KONSEP PERAWATAN KRITIS
Nama : Ikram Ade Saputra / NPM : 2106763013 Ekstensi 2021 Kelas A
A. Konsep Dasar Keperawatan Kritis
Keperawatan menurut UU No 38 Tahun 2014 adalah suatu kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Sedangkan kritis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan krisis atau gawat. Jadi dapat disimpulkan bahwa keperawatan kritis adalah suatu kegiatan pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang memiliki kondisi krisis atau gawat.
Pasien dengan penyakit kritis memiliki keadaan kesehatan yang buruk dengan disfungsi organ vital, risiko tinggi kematian yang segera jika perawatan tidak diberikan dan potensi reversibilitas (Kayambankadzanja, et al., 2022).
B. Keperawatan kritis merupakan istilah yang menggabungkan semua area perawatan intensitas tinggi dengan dukungan peralatan medis yang canggih dan keahlian perawat (World Federation of Societies of Intensive and care, 2010). Sedangkan menurut American Association of Critical-Care Nurses (2015), keperawatan kritis adalah kekhususan dalam keperawatan yang mengelola respon manusia terhadap masalah aktual dan mengancam jiwa.
C. Keperawatan kritis merupakan sistem perawatan pasien dengan penyakit kritis sepanjang perjalanan penyakit mereka, dari saat kontak pertama mereka dengan perawatan kesehatan hingga resolusi dari penyakit kritis atau kematian. Kerawatan kritis adalah bagian dari konsep perawatan akut yang lebih luas yang juga mencakup perawatan pra- rumah sakit, perawatan darurat, perawatan trauma dan pembedahan, serta rawat inap pasien di ruang interna, bedah, pediatri, kebidanan dan bangsal lainnya (Kayambankadzanja, et al., 2022).
D. Keperawatan kritis juga mencakup perawatan intensif pada resusitasi pasien sekarat.
Keperawatan kritis memberikan respon teraupetik yang cepat terhadap kegagalan organ, menggunakan protokol yang efektif dan terstandarisasi seperti advanced cardiac life support and advanced trauma life support. Pasien kritis lainnya yang kurang
membutuhkan resusitasi tetap rentan terhadap kegagalan sistem organ multipel, dan mendapat manfaat dari pencegahan atau perawatan titrasi pada setiap kerusakan sistem organ sesuai prinsip, sehingga akhirnya mengembalikan kondisi fisiologi tubuh yang normal (Hall, Schamidt and Kress, 2015).
E. Prinsip perawatan kritis
Keperawatan kritis merupakan spesialisasi keperawatan yang berfokus pada perawatan dan pengobatan pasien sakit kritis. Area keperawatan kritis membutuhkan keahlian klinis tingkat lanjut, pengetahuan, dan memberikan pelayanan yang canggih dan kompleks kepada pasien (World Federation of Societies of Intensive and care, 2010).
Keperawatan kritis harus mencakup kepatuhan terhadap standar keperawatan, tindakan kompeten, dan prinsip integrasi sehingga bisa dapat memastikan pemberian perawatan kritis yang berkualitas.
Adapun enam prinsip keperawatan kritis yaitu sebagai berikut:
1. Efisien
Bertindak secara efisien dapat membantu perawat dalam memberikan perawatan kritis yang efektif, yang dapat mengurangi lama rawat inap, dan biaya perawatan di rumah sakit. Efisiensi dicapai dengan penggunaan sumber daya secara praktis dan dengan mematuhi kode etik yang relevan. Keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif dan pengetahuan dasar tentang teknologi juga dapat meningkatkan efisiensi.
2. Intervensi medis yang tepat
Perawat keperawatan kritis memastikan bahwa perawatan dan intervensi medis yang mereka berikan sesuai dengan kebutuhan pasien. Ini termasuk memberikan pengobatan sistematis dan memelihara sistem pendukung kehidupan yang diperlukan.
3. Profesionalisme
Dalam keperawatan, profesionalisme mengacu pada penyediaan perawatan berkualitas tinggi sambil menjunjung tinggi akuntabilitas, rasa hormat, dan integritas. Hal ini termasuk menunjukkan perilaku profesional, berkomunikasi dengan jelas dan memelihara lingkungan yang positif.
4. Safety and non-maleficence
dalam area keperawatan kritis, perawat perlu mematuhi protokol dan standar perawatan kritis yang ditetapkan oleh para ahli di bidang medis. Prinsip ini menekankan pentingnya peningkatan standar keselamatan di lingkungan perawatan fisik untuk mengurangi risiko bagi pasien dan penyedia layanan kesehatan. Non-maleficence mengacu pada penyediaan perawatan berkualitas dan menghindari bahaya yang disengaja selama perawatan.
perawat keperawatan kritis, penting juga untuk mencegah kelalaian dalam perawatan pasien.
5. Rasa Hormat dan Peduli
Perawat menunjukkan kepedulian dengan mendengarkan kekhawatiran dan keperakaan pasien serta menghargai pendapat mereka. Keperawatan kritis bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dibanding dengan bertahan hidup.
6. Fair Allocation prinsip ini menganjurkan memperlakukan semua orang secara adil saat memberikan perhatian medis. perawat kritis harus bertanggung jawab untuk merawat semua pasien dengan hormat tanpa memandang usia, etnis, ras, keyakinan agama, orientasi seksual, atau status ekonomi. Prinsip ini juga mengharuskan Anda untuk memastikan kepatuhan, menugaskan semua sumber daya medis, dan menggunakan peralatan medis dengan cara yang adil.
Perawat di unit kritis mengelola dan mengkoordinasikan perawatan pada pasien yang membutuhkan pengkajian mendalam, intervensi dan kewaspadaan perawatan yang berkesinambungan. Perawat di Unit kritis berfungsi dalam berbagai peran dan tingkatan, seperti staf perawat, perawat pendidik, perawat tingkat lanjutan.
American Association of Critical-Care Nurses menyebutkan beberapa kompetensi yang harus dimiliki perawat dalam merawat pasien dengan penyakit kritis (Sole, Klein and Moseley, 2013) yakni:
1. Keterampilan dalam melakukan penilaian dan penalaran klinis 2. Advokasi dan hak pilihan moral dalam mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah etika
3. Melakukan perawatan yang disesuaikan dengan keunikan pasien dan keluarga
4. Berkolaborasi dengan pasien, anggota keluarga, dan anggota tim pemberi layanan kesehatan
5. Memikirkan sistem untuk mempromosikan asuhan keperawatan secara holistik
6. Berespon terhadap keragaman
7. Fasilitator pembelajaran untuk pasien dan anggota keluarga, anggota tim, dan masyarakat
8. Melakukan penelitian dan inovasi klinis untuk mempromosikan luaran terbaik bagi pasien
Karakteristik pasien menjangkau kontinum sehat sakit. Adapun 8 karakteristik pasien kritis (AACN, 2000) sebagai berikut:
1. Resiliency. Pasien memiliki kapasitas untuk kembali ke tingkat fungsi restoratif dengan menggunakan mekanisme koping kompensasi; kemampuan untuk bangkit kembali dengan cepat
2. Vulnerability: kerentanan terhadap tekanan aktual atau potensial yang merugikan pasien
3. Stabilitas: kemampuan untuk mempertahankan kondisi stabil
4. Kompleksitas: keterikatan rumit dari dua atau lebih sistem (misalnya tubuh, keluarga, dan terapi)
5. Resource Availability: ketersediaan sumber daya (misalnya teknis, keuangan, pribadi, psikologis, sosial) yang dibawa oleh pasien, keluarga, dan komunitas ke situasi tersebut.
6. Partisipasi pasien dan keluarga dalam aspek perawatan.
7. Partisipasi pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan 8. Prediktabilitas: karakteristik sumatif yang memungkinkan seseorang memperkirakan lintasan penyakit tertentu
Sole, Klein and Moseley (2013) menyebutkan 7 prinsip atau aspek etik dalam keperawatan kritis, yakni:
1. Autonomy: menghormati individu dan kemampuan individu untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan kesehatan. Hal ini merupakan dasar dari pelaksanaan informed consent.
2. Beneficence: tindakan yang dimaksudkan untuk menguntungkan pasien
3. Nonmaleficence: tindakan yangdimaksudkan untuk tidak merugikan atau menimbulkan kerugiaan bagi orang lain
4. Justice: bersikap adil
5. Veracity:kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya
6. Fidelity: kewajiban moral untuk setia pada komitmen yan gdibuat seseorang kepada orang lain
7. Confidentiality: kerahasiaan, menghormati otonomi individu dan hak individu untuk mengontrol informasi berkaitan dengan kesehatan mereka
DAFTAR PUSTAKA
Azwar. (2021). Terapi Non Farmakologi Pada Penunrunan Nyeri Pasien Post Op Apendisitis.
Jalan Budaya Gowa : Pustaka Taman Ilmu
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., and Geissler, A. C. (2014). Nursing Care Plan : Guidline for Individualizing Client Care Across the life span. 9th Ed. Philadelphia : F. A. Davis Company
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jilid 2. Jogjakarta : Mediaction