIK

1 Pentace laxiflora Merr. Takalis Malvaceae LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

2 Artocarpus elasticus Reinw. Ex Blume Terap Moraceae LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

3 Artocarpus elasticus Reinw. Ex Blume Terap Moraceae LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

(48)

39 4

Popowia pisocarpa (Blume) Endl. Ex

Walp. Binitan Annonaceae

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

5 Litsea garciae S.Vidal Medang Lauraceae LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

6 Aquilaria microcarpa Baill Engkaras Thymelaeaceae EN

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Endemik

7 Timonius wallichianusValeton Triang Rubiaceae

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Endemik

8 Melicope glabra (Blume) T.G. Hartley

Pepauh daun

besar Rutaceae LC

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Endemik

9 Syzygium borneense (Miq.) Ubah Myrtaceae

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

10 Eusideroxylon zwageri (Teijsm. & Bin) Ulin Lauraceae VU

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

11 Inga edulis (Mart.) Buah krim Fabaceae LC

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Endemik

(49)

40 12 Manilkara zapota (L.) P.Royen Sawo manila Sapotaceae

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Endemik

13 Neolamarckia cadamba (Roxb.) Bosser Jabon Rubiaceae

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Endemik

14 Aporosa lucida (Miq. Airy shaw) Janggau Euphorbiaceae

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Endemik

15 Gnetum gnemon (L. Mant) Melinjo Gnetaceae LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

16 Artocarpus elasticus Reinw. Ex Blume Terap Moraceae LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

17 Artocarpus elasticus Reinw. Ex Blume Terap Moraceae LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

20

Popowia pisocarpa (Blume) Endl. Ex

Walp. Binitan Annonaceae

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

21 Litsea garciae S.Vidal Medang Lauraceae LC

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

(50)

41 22 Aquilaria microcarpa Baill Engkaras Thymelaeaceae EN

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Endemik

23 Timonius wallichianusValeton Triang Rubiaceae

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Endemik

24 Melicope glabra (Blume) T.G. Hartley

Pepauh daun

besar Rutaceae LC

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak Endemik

25 Syzygium borneense (Miq.) Ubah Myrtaceae

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftar

Tidak

Terdaftar Endemik

Tabel 19. Status Konservasi Pohon

No Nama ilmiah Nama Lokal Famili

Status Konservasi

IUCN P.106 CITES ENDEMIK

1

Neouvaria acuminatissima (Miq.)

Airy Shaw

Semukau Annonaceae

Tidak Terdaftart

Tidak Terdaftar

Tidak Terdaftart

Endemik

Gambar

Gambar 1. Komponen Biotik  Sumber: SaputarIlmu.com
Gambar 2. Rantai Makanan  Sumber: Djumhana, 2008
Gambar 3. Jaring-Jaring Makanan  Sumber: Djumhana, 2008
Gambar 4. Plot 20x20 m
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Jumlah pohon inti yang cukup dan keadaan permudaan alam dari seluruh tingkat permudaan cukup untuk tingkat semai, pancang dan tiang dari kelompok jenis

Analisa data pada praktikum Morfometrik menggunakan Program Microsoft Excel, dimana pengukuran yang dilakukan adalah mencari ilai trasformasi dengan menggunakan

FORMULA / RUMUS DAN FUNGSI DASAR MICROSOFT EXCEL 2007  Salah satu kelebihan dari excel adalah sebagai program aplikasi dalam mengelolah angka dan  melakukan 

- Guru menyuruh siswa praktek menggunakan rumus fungsi untuk mencari pangkat bilangan dalam pengolahan data pada Microsoft Excel 2007. - Guru menyuruh siswa

Komposisi vegetasi mangrove yang ditemukan di Pantai Cengkrong Desa Karanggandu melalui hasil perhitungan Indek Nilai Penting (INP) mangrove baik tingkat pohon,

Pengolahan data warehouse ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft SQL Server 7.0 dan informasi yang didapatkan akan disajikan dalam bentuk Pivot table pada Microsoft Excel..

Microsoft Excel banyak digunakan dalam pengolahan data dengan beberapa.. rumus yang digunakan dan bisa disimpan dalam bentuk

Dari analisis vegetasi yang kami lakukan, kami berhasil mengidentifikasi 8 spesies pada kuadrat 2x2 dengan jumlah 83 individu yang berupa Talas Colcaria esculenta sebanyak 1 individu,