• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Sanitasi dan Higiene Pekerja

N/A
N/A
Wulan Yulia Purnama

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Praktikum Sanitasi dan Higiene Pekerja"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Hari/Tanggal: Kamis 16 Oktober 2014 Sanitasi dan Higieni PJ Dosen : CC Nurwitri, STP DAA Asisten : Novini Nur Adhifa, Amd

SANITASI PEKERJA

Kelompok 7/AP2

Imma Nuriana J3E113014

Giyanti Wahyu Nuraulia J3E113052

Romarta Pardede J3E413130

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengolahan bahan pangan merupakan suatu proses yang sangat rentan dicemari oleh mikroorganisme. Pencemaran ini dapat berasal dari udara, peralatan yang digunakan selama pengolahan, ruangan, maupun dari pekerja yang menangani proses pengolahan sehingga kondisi sanitasi dalam pengolahan juga ditentukan oleh kondisi kebersihan pekerja. Sumber kontaminasi yang berasal dari pekerja dapat melalui tangan, kaki, rambut, mulut, kulit maupun pakaian kotor yang dipakai pekerja selama proses pengolahan bahan pangan. Jenis mikroorganisme yang biasanya mengontaminasi rambut adalah kapang. Bakteri jenis koliform biasanya banyak terdapat pada tangan pekerja. Sedangkan bakteri pembentuk spora dan Staphylococcus banyak dijumpai pada kulit pekerja (Ferdiaz,1984).

Untuk mengetahui jumlah mikroorganisme yang terdapat pada tangan dan rambut pekerja dapat dilakukan dengan cara menumbuhkan sampel yang mengandung mikroorganisme pada beberapa cawan agar. Jenis mikroorganisme yang biasanya dapat tumbuh dan diamati pada cawan agar adalah bakteri, kapang, khamir, Staphylococcus, dan jenis bakteri koliform (koliform fekal dan koliform non fekal). Uji sanitasi pekerja yang akan dilakukan saat ini adalah uji kebersihan tangan dan uji kontaminasi rambut. Uji kebersihan tangan akan dilakukan terhadap tangan sebelum dicuci, tangan setelah dicuci dengan air, tangan setelah dicuci dengan air sabun dan dibilas serta tangan setelah dicuci dengan sabun antiseptik dan dibilas. Sedangkan uji kontaminasi rambut akan dilakukan terhadap rambut yang baru dicuci dan rambut yang dicuci sehari sebelumnya (Giyarto dkk.

2004).

1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan keterampilan mengenai metode pengujian higieni pekerja (tangan dan rambut).

(3)

BAB II METODOLOGI

2.1 Alat dan bahan

2.2 Prosedur kerja

@Kelompok

Sebelum dicuci Dicuci tanpa sabun Dicuci dengan handsoap

Dicuci dengan gel antiseptik -Bahan

 Media APDA

 Asam tartarat

 Media NA

 Media PCA

 Media EMBA

 Media VJA

 Kalium terulit

 Larutan fisiologis

 Sabun pencuci tangan

 Sabun antiseptik

 Detergen -Alat

 Tabung reaksi steril

 Cawan petri steril

 Waterbath

 Bunsen

 Kantong plastik steril

 Label

 Pinset

 Pipet steril

1. Tangan a. Kualitatif

4 3 4 1 2 3

1 2

VJA EMBA

Tempel 2 jari (t=4”)

VJA : kelompok ganjil EMBA : kelompok genap Inkubasi 300C, 2 hari

Amati kualitatif

(4)

b. Kuantitatif

2. Rambut

3. Mulut

1 2 3 4

@Kelompok Sehat

Sakit

1 2 3 4

NA

Inkubasi 300C, 2 hari Tangan

Larfis 250 ml 9ml 1ml

1ml 1ml 0,1ml

PCA

Inkubasi 300C, 2 hari Amati kuantitatif 100

10-1 10-2 1ml

1. Tangan kotor 2. Dicuci air 3. Dicuci handsoap 4. Dicuci gel antiseptic

5. Dicuci gel antiseptic + pegang rambut 6. Dicuci tisu basah

7. Dicuci tisu basah + pegang rambut 8. Dicuci handsoap + pegang rambut

1. Dicuci hari ini

@Kelompok

2. Belum dicuci 1 – 2 hari

APDA NA

Inkubasi 300C, 2 hari Amati kualitatif

Amati kualitatif

(5)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel pengamatan sanitasi tangan (kualiatif)

Kel Media Perlakuan

1 2 3 4

1

VJA

+++ ++ + -

3 + +++ + +

5 +++ + + +

7 +++ ++ + -

2

EMBA

++ - + -

4 +++ + - -

6 +++ ++ + +

8 +++ ++ + +

Keterangan :

1 : Tangan sebelum dicuci + : Sangat sedikit 2 : Tangan dicuci tanpa sabun ++ : Sedikit

3 : Tangan dicuci dengan handsoap +++ : Banyak

4 Tangan dicuci dengan gel antiseptik ++++ : Sangat banyak - : Tidak ada

1. Tabel pengamatan sanitasi rambut (kualiatif)

Kel. Media Perlakuan

1 2

1

APDA

- +++

2 +++ +++

3 - -

4 - -

5 - -

6 + -

7 - -

8 - -

1 NA + +++

2 +++ +++

3 + +++

4 - +

5 ++ +

(6)

6 +++ ++

7 ++ +++

8 + +

Keterangan : 1 : Rambut dicuci

2 : Rambut belum dicuci 1-2 hari

2. Tabel pengamatan sanitasi mulut (kualitatif)

Kel. Media Perlakuan

1 2

1

NA

++ ++

2 ++ +++

3 + +++

4 + +++

5 + +++

6 + +++

7 + +++

8 + +++

Keterangan :

1 : Mulut sehat 2 : Mulut sakit 3. Tabel pengamatan sanitasi tangan (kuantitatif)

PCA Kelomp

ok 100 10-1 10-2 Total mikroba

1

300

260 dan sebagian menyeba

r

Menyeb ar 320 dan _

sebagian menyeba

r

251

83 dan sebagian menyeba

r

2 187 dan

sebagian menyeba

r

TBUD Menyeb ar

_

TBUD TBUD Menyeb

ar

(7)

3

TBUD Menyeb ar

Menyeb

ar _

Menyeb ar

Menyeb ar

Menyeb ar

4

TBUD dan Menyeb

ar

TBUD dan Menyeb

ar

3 dengan koloni menyeba

r _

TBUD dan Menyeb

ar

TBUD dan Menyeb

ar

8 dengan koloni menyeba

r 5

TBUD Menyeb

ar Menyeb

ar _

TBUD Menyeb

ar Menyeb

ar 6

TBUD TBUD Menyeb

ar _

TBUD Menyeb ar

Menyeb ar

7 TBUD TBUD TBUD

374 TBUD TBUD _

8

TBUD TBUD

8 dengan koloni menyeba

r _

TBUD TBUD

3 dengan koloni menyeba

r

(8)

3.2 Pembahasan

Salah satu sumber kontaminasi makanan yang potensial adalah dari pekerja karena kandungan mikroorganisme patogen dari manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan melalui makanan. Kondisi sanitasi pekerja dalam pengolahan bahan pangan sangat perlu diperhatikan guna mencegah terjadinya kontaminasi makanan.

Sumber kontaminasi yang berasal dari pekerja dapat melalui tangan, kaki, rambut, mulut, kulit maupun pakaian kotor yang dipakai pekerja selama proses pengolahan bahan pangan. Jenis mikroorganisme yang biasanya mengontaminasi rambut adalah kapang. Bakteri jenis koliform biasanya banyak terdapat pada tangan pekerja. Sedangkan bakteri pembentuk spora dan Staphylococcus banyak dijumpai pada kulit pekerja.

Kontaminasi yang disebabkan oleh pekerja dapat berlangsung selama jam kerja dari para pekerja menangani makanan. Setiap kali tangan pekerja yang tidak higienis dan tidak bersih karena telah digunakan untuk melakukan berbagai macam aktivitas kontak dengan bahan pangan, maka mikroorganisme yang ada di tangan dapat berpindah ke makanan dan akan mencemari makanan. Luka-luka atau iritasi pada kulit juga merupakan sumber kontaminan mikroba, sehingga harus ditutup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencucian tangan dengan sabun atau antiseptik dan dibilas serta digosok-gosok hingga bersih agar semua kotoran yang menempel di tangan dapat terlepas sebelum melakukan kontak dengan bahan pangan.

Pada kegiatan praktikum kali ini, kami melakukan uji sanitasi pekerja.

Pengujian yang dilakukan meliputi uji kebersihan tangan, kebersihan mulut dan uji kontaminasi rambut,secara kualitatif maupun kuantitatif.

Sanitasi tangan (kualitatif)

Tangan yang kotor atau terkontaminasi dapat memindahkan bakteri dan virus patogen dari tubuh, feses, atau sumber lain ke makanan. Oleh karena itu pencucian tangan merupakan hal pokok yang harus dilakukan pekerja yang terlibat dalam penanganan makanan. Pekerja sebaiknya mencuci tangan sebelum memulai pekerjaan dan sesudah melakukan kegiatan pribadi (misalnya merokok,

(9)

makan, minum, bersin, batuk, dan setelah menggunakan toilet). Pencucia tangan dilakukan dengan menggunkan sabun diikuti dengan pembilasan menggunakan tissue.

Uji ini dilakukan dengan cara menempelkan jari tangan yang sudah diberi perlakuan selama 4 detik pada cawan petri yang yang telah berisi VJA (kelompok ganjil) dan EMBA (kelompok genap) yang selanjutnya diinkubasi pada suhu 30o selama 48 jam. Pengontakan tersebut bertujuan agar mikroorganisme yang terdapat pada tangan dapat menempel dan menjadikan media agar tersebut sebagai tempat tumbuhnya sehingga jumlah mikroorganisme dapat diketahui. Perlakuan pada uji kebersihan tangan tersebut meliputi tangan sebelum dicuci, tangan dicuci tanpa sabun, tangan dicuci dengan handsoap, tangan dicuci dengan gel antiseptik.

EMBA (Eosine Methylene Blue Agar) Media ini merupakan salah satu jenis media diferensiasi. Media diferensiasi merupakan media yang digunakan untuk membedakan bentuk dan karakter koloni jenis mikroba yang tumbuh. Beberapa bakteri dapat tumbuh di dalam media ini, tetapi hanya beberapa jenis saja yang mempunyai penampilan pertumbuhan yang khas. Media ini berguna untuk isolasi dan identifikasi bakteri.

VJA (Vogel Johnson Agar) mengandung mannito, tellurite dan lithium chloride yang berperan untuk mengisolasi bakteri yang bersifat koagulase positif, karena semua yang bersifat koagulase positif akan tummbuh pada media ini. S.

Aures mempunyai koloni hitam sebagai akibat pengendapan hasil reduksi tellurite. Media di sekitar koloni akan berubah menjadi kuning akibat fermentasi manitol.

Berdasarkan hasil pengamatan,pada media VJA urutan perlakuan menunjukkan jumlah mikroorganisme terbesar ke yang terkecil,yaitu tangan yang tidak dicuci > tangan yang dicucitanpa sabun > tangan yang dicuci handsoap >

tangan yang dicuci dengan gel antiseptik. Namun berbeda dengan hasil dari kelompok 3 yaitu tangan yang tidak dicuci < tangan yang dicuci tanpa sabun >

tangan yang dicuci handsoap > tangan yang dicuci dengan gel antiseptik.

Pada media EMBA urutan perlakuan menunjukkan jumlah mikroorganisme terbesar ke yang terkecil,yaitu tangan yang tidak dicuci > tangan yang dicucitanpa sabun > tangan yang dicuci handsoap > tangan yang dicuci dengan gel antiseptik.

(10)

Namun berbeda dengan hasil dari kelompok 2 yaitu tangan yang tidak dicuci >

tangan yang dicucitanpa sabun < tangan yang dicuci handsoap > tangan yang dicuci dengan gel antiseptik. Pada hasil kelompok 2 dan 3 tidak sesuai dengan teori karena mungkin pada saat pencucian tangan tidak dilakukan dengan benar sehingga terjadi kontaminasi.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, sebagian tangan yang tidak dicuci menunjukkan jumlah mikroorganisme terbesar (kecuali kelompok 2 dan 3). Hal ini sesuai dengan teori dimana tangan yang tidak dicuci mengandung banyak mikroba. Suatu survei menunjukkan bahwa 43 sampai 97 persen pegawai yang bekerja pada berbagai industri pengolahan pangan merupakan pembawa stapilokoki, koliform fekal dan enterokoki pada tangannya (Ferdiaz dan jenie,1989). Oleh karena itu sebelum mengolah bahan pangan sebaiknya tangan pekerja dibersihkan dengan bahan pembersih untuk mencegah perpindahan mikroba penyebab penyakit ke dalam bahan makanan.

Berdasarkan hasil tersebut juga dapat terlihat bahwa tangan yang dicuci menggunakan handsoap masih menunjukkan adanya mikroorganisme. Hal ini dikarenakan sabun biasanya tidak banyak khasiatnya sebagai obat untuk membunuh bakteri tetapi kalu dicampur dengan heksa klorofom daya bunuhnya menjadi besar sekali. Obat pencuci yang mengandung deterjen banyak digunakan sebagai sabun. Deterjen bukan saja merupakan suatu bakteriostatik juga merupakan suatu bakterisida dimana pertumbuhan bakteri gram positif sangat peka sekali terhadap sat tersebut (Dwidjosaputro,1988).

Tangan yang dicuci dengan gel antiseptik masih menunjukkan adnya mikroorganisme walaupun lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan tangan yang dicuci dengan handsoap.Hal ini terlihat bahwa dari bahan pembersih yang digunakan pada praktikum,yang paling efektif dalam membunuh mikroba pada tangan yaitu gel antiseptik, dikarenakan pada antiseptik mengandung 70% alkohol yang memecah dinding sel mikroba sehingga mikroba akan mati.

Sanitasi tangan (kuantitatif)

Pada uji sanitasi tangan secara kuantitaif dilakukan dengan cara mencelupkan tangan yang diberi perlakuan kedalam plastik steril berisi laris 250

(11)

ml. Dari larfis 250 ml dipipet 1 ml kedalam cawan petri duplo kemudian dituangkan media PCA. Dari larfis 250 ml juga dipipet 1 ml dimasukkan kedalam 9 ml larfis lagi. Dari 9 ml larfis tersbut dipipet sebanyak 1 ml dan 0,1 ml kedalam cawan masing-masing duplo dan dituangkan media PCA. Adapun perlakuan yang dilakukan tangan sebelum dimasukkan kedalam larfis 250 ml yaitu kelompok 1 tangan kotor, kelompok 2 dicuci air, kelompok 3 dicuci handsoap, kelompok 4 dicuci gel antiseptic, kelompok 5 dicuci gel antiseptic + pegang rambut, kelompok 6 dicuci tisu basah, kelompok 7 dicuci tisu basah + pegang rambut, kelompok 8 dicuci handsoap + pegang rambut.

Berdasarkan hasil yang diperoleh yaitu semua kelompok mendapatkan total mikroba dengan koloni menyebar dan tidak bisa untuk dihitung. Pada perlakuan kelompok 1 tangan kotor, kelompok 5 dicuci gel antiseptic + pegang rambut, kelompok 6 dicuci tisu basah, kelompok 7 dicuci tisu basah + pegang rambut, kelompok 8 dicuci handsoap + pegang rambut, memungkinkan terjadinya kontaminasi dari perlakuan yang dilakukan sehingga didapatkan hasil dengan jumlah mikroba yang membentuk koloni menyebar dan tidak bisa untuk dihitung.

Namun pada perlakuan kelompok 2 dicuci air, kelompok 3 dicuci handsoap, kelompok 4 dicuci gel antiseptic tidak sesuai dengan teori. Namun hal tersebut dapat terjadi karena kemungkinan adanya kontaminasi dari udara atau peralatan seperti pipet yang tidak steril, ataupun kesalahan dari praktikan yang bekerja tidak aseptis.

Sanitasi rambut (kualitatif)

Rambut merupakan sumber kontaminasi mikroba karena rambut mengandung banyak protein sehingga cenderung disenangi oleh bakteri. Rambut yang tidak terawat dengan baik dapat menjadi sumber kontaminasi mikroba.

Untuk mengurangi jumlah kontaminasi, maka perlu dilakukan pencucian rambut secara berkala agar rambut tetap bersih dan terawat atau dengan pemakaian tutup kepala saat bekerja mengolah bahan pangan agar rambut tidak terkontaminasi debu/kotoran dari udara serta agar rambut tidak jatuh dan mengontaminasi bahan pangan karena rambut juga mengandung mikroba.

(12)

Pada uji kontaminasi dari rambut, rambut diuji dengan media NA dan APDA sehingga dapat diketahui jumlah bakteri, kapang dan khamir yang dapat mengkontaminasi bahan pangan. Uji ini dialakukan dengan cara meletakkan sehelai rambut dengan perlakuan yang telah ditentukan pada cawan yang telah berisi media NA dan APDA yang selanjutnya diinkubasi pada suhu 30oC selama 48 jam. Kemudian diamati pertumbuhan koloni pada cawan petri tersebut.

Perlakuan pada uji kontaminasi rambut dilakukan terhadap rambut tidak dikeramas dan rambut yang dikeramas.

Berdasarkan hasil pengamatan, pada media APDA kebanyakan tidak terdapat kapang dan khamir yang tumbuh,hanya pada kelompok 1 terdapat banyak kapang dan khamir pada rambut yang belum dicuci,kelompok 2 terdapat banyak kapang dan khamir dikedua perlakuannya.

Pada media NA hasil yang didapatkan sangat berfariatif,yaitu pada kelompok 1 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas. Kelompok 2 rambut dikeramas = rambut tidak dikeramas. Kelompok 3 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas. Kelompok 4 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas.

Kelompok 5 rambut dikeramas > rambut tidak dikeramas. Kelompok 6 rambut dikeramas > rambut tidak dikeramas. Kelompok 7 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas. Kelompok 8 rambut dikeramas = rambut tidak dikeramas.

Berdasarkan data tersebut dapat dapat diketahui bahwa rambut yang dikeramas sama dengan atau lebih banyak daripada rambut yang tidak dikeramas.

Hal ini kurang sesuai dengan literatur karena dengan penggunaan jilbab seharusnya juga mencegah terjadinya kontaminasi karena rambut tidak kontak langsung dengan udara bebas yang mengandung mikroba sehingga kemungkinan terjadinya kontaminasi cukup kecil. Namun, rambut orang yang berjilbab biasanya lembab dan tidak terkena udara bebas sehingga dengan kadar protein rambut yang cukup tinggi serta kondisi lembab, mikroba cenderung suka tumbuh di sana terutama bakteri. Kontaminasi dapat terjadi padasaat orang berjilbab tidak memakai/melepas jilbabnya. Selain itu, ada juga hal yang tidak sesuai dengan literatur karena seharusnya rambut yang baru dicuci memiliki jumlah mikroba yang sedikit dibandingkan rambut yang dicuci 1 hari sebelumnya. Namun, dari hasil pengamatan diperoleh hal yang sebaliknya. Rambut yang baru dicuci justru

(13)

memiliki kandungan mikroba yang paling banyak. Penyimpangan ini dapat terjadi karena rambut yang baru dicuci dapat terkena kontaminasi ulang dari debu/kotoran saat orang tersebut beraktivitas di jalan atau karena kontaminasi mikroba saat berkativitas sebelum proses pengujian ini berlangsung sehingga meskipun baru dicuci dapat terkena kontaminasi kembali oleh mikroba dari udara.

Sanitasi mulut (kualitatif)

Sebagai jalan masuk makanan, mulut adalah salah satu bagian tubuh manusia yang banyak dihuni mikroba. Kini para ilmuwan menemukan satu lagi spesies bakteri mulut. Hal tersebut dapat memicu terjadinya penyakit mulut.

penyakit mulut yang sering dijumpai pada manusia adalah pembusukan gigi dan penyakit gusi. Pembusukan gigi dan penyakit gusi disebabkan adaya infeksi bakteri serta perubahan bakteri yang normalnya ada di dalam mulut. (tempo.co – bakteri mulut)

Pada uji mikroba pada mulut, dilakukan dengan dua perlakuan berbeda, yaitu mulut praktikan yang sedang sakit dan mulut praktikan yang sedang sehat.

Lalu, dilakukan dengan meniupkan udara dari mulut pada cawan petri yang telah dituangkan medium NA. Hal ini bertujuan untuk mengetahui mikroba yang terdapat di dalam mulut. Setelah itu, medium disimpan di dalam inkubator pada suhu 300C dan diamati selama 48 jam secara kualitatif.

Setelah 48 jam dilakukan pengamatan, didapatkan hasil bahwa medium NA yang ditiupkan oleh praktikan yang sedang sakit jauh lebih banyak dibandingkan dengan praktikan yang sedang sehat. Namun pada kelompok 1 mulut yang sakit sama dengan mulut yang sehat. Hal tersebut terjadi karena adanya kemungkinan terkontaminasi dari udara luar, praktikkan saat meniupkan ke media tidak dekat dengan api, atau bahkan praktikan sehat yang meniupkan ke media mempunyai plak yang banyak dibandingkan dengan praktikan yang sakit.

Di dalam tubuh manusia mengandung banyak mikroba, banyak yang bermanfaat dan melindungi dari berbagai penyakit, tetapi beberapa dapat menyebabkan kerusakan dan penelitian terbaru memberikan bukti kuat bahwa Fusobacteria berkontribusi terhadap pertumbuhan sel-sel kanker (Oliver Childs, peneliti cancer research Inggris). Fusobacteria umumnya terdapat pada bagian

(14)

mulut yang dapat menimbulkan respon kekebalan lebih dari aktif sehhingga mengaktifkan gen pertumbuhan kanker. Teori tersebut membuktikan jangankan orang yang sedang sakit, orang yang sehat saja, di dalam tubuh manusia sudah memiliki banyak bakteri.

Bakteri yang sering ditemukan pada mulut yaitu bakteri Streptococcus.

Untuk mengendalikan jumlah bakteri pada mulut agar jumlahnya tidak berlebihan, yaitu menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur, berkumur setelah makan dengan air atau dengan obat kumur. Oleh sebab itu, seorang praktikan dilarang banyak berbicara dan harus menggunakan masker jika sedang bekerja aseptis di dunia mikrobiologi, karena udara yang keluar dari mulut merupakan sumber kontaminan dan di mulut banyak terdapat bakteri.

(15)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulakan bahwa pada uji sanitasi tangan (kualitatif) tangan yang tidak dicuci > tangan yang dicuci tanpa sabun > tangan yang dicuci handsoap > tangan yang dicuci dengan gel antiseptik.

Pada uji sanitasi tangan (kuantitatif) semua kelompok mendapatkan total mikroba dengan koloni menyebar dan tidak bisa untuk dihitung.

Pada uji sanitasi rambut (kualitatif) hasil yang didapatkan sangat berfariatif,yaitu pada kelompok 1 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas.

Kelompok 2 rambut dikeramas = rambut tidak dikeramas. Kelompok 3 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas. Kelompok 4 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas. Kelompok 5 rambut dikeramas > rambut tidak dikeramas.

Kelompok 6 rambut dikeramas > rambut tidak dikeramas. Kelompok 7 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas. Kelompok 8 rambut dikeramas = rambut tidak dikeramas.

Pada uji sanitasi mulut (kualitatif) kelompok 1 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas. Kelompok 2 rambut dikeramas = rambut tidak dikeramas.

Kelompok 3 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas. Kelompok 4 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas. Kelompok 5 rambut dikeramas > rambut tidak dikeramas. Kelompok 6 rambut dikeramas > rambut tidak dikeramas.

Kelompok 7 rambut dikeramas < rambut tidak dikeramas. Kelompok 8 rambut dikeramas = rambut tidak dikeramas.

4.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum sanitasi peralatan ini yaitu sebaiknya praktikan melakukan praktikum dengan benar dan bekerja secara aseptis agar hasil yang didapatkan sesuai dan tidak terjadi kontaminasi.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjosaputro, 1988. Dasar-Dasar Mikrobilogi.Djambatan.UNBRA. Malang Fardiaz, Srikandi. 1984. Mikrobiologi Pengolahan Pangan Lanjut. Bogor: IPB.

Giyarto dkk. 2004. Buku Ajar Sanitasi Industri. Jember: Jurusan THP FTP UNEJ.

Puspitasari. 2004. Sanitasi dan Higiene dalam Industri Pangan. Jember: Jurusan THP FTP UNE

(17)

LAMPIRAN

Tabel gambar Sanitasi Pekerja (Kelompok 7)

Gambar Ket Gambar Ket

PCA 100 Mulut sehat

PCA 100 Mulut sedang

sakit

PCA 10-1 Rambut dicuci

dan tidak dicuci NA

PCA 10-1 Rambut dicuci

dan tidak dicuci APDA

PCA 10-2 VJA,Tangan

Dicuci dengan air dan belum

dicuci

PCA 10-2 VJA,Tangan

dicuci dengan sabun dan gel

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Higiene sanitasi makanan diperlukan untuk melindungi makanan dari kontaminasi maupun mikroorganisme penular penyakit. Praktik higiene dan sanitasi

Penyebab kontaminasi antara lain : mikroorganisme pathogen, bahan pangan hewani dan nabati beracun, bahan kimia beracun, dan bahan makanan tambahan.Sekitar 80% keracunan

Dalam proses pengolahan makanan, harus memenuhi persyaratan higiene sanitasi terutama menjaga kebersihan peralatan masak yang digunakan, tempat pengolahan (dapur)

Peralatan yang digunakan dalam pengelolaan makanan harus dibersihkan untuk mencegah kontaminasi silang pada makanan, dimana peralatan dapur untuk pengolahan dan untuk

- Mendorong program pencucian tangan untuk mencegah penyebaran kotoran dan mikroorganisme patogen pada area penanganan, pengolahan dan produk pangan - Toilet dan fasilitasnya

Pekerja yang menangani makanan merupakan sumber kontaminasi yang penting karena kandungan mikroorganisme patogen pada manusia dapat menimbulkan penyakit yang ditularkan

Laporan Mingguan Praktikum Pengantar Pemuliaan Tanaman yang membahas mengenai pentingnya pemuliaan tanaman untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Laporan ini membahas survei sanitasi tempat-tempat umum sebagai bagian dari praktikum mata kuliah Sanitasi Pemukiman di Poltekkes Kemenkes