• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

N/A
N/A
Muhammad Abdurrahman

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI

Disusun oleh : Lutfi Septiana

Muhammad Abdurrahman M Nafiatul Khusna

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS INDUSTRI HALAL

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA YOGYAKARTA TAHUN 2023

(2)

ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI

A. TUJUAN

Mampu memahami analisis obat di dalam cairan hayati B. DASAR TEORI

C. ALAT DAN BAHAN Alat :

- Labu takar 5,0 ml

- Pipet volume 0,1; 0,2 ; 1,2 mL - Tabung reaksi 15 buah

- Mikropipet dan tip - Scalpel

- Eppendorf - Vortex

- Spektofotometer dan kuvet - Kuvet

- Beaker glass - Sentrifuge Bahan :

- Stok sulfametoksazol 1 mg/mL - Asam trikloroasetat (TCA) - Natrium nitrit (NaNO2) 0,1 % - Ammonium sulfamat 0,5%

- Heparin - Darah tikus

- N-(1-naftil) etilendiamin 0,1 % - Aquadest

Hewan uji : tikus putih D. CARA KERJA

1. Pengambilan darah tikus

Tetesi microcup dengan 5 tetes heparin

Sayat bagian ekor tikus (pembuluh vena) untuk mengambil sampel darah, Tunggu hingga darah mengalir

Tampung darah dengan microcup hingga volumenya ± 3 mL

(3)

2. Pembuatan kurva baku

3. Perhitungan validasi

Masukkan darah tikus ke dalam 6 tabung reaksi @ 250 µL Masukkan sulfametoksasol dengan kadar 25; 50; 100; 200; dan 400 µg/mL ke dalam

5 tabung reaksi berisi darah yang berbeda @ 250 µL

Masukkan 250 µL aquadest ke dalam 1 sampel darah dalam tabung reaksi yang tersisa sebagai blangko

Ke dalam tiap tabung reaksi tambahkan 2 mL TCA 5% vortex selama 30 detik Sentrifugasi selama 5 menit (2500 rpm)

Ambil 1,5 mL supernatan, encerkan dengan 2 mL aquadest, vortex selama 30 detik Tambahkan 0,1 mL larutan NaNO2 0,1 %, vortex 30 detik, diamkan 3 menit Tambahkan 0,2 mL larutan ammonium sulfamat 0,5 %, vortex 30 detik, diamkan

selama 2 menit

Tambahkan 0,2 mL larutan N(1-naftil) etilendiamin 0,1%, vortex 30 detik Ukur absorbansi pada 545 nm

Hitung regresi linear konsentrasi sulfametoksazol vs absorbansi Tentukan persamaan kurva baku

Masukkan darah tikus ke dalam 9 tabung reaksi @250 µL

Masukkan sulfametoksazol dengan kadar 50; 100; dan 300 µg/mL ke dalam 9 tabung reaksi berisi darah yang berbeda @ 250 µL, 3 tabung reaksi untuk tiap konsentrasi

sulfametoksazol

Tambahkan ke dalam tiap tabung reaksi 2 mL TCA 5%, vortex selama 30 detik

(4)

E. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. PrPengenceran

Stok sulfametoksazol = 1 mg/mL a. Kadar 25 µg/mL

Vstok . Mstok = Vp . Mg

V . 1000 = 5 . 25 V = 125 V = 125 1000 V = 0,125mL b. Kadar 50 µg/mL

Vstok . Mstok = Vp . Mg

V . 1000 = 5 . 50 V = 250 V = 250 1000 V = 0,25 mL c. Kadar 100 µg/mL

Vstok . Mstok = Vp . Mg

Sentrifugasi selama 5 menit (2500 rpm)

Ambil 1,5 mL supernatant, encerkan dengan 2 mL aquadest, vortex selama 30 detik

Tambahkan 0,1 mL larutan NaNO2 0,1%, vortex 30 detik, diamkan 3 menit Tambahkan 0,2 mL larutan ammonium sulfamat 0,5%, vortex 30 detik,

diamkan selama 2 menit

Tambahkan 0,2 mL larutan N(1-naftil) etilendiamin 0,1 %, vortex 30 detik Ukur absorbansi pada 545 nm

Hitung kadar sulfametoksazol terukur dengan persamaan kurva baku yang telah ditentukan

(5)

V . 1000 = 5 . 100 V = 500 V = 500 1000 V = 0,5 mL d. Kadar 200 µg/mL

Vstok . Mstok = Vp . Mg

V . 1000 = 5 . 200 V = 1000 V = 1000 1000 V = 1 mL e. Kadar 400 µg/mL

Vstok . Mstok = Vp . Mg

V . 1000 = 5 . 400 V = 2000 V = 2000 1000 V = 2 mL 2. Perhitungan Curva Baku

Kadar (mg/ml) Absorbansi

25 0,337

50 0,358

100 0,389

200 0,453

400 0,572

A = 0,325583333

B = 6,207526882 x 10-4 = 0,0006 r = 0,999515542

a. Kadar 75 y = Bx + A

y = 0,0006 x + 0,3256

 Replikasi I y = Bx + A

y = 0,0006 x + 0,3256

(6)

0,370 = 0,0006 x + 0,3256 0,370-0,3256 = 0,0006 x 0,0444 = 0,0006 x x = 0,0444 0,0006 x = 74

 Replikasi II y = Bx + A

y = 0,0006 x + 0,3256 0,368 = 0,0006 x + 0,3256 0,368-0,3256 = 0,0006 x 0,0425 = 0,0006 x x = 0,0425 0,0006 x = 70,67

 Replikasi III y = Bx + A

y = 0,0006 x + 0,3256 0,367 = 0,0006 x + 0,3256 0,367-0,3256 = 0,0006 x 0,0414 = 0,0006 x x = 0,0414 0,0006 x = 69 b. Kadar 150

 Replikasi I y = Bx + A

y = 0,0006 x + 0,3256 0,406 = 0,0006 x + 0,3256 0,406-0,3256 = 0,0006 x 0,0804 = 0,0006 x x = 0,0804 0,0006 x = 134

 Replikasi II y = Bx + A

y = 0,0006 x + 0,3256 0,410 = 0,0006 x + 0,3256 0,410-0,3256 = 0,0006 x

(7)

0,0844 = 0,0006 x x = 0,0444 0,0006 x = 140,67

 Replikasi III y = Bx + A

y = 0,0006 x + 0,3256 0,411 = 0,0006 x + 0,3256 0,370-0,3256 = 0,0006 x 0,0854 = 0,0006 x x = 0,0854 0,0006 x = 142,3 c. Kadar 300

 Replikasi I y = Bx + A

y = 0,0006 x + 0,3256 0,501 = 0,0006 x + 0,3256 0,501-0,3256 = 0,0006 x 0,1754 = 0,0006 x x = 0,1754 0,0006 x = 292,3

 Replikasi II y = Bx + A

y = 0,0006 x + 0,3256 0,498 = 0,0006 x + 0,3256 0,498-0,3256 = 0,0006 x 0,1724 = 0,0006 x x = 0,1724 0,0006 x = 287,3

 Replikasi III y = Bx + A

y = 0,0006 x + 0,3256 0,489 = 0,0006 x + 0,3256 0,489-0,3256 = 0,0006 x 0,1634 = 0,0006 x x = 0,1634 0,0006

(8)

x = 272,3

Recovery

a. Kadar 75 µg/mL

 Recovery = kadar terukur x 100%

kadar diketahui = 74 x 100%

75 = 98,6%

 Recovery = kadar terukur x 100%

kadar diketahui = 70,64 x 100%

75 = 94,2%

 Recovery = kadar terukur x 100%

kadar diketahui = 69 x 100%

75 = 92%

b. Kadar 150 µg/mL

 Recovery = kadar terukur x 100%

kadar diketahui = 135 x 100%

150 = 89,3%

 Recovery = kadar terukur x 100%

kadar diketahui = 140,67 x 100%

150 = 93,78%

 Recovery = kadar terukur x 100%

kadar diketahui = 142,3 x 100%

150 = 94,8%

c. Kadar 300 µg/mL

(9)

 Recovery = kadar terukur x 100%

kadar diketahui = 292,3 x 100%

300 = 97,4%

 Recovery = kadar terukur x 100%

kadar diketahui = 287,3 x 100%

300 = 95,7%

 Recovery = kadar terukur x 100%

kadar diketahui = 272,3 x 100%

300 = 90,7%

Kesalahan Acak a. Kadar 75

(10)

F. Pembahasan

Untuk praktikum pertama Farmakokinetika ini dilakukan analisis obat dalam cairan hayati. Ketersediaan hayati dapat dipergunakan untuk menggambarkan keadaan dan kecepatan obat yang diabsorbsi dari bentuk sediaan dan digambarkan dengan kurva kadar waktu setelah obat masuk kedalam tubuh berada pada jaringan biologis atau larutan seperti darah dan urin. Parameter farmakokinetika obat didapatkan berdasarkan hasil pengukuran dari kadar obat yang utuh atau metabolitnya didalam cairan hayati. Parameter yang dapat digunakan dalam penentuan ketersediaan hayati suatu obat diantaranya meliputi data plasma, data urin, efek farmakologi akut, dan respon klinik. Praktikum ini bertujuan untuk memahami analisis obat didalam cairan hayati.

Adapun alat alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu labu takar 50ml, yang berfungsi untuk mengukur larutan secara spesifik dengan ketelitian pengukuran yang sangat tinggi. Pipet volume digunakan untuk memindahkan cairan atau larutan kedalam wadah dengan berbagai ukuran volume. Tabung reaksi untuk tempat mereaksikan larutan atau lebih. Mikropipet untuk memindahkan larutan atau cairan dengan volume yang sangat kecil (dibawah 1,0ml). tip digunakan untuk menampung sampel yang digunakan pada ujung mulut mikropipet. Scalpel digunakan untuk mengiris kulit dan memotong jaringan secara tajam. Tube epperdorf sebagai tempat cairan atau larutan yang akan dimasukkan kedalam vortex. Vortex digunakan untuk mencampur larutan yang ada dalam tabung reaksi. Spektofotometer digunakan untuk mengukur absorbansi suatu sampel pada panjang gelombang tertentu. Kuvet untuk mengukur konsentrasi reagen yang dibaca pada spektrofotometer. Beaker glass untuk mengukur volume larutan (tidak memerlukan tingkat ketelitian tinggi). Dan sentrifuge untuk memisahkan pellet dengan substansi dan sampel cair, seperti cairan immisable. Adapun bahan bahan yang digunakan adalah stok sulfametoksazol 1mg/ml, asam trikloroasetat (TCA), Natrium nitrit (NaNO₂) 0,1%, ammonium sulfamat 0,5%, hepavin, darah tikus, N-(1-naftil) etilendiamin 0,1%, dan aquadest.

Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini melalui 3 tahap yaitu pengambilan darah tikus, pembuatan kurva baku dan perhitungan validasi. Tahap pertama, pengambilan darah tikus. Langkah pertama tetesi microcup dengan 5 tetes heparin. Heparin adalah obat koantigulan untuk mencegah pembentukan gumpalan darah. Kemudian sayat bagian ekor tikus (pembuluh vena) untuk mengambil sampel darah, tunggu sampai darah mengalir. Darah yang mengalir kemudian ditampung dalam microcup hingga volumenya ± 3ml. tahap kedua, pembuatan kurva baku. Pertama masukkan darah tikus kedalam 6 tabung reaksi masing masing 250µl. kemudian masukkan sulfametoksazol dengan kadar 25 : 50 : 100 : 200 dan 400 µg/ml kedalam 5 tabung reaksi yang berisi darah tadi. Sulfametoksazol adalah obat antibiotic sulfanamid yang dapat mengobati beberapa jenis infeksi bakteri.

Langkah selanjutnya memasukkan 250µl aquadest kedalam 1 sampel darah dalam tabung reaksi yang tersisa sebagai blangko. Selanjutnya ditambahkan 2ml TCA 5% kedalam setiap tabung reaksi dan divortex selama 30 detik. Penggunaan TCA berguna untuk mengendapkan protein yang terkandung didalam darah. Setelah di vortex kemudian di sentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Dilakukannya sentrifugasi ii untuk memisahkan komponen komponen darah seperti protein, lemak dan lainnya yang

(11)

memiliki berat molekul lebih besar akan berada dibawah sebagai endapan. Selanjutnya supernatant 1,5% diencerkan dengan 2ml aquadest dan vortex selama 30 detik. Kemudian tambahkan 0,1 ml larutan NaNO₂ 0,1%, vortex selama 30 detik dan diamkan selama 3 menit. Selanjutnya tambahkan 0,2ml larutan ammonium sulfamat 0,5%, divortex selama 30 detik, diamkan selama 2 menit. Langkah selanjutnya tambahkan 0,2 ml larutan N-(1- naftil) etilendiamin 0,1%, vortex selama 30 detik. Setelah itu ukur absorbansi pada 545 nm, hitung regresi linear konsentrasi sulfametoksazol dan tentukan persamaan kurva baku.

Tahap terakhir yaitun perhitungan validasi. Pertama darah tikus dimasukkan kedalam 9 tabung reaksi masing masing 250 µl. kemudian sulfametoksazol dengan kadar 50 : 100 dan 300 µg/ml dimasukkan kedalam 9 tabung yang berisi darah tadi dan 3 tabung reaksi untuk setiap konsentrasi sulfametoksazol. Tambahkan kedalam tiap tabung reaksi 2 ml TCA 5%, kemudian vortex selama 30 detik. Setelah itu di disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 2500 rpm. 1,5 ml supernatan diambil kemudian diencerkan dengan 2 ml aquadest dan divortex selama 30 detik, setelah itu tambahkan 0,1 ml larutan NaNO₂ 0,1%

divortex selama 30 detik dan diamkan 3 menit. Kemudian tambahkan 0,2 ml larutan ammonium sulfamat 0,5%, divortex 30 detik kemudian didiamkan selama 2 menit. Lalu ditambahkan 0,2 ml larutan N-(1-naftil) etilendiamin 0,1%, vortex selama 30 detik. Ukur absorbansi pada 545 nm kemudian hitung kadar sulfametoksazol terukur dengan persamaan kurva baku yang telah ditentukan.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pemberian aquades dan larutan KCNS 10 % terlihat perubahan warna pada masing – masing tabung reaksi, pada tabung reaksi dengan volume NH4Fe(SO4)2 1 ml warna

- Masukkan masing-masing bahan (nasi, tepung kanji, dan pisang) ke dalam tabung reaksi yang berbeda dengan takaran yang sama.. ±

Larutan standar natrium alendronat sebanyak 150 µL dengan konsentrasi 1 µg/mL dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi 1,5 mL lalu ditambah 100 µL dapar natrium karbonat 0,1M

Dipipet 5 mL reagen benedict, dimasukkan kedalam tabung reaksi, lalu Dimasukan 8 tetes urin kedalam tabung reaksi, dipanaskan diatas api Bunsen, kemudian

Terlebih dahulu ambil 2 ml pereaksi drabkin kemudian tambahkan 8 μl darah dalam tabung reaksi yang telah berisi drabkin, lalu goyangkan hingga homogen, diamkan selama 3 menit

Reaksi pembentukan warna atau pembentukan endapan :jika tidak disebutkan lain, ambilah 1 ml (20 tetes) larutan sampel, masukkan ke dalam tabung reaksi (jika ada proses

Dengan hati-hati ambil 1 ml supernatan dari atas tabung sentrifus klinik dan masukkan ke dalam tabung reaksi mikrosentrifus yang 2ml.. Tandai tabungnya dan

3.4.3 Percobaan 3: Identifikasi Anion dengan Cara Reaksi Basah 1 mL larutan 1% BaCl2 Perubahan warna dan endapan yang terbentuk - dimasukkan ke dalam tabung reaksi.. - diamati apa