• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KUALITATIF DAN KUANTITATIF

N/A
N/A
Putri Pujii

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KUALITATIF DAN KUANTITATIF "

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KUALITATIF DAN KUANTITATIF

“ PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT DENGAN METODE ALKALIMETRI ”

Dosen Pengampu : apt. Junaidi, S.Fram., M.Si.

GELOMBANG : 4 (empat) KELOMPOK : 4 (Empat)

ANGGOTA :

1. Putri Puji Mugi Rahayu (20040042) 2. Rani Febrianti (20040047)

LABORATORIUM KIMIA

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG 2022

(2)

DAFTAR ISI

BAB I...3

PENDAHULUAN...3

1.1. Latar Belakang...3

1.2. Tujuan Praktikum...5

BAB II...6

TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1 Pengertian Asam Salisilat...6

2.2. Hukum Lambert – Beer...8

2.3. Alkalimetri...9

BAB III...12

METODELOGI...12

3.1. Alat dan Bahan...12

3.2. Prosedur Kerja...12

1. Pembuatan larutan titer natrium hidroksida 0,1 N...12

2. Pembakuan larutan titer natrium hidroksida 0,1 N...12

3. Penetapan kadar asam salisilat dalam bedak...13

BAB IV...15

HASIL DAN PEMBAHASAN...15

4.1. Hasil...15

a. Data hasil pengamatan titrasi sebanyak 3 kali...15

b. Sampel Rumus...15

4.2. Pembahasan...16

BAB V...20

PENUTUP...20

5.1. Kesimpulan...20

5.2. Saran...20

DAFTAR PUSTAKA...21

(3)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Asidimetri-Alkalimetri adalah teknik analisis kimia berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disebut titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang direksikan tepat menjadi ekivalen (telah tepat banyaknya untuk menghabiskan zat yang direaksikan) satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titrant, sedangkan larutan yang ditambah titrant disebut titrat (dalam hal ini titrant dan titrat berupa asam dan basa atau sebaliknya). Pada saat ekivalen, penambahan titrant harus dihentikan, saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Untuk mengetahui keadaan ekivalen dalam proses asidi-alkalimetri ini, diperlukan suatu zat yang dinamakan indikator asam-basa. Indikator asam-basa adalah zat yang dapat berubah warna apabila pH lingkungannya berubah. Asidi-alkalimetri menyangkut reaksi antara asam kuat-basa kuat, asam kuat-basa lemah, asam lemah-basa kuat, asam kuat-garam dari asam lemah, dan basa kuat-garam dari basa lemah (Gandjar, 2017).

Alkalimetri merupakan suatu teknik analisis untuk mengetahui kadar keasaman suatu zat dengan menggunakan larutan standar basa. Basa yang digunakan biasanya adalah natrium hidroksida (NaOH). Sebelum digunakan, larutan NaOH harus distandarisasi dahulu dengan asam oksalat (H2C2O4).

Hidroksida-hidroksida dari natrium, kalium dan barium umumnya digunakan sebagai larutan standar alkalis (basa). Ketiganya merupakan basa kuat dan sangat mudah larut dalam air. Pembuatan larutan standar alkalis dan amonium hidroksida tidak dibenarkan, kecuali bersifat sebagai basa lemah, pada proses pelarutan dilepaskan gas amonia (beracun). Natrium hidroksida paling sering digunakan karena murah dan kemurniannya tinggi. Oleh karena sifatnya yang sangat higroskopis, maka diperlukan ketelitian pada proses penimbangan. Pada saat penimbangan gunakan botol timbang bertutup untuk mengurangi kesalahan. Standarisasi larutan NaOH dapat dilakukan dengan larutan asam oksalat sesuai dengan reaksinya sebagai berikut (Keenan, 1998):

NaOH (aq) + H2C2O4 (aq) → Na2C2O4 (aq) + 2 H2O (l)

Titrasi alkalimetri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu asam dengan menggunakan larutan basa sebagai standar. Reaksi yang

(4)

terjadi pada prinsipnya adalah reaksi netralisasi, yaitu pembentukan garam dan H2O netral (pH = 7) hasil reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari suatu basa. Reaksi berlangsung stoikiometri apabila mgrek pentitrasi sama dengan mgrek titran, saat ini disebut dengan titik ekivalen. Dalam praktek kondisi ini tidak bisa dilihat secara visual tetapi dapat dilihat dengan bantuan indikator (asam-basa) yang mempunyai warna yang spesifik pada ph tertentu. Seperti indicator phenolftalein (pp) akan berwarna pink pada ph 8,3-10. Saat tercapainya perubahan warna pada titran disebut dengan titik titrasi (Atkins, 1997).

Titrasi yaitu suatu proses penambahan suatu larutan dari dalam buret secara sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang dititrasi dengan yang mentitrasi tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Dalam hal ini, larutan yang berada di dalam buret atau larutan pentitrasi disebut titran, sedangkan larutan yang akan ditetapkan kadarnya disebut analit. Hasil titrasi disebut titrat/ titer.

Alkalimetri adalah analisis (volumetri) yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan standar. Analisis anorganik secara kualitatif yaitu proses atau operasi analisis yang digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi penyusun- penyusun dari suatu zat dan pengembang-pengembang metode-metode pemisahan masing-masing penyusun yang terdpat dalam suatu campuran.

Dalam titrasi asam-basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentukan oleh perbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-) yang bereaksi. Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung ion OH- atau menghasilkan OH- ketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan air. (Kenaan,2018).

Dalam titrasi asam-basa perubahan pH sangat kecil hingga hampir tercapai titik ekivalen. Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang besai ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator. Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi sering disamakan dengan titik ekivalen, walaupun diantara keduanya masih ada selisih yang relatif kecil.

Semua masalah yang berkaitan dengan titrasi asam basa dapat dipecahkan dengan konsep stoikiometri (Susanti, 2013).

(5)

Alkalimetri (Alkali = basa, metri = pengukuran) diartikan sebagai titrasi untuk penetapan asam dengan standart basa sebagai alat ukurnya.

Faktor utama dalam menentukan pengukuran adalah [H+] dan [OH-]

dalam larutan, baik sebagai titrat maupun sebagai titran. Karena itulah maka dalam mempersiapkan larutan pemeriksaan harus menggunakan air suling sebagai bahan pelarut, sebab air suling adalah netral.

1.2. Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu menentukan kadar asam salisilat dengan metode alkalimetri.

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Asam Salisilat

Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya, yaitu radikal hidroksi fenolik dan radikal karboksil yang terikat pada inti benzene. Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh ester fenil salisilat yang dikenal dengan namasalol, sedangkan esterifikais radikal karboksilnya dengan aseril klorida didapatkan asetil salisilat yang dikenal dengan aspirin. Salol dan aspirin banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat analgetik dan antipiretik (Sumardjo, 2009).

Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4COOHOH berbentuk Kristal berwarna merah muda terang hingga kecokelatan yang memiliki berat molekul sebesar 138,123 g/mol dengan titik leleh sebesar 156 C dan densitas pada 25 C sebesar 1,443 g/mL. Mudah larut dalam air dingin tetapi dapat melarutkan dalam keadaan panas. Asam salisat dapat menyublim tetapi dapat terdekomposisi dengan mudah menjadi karbon dioksida dan phenol bila dipanaskan secara cepat pada suhu sekitar 200C

Asam salisilat memiliki struktur bangun seperti yang disajikan pada gambar berikut ini:

Struktur Asam Salisilat

Bahan baku utama dalam pembuatan asam salisilat adalah phenol, NaOH, karbon dioksida dan asam sulfat. Asam salisilat kebanyakan digunakan sebagai obatobatan dan sebagai bahan intermediet pada pabrik obat dan pabrik farmasi seperti aspirin dan beberapa turunannya. Sebagai antiseptic, asam salisilat zat yang mengiritasi kulit dan selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel epidermis. Setelah pemakaian beberapa hari akan menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang baru. Obat ini sangat

(7)

spesifik untuk rematik akut yang dapat mencegah kerusakan jantung yang biasanya terjadi akibat rematik, menghilangkan sakit secara keseluruhan, dan beberapa saat setelah pemakaiannya akan menurunkan temperatur suhu tubuh kembali normal.

Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah(kadar) absolute atau relatif dari suatu elemen atau spesies yangada di dalam sampel, misalnya terhadap bahan-bahan atau sediaanyang digunakan di dalam farmasi, obat di dalam jaringan tubuh dan sebagainya. Banyak sedikitnya sampel dan jumlah relatif analit penyusun sampel merupakan karakteristik yang penting dalam suatu metode analisis kuantitatif. Metode-metode ini dapat digolongkan sebagai makro, semimikro, dan mikro tergantung pada banyak sedikitnya sampel. Banyak sedikitnya sampel yang diambil untuk analisis tergantung pada metode analisis yang akan digunakan. Suatu penentuan konsentrasi sekelumit secara spektrofotometri memerlukan suatu sampel makro, tetapi bila dilakukan secara kromatografi, cukup dengan sampel mikro.

Analisa volumetri merupakan salah satu metode Analisa kuantitatif, yang sangat penting penggunaannya dalam menentukan konsentrasi zat yang ada dalam larutan. Keberhasilan Analisa volumetri ini sangat ditentukan oleh adanya indikator yang tepat sehingga mampu menunjukkan titik akhir titrasi yang tepat. Titik akhir titrasi asam basa dapat ditentukan dengan indikator asam basa. Indikator yang digunakan harus memberikan perubahan warna yang nampak di sekitar pH titik ekivalen titrasi yang dilakukan, sehingga titik akhirnya masih jatuh pada kisaran perubahan pH indicator tersebut. (Harjanti, 2008).

Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saatreaksi sempurna dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah senyawa yang berwarna dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan adanya perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya perubahan warna. Indikator berubah warna karena system kromofornya diubah oleh reaksi asam basa. Metil jingga merupakan senyawa azo yang berbentuk kristal berwarna kuning kemerahan, lebih larut dalam air panas dan larut dalam alkohol. Metil jingga sering digunakan sebagai indicator dalam titrasi asam basa. Metil jingga mempunyai trayek pH 3,1 – 4,4 dan pKa 3,46 , berwarna merah dalam keadaan asam dan berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil jingga digunakan untuk mentitrasi asam mineral dan basa kuat, menentukan alkalinitas dari air tetapi tidak dapat

(8)

digunakan untuk asam organik. Metil jingga merupakan asam berbasa satu, netral secara kelistrikan, tetapi mempunyai muatan positif maupun negatif (Suirta, 2010).

Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2010). Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya, yaitu radikal hidroksi fenolik dan radikal karboksil yangterikat pada inti benzene. Esterifikasi radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh ester fenil salisilat yang dikenal dengan namasalol, sedangkan esterifikais radikal karboksilnya dengan aseril klorida didapatkan asetil salisilat yang dikenal dengan aspirin Salol dan aspirin banyak digunakan dalam bidang kedokteran karena mempunyai sifat analgetik dan antipiretik. ada beberapa metode analisis yang digunakan sesuai dengan kandungan zat yang akan dianalisis. Salah satu cara untuk menentukan kadar atau konsentrasi asam basa dalam suatu larutan dapat menggunakan metode volumetri. Volumetrik adalah metode analisis yang kuantitatif berdasarkan pengukuran volume larutan. Titrasi adalah teknik dalam kimia analitik yang dilakukan dengan penambahan secara hati-hati sejumlah volume yang terukur dari suatu larutan yang diketahui dengan tepat konsentrasinya (larutan standar).

2.2. Hukum Lambert – Beer

Hukum Lambert - Beer menyatakan bahwa intensitas yangditeruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebaldan konsentrasi larutan.

Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada bebeapa pembatasan, yaitu sinar yang digunakan dianggap monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut, dan tidak terjadi fluororesensi atau fosforinses, sertaindeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan. Analisis kuantiatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis dapat digolongkanatas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu :

1. analisis zattunggal atau analisis satu komponen

2. analisis kuantitatifcampuran dua macam zat atau analisis dua komponen 3. analisis kuantitatif campuran tiga macam zat atau lebih (analisis

multikomponen) (Gandjar, 2007).

Pada flouresensi, pemancaran kembali sinar oleh molekul yang telah menyerap energi sinar terjadi dalam waktu yang sangat singkat setelah

(9)

penyerapan (10-8 detik). Jika penyinaran kemudian dihentikan, pemancaran kembali oleh molekul tersebut juga berhenti. Flouresensi berasal dari transisi antara tingkat-tingkat energy elektonik singlet dalam suatu molekul. Supaya suatu molekul berflouresensi, maka molekul tersebut harus menyerap radiasi.

Jika konsentrasi senyawa yang menyerap radiasi tersebut sangat tinggi, maka sinar yang mengenai sampel akan diabsorbso oleh lapisan pertama larutan dan hanya sedikit radiasi yang diserap oleh bagian lain sampel pada jarak yang lebih jauh (Gandjar, 2007). Asam salisilat merupakan salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari serta mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan intermediat dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan analgesik (Supardani, 2006).

Golongan analgesik non-narkotik seperti asam asetil salisilat ternyata memiliki khasiat anti inflamasi sehingga dapat digunakan untuk mengobati arthitis. Mekanisme Kerja obat ini belum jelas,walaupun diperkirakan dengan hubungan produksi atau penghantar hormon. Asam salisilat tersedia di alam dalam bentuk ester pada glikosida dan minyak atsiri. Metil ester terkandung dalam minyak gandapura dan minyak aromatik tumbuhan lainnya (Ruddy, 2009).

Asam salisilat memiliki aktivitas keratorik dan antiseptik lemak jika digunakan secara topikal. Sifatnya yang asam meningkatkan hidrasi endogen, sehingga keratin terdistribusi di permukaan kulit yang pada gilirannya dapat meningkatkan kemampuan absorbsi kedalam kulit. Selain itu, penggunaan jangka panjang pada daerah yang sama akan mengiritasi kulit sehingga menyebabkan dermatitis. Untuk mengurangi sifat iritatif pada kulit, dilakukan usaha mikroen kapsulasi dalam bentuk sistem liposom Liposom tidak menimbulkan modifikasi kimia bahan obat dan dapat menjerat obat yang bersifat polar maupun yang bersifat non polar. Asam salisilat bersifat hidrofil, tetapi sukar larut dalam air. Dilain pihak asamsalisilat diharapkan terjerat dalam kompartemen air, karena asam salisilat harus dalam keadaan terlarut. Pelarut guna meningkatkan kelarutan asam salisilat (Panjaitan, 2008).

2.3. Alkalimetri

Alkalimetri adalah analisis (volumetri) yang menggunakan alkali (basa) sebagai larutan standar. Analisis anorganik secara kualitatif yaitu proses atau operasi analisis yang digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi penyusun-penyusun dari suatu zat dan pengembang-pengembang metode-

(10)

metode pemisahan masing-masing penyusun yang terdpat dalam suatu campuran.

Dalam titrasi asam-basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentukan oleh perbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-) yang bereaksi. Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung ion OH- atau menghasilkan OH- ketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan air.

Dalam titrasi asam-basa perubahan pH sangat kecil hingga hampir tercapai titik ekivalen. Pada saat tercapai titik ekivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang besai ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator. Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna indikator dalam suatu titrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi sering disamakan dengan titik ekivalen, walaupun diantara keduanya masih ada selisih yang relatif kecil.

Semua masalah yang berkaitan dengan titrasi asam basa dapat dipecahkan dengan konsep stoikiometri dan konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan mol, perbandingan mol, molaritas atau normalitas. Analisis secara volumetric adalah analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menentukan banyaknya volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti yang bereaksi secara kwantitatif dengan larutan dari suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya.

Ada dua macam larutan baku dalam volumetri, yaitu :

a. Larutan baku primer adalah larutan dimana kadarnya diketahui secara langsung karena diperoleh dari hasil penimbangan. Pada umumnya kadara dapat dinyatakan dalam N (mol x ekuivalen / L) atau M (mol / L).

Contoh larutan baku primer adalh asam oksalat, natrium oksalat.

b. Larutan baku sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan dengan larutan baku primer atau dengan metode gravimetri yang tepat. Contoh NaOH (dibakukan dengan larutan primer asam oksalat).

c. Dalam titrasi alakalimetri, didalam titrat asam sudah mempunyai harga pH tertentu. Perjalanan titrasi dengan penambahan titran yang akan menyebabkan perubahan pH, yang pada suatu saat nanti dimana meq titrat = meq titran akan mempunyai pH tertentu (Susanti, 2003).

(11)

Syarat-syarat reaksi pada volumetri :

1. Reaksi berlangsung sederhana dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi.

2. Reaksi berlangsung terus menerus dengan cepat.

3. Ada perubahan fisika maupun kimia yang dapat dideteksi pada titik ekivalen, atau dapat mengubah indikator sehingga diketahui titik akhit titrasinya.

Syarat baku primer : a. Harus murni

b. Tidak higroskopis, tidak teroksidasi, tidak menyerap udara selam penyimpanan tidak boleh berubah.

c. Mengandung kotoran (zat lain) tidak melebihi d. Harus mempunyai berat ekivalen yang tinggi e. Mudah larut dalam pelarut yang sesuai

f. Reaksinya stoichiometri dan berlangsung terus menerus

(12)

BAB III METODELOGI 3.1. Alat dan Bahan

ALAT BAHAN

 Erlenmeyer 250 ml

 Buret 50 ml

 Labu ukur 500 ml

 Gelas ukur

 Gelas kimia 100 ml

 Neraca analitik

 Pipet tetes.

 sampel bedak salisilat

 Natrium hidroksida

 Kalium biftalat

 Indikator fenolftalein

 Etanol

 Aquadest.

3.2. Prosedur Kerja

1. Pembuatan larutan titer natrium hidroksida 0,1 N

a. Timbang 2 g kristal natrium hidroksida dalam gelas kimia 100 ml b. larutkan dengan aquadest. Masukkan ke dalam labu ukur 500 ml.

c. Bilas gelas kimia beberapa kali dengan air suling d. simasukkan ke labu ukur di atas

e. ditambahkan aquadest hingga tanda.

2. Pembakuan larutan titer natrium hidroksida 0,1 N a. Timbang 400 mg kalium biftalat

b. dimasukkan ke erlenmeyer 250 ml

c. Larutkan dengan 50 ml air bebas karbondioksida

d. ditambahkan 3 tetes larutan indikator fenolftalein, kocok ad homogen.

e. Titrasi dengan larutan natrium hidroksida hingga warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda (pink)

f. Ulangi prosedur ini 2 kali lagi (Triplo).

g. Hitung normalitas larutan titer natrium hidroksida tersebut (normalitas larutan hasil perhitungan ditulis sampai 3 desimal/3 angka di belakang koma), dengan rumus:

M grek NaOH=m grek . KH Fltalat

(13)

VNaOHX NNaOH=berat Kh Ftalat BE KH Ftalat

VNaOHX NNaOH=berat Kh Ftalat 204,23

NNaOH=berat Kh Ftalat 204,23X VNaOH

Keterangan: V NaOH = volume larutan titer yang diperlukan pada proses titrasi (ml). Berat KH Ftalat dibuat dalam satuan berat mg.

3. Penetapan kadar asam salisilat dalam bedak

a. Timbang saksama sampel uji (bedak salisil) setara dengan 300 mg asam salisilat

b. dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml c. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

d. Ditambahkan 25 ml etanol yang sudah dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1

e. Tambahkan 25 ml air suling dan beberapa tetes indikator fenolftalein

f. Titrasi hingga warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi pink.

g. Ulangi prosedur ini 2 kali lagi.

h. Hitung kadar asam salisilat dalam sampel uji (hasil perhitungan ditulis sampai 2 desimal/2 angka dibelakang koma), dengan rumus :

M grek NaOH=m grek . KH Fltalat

¿VNaOHX NNaOH

Asam Salisilat=VNaOHX NNaOHX BE Asam Salisilat

¿...mg

Kadar asam salisilat dalam sampel :

(14)

¿ jumlahasam salisilat perhitungan(mg)

berat zat uji(mg) X100 %

Keterangan:

 VNaOH = volume larutan titer yang diperlukan

 NNaOH = Normalitas NaOH hasil pembakuan

 BE as salisilat = BM = 138

Catatan : Cara membuat etanol yang dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N, yaitu: ukur sejumlah etanol 95%

(sesuai kebutuhan percobaan di atas adalah 75 ml), tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein. Tambahkan beberapa tetes larutan natrium hidroksida 0,1 N hingga larutan berwarna merah jambu (pink).

(15)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

a. Data hasil pengamatan titrasi sebanyak 3 kali Titrasi ke Volume Titrasi

1 2 3

10,01 mL 10,02 mL 10,01 mL

x 10,013 mL

V.N NaOH = V. Nsampel 10,013 mL. 0,1 N = 10 mL . Nsampel Nsampel = 10,01310x0,1

= 0,10013

b. Sampel Rumus

Berat Sampel = Nsampel x Berat Ekuivalen x100ml 1000

= 0,10013x138,121000 x100ml

= 1,3829

(16)

4.2. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kita mencoba melakukan penetapan kadar asam salisilat dengam metode alkalimetri. Untuk Pengertian Asam adalah Asam dalam ilmu kimia ialah senyawa kimia yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan sebuah larutan dengan pH lebih kecil dari 7. Dalam definisi modern, asam yaitu suatu zat yang bisa memberi proton (ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau bisa menerima pasangan elektron bebas dari suatu basa. Basa ialah zat (senyawa) yang bisa beraksi dengan asam, menghasilkan senyawa yang disebut garam. Sedangkan basa yaitu suatu zat-zat yang bisa menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa saling berlawanan. Sifat basa pada umumnya ditunjukkan dari rasa pahit dan licin.

Kekuatan asam dipengaruhi oleh banyaknya ion – ion H+ yang dihasilkan oleh senyawa asam dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion H+

yang dihasilkan, larutan asam dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.

Asam kuat yaitu senyawa asam yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam kuat merupakan reaksi berkesudahan.

Secara umum, ionisasi asam kuat dirumuskan sebagai berikut.

HA(aq) ⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq). Sedangkan Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan reaksi kesetimbangan. Dengan dirumuskan sebagai : HA(aq) ←⎯⎯⎯⎯→ H+(aq) + A–(aq).

Kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya ion – ion OH– yang dihasilkan oleh senyawa basa dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH yang dihasilkan, larutan basa juga dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut. Basa kuat yaitu senyawa basa yang dalam larutannya terion seluruhnya menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa kuat merupakan reaksi berkesudahan. Secara umum, ionisasi basa kuat dirumuskan sebagai berikut : M(OH)x(aq) ⎯⎯→ Mx+(aq) + x OH–(aq).

Prinsi Kerja Larutan Penyangga Asam Larutan penyangga asam merupakan campuran asam lemah dengan garamnya (basa konjugasi), contohnya larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO- yang mengalami kesetimbangan akan terbentuk larutan penyangga yang bersifat asam. Prinsip yang pertama yaitu Pada Penambahan Asam Pada penambahan asam, ion H+ dari asam akan menambah konsentrasi H+ pada larutan dan

(17)

menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri. Sehingga reaksi mengarah pada pembentukan CH3COOH. Artinya, ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH COO– membentuk molekul CH COOH. Dengan kata lain,₃ ₃ asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi (CH3COO−). Oleh karena itu, pada kesetimbangan baru tidak terjadi perubahan konsentrasi ion H+ , sehingga pH dapat dipertahankan.

Prinsip yang kedua ialah Pada Penambahan Basa,Bila yang ditambahkan adalah suatu basa, ion OH- dari basa akan bereaksi dengan ion H+ dan membentuk air. Sehingga dapat menyebabkan keseimbangan bergeser ke kanan dan konsentrasi Ion H+ tetap dipertahankan. Selain itu, penambahan basa juga menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH). Berkurangnya komponen asam inilah yang menyebabkan reaksi bergeser ke kanan. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah (CH3COOH). Basa yang akan ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH dan membentuk Ion CH3COO- dan air. Oleh karena itu, pada kesetimbangan baru tidak terjadi perubahan konsentrasi ion H+ , sehingga pH dapat dipertahankan. Dan prinsip terakhir yaitu Pengenceran, Pada penambahan air (pengenceran), derajat ionisasi asam lemah CH COOH akan bertambah₃ besar, yang berarti jumlah ion H+ dari ionisasi CH COOH juga bertambah.₃ Akan tetapi, karena volume larutan juga bertambah, pengaruh penambahan konsentrasi H+ menjadi tidak berarti. Dengan demikian, nilai pH larutan tidak mengalami perubahan. Prinsip Kerja Larutan Penyangga Basa Pada campuran basa lemah dan garamnya (asam konjugasi) contohnya pada NH3 dan NH4+

yang mengalami kesetimbangan. akan terbentuk larutan penyangga yang bersifat basa. Prinsip yang pertama adalah Pada penambahan asam, Bila yang ditambahkan suatu asam, maka Ion H+ dari asam akan mengikat Ion OH-. Hal ini dapat menyebabkan keseimbangan dan akan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi Ion OH- dapat dipertahankan. Penambahan ini menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya Ion OH-. Asam yang ditambahkan akan bereaksi dengan basa NH3 akan membentuk Ion NH4+. NH3 (aq) + H+(aq) ⇄ NH4+ (aq) Oleh karena itu, pada kesetimbangan baru tidak terjadi perubahan konsentrasi ion OH- , sehingga pH dapat dipertahankan. Pada prinsip yang kedua yaitu Pada penambahan basa, Bila yang ditambahkan adalah suatu basa, maka keseimbangan bergeser ke kiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen basa (NH3) & air.NH4+ (aq) + OH-(aq)

⇄ NH3 (aq) + H2O(l). Oleh karena itu, pada kesetimbangan baru tidak terjadi

(18)

perubahan konsentrasi ion OH- , sehingga pH dapat dipertahankan. Prinsip kerja terakhir yaitu Pengenceran, Pada penambahan air (pengenceran), derajat ionisasi basa lemah akan bertambah besar, yang berarti jumlah OH– dari ionisasi NH bertambah. Akan tetapi, karena volume larutan juga bertambah,₃ pengaruh penambahan konsentrasi OH– menjadi tidak berarti. Dengan demikian, nilai pH larutan tidak mengalami perubahan.

Fungsi penambahan indikator fenolftalein (PP) pada titrasi asam basa yaitu untuk menentukan titik ekuivalen. Indikator fenolftalein berubah warna di sekitar titik ekivalen dan merupakan indikator yang sesuai. Indikator fenolftalein digunakan sebagai indikator pembanding karena memenuhi syarat yaitu trayek pH di atas 7. Indikator fenolftalein (pp) digunakan sebagai indikator pembanding dalam proses titrasi basa kuat-asam kuat, hasil yang diperoleh menunjukkan rentang pH yaitu 9,83-4,20 dengan warna merah muda menjadi tidak berwarna. Kegunaan indikator asam basa adalah sebagai penanda diakhirinya proses titrasi. indikator digunakan untuk mengetahui titik akhir titrasi. Indikator asam basa akan berubah warna ketika titik ekuivalen telah terlampaui. Fenolftalein tidak akan berwarna (bening) dalam keadaan zat yang asam atau netral, namun akan berwarna kemerahan dalam keadaan zat yang basa. Tepatnya pada titik pH di bawah 8,3 fenolftalein tidak berwarna, namun jika mulai melewati 8,3 maka warna merah muda yang semakin kemerahan akan muncul.

titrasi adalah metode analisis untuk menentukan konsentrasi suatu zat di dalam larutan menggunakan konsep reaksi kimia. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa titrasi asam basa adalah suatu prosedur yang dilakukan saat kita ingin menentukan kemolaran atau konsentrasi suatu asam atau basa dengan menggunakan konsep penetralan asam – basa. Dalam titrasi asam basa, kamu akan membutuhkan titran (titer), buret, titrat, labu erlenmeyer, dan indikator kimia. Titran (titer) adalah zat yang digunakan untuk mentitrasi. Titran disebut juga sebagai titer. Titran ini merupakan larutan standar yang telah diketahui secara pasti konsentrasinya, misalnya asam kuat atau basa kuat. Nah, pada titrasi asam basa, posisi titran terletak pada buret. Yang kedua, Buret adalah alat laboratorium berupa kaca berbentuk silinder dengan bagian bawah mengerucut.

Buret memiliki garis ukur dan sumbatan keran pada bagian bawahnya.

Sumbatan keran ini berfungsi untuk menjaga agar cairan yang diisikan ke dalam buret dapat menetes secara presisi sesuai kehendak pelaku eksperimen. Yang ketiga, Titrat adalah larutan sampel yang akan dianalisis atau ditentukan

(19)

konsentrasinya. Jadi, titrat inilah yang nantinya akan kita ubah atau kita hitung konsentrasinya, dengan meneteskan sejumlah zat titran ke dalamnya melalui buret. Pada titrasi asam basa, posisi titrat terletak pada labu erlenmeyer. Yang keempat, Labu ukur adalah alat laboratorium berupa gelas kaca dengan ujung kepala dan leher yang kecil kemudian melebar terus hingga bagian bawahnya.

Labu erlenmeyer biasa dipakai untuk menampung bahan kimia yang berbentuk cair. Bagian kepala dan lehernya yang kecil berfungsi untuk mengurangi resiko cairan kimia tumpah atau menyiprat ke luar. Yang terakhir, Indikator kimia adalah alat yang digunakan untuk mengetahui kapan suatu sampel (titrat) telah habis bereaksi. Ketika titrat dengan titran sudah tepat bereaksi atau habis bereaksi, maka dapat dibilang bahwa eksperimen tersebut sudah mencapai titik ekuivalen. Ketika telah melampaui titik ekuivalen, maka akan terjadi perubahan warna yang spesifik. Hasil warna yang kami dapat saat praktikum yaitu warna merah muda (pink).

(20)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

1) Titrasi asam basa adalah titrasi yang berdasarkan reaksi penetralan asam dan basa.

2) Titik akhir adalah pH saat indicator berubah warna (tepat akan merah).

3) Titrasi dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Titrasi asam kuat dengan basa kuat.

b. Titrasi asam lemah dengan basa kuat.

c. Titrasi basa lemah dengan asam.

4) Hasil warna akhir yaitu merah muda (pink) 5.2. Saran

Semoga kedepannya praktikum ini menjadi lebih baik dan mencobanya di laboratorium sekolah tinggi farmasi Muhammadiyah Tangerang.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, Peter and Jones Lorette. 2019. Chemistry Molecules and Canges, 3rd Ed. New York: W. H. Freeman and Company.

Brady, James E. 2001. Kimia Universutas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa.

Gandjar, I. G. dan Abdul R. 2017. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keenan, C. W. 2018. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.

Khopkhar, S.M. 2020. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Susanti, 2013. Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif. Makassar: Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

Underwood, A.L. dan R.A. Day, Jr. 2004. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar NaOH dan HCl dalam larutan dengan metode potensiometri, untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam

• Titrasi dengan larutan NaOH yang telah distandardisasi dengan HCl atau asam oksalat sampai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna). • Percobaan diulang

dengan cara titrasi larutan asam dan basa Larutan yang digunakan adalah larutan asam monohidrogen fosfat (Na2HPO4) dan larutan basa konjugatnya dihidrogen fosfat

Padatan Asam Oksalat yang sudah ditetes indikator PP dihitung dulu volumenya, kemudian dititrasi dengan NaOH sampai titik akhir atau larutan merah... muda seulas bukan sampai

Pada titrasi asam asetat dengan NaOH (sebagai larutan standar) akan dihasilkan garam yang berasal dari asam dan basa kuat.. Garam natrium ini akan terurai sempurna

Titrasi merupakan proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan mereaksikan larutan yang sudah ditentukan konsentrasinya (larutan standar), titrasi asam basa adalah suatu

Titrasi alkalimetri adalah titrasi larutan yang bersifat asam (asam bebas, dan larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah) dengan larutan

2- Titrasi kembali : melarutkan alkaloid dalam sejumlah standar asam dan kelebihan asam dititrasi dengan larutan standard alkali.. • Titrasi bebas air: penetapan kadar alkaloid